Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ILLEGAL CONTENT

STUDI KELAYAKAN BISNIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

RAHMI KURNIATI. S 21101155310575

RIZA PERMATA INDAH 21101155310579

AHMAD REDHO 21101155310645

DAHAYU SARVIKA 21101155310649

FAJAR AULIA 21101155310652

FRENZENT OUW YANG 21101155310654

JOSEPH GABRIEL JS 21101155310659

DOSEN PENGAMPU : SUSRIYANTI, SE, MM


MATA KULIAH : STUDI KELAYAKAN BISNIS
KELAS : MANAJEMEN 1 ( SEMESTER 5 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG


2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang bertujuan untuk mmenyelesaikan tugas mata
kuliah Studi Kelayakan Bisnis.

Pada kesempatan ini penuis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Susriyanti, SE, MM selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
yang telah mengajar, mendidik, memberikan ilmu pengetahuan serta wawasannya
kepada para mahasiswa. Pada kesempatan ini juga, saya sebagai penulis makalah ini
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber-sumber media yang telah
terlibat dalam penyusunan makalah ini. Pada masa pembuatan makalah ini saya
sebagai penulis telah melali suka duka daalam mengerjakan makalah ini hingga
makalah yang sangat sederhana ini telah selesai dikerjakan. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi, dan keterangan tentang ilegal content yang
saat ini sedang marak di Indonesia, yang pada nantinya bisa memberi pengetahuan
yang bermanfaat dan juga menambah wawasan bagi para pembaca yang membaca
makalah ini. Saya sebagai penulis makalah ini yaang namanya manusia pasti tidak
luput dari kesalahan yang ada, maka dari itu saya sadar atas kesalahan, dan
kekurangan yang ada pada makalah ini, mmaka saya juga menerima jika ada kritik
atau saran yang positif dan membangun yang dapat disampaikan langsung demi
membangun kesempurnaan pada pembuatan makalah untuk ke depannya.

Demikin yang dapaat penulis sampaikan, semoga pada makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca makalah ini, sekian dan terima kasih.

Padang, 5 Januari 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................5

1.3 Manfaat..............................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7

2.1 Illegal Contents..................................................................................................................................7

2.2 Undang-Undang yang mengatur tentang konten................................................................................7

2.3 Cara Bijak Membuat Konten yang Legal...........................................................................................8

2.4 Cara Membedakan Konten yang Legal dan Ilegal............................................................................10

2.5 Manfaat Menggunakan Konten yang Legal Bagi Masyarakat..........................................................11

2.6 Faktor Penyebab Illegal Contents.....................................................................................................13

2.7 Mengatasi Kehadiran Illegal Contents..............................................................................................14

2.8 Langkah-Langkah Penelitian Illegal Contents..................................................................................15

2.9 Contoh Kasus Illegal Contents..........................................................................................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................26

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................26

3.2 Saran..................................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi


komputer menghasilkan internet yang multifungsi, perkembangan ini membawa kita
ke zaman revolusi keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari
konstruksi pengetahuan umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa
batas (borderless way of thinking). Pada dasarnya, setiap teknologi diciptakan untuk
memenuhi suatu kebutuhan tertentu manusia. Setelah diciptakan, teknologi
dikembangkan agar dapat semakin efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
yang dimaksud, memenuhi segala aktivitas dan kegiatan manusia yang sulit dilakukan
saat ini, dan teknologi yang baru pun perlahan-lahan akan mengggantikan teknologi
yang sudah lama. Akan tetapi, setelah teknologi itu diciptakan dan dikembangkan,
penggunaan teknologi tersebut dapat sesuai dengan tujuan yaitu menawarkan kepada
manusia berbagai harapan dan kemudahan dalam menjalankan berbagai aktivitas
manusia. Akan tetapi dibalik itu, timbul persoalan berupa kejahatan yang dinamakan
cybercrime atau bisa disebut kejahatan di dunia maya, baik sistem jaringan
komputernya itu sendiri yang menjadi sasaran maupun komputer itu sendiri yang
menjadi sarana untuk melakukan kejahatan. Terminologi-terminologi ini semakin
populer dibahas di berbagai media cetak maupun elektronik, oleh pengamat dalam
surat kabar, akademisi dalam berbagai jurnal ilmiah, dan juga termasuk oleh
pemerintah dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ataupun hukum yang
mengatur seluruh kegiatan di dunia teknologi informasi tersebut. Tindakan tersebut
meliputi aktivitas manusia yang menjadikan komputer sebagai sasaran, misalnya
perusakan data dan akses pada sistem secara tidak sah, dan juga aktivitas manusia
yang menggunakan komputer sebagai sarana untuk melakukan kejahatan,
pembajakan hak cipta,lisensi. Dari pembahasan tersebut, salah satu yang sedang
marak terjadi di Indonesia adalah tentang maraknya kehadiran konten ilegal yang
kadang-kadang banyak membuat masyarakat resah atas kehadirannya. Untuk itu,
maka diciptakan sebuah peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk
mengatur seluruh aktivitas/tindak kejahatan dalam cyberspace tersebut. Convention
on Cybercrime adalah instrumen hukum regional yang secara tidak langsung telah
diterima sebagai pedoman yang dipakai secara internasional. Perserikatan Bangsa-
bangsa juga telah sejak lama membahas tentang penanganan tindakan kejahatan siber
dan juga memberikan pedoman-pedoman bagi negara-negara anggota. Demikian juga
organisasi kawasan regional Perserikatan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. Selanjutnya,
pengaturan hukum dalam UU ITE tersebut mengadopsi ketentuan dalam Convention
on Cybercrime.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan illegal content?
2. Apa Undang-Undang yang mengatur tentang konten?
3. Bagaimana cara bijak dalam membuat konten yang legal?
4. Bagaimana cara membedakan konten yang legal dan ilegal?
5. Apa manfaat menggunakan konten yang legal bagi masyarakat?
6. Apa saja faktor kehadiran illegal content?
7. Bagaimana cara mengatasi kehadiran illegal content?
8. Apa saja langkah-langkah penelitian illegal content?
9. Apa contoh kasus dari kehadiran illegal content?

