Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................... ...................... 1.3. Metode Penelitian .............................................................. ...................... 1.4. Ruang Lingkup .................................................................. ...................... BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Cyberlaw .............................................................. ...................... 2.2. Ruang Lingkup Cyberlaw .................................................. ...................... 2.3. Komponen Cyberlaw ................................................................................ 2.4. Asas-Asas Cyberlaw ................................................................................ BAB III PEMBAHASAN 3.1. Perkembangan Cyberlaw di Indonesia .............................. ...................... 3.2. Peranan Pemerintah dan Peranan Masyarakat ................... ...................... 3.3. Perbuatan yang dilarang dalam undang-undang ITE . 3.3. Contoh Kasus Cyberlaw .................................................... ...................... BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ........................................................................ ...................... 4.2. Saran .................................................................................. ...................... DAFTAR PUSTAKA... .......................................................................................................... 23 23
24

3 4 5 5

5 6 7 8

6 9 15 19

Managemen Informatika

Page 1

KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan taufik hidayah serta inayahnya kepada kita dalam penyusunan makalah ini. Selain memenuhi salah satu persyaratan untuk melaksanakan tugas dari mata kuliah Etika Profesi, makalah ini juga dibuat agar menjadi pembelajaran yang bermanfaat untuk kita semua dalam hal menambah wawasan dalam bidang teknologi dan informasi. Kami dari tim penyusun menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan baik itu dalam hal sistematis penulisan maupun materi yang disampaikan. Akhir kata tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen dari mata kuliah Etika Profesi Bina Sarana Informatika yang telah membimbing dan mengarahkan kami serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Depok, 28 oktober 2013

Tim Penyusun

Managemen Informatika

Page 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Didalam setiap bidang kesuksesan aktivitas manusia selalu berdampak kepada suatu hal yang bersifat positif dan negatif. Hal yang berdampak kepada sesuatu yang bersifat negatif biasa disebut sebagai suatu kejahatan. Oleh karena itu perlu sebuah mekanisme untuk mencegah kejahatan tersebut serta mengontrolnya agar tidak berdampak lebih luas lagi. Didalam dunia informasi seperti jaman sekarang ini sudah banyak kejahatan-kejahatan melalui internet, yang istilah internasionalnya disebut sebagai Cybercrime. Untuk menangani permasalahan tersebut harus ada ketentuan hukum yang dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap pengguna internet dan pemberdayaan lembaga penegak hukum serta pencegahan terhadap pelaku kejahatannya. Hukum harus ditegakkan sebagaimana mestinya, karena kejahatan tidak lagi terbatas pada ruang, waktu atau sekelompok orang. Pada tahun 1990, kurang dari 100.000 orang yang mampu untuk log on ke internet di seluruh dunia. Tetapi sekarang sekitar 500 juta orang yang telah mampu terhubung ke internet di seluruh dunia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang dengan pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Segala sisi kehidupan manusia telah banyak terpengaruh oleh teknologi, bahkan boleh dibilang antara manusia dan teknologi tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sebut saja penggunaan internet. Sebagaimana diketahui bahwa pembaharuan teknologi internet selain memberi manfaat juga menimbulkan efek negatif

Managemen Informatika

Page 3

(mudhorat) dengan terbukanya peluang penyalahgunaan teknologi tersebut. Hal ini terjadi pula untuk data dan informasi yang dikerjakan secara elektronik, misalnya penyebaran virus, penggunaan spyware untuk mencuri data, dan yang paling dikenal adalah penggunaan layanan yang mengakses secara tidak sah dan tanpa izin suatu halaman tertentu (Hack). Banyak orang yang mengatakan bahwa dunia cyber (cyberspace) tidak dapat diatur atau ditata layaknya dunia nyata. Cyberspace adalah dunia maya dimana tidak ada lagi batasan ruang dan waktu. Padahal ruang dan waktu seringkali dijadikan acuan hukum. Cyberlaw merupakan salah satu topik pembahasan yang sedang hangat dibicarakan akhirakhir ini. Di Indonesia telah keluar dua buah Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berhubungan dengan cyberspace. Yang satu diberi nama: RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi (PTI) dan yang satunya lagi bernama RUU Transaksi Elektronik. RUU PTI dimotori oleh Fakultas Hukum Universitas Pajajaran dan Tim Asistensi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jalur Departemen Perhubungan dan melalui Dirjen Postel, sementara RUU TE dimotori oleh Lembaga Kajian Hukum dan Teknologi dari Universitas Indonesia dengan jalur Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


a. Menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi. b. Menambah wawasan tentang teknologi informasi, khususnya tentang cyberlaw yang diterapkan di Indonesia, dan didunia internasional umumnya.

Managemen Informatika

Page 4

1.3 METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan metode studi pustaka yaitu sebuah metode dengan cara menghimpun infromasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti, dalam hal ini tentang cyberlaw.

1.4 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup penulisan makalah ini dibatasi pada pembahasan tentang penerapan cyberlaw di Indonesia khususnya, dan umumnya di seluruh dunia.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN CYBER LAW


Menurut Robert Tappan Morris (Disability Discrimination Act 1992. ). Cyberlaw adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah badan hukum yang berhubungan dengan internet dan perdagangan elektronik. Banyak undang-undang ini melibatkan penerapan hukum tradisional untuk teknologi baru, misalnya penerapan hukum pencemaran nama baik dengan beberapa komunikasi internet. Namun dibeberapa daerah baru muncul seperti hukum nama domain.

Managemen Informatika

Page 5

Sedangkan menurut Robert Geith, cyberlaw adalah peran pemerintah dalam dunia online dimana pembuat batas, pemerintah kebijakan, cyberlaw tersebut atau harus hanya sebagai kekuatan pengamat, proaktif yang tak bisa tidak dan untuk mengenal regulasi

peraturan

mendamaikan

bagaimana

pemerintah

sesuai dalam ketegangan teknologi yang selalu berubah.

2.2 RUANG LINGKUP CYBER LAW


Pembahasan mengenai ruang lingkup Cyberlaw menurut Jonathan Rosenoer dimaksudkan sebagai inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang di perkirakan berkaitan dengan pemanfaatan internet. Secara garis besar ruang lingkup Cyberlaw ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau aspek hukum dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hak Cipta (Copy Right) Hak Merk (Trademark) Pencemaran Nama Baik (Defamation) Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech) Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access) Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name Kenyamanan Individu (Privacy) Prinsip kehati-hatian (Duty care)

9. Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dan lain-lain. 10. Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital 11. Perangkat Hukum Cyberlaw

Managemen Informatika

Page 6

12. Pornografi 13. Pencurian melalui Internet 14. Perlindungan Konsumen 15. Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharian seperti e-commerce, e-government, e-education

2.3 KOMPONEN-KOMPONEN CYBER LAW


Menurut Budi Rahardjo (2006), komponen-komponen Cyberlaw terdiri dari beberapa komponen, yaitu ;

Tentang yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait, komponen ini menganalisa dan menentukan keberlakuan hukum yang berlaku dan diterapkan di dalam dunia maya itu sendiri.

Tentang landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan tanggungjawab pihak yang menyampaikan (accountability), tangungjawab dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa internet (internet provider), serta tanggungjawab hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet.

Tentang aspek hak milik intelektual dimana adanya aspek tentang patent, merek dagang rahasia yang diterapkan serta berlaku di dalam dunia cyber.

Tentang aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku di masingmasing yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari sistem atau mekanisme jasa yang mereka lakukan.

Tentang aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiap pengguna internet.

Managemen Informatika

Page 7

Tentang ketentuan hukum yang memformulasikan aspek kepemilikan dalam internet sebagai bagian dari nilai investasi yang dapat dihitung sesuai dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi.

Tentang

aspek

hukum

yang

memberikan

legalisasi

atas

internet

sebagai bagian dari perdagangan atau bisnis usaha.

