Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hak dan kewajiban Negara dan warga negara dalam


demokrasi kedaulatan rakyat

DISUSUN OLEH :

Riki Evendi (21010011) Nurfadilah


Ramadhani ( 21010010 )

MATA KULIAH :
Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU : Kasim

Dahlan S.Sos., MM

Program Studi S1 Teknik Informatika Sekolah Tinggi Ilmu


Komputer Muhammadiyah Ahmad Dahlan
Batam, Kepulauan Riau
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWTatas rahmat dan karunianya yang telah diberikan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Hak dan kewajiban
Negara dan warga negara dalam demokrasi kedaulatan rakyat
Shalawat beserta salam tak lupa kami sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga
kita semua dijadikan umat yang senantiasa istiqamah dalam menjalankan sunnah-sunnahnya.

Dengan dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi
Komputer dengan dosen pengampu Kasim Dahlan S.Sos., MM dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Semoga makalah yang kami buat dapat dipahami serta berguna khususnya bagi kami selaku
penulis dan penyusun serta bagi orang yang membacanya. Kami memohon maaf atas segala
kesalahan dan segala kekurangan. Kami juga memohon kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan dimasa yang mendatang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Batam, 17 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................7

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................................................8

PEMBAHASAN...........................................................................................................................................8

A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara...............................................................................8

B. Hak dan Kewajiban Negara/ Pemerintah........................................................................................10

C. Asas Kewarganegaraan...................................................................................................................11

BAB III.......................................................................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................14