1.3 Manfaat

1. Agar para pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan illegal
content.
2. Agar para pembaca dapat mengetahui apa Undang-Undang yang mengatur
tentang konten di Indonesia.
3. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara bijak dalam membuat
suatu konten yang legal.
4. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara membedakan suatu
konten yang legal dan yang ilegal.
5. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana manfaat yang dapat
dirasakan dalam kehadiran konten yang legal bagi masyarakat.
6. Agar para pembaca dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang membuat
kehadiran illegal content dapat diterima di masyarakat.
7. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi
kehadiran illegal content.
8. Agar para pembaca dapat mengetahui apa saja langkah-langkah penelitian
yang ada pada illegal content.
9. Agar para pembaca dapat mengetahui apa contoh kasus yang pernah kejadian
dari adanya kehadiran konten yng ilegal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Illegal Content

Illegal content adalah tindakan memasukkan data dan atau informasi ke dalam
internet yang dianggap tidak benar, tidak etis dan melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Jadi illegal content menurut pengertian diatas dapat
disederhanakan menjadi kegiatan menyebarkan (mengunggah,menulis) hal yang salah
atau diarang atau dapat merugikan orang lain. Yang menarik dari Hukuman atau
sanksi untuk beberapa kasus seseorang yang terlibat dalam “Illegal content” ini
adalah hanya penyebar atau yang melakukan proses unggah saja yang mendapat
sanksi sedangkan yang mengunduh tidak mendapat hukuman apa apa selain hukuman
moral dan perasaan bersalah setelah mengunduh file yang tidak baik. Sebagai
contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan
martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau
pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda
untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya. Dengan kehadiran illegal
content yang telah disampaikan sebelumnya bahwa, ini jelas merugikan masyarakat
dan bisa menyesatkan informasi yang beredar di masyarakat, sehingga mengancam
keselamatan negara.

2.2 Undang-Undang yang mengatur tentang konten

Pasal 28 ayat 1 UU ITE

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar)”

Pasal 27 Ayat (3)

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau


mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama
baik.”

Pasal 32 ayat (1):

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan
cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/
atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.”

Pasal 26 UU ITE

“Jika merujuk UU ITE dan perubahannya, dalam Pasal 26 ayat (1) UU


19/2016 mengatur penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang
bersangkutan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.”

2.3 Cara bijak membuat konten yang legal

Di era globalisasi ini, media sosial memegang peranan yang sangat penting
dalam kebutuhan bersosialisasi dan komunikasi. Hanya dalam satu genggaman,
seluruh manusia di muka bumi kini bisa dengan mudahnya bertukar informasi,
mengakses gambar atau video, hingga pengetahuan baru tanpa celah. Beberapa media
sosial yang kita gunakan karena kemudahannya adalah Instagram, Twitter, YouTube,
Facebook, WhatsApp, dan lain-lain. Saking mudahnya, terkadang pmbuatan konten
di media sosial sekarang marak pula terjadinya penyalahgunaan medsos seperti
penyebaran hoax, penyebaran ujaran kebencian, dan hal-hal fatal lainnya yang bisa
merugikan banyak pihak. Melalui beberapa cara berikut ini, kita bisa menggunakan
media sosial secara bijak dan bertanggung jawab agar dapat menerima informasi yang
akurat, seperti:

1. Jangan asal memposting konten

Disadari bahwa akun media sosial bisa dilihat secara publik, termasuk semua
postingan di dalamnya. Oleh karena itu, kita harus lebih bijak dalam memposting
konten-konten sebelum diunggah di media sosial. Karena dengan asala-asal dalam
memposting konten, kita bisa menyesatkan informasi pada masyarakat dan bisa
dijerat UU ITE. Namun tak ada salahnya menggunakan media sosial dengan lebih
baik dan bermanfaat sehingga tidak menyinggung pihak lain.

2. Menjaga etika

Media sosial memang memberikan kebebasan bagi para penggunanya untuk


memposting atau membuat konten, tetapi bukan berarti bebas pula dalam beretika.
Kita harus selalu menjaga etika, sopan santun, dan selalu bersikap hormat kepada
teman atau orang-orang yang terkoneksi dalam membaca konten kita di media sosial.
Hindari penggunaan kata-kata kasar atau yang mengandung unsur SARA yang dapat
menyinggung sebaian pihak yang membaca konten kita. Hormatilah orang lain
sebagaimana kita ingin dihormati.

3. Selalu membaca informasi sebelum menyebarkan konten informasi

Terkadang sebelum kita ingin menyebarkan atau membuat konten yang


bermanfaat bagi pembaca kita pertama harus membaca dan mengolah informasi yang
telah didapat sebelumnya dengan mencari fakta-fakta dan informasi yang terpercaya
dan juga mawas diri dalam mendapatan suatu informasi yang tersebar luas. Karena
semua informasi yang tersedia di media sosial dan di pemberitaaan belum tentu betul,
dan bisa saja menyesatkan para pembacanya.

