Salah satu perubahan dalam UUPM ialah terkait jenis-jenis bidang usaha yang tertutup
dari penanaman modal. Sebelumnya, Pasal 12 ayat (2) UUPM berbunyi sebagai berikut:
“Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
1. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
2. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang”
Setelah diubah dengan UU Cipta Kerja, Pasal 12 ayat (2) tersebut menjadi berbunyi:
“Bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi
Meskipun sekilas terlihat seperti lebih banyak poin jenis bidang usaha yang dinyatakan
tertutup setelah perubahan, namun jika kita perhatikan poin b pada Pasal 12 UUPM
sebelumnya, dapat kita lihat bahwa rumusan Pasal 12 UUPM sebelum perubahan justru
memberikan lebih banyak ruang bagi Pemerintah untuk menentukan bidang usaha mana saja
yang dinyatakan tertutup. Sedangkan dengan rumusan Pasal 12 UUPM yang baru, bidang
usaha tertutup terbatas pada 6 bidang usaha yang tercantum dalam pasal tersebut dan tidak
dapat ditambahkan atau dikurangi kecuali melalui revisi UUPM itu sendiri.
Selain itu terdapat juga bidang usaha yang dikategorikan sebagai bidang usaha terbuka
terhadap penanaman modal, yang dibagi lagi menjadi 4 jenis, berdasarkan Pasal 3 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, yaitu :
Ini juga tercerminkan dalam penghapusan “bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan” dalam UU CK, sehingga semua bidang usaha selain yang dinyatakan tertutup
atau kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat, dapat dikuasai sepenuhnya
oleh investor asing di Indonesia tanpa adanya batasan maksimum penyertaan modal yang
diatur.
Pengaturan yang sangat terbatas tentang usaha-usaga tertutup dan tidak adanya
ketentuan tentang persyaratan penanaman modal yang signifikan yang dapat menjamin
kedaulatan dan kepentingan nasional memperkuat kekhawatiran bahwa ketentuan penanaman
modal hanya mengutamakan kepentingan untuk menarik penanaman modal asing yang
seluas-luasnya tanpa memperhatikan kepentingan kedaulatan Negara.