Anda di halaman 1dari 12

KONSTITUSI INDONESIA

Tugas ini diselesaikan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Civic Education

DISUSUN OLEH :

Sintia Armadhani

Syahwalia Islami

Program Study : Civic Education

Dosen Pengampu : Nurul H, M.Hum.

PERBANKAN SYARIAH ( II-B)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH


TANJUNG PURA LANGKAT

T.A 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tanjung Pura, 19 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................i


KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LatarBelakang .................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep dan Teori Konstitusi...........................................................................2

2. Urgensi Konstitusi dalam suatu Negara...........................................................3

3. Indikator Konstitusi Demokratis......................................................................3

4. Sejarah Konstitusi di Indonesia.......................................................................4

5. Konsep Perubahan Konstitusi .........................................................................5

6. Sejarah Perubahan Konstitusi di Indonesia.....................................................6

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah
negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu,
konstitusi yang ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti
segala perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat.
Konstitusi tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang terkait dengan
proses amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 yang beberapa waktu terakhir
menjadi isu sentral dalam ketatanegaraan Indonesia.

Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum
dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Mengingat sulitnya mengubah Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang
memerlukan peraturan, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan
konvensi. Hal ini menimbulkan gagasan-gagasan mengenai living constitution dalam arti
bahwa suatu konstitusi yang benar-benar hidup dalam masyarakat tidak hanya terdiri dari
naskah yang tertulis saja, akan tetapi juga meliputi konvensi-konvensi. Undang-Undang
Dasar 1945 menganut paham tersebut.

Terdapat beberapa istilah konstitusi, begitu pula dapat diketahui sifatnya, salah
satunya adalah tertulis dan yang tidak tertulis. Konstitusi pada mulanya dibentuk
penguasa yang memiliki kekuasaan untuk membentuk konstitusi, tetapi perkembangan
tampak bahwa konstitusi serta kaitannya dengan tumbuhnya, teori kedaulatan rakyat.
Oleh karena itu, rakyatlah yang memiliki kedaulatan untuk membentuk konstitusi .

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep dan Teori Institusi


Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk “pembentukan” berasal dari kata kerja
“coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini yang dibentuk adalah suatu
Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
negara. Sementara dalam bahasa Belanda mempergunakan kata “Grondwet”, yang berarti
suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum, sedangkan di
Indonesia mempergunakan kata Undang-Undang Dasar sama artinya dengan “Grondwet”
yang digunakan dalam bahasa Belanda. Berdasarkan pengertian di atas maka suatu
konstitusi memuat suatu peraturan pokok (fundamental) mengenai soko guru atau sendi-
sendi pertama untuk menegakkan suatu bangunan besar yang bernama “Negara”. Sendi-
sendi itu tentunya harus kuat dan tidak akan mudah runtuh, agar bangunan “Negara” tetap
berdiri. Oleh karena itu, peraturan yang termuat dalam konstitusi harus tahan uji, jangan
sampai sendi-sendi itu memiliki celah-celah untuk disalahartikan atau bahkan diganti oleh
pihak-pihak yang tidak menginginkan bangunan suatu negara itu kokoh.

Berikut beberapa Teori dari beberapa orang.

a) K. C. Wheare : Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu


negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan
mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
b) Herman Heller: konstitusi lebih luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis. Menurutnya ada 3 pengertian
konstitusi, yaitu:
 Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan
sosial politik yang nyata dalam masyarakat.
 Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum
yang hidup dalam masyarakat.
 Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah UUD sebagai hukum yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
c) Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih bersifat materil. Artinya blm
diformalkan sebagaimana konstitusi zaman sekarang ini
d) Aristoteles misalnya membedakan antara konstitusi dengan hukum biasa
berdasarkan adanya pengertian kata Politeia dan Nomoi. Politeia dapat diartikan
sebagai konstitusi. Sedangkan Nomoi diartikan sebagai Undang-Undang biasa .
e) Definisi konstitusi menurut E.C. Wade dalam Miriam Budiardjo adalah naskah
yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut. Kemudian
Herman Heller menamakan Undang-Undang Dasar sebagai riwayat hidup suatu
hubungan kekuasaan .