4. Selalu waspada terhadap informasi yang mencurigakan

Dalam menyebarkan suatu konten informasi, kita harus selalu menelaah dulu
suatu informasi yang beredar dan mencari informasi secara objektif dan terpercaya.
Waspada juga terhadap informasi yang memberitakan judul berita yang sangat
berlebihan, karena bisa saja hanya untuk menarik minat pembaca tanpa mengolah
informasi lebih detail, sehingga menyesaatkan para pembaca.

2.4 Cara membedakan konten yang legal dan ilegal

Belakangan ini marak sekali terjadi pemalsuan berita yang dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan cara menyebarkan beritayang
belum tentu kebenarannya, kemudian dipublikasikan lewat internet. Hal ini sangat
merugikanpihak lain, dari banyak kasus yang terjadi para pelaku kejahatan ini susah
dilacak sehingga proseshukum tidak dapat berjalan dengan baik.Akhir-akhir ini juga
sering terjadi penyebaran hal-hal yang tidak teruji kebenaran akanfaktanya yang
tersebar bebas di internet, baik itu dalam bentuk foto, video maupun berita-
berita.Dalam hal ini tentu saja mendatangkan kerugian bagi pihak yang menjadi
korban dalampemberitaan yang tidak benar tersebut, seperti kita ketahui pasti
pemberitaan yang di beredarmerupakan berita yang sifatnya negatif.

LEGAL maknanya adalah cenderung positif sementara ILEGAL maknanya


adalah cenderung negatif. Sesuatu yang berstatus legal artinya adalah SAH
sementara sesuatu yang berstatus ilegal artinya adalah TIDAK SAH. Legal dan
Illegal ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yakni Legal dan Illegal yang
maknanya serupa dengan pemaknaan bahasa Indonesia.
Adapun juga cara membedakan yang mana konten yang legal dan konten yang
ilegal adalah judul pemberitaan di konten yang ilegal cenderung memuat pemberitaan
konten secara berlebihan dibanding konten yang legal cenderung memuat
pemberitaan yang biasa saja, tetapi sesuai dengan fakta di lapangan. Lalu ada juga
pada konten yang ilegal cenderung memuat judul yang menjatuhkan nama orang lain
dibandingkan dengan konten yang legal yang dimana cenderung menerbitkan judul
pemberitaan yang sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Dan juga pada konten
ilegal cenderung memuat judul konten yang terkadang tidak memuat sumber
pemberitaan atau informasi yang tidak jelas atau bahkan tidak mencantumkan sumber
atau keaslian informasinya. Sedangkan, konten legal cenderung memuatkan sumber
atau keaslian beritanya di konten.

Akibat adanya hal yang terjadi pada kegiatan illegal content tersebut, banyak
masyarakat yang cenderung lebih memperhatikan dan tidak mengolah informasi
tersebut secara cermat sehingga masyarakat sering mendapatkan informasi yang sesat
dan tidak benar. Ini cenderung berpengaruh kepada masyarakat yang umumnya
memiliki tingkat literasi membaca masyarakat yang kurang. Dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki tingkat literasi yang cukup baik cenderung tidak mudah
terpengaruh terhadap informasi yang tidak benar, karena telah meakukan
pengamatan, analisa, dan mencermati isi dari pemberitaan konten tersebut.

2.5 Manfaat menggunakan konten yang legal bagi masyarakat

a. Membuat prilaku masyarakat menjadi lebih positif

Media sosial juga punya dampak psikologis bagi penggunanya. Karena itu,
seluruh oenggunanya diharuskan sadar dan bijak dalam menggunakan medsos sesuai
dengan aturan dan etika. Menurut Inge Indriani Bakrie, seorang key opinion leader
sekaligus pemilik @boemboekatjangku, media sosial memiliki dua nilai yaitu
personal value dan commercial value. Personal value yaitu nilai-nilai yang diterapkan
dalam setiap postingan yang diyakini dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, unggahan inspiratif.

Dampaknya sangat positif sekali apabila kita bisa mengembangkan minat dan
bakat. Kemudian mempromosikannya di media sosial. Selain menyalurkan minat dan
bakat yang kita kuasai kita juga bisa menambah nilai ekonomi,” ujar Inge dalam
Webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat, melalui siaran pers yang
diterima Industry.co.id.Oleh karena itu, galilah potensi yang kita miliki untuk
ditampilkan pada media sosial sebagai sebuah cerminan positif. Jika media sosial kita
pergunakan dengan positif akan menghasilkan juga hal yang positif. Dengan itu,
dampaknya kita juga menginspirasi orang lain untuk melakukan hal positif.

b. Konten legal membuat masyarakat produktif

Adanya konten yang positif, tentunya akan menumbuhkan semangat


pengguna dunia digital dalam negeri di berbagai platform ketika melakukan aktivitas
di ruang-ruang digital. Dan sebagai alat bantu teknis UMKM di era teknologi
informasi. Fungsinya, untuk meningkatkan penjualan UMKM, menjangkau pembeli
produk UMKM lebih luas, dan memperluas pemasaran produk UMKM. Keuntungan
yang didapat berupa, pembeli dapat dari seluruh daerah di Indonesia bahkan dari luar
Indonesia, tidak ada jam buka dan tutup, mudah dalam pemasaran produk atau
promosi tepat sasaran. Serta, tidak membutuhkan toko fisik untuk display produk
lokal.

