di Sumatera Selatan
(Disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok pada mata kuliah Kapita Selekta Hukum
Pidana)
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Upaya
Penegakan Hukum Terhadap Kasus Cyber Crime di Sumatera Selatan” ini dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok pada mata kuliah
Kapita Selekta Hukum Pidana.
Kami selaku penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah yang telah kami buat ini, agar
makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada makalah ini kami sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terselesaikannya tugas membuat makalah ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak
yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini. Untuk itu kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Antoni, S. H., M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Kapita Selekta Hukum
Pidana.
2. Teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dengan baik.
Akhirnya dengan penuh harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan oleh semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Internet adalah sejenis media massa yang baru dimanfaatkan di Indonesia pada tahun
1996. Seseorang yang mempunyai pesawat komputer dapat menyambungkannya dengan
jaringan komputer lainnya lewat satelit. Perbedaannya dengan media massa lain bahwa
internet dapat digunakan oleh orang per orang, bukan hanya oleh suatu lembaga yang
bergerak dalam penyiaran informasi. Informasi yang dibuat seseorang dapat diketahui oleh
orang banyak sepanjang ia mempunyai jaringan. Karena dapat diakses oleh publik inilah
maka internet dapat dikategorikan sebagai media massa.1
1
Maskun, 2013, Kejahatan Suber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana Prenada Group
1
masyarakat, seperti halnya penyalahgunaan data, pencurian data pribadi, penjualan data
pribadi, penipuan dan lain-lain.2
Kasus-kasus seperti pencurian data pribadi, penipuan dan lainnya merupakan salah
satu tindak kejahatan, tindak kejahatan tersebut dilakukan di dunia maya atau sering disebut
dengan Cyber Crime, cyber crime sendiri adalah kejahatan yang dilakukan seseorang di
internet guna mendapatkan keuntungan baik berupa materil maupun yang lainnya, jelas
bahwa cybercrime ini sangat merugikan masyarakat, belum lagi kasus cybercrime banyak
terjadi di mana-mana khusunya di Sumatera Selatan dan terkadang sulit untuk mengetahui
adanya kejahatan ini karena upaya penanggulangan yang belum maksimal.
2
Herlambang, I. T. (2019), Korban Kejahatan Perbankkan Dalam Perspektif Hukum Dan Viktimologis. Negara
dan Keadilan 8(1)
3
Tua, Maruli. “Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk Kejahatan Sempurna Dalam Perspektif Hukum
Siber” SASI 27, no. 1 (2021): 38–52
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Cyber Crime?
2. Apa saja contoh kasus Cyber Crime di Sumatera Selatan?
3. Bagaimana upaya penegakkan dan penanggulangan kasus Cyber Crime?
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian ini bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Kemudian kedua aturan yang berbeda tersebut
dilakukan analisis dan juga kajian dengan cara melihat sisi-sisi perbedaan dan persamaan
yang terdapat dalam keduanya agar menghasilkan jawaban yang objektif dan hasilnya sesuai
dengan tujuan penelitian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menurut Gregory (2005) cyber crime adalah suatu bentuk kejahatan virtual dengan
meman faatkan media komputer yang terhubung ke internet dan mengekploitasi komputer
lain yang terhubung dengan internet juga.