2
2. Urgensi Konstitusi dalam suatu Negara
Konstitusi memiliki arti penting bagi suatu negara. Karena, tanpa adanya konstitusi,
suatu negara tidak dapat terbentuk. Arti penting konstitusi / Urgensi bagi suatu negara
adalah menjadi pedoman yang mengatur jalannya pemerintahan, pembatasan kekuasaan,
dan menjamin hak asasi manusia agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang.
Pemerintah tidak bisa bertindak sewenang-wenang karena konstitusi membatasi
kekuasaan. Konstitusi membagi kekuasaan, mengatur kerja sama antarlembaga
pemerintahan, dan menjadi agar semua kebijakan yang dijalankan tetap dilakukan demi
kesejahteraan rakyat. Adanya konstitusi, membuat pemerintahan tetap berfokus pada
kepentingan rakyat banyak tanpa adanya pelanggaran hak-hak asasi manusia. Konstitusi
menjadi pedoman agar hak–hak warga negara dan hak asasi manusia tidak dilanggar dan
terus dijamin oleh pemerintah.

3. Indikator Konstitusi Demokratis


Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan negara Indonesia, semua konstitusi yang
pernah berlaku menganut prinsip demokrasi. Hal ini tertera pada Pasal 1 ayat 2 UUD
1945, Pasal 1 ayat 2 UUD setelah diamandemenkan dan UUDS 1950 Pasal 1. Beberapa
konstitusi itu menggambarkan secara jelas bahwa secara normatif, Indonesia adalah
negara demokrasi.

Indikator sebuah negara disebut sebagai negara demokrasi menurut Afan Gaffar,
antara lain:

a. Akuntabilitas Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh


rakyat harus bisa dipertanggungjawabkan kebijaksanaannya. Tak hanya itu, ia
juga harus bisa mempertanggung jawabkan ucapan dan perilaku dalam kehidupan
yang pernah, sedang, dan akan dijalaninya. Bentuk pertanggungjawaban itu tidak
hanya untuk diri sendiri, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti yang
luas.
b. Rotasi Kekuasaan Dalam demokrasi, peluang akan terjadi rotasi kekuasaan
harus ada dan dilakukan secara damai dan teratur. Jadi, tidak hanya satu orang
yang selalu memegang jabatan, sementara peluang orang lain tertutup sama
sekali.
c. Rekrutmen Politik Terbuka Agar bisa terjadi rotasi kekuasaan, maka
diperlukan sistem rekrutmen politik yang terbuka dalam sebuah negara. Artinya,
setiap warna negara yang memang memenuhi syarat dalam mengisi jabatan bisa
mengajukan diri untuk dipilih oleh rakyat.
d. Pemilihan Umum Dalam negara demokrasi, pemilihan umum atau pemilu
dilaksanakan secara teratur, teman-teman. Pemilu merupakan sarana yang
digunakan untuk melaksanakan rotasi kekuasaan dan rekrutmen politik. Setiap
warga negara yang sudah dewasa memiliki hak untuk memilih dan dipilih serta
bebas menggunakan haknya sesuai kehendak hati nuraninya. Warga negara bebas
menentukan partai atau calon mana yang akan didukung, tanpa adanya paksaan
dari berbagai pihak. Pemilih juga bebas dalam mengikuti segala macam aktivitas
pemilihan, seperti kampanye dan melihat perhitungan suara.

3
e. Pemenuhan Hak-Hak Dasar Dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga
negara bisa menikmati hak-hak dasarnya secara bebas. Termasuk di dalamnya
hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta menikmati
kebebasan pers.

4. Sejarah Konstitusi di Indonesia


Proses terbentuknya konstitusi di Indonesia berawal dari ketika pemerintah Hindia
Belanda secara resmi menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 9 Maret
1942. Sejak saat itu, kedudukan Hindia Belanda di Indonesia pun diambil alih oleh
Jepang. Akan tetapi, tiga tahun setelahnya, kondisi Jepang terdesak oleh kedatangan
Belanda ke Indonesia.