Konten legal juga merupakan salah satu cara untuk memasarkan hasil atau
produk berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-market dapat
memperpendek mata rantai bisnis dan memperluas akses informasi dan pasar. Media
perantara yang dapat digunakan untuk e-market ialah aplikasi pesan, seperti whatsapp
dan telegram. Media sosial, seperti instagram, facebook, dan twitter.
2.6 Faktor Penyebab Illegal Contents

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kehadiran illegal content makin


marak terjadi antara lain adalah :

1. Akses internet yang tidak terbatas, dimana pemerintah Indonesia saat ini yang
sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur yang merata
di seluruh pelosok di Indonesia, yang salah satunya adalah pembangunan
infrastruktur telekomunikasi agar pemerataan internet dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat di Indonesia. Akan tetapi, jika tanpa diiringi dengan
penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat akan kesadaran penggunaan
internet yang baik dan cermat, akan menimbulkan masalah yang baru yang
salah satu yang berkaitan adalah dengan kehadiran illegal content.
2. Kelalaian pengguna media sosial dalam mengakses informasi yang tidak jelas
akan sumber dan informasi yang tertera pada konten, sehingga masyarakat
cenderung mengakses sebuah informasi yang bisa saja informasi tersebut
tidak benar.
3. Mudah dilakukan dengan resiko keamanan yang kecil dan tidak diperlukan
peralatan yang super modern. Walaupun illegal content mudah untuk
dilakukan tetapi akan sangat sulit untuk melacaknya, sehingga ini mendorong
para pelaku kejahatan dalam menyebarkan illegal content untuk terus
melakukan hal ini.
4. Para pelaku merupakan orang yang pada umumnya cerdas, mempunyai rasa
ingin tahu yang besar, dan fanatik akan teknologi komputer.
5. Sistem keamanan jaringan yang pada saat ini di Indonesia yang masih
terbilang lemah dan tidak memiliki aturan hukum yang jelas, ini dibuktikan
dengan kejadian baru-baru ini di Indonesia yang dimana pelaku
memanfaatkan momen ini untuk menyebarkan sesuatu isu yang tidak benar.
6. Kurangnya perhatian masyarakat. Masyarakat dan penegak hukum saat ini
masih memberi perhatian yang sangat besar terhadap kejahatan konvesional.
Pada kenyataannya, dunia pada saat ini makin lama makin berkembang ke
arah yang modern, maka mau tidak mau kita pun juga harus menyesuaikan
kondisi dunia terkini secara cermat, karena jika tidak mengikuti
perkembangan zaman para pelaku illegal content masih terus melakukan aksi
kejahatannya secara bebas tanpa ada aturan yang megatur tentang hal tersebut.

2.7 mengatasi kehadiran Illegal Contents

Berikut ini adalah beberapa cara yang di lakukan untuk menanggulangi illegal
content yang pada saat ini banyak terjadi di masyarakat:

1. Tidak memasang gambar yang dapat memancing orang lain untuk merekayasa
gambar tersebut sesuka hatinya. Dimana, terkadang dalam satu foto bisa saja
memiliki 2 makna yang berbeda, dan karena itulah, para pelaku pembuatan
illegal content cenderung memanfaatkan momen tersebut untuk menyebarkan
informasi yang sesat di media sosial,
2. Memproteksi gambar atau foto pribadi dengan sistem yang tidak dapat
memungkinkan orang lain mengakses secara leluasa atau menprivatisasikan
akun media sosial kita, atau mempercayainya kepada orang-orang yang telah
kita kenal sebelumnya.
3. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya
sesuai dengan perkembangan zaman, yang diselaraskan dengan konvensi
internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut, agar memberikan efek
jera kepada pelaku illegal content dan memiliki aturan yang jelas dalam
permasalahan akses informasi.
4. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional, agar tidak terjadi kejahatan tersebut terulang kembali di masa
yang akan datang.
5. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai
upaya pencegahan, investigasi terhadap perkara-perkara yang berhubungan
dengan illegal content.
6. Meningkatkan kesadaran warga negara Indonesia yang dalam hal ini adalah
masalah kehadiran illegal content serta pentingnya bagi masyarakat di masa
sekarang dalam mencegah kejahatan tersebut terjadi kembali di masa yang
akan datang.
7. Meningkatkan kerjasama di masyarakat dalam upaya penanganan illegal
content, seperti melakukan sosialisasi dan penyuluhan terhadap literasi
membaca masyarakat, agar masyarakat dapat mencermati konten yang ada di
media sosial.

2.8 Langkah-langkah penelitian illegal content

Mengetahui dan membahas suatu permasalahan maka sangatlah diperlukan


adanya pendekatan dengan menggunakan metode tertentu yang bersifat ilmiah.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Skripsi ini termasuk penelitian dengan metode deskriptif analitis, yang


menurut pendapat Komarudin, deskriptif analisis ialah:“Menggambarkan masalah
yang kemudian menganalisa permasalahan yang ada melalui data-data yang telah
dikumpulkan kemudian diolah sertadisusun dengan berlandaskan pada teori-teori dan
konsep-konsep yang dipergunakan”.

2. Metode Pendekatan
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
penelitian hukum yang menggunakan teori/konsep dan asas-asas hukum.Rony
Hanitijo berpendapat:“Pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian di bidang hukum
yang dikonsepsikan terhadap asas-asas, norma-norma dogma-dogma atau kaidah
hukum yang merupakan patokan bertingkah laku”.

3. Tahap Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dalam 2 (dua) tahapan, yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Menurut Ronny Hanitjo Soemitro, adalah: “Yang dimaksud dengan penelitian


kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder, data sekunder dibidang hukum
dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier”.