B. Saran...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah melahirkan beberapa perubahan mendasar di
bidang ketatanegaraan. Perubahan mendasar terdapat pada bentuk kedaulatan yang semula
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), namun setelah
perubahan terdapat perbedaan, yakni kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Yang cukup mendasar pula adalah dengan diperjelasnya
bahwa Indonesia adalah meganut negara hukum. Dengan demikian maka telah meruntuhkan
pandangan yang sengaja dibangun oleh Presiden Soeharto bahwa Undang-Undang Dasar 1945
bernilai “keramat”. Yakni Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat di rubah oleh siapun dan
dalam kondisi apapun.
Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada bergesernya kekuasaan lembaga negara. Selain
terdapat lembaga baru, juga terdapat lembaga negara yang dihapus dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Resstrukturisasi kelembagaan Negara merupakan agenda penting amandemen
demi terciptanya pemerintahan yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Good Governance). Pada aspek kelembagaan Negara dapat dilihat dalam konstitusi bahwa
terdapat lembaga-lembaga seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daearah (DPD), Presiden, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi
Yudisial (KY) serta lembaga-lembaga Negara lainnya seperti Bank Indonesia (BI) dan Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Kesemuanya itu merupakan pemisahan kekuasaan yang bersifat
horizontal dalam arti kekuasaan dipisah-pisahkan kedalam fungsi-fungsi yang tercermin
dalam lembaga Negara yang sederajat yang saling mengimbangi (check and balance)..
Konstitusi di Indonesia yang disebut dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945),
semenjak masa reformasi hingga sekarang Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami
amandemen atau perubahan sebanyak empat kali yaitu :
1. Perubahan Pertama, disahkan 19 Oktober 1999
2. Perubahan Kedua, disahkan 18 Agustus 2000
3. Perubahan Ketiga, disahkan 10 November 2001
4. Perubahan Keempat, disahkan 10 Agustus 2002
Dalam amandemen UUD 1945 masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak problem
kebangsaan yang mestinya diatur langsung dalam UUD, namun belum termuat di dalamnya.
Sebaliknya, barangkali terdapat beberapa poin yang mustinya tidak dimasukkan, tetapi
dimasukkan dalam UUD. Salah satu poin penting yang terdapat dalam amandemen UUD
1945 adalah mengenai hak asasi manusia yang merupakan hak dasar yang melekat pada
manusia sebagai insan ciptaan Tuhan yang dimiliki menurut kodratnya dan tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya yang bersifat luhur dan suci.
UUD 1945 bukanlah sekedar cita-cita atau dokumen bernegara, akan tetapi ia
harus diwujudnyatakan dalam berbagai persoalan bangsa akhir-akhir ini. Misalnya,
kenyataan masih seringnya pelanggaran HAM terjadi di negeri ini.
Dengan demikian amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dinilai belum
transformatif. Konstitusi ini masih bersifat parsial, lebih terfokus pada aspek restriktif
negara dan aspek protektif individu dalam hak asasi manusia. Tiga hal yang belum
disentuh amandemen UUD 1945 adalah bagaimana cara rakyat menarik kedaulatannya,
penegasan mengenai supremasi otoritas sipil atas militer, serta penegasan dan penjaminan
otonomi khusus dalam konstitusi.
Meski demikian, amandemen UUD 1945 sesungguhnya telah memuat begitu
banyak pasal-pasal tentang pengakuan hak asasi manusia. Memang UUD 1945 sebelum
amandemen, boleh dikatakan sangat sedikit memuat ketentuan-ketentuan tentang hal itu,
sehingga menjadi bahan kritik, baik para pakar konstitusi, maupun aktivis dan pemerhati
HAM. Dimasukkannya pasal-pasal HAM memang menandai era baru Indonesia, yang kita
harapkan akan lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Pemerintah dan DPR, juga telah mensahkan berbagai instrument HAM internasional, di
samping juga mengsahkan undang-undang tentang HAM.
Ketentuan HAM dalam konstitusi yang menjadi basic law adalah norma tertinggi
yang harus dipatuhi oleh negara. Karena letaknya dalam konstitusi, maka ketentuan-
ketentuan mengenai HAM harus dihormati dan dijamin pelaksanaanya oleh negara.
Karena itulah pasal 28I ayat (4) UUD 1945 menegaskan bahwa perlindungan, pemajuan,
penegakkan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang Kedaulatan Rakyat menurut Undang-
Undang Dasar. Tulisan ini berangkat dari Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
amandemen menyatakan “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”, ini menunjukkan bahwa bagi bangsa Indonesia dalam negara
rakyatlah yang berkuasa atau rakyatlah yang memegang kedaulatan. Dengan demikian
kedaulatan rakyat membawa konsekuensi bahwa rakyatlah sebagai pemegang otoritas
tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ini berarti bahwa rakyatlah yang
menjadi sumber kekuasaan dalam negara. Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia
adalah sistem demokrasi yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
dan pandangan hidup bangsa. Oleh sebab itu sistem tersebut disebut demokrasi Pancasila.
[24] Dalam pelaksanaannya prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia tidak akan terpisahkan
dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan ketentuan itu dapat diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara
Indonesia ialah rakyat. Pelaksanaan kedaulatan ditentukan menurut Undang-Undang
Dasar. Pelaksana kedaulatan negara Indonesia menurut UUD 1945 adalah rakyat dan
lembaga-lembaga negara yang berfungsi menjalankan tugas-tugas kenegaraan sebagai
representasi kedaulatan rakyat.[26] Lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi,
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Komisi Yudisial. Pelaksanaan kedaulatan
rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945 inilah sebagai sistem pemerintahan
Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan yang
didasarkan pada kedaulatan rakyat sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Dasar
1945.
Perubahan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen sebenarnya ingin
menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi kekuasaan tertinggi dalam lembaga Negara
seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR) sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebelum Amandemen. Untuk itu setelah adanya
amandemen Undang-Undang dasar 1945 maka dapat dikatakan Indonesia menganut
system check and balance. System check and balance (sistem pengawasan dan
keseimbangan) masing- masing kekuasaan saling mengawasi dan mengontrol, system ini
merupakan suatu mekanisme yang menjadi tolok ukur kemapanan konsep negara hukum
dalam rangka mewujudkan demokrasi.
Berdasaran bunyi Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen selain
mengacu pada konsep kedaulatan rakyat, maka sebenarnya terdapat konsekwensi yang
harus dipenuhi oleh Negara kepada rakyatnya, atau dengan bahasa yang sederhana
sebenarnya terdapat hak-hak yang dimiliki oleh warga Negara melalui pilihan konsep
yang dianut oleh Negara Indonesia melalui Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
amandemen tersebut.
Memiliki sifat-sifat pokok antara lain: Asli yang berarti kekuasaan tersebut bukan berasal
dari kekuasaan pihak lain yang kedudukannya lebih tinggi, Permanen yang berarti
kekuasaan tersebut tetap berdiri meskipun pemerintahan atau pemegang kedaulatan telah
berulang kali berganti, Tunggal yang berarti kekuasaan tersebut merupakan satu-satunya
kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak dapat diserahkan atau dibagi-bagikan kepada
badan-badan atau lembaga lainnya, Tidak Terbatas yang berarti kekuasaan tersebut tidak
dibatasi oleh kekuasaan lainnya dan apabila ada kekuasaan lain yang membatasinya, pasti
kekuasaan tertinggi yang dipunyai tersebut akan hilang atau lenyap.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin
oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila
negara mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia. Selain itu, prinsip demokrasi atau
kedaulatan rakyat dapat menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang diterapkan dan
ditegakkan benar-benar mencerminkan perasaan keadilan masyarakat.[38] Hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara
sepihak oleh dan atau hanya untuk kepentingan penguasa. Hal ini bertentangan dengan
prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan
beberapa orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan keadilan bagi semua
orang. Dengan demikian negara hukum yang dikembangkan bukan absolute rechtsstaat,
melainkan democratische rechtsstaat.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengkaji tentang
Hak Warga Negara dalam Konsep Kedaulatan Rakyat, sebagaimana telah disebutkan
dalam Pasal 1 ayat (2) bahwa Indonesia menganut kedaulatan rakyat, maka konsekwensi
logis apa yang didapat oleh masyarakat apabila dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana Hak Warga Negara dalam Konsep Kedaulatan Rakyat?