2.4 ASAS - ASAS CYBER LAW


Berdasarkan karakteristik khusus yang terdapat dalam ruang cyber maka dapat dikemukakan beberapa teori sebagai berikut :

a.

The Theory of the Uploader and the Downloader, berdasarkan teori ini, suatu negara dapat melarang didalam wilayahnya, kegiatan uploading dan downloading yang diperkirakan dapat bertentangan dengan kepentingannya. Misalnya, suatu negara dapat melarang setiap orang untuk uploading kegiatan perjudian atau kegiatan perusakan lainnya dalam wilayah negara tersebut, dan melarang setiap orang dalam wilayahnya untuk downloading kegiatan perjudian tersebut. Minnesota adalah salah satu negara bagian pertama yang menggunakan yurisdiksi ini.

b.

The Theory of Law of the Server, pendekatan ini memperlakukan server dimana webpages secara fisik berlokasi, yaitu di mana mereka dicatat sebagai data elektronik. Menurut teori ini sebuah webpages yang berlokasi didalam server contohnya di Stanford University yang tunduk pada hukum California. Namun teori ini akan sulit digunakan apabila uploader berada dalam yurisdiksi asing.

c.

The Theory of InternationalSpaces, ruang cyber dianggap sebagai the fourth space. Yang menjadi analogi adalah tidak terletak pada kesamaan fisik, melainkan pada sifat internasional, yakni sovereignless quality.

Managemen Informatika

Page 8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 PERKEMBANGAN CYBER LAW DI INDONESIA
Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada satu istilah yang disepakati. Dimana istilah yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari Cyberlaw, misalnya, Hukum Sistem Informasi, Hukum Informasi, dan Hukum Telematika (Telekomunikasi dan Informatika).

Secara yuridis, cyberlaw tidak sama lagi dengan ukuran dan kualifikasi hukum tradisional. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Kegiatan cyber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Inisiatif untuk membuat cyberlaw di Indonesia sudah dimulai sebelum tahun 1999. Fokus utama waktu itu adalah pada Payung Hukum yang generik dan sedikit mengenai transaksi elektronik. Pendekatan Payung Hukum ini dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat digunakan oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Karena sifatnya yang generik, diharapkan rancangan undang-undang tersebut cepat diresmikan dan kita bisa maju ke yang lebih spesifik. Namun pada kenyataannya hal ini tidak terlaksana. Sejak satu dekade terakhir Indonesia cukup serius menangani berbagai kasus terkait Cybercrime. Menyusun berbagai rancangan peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktivitas pengguna internet (user) di dunia maya. Dengan peran aktif pemerintah seperti itu, dapat dikatakan Cyberlaw telah mulai diterapkan dengan baik di Indonesia.

Managemen Informatika

Page 9

Beberapa ketentuan dalam undang-undang No. 11 thn 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Yakni pengaturan mengenai lembaga sertifikasi keandalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2), tanda tangan elektronik, sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2), penyelenggaraan sertifikasi elektronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (6), penyelenggaraan sistem elektronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2), penyelenggaraan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3), penyelenggaraan agen eletronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2), dan pengelolaan nama domain sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (4). Pengaturan sebagaimana tersebut diatas merupakan rangkaiaan penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik sehingga dapat disusun dalam suatu peraturan pemerintah, yaitu peraturan pemerintah tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik. Penyelenggaraan sistem elektronik menjamin setiap komponen dan keterpaduan seluruh sistem elektronik yang beroperasi sebagaimana mestinya. Komponen sistem elektronik meliputi perangkat keras, perangkat lunak, tenaga ahli, tata kelola, dan pengamanan. Peraturan pemerintah ini mengatur kewajiban penyelenggara sistem elektronik pada umumnya dan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik. Penyelenggaraan sistem elektonik untuk publik antara lain diwajibkan untuk menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia, wajib memperoleh sertifikasi kelaikan sistem elektronik dari menteri, dan wajib terdaftar pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang informatika.