(1) Bahan-bahan hukum primer yaitu, bahan-bahan yang meliputi Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang No 19 Tahun 2016
tentang perubahan atas Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dan Hukum tidak tertulis.

(2) Bahan hukum sekunder ialah yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer.Misalnya: tulisan para ahli dibidang hukum dalam bentuk karya ilmiah
serta literature dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kejahatan siber teknologi
khususnya illegal content dan cybercrime, cyberspace, serta cyberlaw khususnya UU
ITE.
(3) Bahan tersier ialah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap badan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Misalnya:
bibliografi, ensiklopedia hukum dan kamus hukum.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Tahapan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan data primer sebagai


penunjang data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian yang ada dikumpulkan oleh penulis dengan teknik sebagai
berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu melakukan penelitian terhadap dokumen yang erat kaitannya dengan


hukum acara pidana dan permasalahan terhadap tindak pidana cyber illegal content
serta penegakan hukumnya di Indonesia guna memperoleh landasan teoritis dan
memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal dan data melalui naskah yang
resmi.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu memperoleh data primer dengan cara penulis mengadakan penelitian


langsung untuk mendapatkan fakta yang berhubungan dengan objek penelitian di
Wilayah sekitar tempat penelitian belangsung.

5. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan adalah, dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan Data

Yakni penelitian yang dilakukan dengan cara mencari dan menyimpulkan data
baik literatur, wawancara, maupun perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Penelitian terhadap data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer dan hukum tersier.

b. Pengolahan Data

Melalui data diperoleh dan dikumpulkan dari literatur atau buku, hasil
wawancara dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan illegal content, illegal
content dan hukum acara pidana, lalu dilakukan pengolahan data untuk penulisan
skripsi ini.

6. Analisis Data

Metode analisis dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan analisis


yuridis kualitatif yaitu data yang diperoleh dan disusun secara kualitatif untuk
mencapai kejelasan masalah yang dibahas dengan tidak menggunakan rumus,
kemudian data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian disusun
dengan teratur dan sistematis, yang akan dinamis untuk ditarik kesimpulan.

2.9 Contoh Kasus Illegal Contents


Akibat dari maraknya kegiatan llegal content, disertai juga dengan literasi
masyarakat yang cenderung rendah, jaringan jangkauan internet yang tidak terbatas
membuat masyarakat mudah menerima illegal content di kehidupan masyarakat.
Walaupun begitu, masih ada juga masyarakat yang sadar akan kegiatan literasi
masyarakat digital yang cukup membuat masyarakat juga menyeleksi atau
mencermati berita-berita konten yang tersebar di media sosial kalangan masyarakat.
Dan berikut adalah cobtoh-contoh kasus yang berkaitan dengan konten legal dan
konten ilegal di masyarakat.

Contoh konten ilegal.