Dalam kondisi itu, Jepang pun berusaha mencari simpati rakyat Indonesia dengan cara
menjanjikan kemerdekaan suatu hari nanti. Janji kemerdekaan itu disampaikan oleh
Perdana Menteri Jepang, Koiso, pada 7 September 1944, berdasarkan keputusan Teikoku
Gikai atau Parlemen Jepang. Setelah itu, Jepang membentuk sebuah badan untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang disebut BPUPKI pada
29 April 1945. Seusai dibentuk, BPUPKI menyelenggarakan sidang sebanyak dua kali.
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945, sedangkan
Sidang Kedua BPUPKI dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945. Pasca-persidangan, BPUPKI
membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan. Panitia Sembilan adalah
kelompok yang bertugas untuk menyempurnakan kembali dasar negara Indonesia, yakni
Pancasila.

Setelah tugas BPUPKI selesai, dibentuk badan lanjutan yang disebut Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945. Sejak dibentuk, PPKI
menyelenggarakan sidang sebanyak tiga kali, yakni tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945.
Hasil sidang pertama PPKI adalah pengesahan UUD 1945 oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai konstitusi negara Republik Indonesia pada 18 Agustus
1945. Naskah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI meliputi Pembukaan dan pasal-pasal
yang terdiri atas 71 butir ketentuan tanpa penjelasan. Konstitusi yang sudah disahkan itu
terdiri atas tiga bagian, sebagai berikut: Mukaddimah Konstitusi atau Pembuka. Batang
Tubuh Konstitusi yang terbagi atas XV Bab dalam 36 Pasal. Penutup Konstitusi yang
terbagi atas Bab XVI pasal 37 tentang perubahan UUD, Aturan Peralihan dalam IV Pasal
dalam dua ayat. Lebih lanjut, UUD yang sudah disahkan oleh PPKI telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan ini terjadi karena dipengaruhi oleh adanya tuntutan
untuk menyempurnakan aturan dasar, seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum. Sejak 1999, UUD
1945 atau Konstitusi Indonesia telah diamandemen sebanyak empat kali hingga tahun
2000.

4
5. Perubahan Konstitusi
Dalam perkembangannya, konstitusi sangat mungkin mengalami perubahan. Suatu
konstitusi harus diubah dengan beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu:

 Perlunya mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas dan tegas dalam
memberikan pengaturan.
 Perlunya mengubah dan menambah pengaturan di dalam konstitusi yang
terlampau singkat dan tidak lengkap.
 Perlunya memperbaiki berbagai kelemahan mendasar baik dalam isi maupun
proses pembuatannya. Seperti memberbaiki konsisteni hubungan antarbab,
antarpasal, serta antara bab dan pasal.
 Perlunya memperbarui beberapa kententuan yang tidak lagi relevan dengan
kondisi politik dan ketatanegaraan suatu negara.
Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua sistem yang berkembang dalam
perubahan konstitusi, yaitu:

a. Renewal atau Pembaruan


Renewal atau pembaruan adalah sistem perubahan konstitusi secara keseluruhan
sehingga yang diberlakukan kemudian adalah konstitusi yang benar-benar baru.
Negara yang menganut sistem ini adalah Jerman, Perancis, Belanda.
b. Amandemen atau Perubahan
Amandemen atau perubahan adalah perubahan konstitusi dengan tetap
memberlakukan konstitusi yang asli. Hasil perubahan tersebut merupakan bagian
atau lampiran yang menyertai konstitusi yang asli. Salah satu negara yang
menganut sistem ini adalah Indonesia dan Amerika Serikat.

