0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan4 halaman
Konflik terjadi antara pedagang yang menggunakan lahan milik PT. Sanur Dinamika Mentari untuk berjualan dan perusahaan tersebut. Lahan tersebut seharusnya dibangun hotel berdasarkan perjanjian tahun 1995, namun hingga 2013 hotel belum dibangun. Upaya penyelesaian melalui negosiasi, musyawarah, dan mediasi dilakukan, tetapi belum menemukan titik temu.
Konflik terjadi antara pedagang yang menggunakan lahan milik PT. Sanur Dinamika Mentari untuk berjualan dan perusahaan tersebut. Lahan tersebut seharusnya dibangun hotel berdasarkan perjanjian tahun 1995, namun hingga 2013 hotel belum dibangun. Upaya penyelesaian melalui negosiasi, musyawarah, dan mediasi dilakukan, tetapi belum menemukan titik temu.
Konflik terjadi antara pedagang yang menggunakan lahan milik PT. Sanur Dinamika Mentari untuk berjualan dan perusahaan tersebut. Lahan tersebut seharusnya dibangun hotel berdasarkan perjanjian tahun 1995, namun hingga 2013 hotel belum dibangun. Upaya penyelesaian melalui negosiasi, musyawarah, dan mediasi dilakukan, tetapi belum menemukan titik temu.
NIM : 30301900241 Mata Kuliah : Kemahiran Litigasi dan Kemahiran Non Litigasi Dosen : Dr. Hj. Aryani - Witasari, SH., M.Hum
KONFLIK PEDAGANG DENGAN PT. SANUR DINAMIKA MENTARI
Salah satu pantai yang ada di Desa Sanur Kauh Denpasar adalah Pantai Mertasari. Pantai berpasir putih yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ini, mempunyai beragam nilai budaya dan keindahan panorama alam yang sangat indah. Pantai Mertasari sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat lokal sejak puluhan tahun yang lalu sebelum Desa Sanur Kauh ditetapkan menjadi desa definitif oleh pemerintah Provinsi Bali pada tahun 1982. Pantai Mertasari mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah sebagai tempat obyek pembangunan pariwisata. Ketika terbentuknya tanah timbul yang muncul akibat adanya endapan pada areal pantai tersebut, perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali membuat tanah yang sebagai salah satu sub komponen ekonomi ini menjadi rebutan para investor. Upaya pengembangan pariwisata di Pantai Mertasari tidak terlepas dari peran Pemerintah Provinsi Bali. Pemerintah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak investor salah satunya dengan PT. Sanur Dinamika Mentari dengan agenda kerja pembangunan hotel di sepanjang pesisir Pantai Mertasari. Kerjasama ini disepakati oleh kedua belah pihak dengan mengadakan kontrak perjanjian pengelolaan lahan dengan surat perjanjian kerja sama No.593.6/1462/perl. Dalam hal ini pihak pertama Pemerintah Provinsi Bali memberikan Hak Pengelolaan Lahan HPL kepada PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pihak kedua penyewa lahan yang luas tanahnya ( 1,58 Ha), dengan jangka waktu 30 tahun terhitung sejak tanggal 27 Januari 1995. Tetapi dalam proses pelaksanannya PT. Sanur Dinamika Mentari tidak pernah melakukan kewajibanya untuk membangun hotel. Terhitung sejak dimulainya penandatanganan kerjasama antara PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 27 Januari 1995 hingga saat ini di tahun 2013 belum ada pembangunan hotel. Dengan adanya kekosongan lahan tersebut yang belum dikelola oleh pihak PT. Sanur Dinamika Mentari, beberapa warga Mertasari memanfaatkan lahan tersebut sebagai sarana berjualan. Namun demikian para pedagang mendapatkan penolakan keras dari penyewa lahan yang menyebabkan terjadi konflik kepentingan pengelolaan lahan yang berujung sengketa lahan antara pihak Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pemilik hak atas guna lahan tersebut. Konflik sengketa lahan ini berawal dari para pedagang yang menempatinya pada tahun 2002- 2011. Tanah kosong milik PT. Sanur Dinamika Mentari digunakan sebagai tempat berdagang. Mereka pada umumnya membuka kios-kios kecil untuk mencari keuntungan secara ekonomi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun pemanfaatan lahan oleh para pedagang malah menimbulkan konflik yang cukup panjang antara PT. Sanur Dinamika Mentari karena para pedagang yang menempati lahan yang dikelola oleh PT. Sanur Dinamika Mentari. Menurut Kepala Desa Sanur Kauh, jumlah pedagang yang berjualan di areal milik PT. Sanur Dinamika Mentari berjumlah 18 pedagang. Para pedagang ini sebagian berdomisili di Sanur dan sebagian pendatang yang berasal dari luar Desa Sanur Kauh, yang kemudian memilih membuka tempat usaha di tanah yang masih dikelola oleh pihak perusahaan ini (Wawancara M. Dane, 26- 09-2013). Kemudian mengetahui lahan milik PT. Sanur Dinamika Mentari digunakan oleh para pedagang, Pemerintah Provinsi Bali melalui surat gubernur Nomor: 593/7794/PA. Aset tentang pengosongan lahan memberitahukan, kepada para pedagang untuk segera mengosongkan lahan, sebab lahan tersebut diakui pemerintah sudah hak milik sewa lahan PT. Sanur Dinamika Mentari. PT. Sanur Dinamika Mentari menolak jika tanah tersebut digunakan oleh pihak pedagang sebagai tempat berdagang. Kemudian PT. Sanur Dinamika Mentari melakukan negosiasi dengan beberapa pihak seperti aparatur Desa Sanur Kauh dan Pemerintah Provinsi Bali dengan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan para pedagang yang waktu itu langsung dimediasi oleh kepala desa sanur kauh. Tetapi