konten bermuatan pelanggaran kesusilaan dan perjudian. Membuat konten
dengan muatan dua hal tersebut dan mengunggahnya pada platform digital adalah
pelanggaran dan pelanggarnya diancam dengan sanksi pidana.. Konten YouTube Jadi
Jaminan Utang, Pakar Unair: Angin Segar bagi Konten Kreator Dasar hukumnya
Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE).
Konten yang mengandung penghinaan atau pencemaran nama baik. Kasus-
kasus terkait pencemaran nama baik cukup banyak terjadi. Pasal ini merupakan delik
aduan absolut (klach delict). Trennya menunjukan makin banyak kasus yang dibawa
ke ranah hukum sejalan dengan semakin meningkatnya pengguna media sosial.
Namun demikian, hukum mengecualikan jika hal itu dilakukan untuk kepentingan
umum atau terpaksa untuk membela diri sesuai Pasal 310 KUHP. Hal itu ditegaskan
dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa penafsiran Pasal 27 ayat (3) UU
ITE tidak terlepas dari Pasal 310 KUHP.
Ketiga, konten yang memuat pemerasan dan/atau pengancaman. Konten ini
hati-hati jika dilakukan, termasuk hanya sekadar japri. Orang yang merasa terancam
atau diperas bisa melaporkannya ke penegak hukum. Pelanggaran tersebut dijerat
dengan Pasal 27 ayat (4) UU ITE.
Keempat, konten yang identik dengan tindakan menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan, yang mengakibatkan kerugian konsumen, dalam transaksi
elektronik. Memposting konten yang mengakibatkan kerugian konsumen adalah
tindakan pelanggaran. Banyak orang yang menjadi korban dan rugi karena iming-
iming investasi, arisan, dan lain-lain. Dasar hukumnya adalah Pasal 28 ayat (2) UU
ITE.
konten terkait roasting, candaan, dan caci-maki yang besentuhan dengan
penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). Baca juga: Semua Bisa Membuat Konten Digital Menarik
dengan Cara Ini Hal ini antara lain diatur dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE. Kenapa
Undang-Undang mengatur soal itu. Tidak lain adalah untuk menjaga dan memelihara
ketertiban umum, dan kehidupan masyarakat yang harmonis. Ketersinggungan karena
penistaan agama, suku, dan ras misalnya jika dibiarkan, dapat mengancam hubungan
antar individu, masyarakat bahkan persatuan dan kesatuan. Dalam posisi inilah,
hukum berperan meredam dan mengembalikan ke kondisi ketertiban dan memberikan
rasa keadilan serta mencegah dampak yang lebih luas dengan memberi sanksi kepada
pelaku.
konten berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
pribadi. Pelaku bisa dijerat dengan Pasal 29 UU ITE. Tindakan ini biasanya paralel
dengan kegiatan mengikuti dan menguntit korban dalam bentuk cyber stalking.
konten yang mengungkapkan data pribadi orang lain secara tanpa hak.
Apalagi jika dengan cara melawan hukum, termasuk menggunakan data pribadi yang
bukan milik sendiri. Hal itu diatur dalam Pasal 65 UU Pelindungan Data Pribadi
(PDP) yang sudah disahkan DPR dan dalam proses pengesahan oleh Presiden.
konten akan dianggap melanggar jika isinya berasal dari pembuatan data
pribadi palsu atau memalsukan data pribadi, dengan maksud untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Hal
ini sesuai ketentuan Pasal 66 UU Pelindungan Data Pribadi Sanksi Semua yang saya
kemukakan di atas bisa digolongkan sebagai delik pidana. Untuk pelanggaran UU
ITE, sanksi pidananya paling lama berkisar antara empat sampai dengan enam tahun
dan/atau denda maksimal berkisar antara Rp 750 juta sampai dengan Rp 1 miliar.
Untuk pelanggaran UU PDP sanksi pidananya paling lama berkisar antara empat
tahun sampai dengan enam tahun dan/atau denda maksimal berkisar antara Rp 4
miliar sampai dengan Rp 6 miliar.
Itulah beberapa hal yang perlu dihindari saat membuat konten atau
menggunakan medsos. Tetaplah kreatif dan tetap semangat, tetapi tetap bijak dalam
penyajiannya. Membuat konten keren untuk meningkatkan viewers, jangan jadi
terhambat, dan harus terus dilakukan. Namun memilah dan menyeleksi secara bijak
agar konten keren tetapi tidak melanggar hukum adalah hal penting, agar kreator
tidak direpotkan dengan kasus hukum. Post truth dan filter bubble Konten berkualitas
dan berwawasan positif sangat diperlukan. Karena itu, seliweran konten di medsos
harus dibarengi prilaku cerdas, bijak, dan komitmen untuk masa depan negeri yang
cemerlang. Berbagai bentuk disinformasi di saat berkembangnya post truth, jika
dibiarkan dapat menjadi ancaman serius yang menghambat terbangunnya demokrasi
elektoral yang sehat. Post truth identik dengan kondisi di mana fakta dan kebenaran
menjadi nomor dua. Inti perdebatan justru mengutamakan emosi yang keluar dari inti
kebenaran dan fakta yang sesungguhnya. Post truth, di ranah global justru
menemukan bentuk dan efektivitasnya yang sangat masif, kala dunia memasuki
transformasi digital dan industri Echo Chamber dan Filter Bubble, Alasan Sulit Lepas
dari Jeratan Hoaks Siklus seliweran berita dan konten medsos selama 24 jam, bisa
melahirkan berbagai konten hoaks, dan ujaran kebencian, yang berdampak hadirnya
keseimbangan palsu. Jika dibiarkan, akan berdampak pada polarisasi politik yang
semakin tajam. Jika terjadi terus-menerus, kita patut khawatir, karena kohesi sosial
dan kerekatan persatuan menjadi terancam. Post truth juga terdukung dengan adanya
pemanfaatan artificial intelligence (AI) yang digunakan untuk bekerjanya ekosistem
filter bubble. Filter bubble adalah algoritma yang dirancang platform digital over the
top, dan medsos pada umumnya. Filter bubble adalah faktor yang memengaruhi fake
news, hoax, dan hate speech (Pariser 2021, Rader & Gray 2015). Pemilik akun atau
viewer disuguhi informasi sesuai jejak digital dan yang disukainya berbasis
eksplorasi sebelumnya yang mereka lakukan. Filter bubble awalnya dimaksudkan
untuk layanan terbaik platform digital untuk pelanggannya, tetapi ketika filter bubble
ini berkolaborasi dengan pola post truth maka sempurnalah. Karena dalam gelembung
itu kita akan disuguhi informasi yang itu-itu saja, dan sulit keluar dari gelembung
karena terfiltrasi. Dengan kata lain, algoritma telah memerangkap kita dalam
gelembung masing-masing. seperti yang ditulis Leon Festinger at all, dalam bukunya
Prophecy Falls (Harper-Torchbooks 1956), bahwa apa yang kita percayai di lubuk
hati terdalam, lama-kelamaan akan membentuk komitmen, dan itu akan
menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu. Festinger kemudian mengingatkan bahwa
orang-orang seperti itu, ketika mengetahui bahwa apa yang dia katakan salah, justru
akan semakin keukeuh bahkan ofensif. Kondisi ini bisa mengubah cara pandang yang
berujung fanatisme. Gempuran informasi bias yang terus-menerus dapat menjadi
keyakinan. Apalagi bagi pelaku medsos yang kurang update atau sering kurang
nyimak dan terus fokus pada informasi di dalam filter bubble.

