Kesiapan Tata Hukum Indonesia dalam

Menyongsong Borderless Business

Dies Natalis ke-12 Tahun

Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha

Prof. Dr. Huala Adolf S.H.,LL.M.

21 September 2021
1
 PEMAPARAN

1. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 –>

Borderles Business
2. Kesiapan Hukum
3. Kesiapan Tata Hukum Transnasional
4. Kesiapan Tata Hukum Indonesia
5. Kesiapan Perguruan Tinggi

2
1. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 –> Borderless
Business

1. Revolusi Industri 4.0 memperkuat

penggunaan sarana teknologi komunikasi
dalam berbagai kegiatan manusia, termasuk
bisnis
2. Revolusi Industri 4.0 didorong oleh
teknologi digital dan machine
learning/artifical intelligence
-> Bisnis melintasi batas-batas negara
(borderless Business)
3
 2. Kesiapan Hukum: Permasalahan

1. -> Apakah hukum siap menghadapi

perkembangan Revolusi industri 4.0 ini?
2. -> Apakah hukum siap menyongsong
borderless business?
3.-> Apakah teori hukum dapat membantu
kesiapan hukum dalam menyongsong
borderless business?

4
 2. Kesiapan Hukum

1. Konsep hukum tidak mengenal teknologi

digital dan kecerdasan buatan (AI)
2. Konsep hukum tidak mengenal border-less
world

Hipotesis yang Berkembang:

-> Revolusi Industri 4.0-> Borderless business
bukan ancaman tetapi kesempatan bagi
hukum untuk berkembang
5
 2. Kesiapan Hukum

1. Hukum sebagai gejala sosial tumbuh karena lahirnya

hubungan antar manusia
2. Hukum Bisnis lahir karena kebutuhan manusia di
dalam meningkatkan kualitas (derajat) kebutuhan
hidupnya
3. Hukum bisnis lahir dan tumbuh didorong oleh
Revolusi Industri (perkembangan ilmu pengetahuan
di bidang industri)

6
 GELOMBANG PERUBAHAN DALAM MASYARAKAT DUNIA DAN PERKEMBANGAN HUKUM

Periode Masa Ciri Hukum

10.000 yl Revolusi Agraria Roda, Hewan Agraria

(Homo Faber)
170 - 1840: Revolusi Konstruksi jalan KA dan Hukum Biisnis
Industri (RI) 1 Mesin Uap. (Lex Mercatoria)

Akhir Abad 19 - RI-2 Listrik dan Sistem Produksi. Hukum Nasional

20:
1960-1990 RI-3 1960:. Semiconductors, mainframe Pra-Transnasi-
computing (1960s) onal
1970 – 80: Personal Computing Harmonisasi

1990 Internet Harmonisasi

Abad 21 RI-4 Revolusi Digital (Mobile Internet)

Artifical Intelligence & machine
E-Comemrce
(Hamronisasi dan
learning. (K. Schwab, 2017:6-7) Unifikasi)

7
 2. Kesiapan Hukum
“With governments and government-based
structures lagging behind in the regulatory
space, it may actually be up to the private
sector and non-state actors to take the lead.”

(Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution, UK: Penguin,

2016: 90)

8
 2. Kesiapan Hukum:
Teori Hukum Pembangunan Mochtar Kusumaatmadja

Konsep “Hukum sebagai Alat Pembaruan Masyarakat”

(“law as a tool of social engineering” [R. Pound])
-> Hukum tidak cukup memiliki fungsi memelihara
dan ketertiban masyarakat semata (fungsi
konservatif), tetapi juga dalam masyarakat yang
sedang berubah cepat, hukum harus dapat
membantu proses pembaruan (perubahan)
masyarakat.
(N. Pane, 2015: 167)

9
1. Arti dan fungsi hukum dalam masyarakat
2. Hukum sebagai Kaidah Sosial
3. Hukum dan Kekuasaan
4. Hukum dan Nilai-nilai Sosial
5. Hukum sebagai alat pembaruan masyarakat

A. Beberapa Masalah
Pokok

FUNGSI DAN
PERKEMBANGAN HUKUM DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL

B. Sikap Mental Warga dan

Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Perkembangan Hukum
10
3. Kesiapan Tata Hukum Transnasional
Mengapa “Transnasional” (Kombinasi publik & Privat)
First, the rules of international trade exhibit a
remarkable similarity in all municipal jurisdictions.
Secondly, their application in the various municipal
jurisdiction is provided fro by authority of the national
sovereigns.
Thirdly, their formulation is brought about by
international agencies created by Governments or by
non-governmental bodies.
(C.M. Schmitthoff)
11
 3. Kesiapan Tata Hukum Transnasional:
Hukum Trasnasnional Relatif Siap
1. International Chamber of Commerce (ICC):
- Incoterms (2020)
- UCP 600 (Rules and Guidelines on Documentary Credits)

2. United Nations Commission on International Trade Law

(UNCITRAL):
Cnvention:
United Nations Convention on the Use of Electronic
COmmunicaitons in International Contracts (New York 2005)
Model laws
UNCITRAL Model Law on Electronic Transferable Records (2017)
UNCITRAL Model Law on Electronic Signature (2011)
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce (1996)

12
3. Kesiapan Tata Hukum Transnasional
Konsep Klaus Schwab
(1) everything that is not explicitly forbidden is
allowed.
(2) everything that is not explicitly allowed is
forbidden”
(3) the countries that succeed in establishing
tomorrow’s preferred international norms in the
main categories and fields of the new digital
economy (…) will reap considerable economic and
financial benefits...”
(Klaus Schwab, 2017:71, 74)
13
3. Kesiapan Tata Hukum Transnasional
“In contrast, countries that promote their own
norms and rules to give advantages to their
domestic producers, … putting these nations at
risk of becoming the laggards of the new digital
economy.”
(Klaus Schwab, 2017:74)
-> Perlu menyesuaikan kepada standar-standar
international.

14
 4.Kesiapan Tata Hukum Indonesia

1. Tata Hukum RI:

a. Bukan Negara Kapitalis (Konsep Claus
Schwab – tujuan hukum diserahkan pada
pasar)
b. Bukan Negara Sosialis (tujuan hukum
disesuaikan tujuan partai/pemerintah)
c. Negara Berkembang umumnya (tujuan
hukum untuk menyeimbangkan kepentingan
individu dan masyarakat)
15
 4.Kesiapan Tata Hukum Indonesia

1. Tata Hukum RI:

a. Sebagian besar masih hukum (perdata)
Belanda dalam mengatur bisnis
b. Aturan di bidang bisnis masih sektoral (UU No
19/2006 (UU No. 11/2008) Tentang ITE; PP
No. 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan
Melalui Sistem Elektronik.

16
 4.Kesiapan Tata Hukum Indonesia

1. Tantangan dan Persiapan Tata Hukum RI:

a) Sumber Daya Manusia (Mochtar

Kusumaatmadja: Sikap Mental)

b) Sumber Daya Manusia (Good Legal Drafters)

c) Adopsi norma-norma internasional (Klaus

Schwab)
17
 5.Kesiapan Perguruan Tinggi

1. Perguruan Tinggi berperan penting di

dalam membina SDM (SIkap Mental dan
Legal Drafters);
2. Perguruan Tinggi lebih banyak mengkaji
norma-norma internasional (hukum
transnasional)

18
TERIMA KASIH

19
 CV
Prof Dr Huala Adolf SH LLM
1. Guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran;
2. Staf pengajar pada FH swasta: Universitas Kristen Maranata
(tahun awal); Universitas Bandar Lampung (UBL); Universitas
Langlang Buana (S2); UPN, dll.
3. Ketua Pusat Studi Hukum Perdagangan Internasional dan
Arbitrase FH Unpad;
4. Anggota International Council for Commercial Arbitration
(ICCA).
5. Arbiter pada BANI Arbitration Center, Thai Arbitration Centre,
Shanghai International Arbitration Centre.
6. Fellow pada BANI Arbitration Center dan Institut Arbiter
Indonesia.
7. Menulis berbagai artikel dan buku, antara lain: Aspek-aspek
Negara dalam Hukum Internasional; Hukum Kontrak
Internasional; Hukum Perdagangan Internasional, Arbitrase, dll.
20