konflik tersebut masih saja terus berlanjut ketika para pedagang yang berada di tanah tersebut menanyakan keabsahan tentang surat perjanjian yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali dengan PT. Sanur Dinamika Mentari. Para pedagang beranggapan bahwa surat kontrak kerjasama dengan pihak Provinsi Bali No.593.6/1462/perihal telah dinyatakan gagal atau cacat hukum. Para pedagang berasumsi bahwa surat kontrak tersebut tercantum klausul pada pasal 10 yang mengatakan bahwa pihak PT. Sanur Dinamika Mentari wajib melakukan pembangunan sesuai dengan proposal yang disetujui selambat-lambatnya 4 tahun, jika sejak penandatanganan perjanjian tahun 1995 dan apabila belum ada pembangunan maka perjanjiannya dianggap batal demi hukum. Pihak pedagang yang tergabung dalam Organisasi Mertasari Community berupaya untuk melakukan proses dialog kembali dengan PT. Sanur Dinamika Mentari dan saat itu mediasi sudah dilakukan oleh aparatur Desa Sanur Kauh beserta pihak-pihak terkait. Namun demikian proses mediasi tersebut belum menemukan titik temu antara pihak Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari. Kemudian upaya terus dilakukan para pedagang yang mencoba mengunjungi kantor Pemerintah Provinsi Bali untuk bertemu dengan Gubernur Bali tetapi hasil yang diperoleh masih belum menemukan solusi yang terbaik, sebab permasalahan ini masih dikembalikan kepada dua belah pihak yang bertikai antara Para Pedagang Pantai Mertasari dengan PT. Sanur Dinamika Mentari. Para pedagang juga melakukan upaya pengaduan nasib mereka ke DPRD Provinsi Bali tetapi hasil yang didapatkan tetap sama yaitu belum menemukan solusi. Pada akhirnya pada bulan Mei 2012 PT. Sanur Dinamika Mentari melakukan pemagaran dengan seng wilayah yang di anggap milik PT.Sanur Dinamika Mentari dengan mengacu surat kerjasama Pemerintah Provinsi Bali dengan PT. Sanur Dinamika Mentari pada tahun 1995. Upaya Penyelesaian Konflik Pengelolaan Lahan di Pantai Mertasari Sebuah konflik, yakni sebuah situasi dimana 2 pihak atau lebih dihadabkan pada prbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah konflik dapat berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keperihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain. Konflik pengelolaan lahan merupakan bagian dari realitas sosial. Berbagai penyelesaian konflik lahan cukup banyak ditawarkan baik yang bersifat litigasi maupun non litigasi, tetapi dalam banyak hal hasilnya terasa kurang memuaskan. Bahkan penyelesaian melalui pengadilanpun terkadang dirasakan oleh masyarakat tidak adil. Tidak sedikit mereka yang telah menduduki tanah selama bertahun-tahun ditolak gugatannya untuk mempertahankan hak atau mendapatkan lahanya karena adanya pihak lain yang menguasai lahan yang bersangkutan. Atau sebaliknya gugatan seseorang terhadap penguasaan lahan untuk kepentingan pribadi tertentu dikabulkan pengadilan walaupun bagi pihak yang menguasai lahan tidak cukup kuat atau gugatan kurang beralasan. Di Indonesia, konflik pengelolaan lahan yang ada diselesaikan melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun dari sekian banyaknya kasus yang masuk ke badan peradilan tersebut, banyak yang diselesaikan dengan hasil yang kurang memuaskan, sehingga berkembanglah pandangan di masyarakat bahwa badan peradilan kurang optimal dalam menyelesaikan sengketa pengelolaan lahan. Salah satu metode alternatif penyelesaian sengketa yang sekarang ini sering digunakan adalah mediasi. Semakin menumpuknya angka perkara dipengadilan telah memaksa diperlukannya atau peningkatan penggunaan penyelesaian sengketa di luar pengadilan diantaranya adalah mediasi, seiring dengan dikeluarkannya peraturan Mahkamah Agung No 2 tahun 2008 tentang prosedur mediasi pengadilan. Upaya penyelesaian konflik lahan di Pantai Mertasari juga menuai protes dari pihak pedagang yang berkonflik dengan PT. SDM, maka dari itu pola-pola penyelesaian konflik pengelolaan lahan di luar pengadilan menjadi sebuah solusi yang dilakukan oleh kalangan yang berkonflik. Upaya penyelesaian konflik di luar pengadilan ialah negosiasi, musyawarah mufakat dan mediasi. Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak yang berkonflik duduk bersama untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian konflik dengan prinsip bahwa penyelesaian itu tidak ada pihak yang dirugikan (win-win solution), kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Musyawarah mufakat adalah lengkah lebih lanjut dari negosiasi. Jika dalam negosiasi tidak terdapat kesepakatan yang saling menguntungkan, maka langkah lebih lanjut adalah melakukan musyawarah mufakat dengan melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah tersebut selanjutnya dibuatkan surat kesepakatan bersama untuk sebuah perdamaian yang ditanda tangani oleh para pihak yang berkonflik dan para saksi yang ikut terlibat. Upaya penyelesaian konflik Pedagang Pantai Mertasari dengan PT. Sanur Dinamika Mentari melibatkan peran aktor, antara lain peran dari Kepala Desa Sanur Kauh, masyarakat Desa Sanur Kauh dan Pemerintah Provinsi Bali. Dengan adanya pertemuan yang diadakan di Kantor Desa Sanur Kauh, pihak yang berkonflik diberi kesempatan untuk menjelaskan atas hak dan tuntutannya, dan acara langsung di pimpin oleh oleh Kepala Desa Sanur Kauh sebagai mediator.