Berikut ini adalah beberapa kategori kasus Cybercrime yang telah ditangani dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (Pasal 27 sampai dengan Pasal 35), yaitu ; a) Pasal 27, Illegal Contents :

Managemen Informatika

Page 10

Muatan yang melanggar kesusilaan (Pornograph) Muatan perjudian ( Computer-Related Betting) Muatan penghinaan dan pencemaran nama baik Muatan pemerasan dan ancaman (Extortion and Threats)

b) Pasal 28, Illegal Contents : Berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (Service Offered Fraud) informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan (SARA).

c) Pasal 29, Illegal Contents : Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman Kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.

d) Pasal 30, Illegal Access : Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

Managemen Informatika

Page 11

Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

e) Pasal 31, Illegal Interception : Intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. Intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan didalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.

f) Pasal 32, Data Leakage and Espionag : Mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,

menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

g) Pasal 33, System Interference : Melakukan tindakan apapun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Managemen Informatika

Page 12

h) Pasal 34, Missuse Of Device : Memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor,

mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki : perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi cybercrime, sandi lewat komputer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi cybercrime.

i) Pasal 35, Data Interference : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur bangsa, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati kebhinekaan tunggal ika dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta melindungi harkat dan martabat setiap warga Negara. Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, telah memberikan andil terhadap meningkatnya perbuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang memberikan pengaruh buruk

Managemen Informatika

Page 13

terhadap moral dan kepribadian luhur bangsa Indonesia sehingga mengancam kehidupan dan tatanan sosial masyarakat Indonesia. Berkembang luasnya pornografi ditengah-tengah masyarakat juga mengakibatkan meningkatnya tindak asusila dan pencabulan.

3.2 PERAN PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT


Terdapat dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 ; (1) Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan. (3) Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data elektronik strategis yang wajib dilindungi. (4) Instansi atau institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang elektroniknya serta menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk kepentingan pengamanan data. (5) Instansi atau institusi lain selain diatur pada ayat (3) membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang elektroniknya sesuai dengan keperluan perlindungan data yang dimilikinya. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Managemen Informatika

Page 14

Pasal 41 (1) Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi melalui penggunaan dan Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan melalui lembaga yang dibentuk oleh masyarakat. (3) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat memiliki fungsi konsultasi dan mediasi.

3.3 PERBUATAN YANG DILARANG DALAM UNDANG-UNDANG ITE


Pasal 27 (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. (3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. (4) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

Managemen Informatika

Page 15

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. Pasal 28 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Pasal 29 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. Pasal 30 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. Pasal 31

Managemen Informatika

Page 16

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/ atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. (3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 32 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

Managemen Informatika

Page 17

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. (3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. Pasal 33 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pasal 34 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan,

menyediakan, atau memiliki: a. Perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. b. Sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.

Managemen Informatika

Page 18

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. Pasal 36 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. Pasal 37 Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

3.4 CONTOH KASUS CYBERLAW DI INDONESIA

Berikut ini adalah contoh-contoh kasus Cyberlaw yang yang pernah terkutip di media elektronik: Pada tahun 1994 seorang anak sekolah musik yang berusia 16 tahun yang bernama Richard Prycw, atau yang lebih di kenal sebagai The Hacker alias Datastream Cowboy, ditahan lantaran masuk secara ilegal kedalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari Grifits Air Fofce, NASA dan Korean Otomic Research Institute