2. Menurut Kepolisian Inggris Tahir (2009) cyber crime adalah segala macam penggunaan
jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal berteknologi tinggi dengan
menyalahgunakan kemudahan teknologi digital
3. Menurut Tavani (Fajri, 2008) cyber crime yaitu kejahatan dimana tindakan kriminal
hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.4
Dalam arti sempit cyber crime adalah computer crime yang ditujukan terhadap sistem atau
jaringan komputer, sedangkan dalam arti luas, cyber crime mencakup seluruh bentuk baru
kejahatan yang ditujukan pada komputer, jaringan komputer dan penggunaanya serta bentuk-
bentuk kejahatan tradisional yang sekarang dilakukan dengan menggunakan atau dengan
bantuan peralatan komputer (computer related crime). 5Dengan demikian cyber crime
meliputi kejahatan, yaitu yang dilakukan:
1. Dengan menggunakan sarana-sarana dari sistem atau jaringan komputer (by means of a
computer system or network)
2. Di dalam sistem atau jaringan komputer (in a computer system or network) dan
4
Amali Arifah, Dista.2011. Kasus Cyber Crime di Indonesia: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (hal. 185-195). Semarang
5
Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana Prenada Group
4
2. Cyber Terrorism: Cyber terorism merupakan tindakan cyber crime yang sedang banyak
diperangi oleh negara-negara besar di dunia, termasuk Indonesia. Pasalnya, aktivitas
cyber terorism kerap kali mengancam keselamatan warga negara atau bahkan stakeholder
yang mengatur jalannya pemerintahan.
3. Hacking: Tindakan berbahaya yang kerap kali dilakukan oleh para programer profesional
ini biasanya secara khusus mengincar kelemahan atau celah dari sistem keamanan untuk
mendapatkan keuntungan berupa materi atau kepuasan pribadi. Jika menilik dari kegiatan
yang dilakukan, hacking sebenarnya tidak selalu memiliki konotasi buruk karena ada pula
hacker positif yang menggunakan kemampuannya untuk kegiatan bermanfaat dan tidak
merugikan.
4. Carding: adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penyalahgunaan informasi kartu
kredit milik orang lain. Para carder (pelaku carding) biasanya menggunakan akses cartu
credit orang lain untuk membeli barang belanjaan secara online. Kemudian, barang
gratisan tersebut dijual kembali dengan harga murah untuk mendapatkan uang.6
Hal tersebut diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Drs Supriadi, M.M.,
didampingi Dir Reskrim Khusus Kombes Pol H. Anton Setywan, SIK, SH, MH, Kasubdit
Cyber Crime Kompol Adhi Setiawan, SIK, MH., serta Kanit I AKP Wahyu Maduransyah,
SIK pada saat press Conference didepan Dit Reskrim Khusus Polda Sumsel hari ini Kamis
(3/09/2020).
Dijelaskan oleh Kabid Humas Polda Sumsel pengungkapan terhadap pelaku penipuan dengan
tersangka AA ini berawal dari adanya laporan dari korban yang melaporkan ke Polda Sumsel
6
Anugerah, Fiqqih, and Tantimin Tantimin. “PENCURIAN DATA PRIBADI DI INTERNET DALAM PERSPEKTIF
KRIMINOLOGI”. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) 8, no. 1 (February 1, 2022): 419–435.
5
dan korban mengalami kerugian sebesar Rp. 17.500.000,– ( Tujuh Belas Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah).
Perkenalan pelaku dengan korban dimulai ketika teman pelaku mengambil foto anggota TNI
dari GOOGLE, setelah itu mengedit foto tersebut dengan mengganti kepala foto anggota TNI
tersebut dengan kepala pelaku ( A.A ), setelah itu pelaku berteman dengan korban dengan
mengaku bernama Andrigo sebagai anggota TNI yang bertugas di Intel Kodim Garut
berpangkat Serka selama 3 bulan antara pelaku dengan korban sering melakukan hubungan
hanya melalui pesan Whatsapp dan Video call, dan selama itu lah pelaku selaku membujuk
rayu dan berjanji akan datang ke Sumsel untuk menikahi korban, dan selama itu lah pelaku
selalu meminta sejumlah uang kepada korban, setelah berhasil pelaku memblokir no korban
dan meninggalkan korban.
Setelah dilakukan penyelidikan oleh unit 1 Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Sumsel,
diketahui bahwa pelaku ada di Kota Lubuk Linggau tepatnya pelaku ada di dalam Lapas
Lubuk Linggau Lalu AKP.Wahyu Maduransyah, SIK berkoordinasi dengan pihak Lapas
untuk mengungkap identitas pelaku, ternyata benar pelaku adalah warga Binaan Lapas Lubuk
Linggau dalam perkara tindak pidana Pencurian dengan hukuman 2 Tahun penjara,
Dari hasil Pemeriksaan terhadap pelaku, pelaku mengakui semua perbuatan nya dan pelaku
bukan lah anggota TNI sebagaimana pengakuan nya kepada korban.