Terdapat empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi, yaitu:

a. Sidang Badan Legislatif


Salah satu prosedur perubahan konstitusi melalui sidang badan legislatif dengan
ditambah beberapa syarat. Misalnya dapat ditetapkan kuorum atau jumlah
minimal anggota yang harus hadir dalam rapat untuk sidang yang membahas
perubahan undang-undang dasar dan jumlah minimal anggota untuk
menerimanya. Prosedur ini dilakukan dengan syarat yang lebih berat daripada
jika badan legislatif membuat undang undang biasa (bukan undang-undang
dasar).
b. Referendum atau Plebisit
Referendum atau plebisit adalah prosedur perubahan konstitusi dengan proses
pemungutan suara semesta untuk mengambil sebuah keputusan, terutama
keputusan politik yang memengaruhi suatu negara secara keseluruhan.
Pemungutan suara dilakukan oleh rakyat yang memiliki hak suara.
c. Perubahan Konstitusi di Negara Federal

5
Prosedur perubahan konstitusi yang dilakukan oleh negara-negara bagian dalam
negara federal. Perubahan undang-undang dasar dapat terjadi jika mayoritas
negara-negara bagian menyetujuinya. Misalnya Amerika Serikat di mana 3/4 dari
50 negara bagian harus menyetujui.
d. Prosedur Musyawarah Khusus Prosedur
musywarah khusus adalah perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu
konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan .

6. Perubahan Konstitusi di Indonesia


Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan
dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan
apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 ,
sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia
melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap
no.IV/MPR/1983 tentang referendum) Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan
secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999
hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan
kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian
secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No.
I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi. Dalam sejarah perkembangan
ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang yang pernah berlaku,
yaitu :

a) Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang


Dasar 1945) Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang
dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-
Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia setelah mengalami beberapa proses.
b) Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi
Republik Indonesia Serikat) Perjalanan negara baru Republik Indonesia
ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk
kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan
negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara
Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948.
Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik
Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh
negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat
saja.
c) Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950) Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik

6
Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena
sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat
kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena
terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan
wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang,
akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu
adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu
panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik
Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-
undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
d) Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali Undang-
Undang Dasar 1945) Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali
Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap
kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konstitusi di Indonesia telah mengalami
perubahan beberapa kali, diantaranya adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950
dan kembali lagi ke UUD 1945 hingga mengalami perubahan sampai ke 4
(empat) kalinya dan berlaku hingga saat ini. Perubahan konstitusi di Indonesia
disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal serta dipengaruhi oleh kondisi
politik hukum yang ada kemudian berdampak pula pada berubahnya sistem
ketatanegaraan di Indonesia

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Konstitusi memiliki arti penting bagi suatu negara. Karena, tanpa adanya konstitusi,
suatu negara tidak dapat terbentuk. Arti penting konstitusi / Urgensi bagi suatu negara
adalah menjadi pedoman yang mengatur jalannya pemerintahan, pembatasan kekuasaan,
dan menjamin hak asasi manusia agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang.
Pemerintah tidak bisa bertindak sewenang-wenang karena konstitusi membatasi
kekuasaan. Konstitusi membagi kekuasaan, mengatur kerja sama antarlembaga
pemerintahan, dan menjadi agar semua kebijakan yang dijalankan tetap dilakukan demi
kesejahteraan rakyat .

Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa


kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.

Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk “pembentukan” berasal dari kata kerja


“coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini yang dibentuk adalah suatu
Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
negara.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yuswalina dan Budianto, Kun. Hukum Tata Negara di Indonesia. Malang: Intrans
Publishing, 2016.

Umam, Khairul. Teori dan Metode Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Melaui Tafsir
Konstitusi Perspektif Budaya Konstitusi. Yogyakarta: Thafa Media, 2016.

Syahuri, Taufiqurrahman. Hukum Konstitusi Proses dan Prosedur Perubahan UUD di


Indonesia 1945-2002 Serta Perbandingan Konstitusi Negara Lain di Dunia. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004.

Thaib, Dahlan. et. al. Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013.

Sri Soemantri Martosoewignjo, HRT. Konstitusi Indonesia Prosedur dan Sistem


Perubahannya Sebelum dan Sesudah UUD 1945. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016.

Riyanto, Astim .Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo, 2000 Riyanto, Astim .Teori
Konstitusi. Bandung: Yapemdo, 2000

Anda mungkin juga menyukai