Tugas ini diselesaikan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Civic Education
DISUSUN OLEH :
Sintia Armadhani
Syahwalia Islami
T.A 2022-2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah
negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu,
konstitusi yang ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti
segala perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat.
Konstitusi tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang terkait dengan
proses amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 yang beberapa waktu terakhir
menjadi isu sentral dalam ketatanegaraan Indonesia.
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum
dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Mengingat sulitnya mengubah Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang
memerlukan peraturan, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan
konvensi. Hal ini menimbulkan gagasan-gagasan mengenai living constitution dalam arti
bahwa suatu konstitusi yang benar-benar hidup dalam masyarakat tidak hanya terdiri dari
naskah yang tertulis saja, akan tetapi juga meliputi konvensi-konvensi. Undang-Undang
Dasar 1945 menganut paham tersebut.
Terdapat beberapa istilah konstitusi, begitu pula dapat diketahui sifatnya, salah
satunya adalah tertulis dan yang tidak tertulis. Konstitusi pada mulanya dibentuk
penguasa yang memiliki kekuasaan untuk membentuk konstitusi, tetapi perkembangan
tampak bahwa konstitusi serta kaitannya dengan tumbuhnya, teori kedaulatan rakyat.
Oleh karena itu, rakyatlah yang memiliki kedaulatan untuk membentuk konstitusi .
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Urgensi Konstitusi dalam suatu Negara
Konstitusi memiliki arti penting bagi suatu negara. Karena, tanpa adanya konstitusi,
suatu negara tidak dapat terbentuk. Arti penting konstitusi / Urgensi bagi suatu negara
adalah menjadi pedoman yang mengatur jalannya pemerintahan, pembatasan kekuasaan,
dan menjamin hak asasi manusia agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang.
Pemerintah tidak bisa bertindak sewenang-wenang karena konstitusi membatasi
kekuasaan. Konstitusi membagi kekuasaan, mengatur kerja sama antarlembaga
pemerintahan, dan menjadi agar semua kebijakan yang dijalankan tetap dilakukan demi
kesejahteraan rakyat. Adanya konstitusi, membuat pemerintahan tetap berfokus pada
kepentingan rakyat banyak tanpa adanya pelanggaran hak-hak asasi manusia. Konstitusi
menjadi pedoman agar hak–hak warga negara dan hak asasi manusia tidak dilanggar dan
terus dijamin oleh pemerintah.
Indikator sebuah negara disebut sebagai negara demokrasi menurut Afan Gaffar,
antara lain:
3
e. Pemenuhan Hak-Hak Dasar Dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga
negara bisa menikmati hak-hak dasarnya secara bebas. Termasuk di dalamnya
hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta menikmati
kebebasan pers.
Dalam kondisi itu, Jepang pun berusaha mencari simpati rakyat Indonesia dengan cara
menjanjikan kemerdekaan suatu hari nanti. Janji kemerdekaan itu disampaikan oleh
Perdana Menteri Jepang, Koiso, pada 7 September 1944, berdasarkan keputusan Teikoku
Gikai atau Parlemen Jepang. Setelah itu, Jepang membentuk sebuah badan untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang disebut BPUPKI pada
29 April 1945. Seusai dibentuk, BPUPKI menyelenggarakan sidang sebanyak dua kali.
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945, sedangkan
Sidang Kedua BPUPKI dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945. Pasca-persidangan, BPUPKI
membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan. Panitia Sembilan adalah
kelompok yang bertugas untuk menyempurnakan kembali dasar negara Indonesia, yakni
Pancasila.
Setelah tugas BPUPKI selesai, dibentuk badan lanjutan yang disebut Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945. Sejak dibentuk, PPKI
menyelenggarakan sidang sebanyak tiga kali, yakni tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945.