2. Bagaimana Pelaksanaan Hak Warga Negara dalam Konsep Kedaulatan
Rakyat?
3. Bgaimana Perbandingan Hak Warga Negara dalam Konsep Kedaulatan
Rakyat berdasarkan Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tulisan ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi Hak Warga Negara dalam Konsep


Kedaulatan Rakyat
2. Untuk menganalisis Pelaksanaan Hak Warga Negara dalam Konsep
Kedaulatan Rakyat
3. Untuk menganalisis Perbandingan Hak Warga Negara dalam Konsep
Kedaulatan Rakyat berdasarkan Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai
anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya didapat
dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Contoh Hak Warga
Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban untuk
dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas
untuk didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut . Contoh Kewajiban Warga
Negara Indonesia ;
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik
Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :
a. Membayar pajak.
b. Membela pertahanan dan keamanan.
c. Menghormati hak asasi.
d. Menjunjung hukum dan pemerintah
e. Ikut serta membela negara.
f. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN warga Negara dalam
UUD 1945 ;
• Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara pada
ayat 2, syarat -syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.
• Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya didalam hukum
dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
• Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-undang.
• Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan UU.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil
adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah sebuah
penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara
itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas yang
membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26 menyatakan :
“ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang
sebagai warga negara”.
Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah orang yang
berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang
berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab kemajuan dan
kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu
negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara
menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus mengakui bahwa setiap
orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur
pasal 28 E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal
dalam wilayah negara dapat diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara yang
diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui kantor
imigrasi.

B. Hak dan Kewajiban Negara/ Pemerintah


Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima dan
dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945.

1. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :


a. Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.
b. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak.
c. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.
2. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :
a. Melindungi wilayah dan warga negara.
b. Memajukan kesej ahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
e. Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.
f. Membiayai pendidikan dasar.
g. Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
h. Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari anggaran belanja negara
dan belanja daerah.
i. Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
j. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
k. Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kebudayaan nasional.
l. Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hidup orang
banyak.
m. Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat.
n. Memelihara fakir miskin.
o. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
p. Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.
Pasal 27 Ayat 2 Uud 1945 Dan Hubungan Dengan Warga Negara
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “ Tiap - tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “ . Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan
serta kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa , dan
bernegara .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan
yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak . Penghidupan yang
layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar ,
seperti : pangan , sandang , dan papan .
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi
dengan kewajiban . Disisi lain , masih terdapat pula hak yang kian tak bersambut
dengan kewajiban yang telah dilakukan . Kedua hal tersebut merupakan pemicu
terjadinya ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung dilaksanakan .
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban , pada umumnya
disebabkan oleh adanya sifat malas dan kurangnya kemampuan dalam suatu bidang
pekerjaan . Sifat malas tersebut dapat menghambat individu sebagai tenaga kerja
untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan tertundanya
penghidupan yang layak , sedangkan kurangnya kemampuan memicu pola pikir
individu menjadi pesimistis yang menyebabkan individu tidak dapat bergerak kearah
tingkat kehidupan yang lebih layak .
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang telah dilakukan , pada
umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik dari pihak pemerintah maupun
swasta atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang telah
dilakukan .
Hal tersebut, dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya ketimpangan akan hak
dengan kewajiban. Gejolak masyarakat timbul akibat adanya rasa ketidakpuasan
terhadap ketimpangan tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai demo hingga
mogok kerja . Fenomena tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak perlu
dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan .

C. Asas Kewarganegaraan
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2 kriterium,
yaitu:
1. Kriterium kelahiran.
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis. Di dalam
asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas
kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas ini,
seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan,
meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.
c. Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan mengutamakan
salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius
Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau
tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu,
maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel
kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif.
Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
• Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
• Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan
Adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu
mempunyai kewarganeraan negara lain.
Di indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah disebutkan di dalam pasal 26
UUD 1945, yaitu:
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur dalam UU nomor 62 Tahun
1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan:
Warga Negara Republik Indonesia adalah:
a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian
dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah
warga negara Republik Indonesia.
b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya, seorang warga negara RI, dengan pengertian bahwa kewarganegaraan karena
RI tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan ini diadakan sebelum
orang itu berumur 18 tahun, atau sebelum ia kawin pada usia di bawah umur 18 tahun.
c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu
pada waktu meninggal dunia warga negara RI.
d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, apabila ia pada waktu itu
tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya.
e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya.
f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang tuanya tidak diketahui.
g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak diketahui kedua
orang tuanya.
h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui.
i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya tidak mendapat
kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.
j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan undang-undang ini.
Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun 1958 ini dikatakan bahwa
kewarganegaraan RI diperoleh:
a. Karena kelahiran;
b. Karena pengangkatan;
c. Karena dikabulkan permohonan
d. Karena pewarganegaraan;
e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan
f. Karena turut ayah/ibunya;
g. Karena pernyataan.
Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun ini disebutkan: b, c, d,
dan e. Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana
telah diterangkan di atas dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah
ayahnya. Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau
apabila ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak
diketahui kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status
anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan
hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah ayah itu
mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu
baru diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut
kewarganegaraan ayahnya. Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di
Indonesia tidak ada yang tanpa kewarganegaraan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai
anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Kewajiban adalah segala sesuatu
yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai
anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapat . Warga Negara
adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara tersebut dan
mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah
mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara
yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.
Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :

1. Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.


2. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak.
3. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.
Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :

1. Melindungi wilayah dan warga negara.


2. Memajukan kesej ahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Dsb.
B. Saran
Dari makalah diatas setidaknya kita telah mengetahui tentang “Hak dan kewajiban Negara dan
warga negara dalam demokrasi kedaulatan rakyat”, namun hal diatas belum bisa sempurna
karena masih banyak kekurangan. Dari kekurangan itu kemudian diteliti oleh pembaca yang
nantinya diharapkan dapat melengkapi makalah ini untuk menyempurnakan sebagaimana
mestinya
DAFTAR PUSTAKA

bbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-11-15.


Al Rasyid, Harun, Pengisian Jabatan Presiden, Grafiti, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: UI Press, 2002, Himpunan
Peraturan Hukum Tata Negara, UI Press, Jakarta:UI Press, 1996.

Busroh, Abubakar, Abudaud, Hukum Tata Negara, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1984 Djokosutono .
Ilmu Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985
Ibrahim, Harmaily, Majelis Permjusyawaratan Rakyat Suatu Tinjauan Dari Sudut Hukum Tata
Negara, Jakarta: Sinar Bakti, 1979

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan RepublikIndonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara , 1984 Khaldun,

Ibnu, Mukaddimah, Jakarta: Pustaka Firdaus,2000


Kusnardi, Mohammad, Ibrahim, Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI, 1988

Anda mungkin juga menyukai