Anda di halaman 1dari 1

Omnibus Law: Dari Kacamata Unika, Apa Katanya?

Selasa (6/10), Omnibus Law sedang menjadi topik hangat di kalangan masyarakat saat ini. Setelah
resmi ditetapkan sebagai Undang-Undang pada Senin (5/10/2020) sore, banyak sekali masyarakat
yang mengkritisi beberapa pasal di dalam Omnibus Law yang dianggap merugikan, terutama bagi
buruh.

Melihat beberapa pasal di dalamnya, ada sederet pasal yang dikritisi dan menjadi isu hangat bagi
masyarakat. Seperti, penambahan Pasal 77A yang menyebabkan buruh dapat menambah jam
bekerja lebih dari 8 jam tanpa mendapatkan kenaikan upah kerja.

“Undang-Undang ini fokus pada upaya untuk membuat kerja buruh menjadi maksimal, tetapi banyak
yang merasa hal ini kurang memanusiakan buruh,” kata Resti, Dosen Ilmu Komunikasi.

Banyak masyarakat yang kontra dengan Undang-undang ini, terlebih karena isi di dalamnya yang
terkesan lebih berpihak pada pengusaha. “Tetap kontra saja, sampai kepentingan elite memihak
kepada buruh,” ungkap Ardho, Mahasiswa Hukum tahun 2020.

Pengesahan UU Cipta Kerja di tengah masa pandemi ini menimbulkan kesan bahwa pemerintah
terburu-buru dan tidak fokus dalam menangani pandemi Covid-19. Di saat negara lain seperti
Vietnam sudah berhasil mengatasi pandemi ini, Indonesia justru malah tertatih-tatih. Apalagi DPR
justru memutuskan UU yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan situasi pandemi.

Terlepas dari banyaknya pasal yang baik untuk masyarakat, kontra terhadap UU Cipta Kerja ini sudah
dimulai sedari masih menjadi rancangan. Pada saat itu, DPR berjanji untuk menghapus pasal-pasal
yang merugikan. Tetapi, pada realitanya bukannya dihapus, pasal tersebut malah ditambahi.

Mahasiswa menjadi pihak yang paling vokal untuk mengawal isu ini dan menambah daftar panjang
sejarah perjuangan mahasiswa dalam menegakkan keadilan. Terlepas dari banyaknya pandangan
miring dari masyarakat bahwa mahasiswa tidak perlu bersuara karena UU ini jelas tidak merugikan
mereka, ada sebuah ungkapan menarik dari seorang mahasiswa. “Menjadi mahasiswa adalah
sebuah kesalahan, ketika kita tidak tau kepada siapa kita berpihak,” tutur Bakti, Ketua BEM FHK
2019/2020. Ia juga menuturkan bahwa ini adalah bagian dari fungsi mahasiswa dalam bidang
pengabdian masyarakat.

Penulis Teks: Helena Mutiara

Anda mungkin juga menyukai