Contoh konten legal


Bisnis platform streaming video on demand (SVoD) atau yang biasa dikenal
dengan situs streaming film legal diprediksi bakal bersaing ketat untuk
memperebutkan pengguna di Indonesia. Pasalnya, pandemi Covid-19 telah memacu
produk dari bisnis ini banyak dikonsumsi masyarakat. Imbauan untuk tetap di rumah
saja dari pemerintah saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga
adaptasi kenormalan baru telah menjadikan streaming film sebagai kebutuhan primer.
Konten dari situs streaming film legal menjadi pilihan utama bagi masyarakat karena
menjanjikan keamanan dari segala bentuk risiko malware yang biasanya terdapat di
situs streaming film ilegal. Selain itu, banyak konten-konten favorit pemirsa yang
ditayangkan eksklusif pada situs SVoD tertentu. Gojek Sukses Tinggalkan Strategi
Bakar Uang, Ini Buktinya! AMPD Research mencatat dari kuartal I/2020 menuju
kuartal II/2020 adanya peningkatan hingga 19 persen dari total pemutaran video
streaming yang dilakukan masyarakat di Asia Tenggara, dari 550 miliar menit
menjadi 657 miliar menit. Platform SVoD tentu tak ingin ketinggalan momentum ini
untuk meraup ceruk pasar pemirsa di Tanah Air. Bermacam strategi dan amunisi
tentu sudah disiapkan untuk bersaing dalam perang bisnis digital ini.
Viu Indonesia memilih melakukan pivot dengan menjalankan strategi yang
makin berfokus hiburan ke pelanggan, menurunkan harga dan promosi untuk
meningkatkan jumlah pelanggan. Sebelumnya, upaya yang dilakukan adalah melalui
meet and greet, menggelar event, dan mendatangkan aktor dan artis internasional.
"Pada kuartal kedua dan ketiga kami fokus menghadirkan konten baru dari negara
lain atau konten yang sudah [kami] produksi sebelumnya dan menentukan [waktu
tepat pada] jadwal tayangnya Menurutnya, dengan mengurangi kebutuhan biaya yang
tidak perlu dan mulai menjalankan strategi digital, yakni berfokus ke akuisisi digital
dan partnership menjadi pilihan mereka untuk memimpin pasar pada 2020.
Contoh lain seperti, e-sport, film Indonesia, animasi Jepang dan genre feature
Live. “Genflix banyak berkolaborasi dengan mencari dan menemukan bakat baru
dalam pembuatan konten. Salah satunya adalah menggelar Festival Film bersama
para praktisi dan juga pelaPada kuartal IV/2020 perusahaan akan terus melakukan
partnership digital, seperti menggandeng Gopay, Gopay plus, dan lainnya. Selain itu,
Varun mengatakan bahwa saat pandemi mereda perusahaan akan makin
meningkatkan konten original dan kerja sama dengan rumah produksi Tanah Air.
“Contohnya, yang sudah ada saat ini Pretty Little Liars yang dapat awards juga,
konten Indonesia ingin kami bawa ke global, tetapi sekarang harus on hold karena
pandemic, nanti ke depan bisa lebih banyak dibawa ke global, karena belum tau
bagaimana caranya bisa syuting langsung,” ujarnya Berdasarkan data AMPD
Research di pasar Asia Tenggara Viu mencatkan jumlah pengguna di kuartal II/2020
sekitar 25 juta yang disusul oleh Line TV dan Netflix dengan masing-masing di
angka 14 juta dan 13 juta pengguna pada kuartal II/2020.
WhatsApp Punya Fitur Pesan Sementara, Begini Cara Menggunakannya
Sementara itu, Vidio menilai tahun ini menjadi momentum perusahaan dalam
memperkuat ekosistem bisnis lantaran masyarakat yang membutuhkan hiburan
selama pandemi Covid-19 VP Brand Marketing Vidio Rezki Yanuar mengatakan
bisnis over-the-top (OTT) adalah bisnis yang tetap mampu bertumbuh sejalan dengan
adaptasi masyarakat dalam menikmati tayangan hiburan secara daring. “Data
pengguna pada kuartal III/2020 ini, kami masih positif di angka 60 juta MAU
(monthly active users). Peningkatan ini menunjukkan besarnya antusiasme
masyarakat terhadap fitur dan layanan yang Vidio sajikan, peningkatan itupun tidak
hanya terjadi pada trafik aplikasi di ponsel pintar, tetapi juga terjadi peningkatan pada
jumlah MAU Vidio di SmartTv yang mencapai hingga lebih dari 1 juta instalasi.
Rezki pun memahami bahwa persaingan pasar, khususnya pada bisnis SVoD akan
makin ketat sehingga perusahaan dipastikan akan selalu berusaha mempertahankan
dan meningkatkan performa ini dengan sangat serius.
Adapun, strategi yang dipilih adalah berfokus pada layanan untuk konsumen.
Perusahaan akan terus memperkaya dan menyajikan konten-konten yang khas
digemari penonton Indonesia, baik konten lokal, Hollywood, olahraga dan tentunya
Vidio Original Series. Di sisi lain, Genflix menyebut optimalisasi diferensiasi konten
menjadi strategi mereka untuk memenangkan pasar dalam negeri pada akhir 2020.
Founder sekaligus Director Genflix Greeny Dewayani mengatakan bahwa
diferensiasi konten unggulan tersebut antara lku dari ekosistem dunia film,” ujarnya
saat dihubungi Bisnis.com, Senin (16/11/2020). Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa
taktik untuk meningkatkan user mereka adalah dengan banyak bekerja sama dengan
komunitas dan juga platform e-commerce untuk memenuhi loyalty pelanggan.
Menurutnya, strategi ini akan berhasil untuk meningkatkan performa mereka dalam
menggaet pengguna baru. Pasalnya, pada kuartal III/2020 perusahaan berhasil
bertumbuh 57 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (qoq). Proyeksi Persaingan
Streaming VoD Jaring Pelanggan di Indonesia Terakhir, GoPlay menyiapkan tiga
inisiatif untuk memenangkan pasar pada akhir kuartal IV/2020. CEO GoPlay Edy
Sulistyo mengatakan bahwa strategi akan berfokus dari hulu ke hilir dari industri
perfilman yang selaras dengan bisnis SVoD. Dia menyebutkan inisiatif perusahaan
yang pertama adalah menjaga kesehatan dan keamanan semua bagian dari ekosistem,
tidak hanya karyawan dan pengguna, tetapi juga para partner atau mitra di GoPlay,
yaitu para sineas dan partner rumah produksi. “Kami tidak berhenti untuk
memperkaya katalog GoPlay Exclusive dengan film serta serial terbaru yang populer
di bioskop maupun festival untuk dapat ditonton selama di rumah. Setelah awalnya
sempat tertunda hingga pertengahan tahun, proses produksi sejumlah film dan serial
kami lanjutkan dengan memastikan berlakunya protokol kesehatan yang sangat ketat
sesuai yang telah ditetapkan pemerintah serta inovasi kedua adalah menghadirkan
ragam fitur untuk memperkaya katalog konten yang ada di platform GoPlay, seperti
Shoutbox, Running Text, Private Chat, TV Cast, Trivia, Polling dan Live Shopping.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Illegal Content ini,Pada
dasarnya, setiap teknologi diciptakan untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu
manusia. Setelah diciptakan, teknologi dikembangkan agar dapat semakin efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud, memenuhi segala aktivitas dan
kegiatan manusia yang sulit dilakukan saat ini, dan teknologi yang baru pun perlahan-
lahan akan mengggantikan teknologi yang sudah lama.Akan tetapi dibalik itu, timbul
persoalan berupa kejahatan yang dinamakan cybercrime atau bisa disebut kejahatan
di dunia maya, baik sistem jaringan komputernya itu sendiri yang menjadi sasaran
maupun komputer itu sendiri yang menjadi sarana untuk melakukan kejahatan.
Akibat adanya hal yang terjadi pada kegiatan illegal content tersebut, banyak
masyarakat yang cenderung lebih memperhatikan dan tidak mengolah informasi
tersebut secara cermat sehingga masyarakat sering mendapatkan informasi yang sesat
dan tidak benar.
Oleh karena itu masyarakat yang menggunakan teknologi-teknologi harus bisa
memilih content yang Legal dan Ilegal agar menjadi hal baik dan berpengaruh positif
pada kehidupan masyarakat.Dan para orang tua juga harus mengawasi anak-anak
mereka dalam menggunakan aplikasi dan teknologi di masa sekarang agar terhindar
dari hal yang merugikan dan merusakkan.