Pelaku AA ini dikenakan dengan Pasal 35 Jo Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19
tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa atau melawan
hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi
elektronik dan atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan atau
dokumen elektronik tersebut diaggap seolah-olah data yang otentik.7
7
FB Humas Polda Sumsel. (2020, 3 September). Subdit V (Cyber Crime) Dit Reskrim Khusus Polda Sumsel
Ungkap Kasus Tindak Pidana UU ITE dan Penipuan, Diakses pada 17 September 2022.
6
Pembahasan Kasus:
Berdasarkan contoh kasus di atas maka seharusnya pelaku dihukum sesuai dengan Undang-
Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Beserta
Penjelasannya yaitu pada Pasal 51 ayat (1) yang berbunyi:
“Setiao Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.
000.000,00 (dua belas miliar rupiah)”.8
Untuk pelaku FA kenal dengan Korban juga Bermula ketika pelaku berfoto menggunakan
seragam dinas POLRI yang diperolehnya dari teman nya saat berada dilapas lampung, setelah
itu pelaku mengajak kenalan korban dengan menggunakan akun Facebook dan berlanjut ke
aplikasi Whatsapp untuk berkomunikasi, korban diketahui tinggal di Negara Malaysia,
Kemudian pelaku membujuk rayu korban dan berjanji akan menikahi korban serta pelaku
selalu meyakinkan korban bahwa kalau pelaku adalah anggota POLRI karena semua foto foto
pelaku semuanya menggunakan baju dinas POLRI, sekian lama berhubungan pelaku merayu
korban untuk melakukan video call sex, dan pelaku merekan video call sex tersebut
bermaksud untuk memeras korban apabila pelaku tidak memberikan sejumlah uang kepada
korban video tersebut akan disebar luaskan pelaku.
Setelah dilakukan penyelidikan oleh unit 1 Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Sumsel
diketahui pelaku ada di Kota Prabumulih tepatnya di dalam Rutan Prabu.9
8
Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana Prenada Group
9
“Ditreskrimsus Polda Sumsel Ungkap Kasus Kejahatan Cyber - Berita Sriwijaya.” Berita Sriwijaya.
7
Pembahasan Kasus:
Berdasarkan kasus di atas maka tersangka tindak pidana konten asusila dan pemerasan
tersebut dapat dikenai Pasal 27 ayat 4 UU No. 19 Tahun 2016 (UU ITE) yang berbunyi:
“ Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman”.
Ancaman untuk Pasal 27 ayat 4 tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat 4 yang berbunyi: “Setiap
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentramisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.10
2.3 Upaya Penegakan dan Penanggulangan Hukum Terhadap Kasus Cyber Crime
Indonesia sendiri sudah memiliki aturan hukum cyber crime yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu atas
perubahan undang-undang nomor 11 tahun 2008. UU No. 19 Tahun 2016 ditetapkan
alasannya karena perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat
telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang
secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru di bidang
cyber. Di seluruh belahan dunia, terdapat 10 sampai 15 kasus cyber crime setiap detiknya.
Maka dari itu, perlu penanganan yang tepat untuk mencegah cyber crime terjadi pada pribadi.
11
Berikut ini beberapa langkah sederhana untuk menghindari dan menangani kejahatan di
dunia maya:
10
Kemenhan.go.id.2016.”Lembaran Negara Republik Indonesia”.Diakses pada 16 September 2022:
https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2017/08/uu19-2016bt.pdf
11
Hidayat Ariandi “TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PENEGAKAN HUKUM BAGI PELAKU TINDAK
PIDANA PERJUDIAN ONLINE (STUDI DI UNIT CYBER CRIME DIT RESKRIMSUS POLDA SUMSEL)” Respository UIN
Raden Fatah Palembang (2020)
8
2. Jangan gunakan software bajakan
Gunakanlah peranti lunak resmi. Pasalnya, banyak malware yang tertanam dalam aplikasi
bajakan. Karena itu, rekomendasinya adalah bermigrasi menggunakan aplikasi open source
yang gratis supaya terhindar dari malware atau spyware.