Hasil sidang pertama PPKI adalah pengesahan UUD 1945 oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai konstitusi negara Republik Indonesia pada 18 Agustus
1945. Naskah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI meliputi Pembukaan dan pasal-pasal
yang terdiri atas 71 butir ketentuan tanpa penjelasan. Konstitusi yang sudah disahkan itu
terdiri atas tiga bagian, sebagai berikut: Mukaddimah Konstitusi atau Pembuka. Batang
Tubuh Konstitusi yang terbagi atas XV Bab dalam 36 Pasal. Penutup Konstitusi yang
terbagi atas Bab XVI pasal 37 tentang perubahan UUD, Aturan Peralihan dalam IV Pasal
dalam dua ayat. Lebih lanjut, UUD yang sudah disahkan oleh PPKI telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan ini terjadi karena dipengaruhi oleh adanya tuntutan
untuk menyempurnakan aturan dasar, seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum. Sejak 1999, UUD
1945 atau Konstitusi Indonesia telah diamandemen sebanyak empat kali hingga tahun
2000.
4
5. Perubahan Konstitusi
Dalam perkembangannya, konstitusi sangat mungkin mengalami perubahan. Suatu
konstitusi harus diubah dengan beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu:
Perlunya mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas dan tegas dalam
memberikan pengaturan.
Perlunya mengubah dan menambah pengaturan di dalam konstitusi yang
terlampau singkat dan tidak lengkap.
Perlunya memperbaiki berbagai kelemahan mendasar baik dalam isi maupun
proses pembuatannya. Seperti memberbaiki konsisteni hubungan antarbab,
antarpasal, serta antara bab dan pasal.
Perlunya memperbarui beberapa kententuan yang tidak lagi relevan dengan
kondisi politik dan ketatanegaraan suatu negara.
Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua sistem yang berkembang dalam
perubahan konstitusi, yaitu:
5
Prosedur perubahan konstitusi yang dilakukan oleh negara-negara bagian dalam
negara federal. Perubahan undang-undang dasar dapat terjadi jika mayoritas
negara-negara bagian menyetujuinya. Misalnya Amerika Serikat di mana 3/4 dari
50 negara bagian harus menyetujui.
d. Prosedur Musyawarah Khusus Prosedur
musywarah khusus adalah perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu
konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan .
6
Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena
sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat
kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena
terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan
wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang,
akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu
adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu
panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik
Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-
undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
d) Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali Undang-
Undang Dasar 1945) Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali
Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap
kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konstitusi di Indonesia telah mengalami
perubahan beberapa kali, diantaranya adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950
dan kembali lagi ke UUD 1945 hingga mengalami perubahan sampai ke 4
(empat) kalinya dan berlaku hingga saat ini. Perubahan konstitusi di Indonesia
disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal serta dipengaruhi oleh kondisi
politik hukum yang ada kemudian berdampak pula pada berubahnya sistem
ketatanegaraan di Indonesia
7
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konstitusi memiliki arti penting bagi suatu negara. Karena, tanpa adanya konstitusi,
suatu negara tidak dapat terbentuk. Arti penting konstitusi / Urgensi bagi suatu negara
adalah menjadi pedoman yang mengatur jalannya pemerintahan, pembatasan kekuasaan,
dan menjamin hak asasi manusia agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang.
Pemerintah tidak bisa bertindak sewenang-wenang karena konstitusi membatasi
kekuasaan. Konstitusi membagi kekuasaan, mengatur kerja sama antarlembaga
pemerintahan, dan menjadi agar semua kebijakan yang dijalankan tetap dilakukan demi
kesejahteraan rakyat .
8
DAFTAR PUSTAKA
Yuswalina dan Budianto, Kun. Hukum Tata Negara di Indonesia. Malang: Intrans
Publishing, 2016.
Umam, Khairul. Teori dan Metode Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Melaui Tafsir
Konstitusi Perspektif Budaya Konstitusi. Yogyakarta: Thafa Media, 2016.
Thaib, Dahlan. et. al. Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013.
Riyanto, Astim .Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo, 2000 Riyanto, Astim .Teori
Konstitusi. Bandung: Yapemdo, 2000