Managemen Informatika

Page 19

atau badan penelitian Atom korea. Dalam integrosasinya dengan FBI dia mengaku belajar Hacking dan Cracking dari seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikannya seorang mentor, yang memiliki julukan Kuji. Hebatnya, hingga saat ini sang mentor pun tidak pernah diketahui keberadaannya. Hingga akhirnya pada bulan Februari 1995 giliran Kevin Mitnik diganjar hukuman penjara untuk yang kedua kalinya. Dia dituntut dengan tuduhan telah mencuri sekitar 20.000 nomor kartu kredit bahkan ketika ia bebas dia menceritakan kondisinya di penjara yang tidak boleh menyentuh komputer/telepon. Kemudian Kasus video porno Ariel Peterpan. Video tersebut diunggah di internet oleh seorang yang berinisial RJ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008 tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP. Contoh lain kasus yang terjadi di Yogyakarta sebagaimana diterbitkan di majalah Tempo, Patrus Pangkur, pemuda berusia 22 Tahun bersama tiga rekannya sesama crackcer berhasil membobol lewat internet pada akhirnya ditangkap kepolisian Yogjakarta. Mereka dituduh membeli barang melalui internet secara tidak sah. Pada bulan Maret dan April 2001 mereka berhasil membobol kartu kredit orang lain senilai Rp 5 milyar. Kasus pembobolan ini terungkap setelah ada surat dari Departemen Luar Negri dari kepolisian. Pelacakan dibeberapa perusahaan jasa angkutan barang di Yogjakarta pada akhirnya pelaku dapat ditangkap. Mengenai hal ini Soedjono Dirdjosesworo menyatakan perubahan dan penyesuaian sosial serta perkembangan teknologi selama setengah abad sejak 1958 (UU No.73/58) demikian pesatnya, dari pesatnya perkembangan sosial dan teknologi serta semakin berpengaruhnya globalisasi yang terus didorong oleh teknologi

Managemen Informatika

Page 20

informsi dan komunikasi sangatlah terasa bahwa kitab Undang-Undang Hukum pidana sudah sejak lama tidak mampu secara sempurna mengakomodasi dan mengantisipasi kriminalitas yang terus meningkat. Detiknews.com, Jakarta, guna memuluskan kisah cintanya dengan polwan di Polda Lampung, Bayu Pradana nekat mengaku-ngaku sebagai polisi. Dia bahkan mengklaim sebagai lulusan Akpol berpangkat Iptu. Lalu, siapa dia sebenarnya? Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan, Bayu sehari-hari bekerja di Lampung. Dia meralat informasi sebelumnya yang menyebutkan, Bayu berbisnis di Jakarta. "Swasta," kata Sulis saat ditanya apa profesi Bayu, Kamis (31/10/2013). Saat ini, Bayu ditahan di Rutan Polda Lampung untuk menjalani pemeriksaan. Dia dijerat dengan pasal di UU ITE dan terancam penjara enam tahun. Soal kabar ayah Bayu yang meninggal dunia, Sulis membenarkannya. Namun sejauh ini, belum ada izin untuk menghadiri pemakaman. "Tidak ada," imbuhnya. Bayu ditangkap pada Selasa (29/10) kemarin dan langsung ditetapkan sebagai tersangka. Pria yang mengaku sebagai polisi berpangkat Iptu itu dikenai pasal 45 ayat 1 juncto pasal 27 ayat 1 dan atau ayat 4 UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Polisi menduga Bayu menyebarkan foto bugil karena sakit hati setelah mengetahui sang kekasih akan menikah dengan orang lain. Foto itu diunggah di situs jejaring sosial pada 26 Oktober dan sempat menyebar selama 3 jam.

Jakarta - Seorang pemuda berinisial JH ditangkap aparat Subdit Cybercrime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. JH ditangkap karena membajak akun twitter pacarnya, lalu mengunggah foto bugil pacarnya itu karena diputuskan sang pacar. "Tersangka JH membajak akun twitter dan mengupload foto pribadi korban, lalu menjadikan foto tersebut sebagai avatar pada akun twitter korban," ujar Kasubdit Cyber