Karena, biasanya yang nggak open source banyak yang bayar. Mengingat, orang Indonesia
enggan keluar duit untuk beli software asli dan lebih memilih bajakan.
6. Selalu periksa data bank dan data kartu kredit secara teratur
Sekarang ini, banyak data transaksi bank dikirim melalui email. Oleh karena itu, nggak ada
salahnya untuk memeriksa transaksi secara teratur. Ini dilakukan supaya bisa dengan cepat
mengetahui apakah ada transaksi yang nggak benar.
Jika menggunakan kartu kredit, bisa langsung menghubungi bank dan memblokirnya. Bisa
juga mengajukan keluhan kepada bank supaya transaksi dibatalkan.
9
Jangan malas untuk mengganti kata sandi akun-akun yang penting secara berkala. Tapi,
pastikan untuk menggunakan kombinasi karakter huruf, angka dan atau simbol yang rumit
supaya nggak mudah dijebol.12
12
Riyan Sumarno. “12 Cara Mencegah Dan Menangani Cyber Crime Yang Semakin Merajalela.” Idntimes.com.
IDN Times, July 22, 2020.
13
Renggong, Ruslan, 2016, Hukum Pidana Islam (Memahami Delik-Delik di Luar KUHP) Edisi Revisi, Jakarta:
Kencana Prenada Group
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi cyber crime dalam arti sempit adalah computer crime yang ditujukan
terhadap sistem atau jaringan komputer, sedangkan dalam arti luas, cyber crime mencakup
seluruh bentuk baru kejahatan yang ditujukan pada komputer, jaringan komputer dan
penggunaanya serta bentuk-bentuk kejahatan tradisional yang sekarang dilakukan dengan
menggunakan atau dengan bantuan peralatan komputer (computer related crime).
Contoh kasus cyber crime di Sumatera Selatan antara lain adalah kasus Mengubah
Data Seolah-Olah Data Itu Otentik dan kasus Tindak Pidana Konten Asusila Dan Pemerasan.
Indonesia sendiri sudah memiliki aturan hukum cyber crime yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu atas
perubahan undang-undang nomor 11 tahun 2008. Beberapa cara untuk menanggulangi
kejahatan cyber antara lain adalah:
3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami miliki dalam
penulisan makalah ini, baik tulisan maupun bahasan yang saya sajikan. Oleh karena itu,
mohon diberikan sarannya dari pembaca maupun pengguna makalah ini agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat digunakan oleh semua pihak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Maskun, 2013, Kejahatan Suber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana Prenada
Group
Tua, Maruli. “Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk Kejahatan Sempurna Dalam
Perspektif Hukum Siber” SASI 27, no. 1 (2021): 38–52
Amali Arifah, Dista.2011. Kasus Cyber Crime di Indonesia: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (hal.
185-195). Semarang
FB Humas Polda Sumsel. (2020, 3 September). Subdit V (Cyber Crime) Dit Reskrim Khusus
Polda Sumsel Ungkap Kasus Tindak Pidana UU ITE dan Penipuan, Diakses pada 17
September 2022
“Ditreskrimsus Polda Sumsel Ungkap Kasus Kejahatan Cyber - Berita Sriwijaya.” Berita
Sriwijaya.
Riyan Sumarno. “12 Cara Mencegah Dan Menangani Cyber Crime Yang Semakin
Merajalela.” Idntimes.com. IDN Times, July 22, 2020.
Renggong, Ruslan, 2016, Hukum Pidana Islam (Memahami Delik-Delik di Luar KUHP)
Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Group
12