Kesimpulan yang berikutnya : 


A. Cybercrime
 merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi.

B. Jenis cybercrime ada 7 macam yaitu :


Unauthorized Access to Computer System and Service, Illegal Contents, Data
Forgery, Cyber Espionage, Cyber Sabotage and Extortion, Offense against
Intellectual Property dan Infringements of Privacy.

C. Langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan


cybercrime
adalah melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya,
meningkatkan sistem keamanan jaringan komputer secara nasional secara standar
internasional, meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum
mengenai upaya pencegahan investasi dan penuntutan perkara-perkara yang
berhubungan dengan cybercrime, meningkatkan kesadaran warga negara mengenai
masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi,
meningkatkan kerjasama dalam upaya penanganan cybercrime

3.2 SARAN
Adapun beberapa saran yang penyusun sampaikan adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi hukum kepada masyarakat tentang UU ITE sehingga masyarakat bisa
menempuh
jalur hukum ketika menjadi korban kejahatan dalam dunia cyber.
b. Lakukan konfirmasi kepada perusahaan yang bersangkutan apabila Anda merasa
menjadi
target kejahatan illegal content.
c. Internet sehat untuk Indonesia.
Melihat dari maraknya kegiatan illegal content di indonesia, adapun beberapa
saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut seperti, sosialisasi hukum
kepada masyarakat tentang UU ITE sehingga masyarakat bisa menempuh jalur
hukum ketika menjadi korban kejahatan dalam dunia cyber khususnya tentang illegal
content agar tidak terjadi penyalahgunaan atau penyebaran konten yang membuat
resah masyarakat. Lalu kita juga harus lakukan konfirmasi kepada perusahaan yang
bersangkutan apabila Anda merasa menjadi target kejahatan illegal content, agar
nantinya bisa melaporkan kegiatan konten yang menyalahi aturan hukum dan
memberantas kegiatan illegal content, supaya masyarakat dapat menerima dan
mendapatkan informasi konten secara benar. Mewujudkan kegiatan internet sehat
untuk Indonesia, agar masyarakat bisa cermat dan cerdas dalam membaca informasi
yang tepat dan benar agar tidak terjadi kegiatan illegal content yang membuat resah
masyarakat, dan kita pun juga harus bijak dalam mengakses informasi konten seperti,
mengakses informasi yang jelas sesuai dengan fakta di lapangan, dan juga kita perlu
melakukan sosialisasi atau penyuluhan dari pemerintah kepada masyarakat atas
kegiatan illegal content, agar masyarakat makin cerdas dalam mengolah atau
menerima informasi yang beredar dan tidak terkecoh atas informasi konten yang tidak
benar yang beredar di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/06/16182081/hindari-8-hal-ini-agar-
konten-medsos-tak-melanggar-hukum.

https://teknologi.bisnis.com/read/20201116/84/1318251/mengulik-bisnis-situs-
streaming-film-legal-perang-konten-eksklusif-hingga-gandeng-mitra. .

https://www.academia.edu/49292495/MAKALAH_ILLEGAL_CONTENTS

https://www.academia.edu/42969063/
Makalah_EPTIK_Pertemuan_10_ILLEGAL_CONTENTS_
LAMPIRAN KASUS/ISU TANTANGAN
Lampiran Kasus 1
Lampiran Kasus 2

Anda mungkin juga menyukai