Managemen Informatika

Page 21

Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya AKBP Edy Suwandono kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (20/11/2013). Edy mengungkapkan, tersangka merasa sakit hati karena diputuskan mantan pacarnya. Tersangka lalu menyebarkan foto-foto bugil mantan pacarnya itu agar korban malu. "Tersangka dijerat dengan Pasal 29 jo pasal 4 ayat (1) UU RI No 44 Tahun 2008 tentang pornografi dan atau pasal 282 KUHP dan atau Pasal 310 KUHP," jelas Edy. Korban dan tersangka berpacaran pada sekitar Juni 2011 lalu. Selama menjalin asmara, tersangka dan korban melakukan hubungan intim dan merekam adegan mesum keduanya dalam video dan foto. Kemudian, pada Mei 2013, korban memutuskan tersangka. Tersangka kemudian mengancam korban akan menyebarkan foto-foto bugil pacarnya itu, melalui SMS dan media sosial WhatsApp. Tersangka kemudian membajak akun twitter korban dan mengunggah foto bugil korban serta menjadikannya sebagai avatar di akun twitter korban. "Tersangka juga membuat akun Facebook dengan nama akun korban dan menggunakan foto korban pada profil akun tersebut," imbuhnya. Mengetahui hal itu, korban kemudian melaporkan tersangka ke Polda Metro Jaya. Dalam laporan bernomor LP/31951/IX/2013/PMJ/Ditreskrimsus, tanggal 14 September 2013 lalu, tersangka dilaporkan oleh korban. Tersangka kemudian ditangkap di kawasan Palmerah, Jakarta Barat pada tanggal 18 November 2013. Dari tersangka, polisi menyita barang bukti berupa 2 unit telepon genggam, 2 unit laptop dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama tersangka.

Managemen Informatika

Page 22

BAB IV PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Cyberlaw merupakan salah satu solusi dalam menangani kejahatan didunia maya yang kian meningkat jumlahnya. Cyberlaw bukan saja keharusan, melainkan sudah merupakan suatu kebutuhan untuk menghadapi kenyataan yang ada sekarang ini, yaitu banyaknya berlangsung kegiatan cybercrime. Tetapi Cyberlaw tidak akan terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan ahli dalam bidangnya. Tingkat kerugian yang ditimbulkan dari adanya kejahatan dunia maya ini sangatlah besar dan tidak dapat dinilai secara pasti berapa tingkat kerugiannya. Tetapi perkembangan cyberlaw di Indonesia ini belum bisa dikatakan maju. Oleh karena itu, Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). UU ITE ini mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya.

4.2.

SARAN
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih selektif dalam memanfaatkan Teknologi

Informasi dan Komunikasi dan digunakan sebagaimana mestinya sesuai kebutuhan.

Managemen Informatika

Page 23

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyur, Didik . 2008 Aspek Hukum Teknologi Informasi, Penerbit: PT.Alex Media Koputindo Jakarta-Indonesia

Himpunan peraturan tentang transaksi elektronik, (tahun 2012-2013). Penerbit: PT.TAMITA UTAMA- JAKARTA

Michael Geits(2003), Cyberlaw 2.0, 44B.C.L:Rev.323 http:/Lawdigitalcommons.bc.edu/bclr/vol144/iss2/3, 28 Oktober 2013

Budi Rahardjo (2006), www.budi.insan.co.id ,[Diakses 28 OKTOBER 2013] detikNews.com(2008),www.detik.com/search?query=kasus+ariel+peterpan&sortby=time &sorttime=0&siteid=3&location=&fromdatex=&todatex=[Diakses 28 Oktober 2013] detikNews.com(2013),http://news.detik.com/read/2013/10/31/124242/2400408/10/pernah -ngaku-polisi-siapa-sebenarnya-bayu-si-penyebar-foto-syur-polwan [diakses,28 oktober 2013] detikNews.com(2013),http://news.detik.com/read/2013/11/20/192156/2418949/10/2/takterima-diputusin-jh-bajak-akun-twitter-lalu-unggah-foto-bugil-pacar [diakses 28 Oktober 2013]

Majalah Tempo, teknik teknologi komunikasi. [diterbitkan tangagl 24 Maret 2001].

Managemen Informatika

Page 24

Anda mungkin juga menyukai