Anda di halaman 1dari 4

Kontravensi Peresmian Investasi Minuman Keras

Selasa (2/02/2021) Presiden Joko Widodo resmi menetapkan Peraturan Presiden Nomor 10
mengenai Bidang Usaha Penanaman Modal Tahun 2021 yang merupakan turunan dari Undang-
Undang Cipta Kerja.

Perpres ini merupakan aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 mengenai
Cipta Kerja. Industri minuman keras dapat memperoleh investasi dari berbagai sumber, baik
investor asing aupun investasi dalam negeri. Dengan resminya kebijakan ini koperasi hingga
UMKM juga bisa menanamkan investasi kepada industri minuman keras.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan awal mula
pembukaan investasi minuman keras (miras) atau minuman beralkohol sebelum lampiran Perpres
dicabut.

Dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring pada hari Selasa, Bahlil menjelaskan salah
satu pertimbangan investasi miras dibuka di 4 pronvinsi, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT),
Sulawesi Utara, dan Papua dengan mempertimbangkan kearifan lokal daerah tersebut.

“Salah satu pertimbangan pemikiran kenapa (investasi miras dibuka) di beberapa provinsi itu
saja karena memang di daerah itu ada kearifan lokal. Jadi dasar pertimbangannya adalah
memperhatikan masukan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat dengan kearifan
lokal,” jelas Bahlil.

Ia menyebutkan salah satu contoh daerah dengan mempertimbangkan kearifan lokal adalah NTT.
Sopi yang merupakan minuman beralkohol khas Nusa Tenggara Timur, menurutnya minuman
tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi namun tidak bisa di dorong menjadi industri
besar karena termasuk kategori yang terlarang. Contoh lainnya adalah arak Bali yang berkualitas
untuk di eskpor.

“ Itu akan ekonomis kalau dibangun industri. Tapi kalau dibangun sedikit-sedikit apalagi
dilarang, maka tidak mempunyai nilai ekonomis. Itulah mengapa dikatakan bahwa
memperhatikan budaya dan kearifan lokal,” tambah Bahlil.
Di lain sisi, walaupun mendorong kearifan lokal bisa berkembang dan menjadi prakarsa ekonomi
setempat, dengan adanya kebijakan baru ini, Bahlil juga tidak menutup kemungkinan terhadap
kontravensi yang akan terjadi.

Papua yang menjadi lokasi untuk investasi miras,mendapat penolakan dari masyarakatnya.
Penolakan tersebut karena investasi miras bertentangan dengan Peraturan Daerah Miras nomor
15 Tahun 2013 mengenai Pelarangan Produksi, Pengedaran dan Penjualan Minuman Berakohol.

Setelah resmi dibuka, Perpres Nomor 10 Tahun 2021 mengenai Bidang Usaha Penanaman
Modal akhirnya di cabut setelah menerima masukan dari berbagai pihak.

Selain mendapat masukkan dari tokoh agama dan ormas-ormas, Presiden Indonesia juga
menerima masukan dari provinsi dan daerah. Dengan demikian Jokowi merasa yakin untuk
mencabut lampiran peraturan presiden yang mengatur pembukaan investasi minuman keras.

“Bersama ini saya sampaikan, saya putuskan lampiran Perpres terkait pembukaan investasi baru
dalam industri minuman keras yang mengandung alkohol saya nyatakan dicabut,” tegas Jokowi.

Dengan dicabutnya Perpres No 10/2021, maka minuman keras masuk kembali ke dalam bidang
usaha tertutup investasi yang pada awalnya ketika dibuka dengan Perpres menjadi bidang usaha
terbuka investasi. Hal ini ada dalam aturan yang sebelumnya, yaitu Perpres No 44 Tahun 2016
mengenai Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Arti dari bidang usaha yang tertutup adalah bidang
usaha tertentu yang dilarang untuk diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.

Perpres 10/2021 secara tidak langsung mengubah Perpres 44/2016 yang salah satunya adalah
pemerintah memotong jumlah dari bidang usaha tertutup atau daftar negative investasi (DNI)
dari 20 sektor menjadi 6 sektor saja. 14 sektor yang sebelumnya termasuk dalam daftar bidang
usaha tertutup menjadi terbuka bagi investor dalam negeri maupun luar negeri.

Dari 14 sektor yang ada, ada pengkategorian tersendiri terhadap minuman keras, yang diantaraya
adalah miras mengandug alcohol, minuman mengandung alcohol anggur, dan minuman
mengandung malt. Sebelumnya, tiga jenis investasi diatas termasuk dalam bidang usaha tertutup
investasi.
Namun, dengan adanya Perpres 10/2021 ketiga sector yang awalnya tetutup berubah menjadi
usaha terbuka dengan persyaratan tertentu. Tercantum dalam lampiran tiga Perpres 10/2021
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari regulasi yang ada.

Pencabutan lampiran kebijakan investasi minuman beralkohol mengundang komentar keras dari
pengamat politik, Rocky Gerung. Ia menilai bahwa pencabutan kebijakan ini menunjukkan
inkonsistensi yang bisa berdampak bahaya dalam pemerintahan. Selain itu, Rocky Gerung juga
menilai Presiden Jokowi melakukan hal yang konyol .

“Seolah Presiden melakukan hal yang gagah berani sehingga dengan ini dicabut. Ya ini
sebenarnya juga kekecauan karena dimaksudkan dengan mencabut itu kalau sesuatu ditanam
orang lain, itu baru dicabut. Kalau dia tanam sendiri lalu dicabut, konyol namanya kan,” jelasnya
dalam saluran YouTube miliknya pada Rabu (3/2/2021) yang dikutip dari suara.com.

sc: suara.com

sc: kumparan.com
sc: hops.id

sc: republika.co.id

sc: detikfinance

Anda mungkin juga menyukai