Anda di halaman 1dari 23

Prof. Dr. Johannes Ibrahim Kosasih, SH., M.

Hum
Guru besar Hukum Perbankan- Universitas Warmadewa
PERTIMBANGAN
DITERBITKAN RUU CIPTA KERJA

Upaya perubahan pengaturan yang berkaitan


kemudahan dan perlindungan usaha mikro,
kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem
investasi, dan percepatan proyek strategis
nasional, termasuk peningkatan perlindungan
dan kesehatan pekerja dilakukan melalui
perubahan Undang-Undang sektoral yang
dilakukan secara parsial tidak efektif dan
efisien untuk menjamin percepatan cipta
kerja, sehingga diperlukan terobosan hukum
melalui pembentukan Undang-Undang
dengan menggunakan metode omnibus law
yang dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam beberapa undang-
undang ke dalam satu undang-undang secara
komprehensif.
NASKAH AKADEMIK
Teknik Regulasi Omnibus Law

• Teknik omnibus law, persoalan dalam


berbagai undang-undang tersebut dapat
diselesaikan tanpa harus merevisi berbagai
undang-undang yang substansinya terkait
dengan perizinan, melainkan cukup dengan
membuat suatu undang-undang baru yang
mengamandemen pasal dalam beberapa
undang-undang.
• Merupakan metode untuk membuat suatu
regulasi atau undang-undang yang terdiri
atas banyak subjek atau materi pokok
untuk tujuan tertentu guna menyimpangi
suatu norma peraturan.
NASKAH AKADEMIK
Teknik Regulasi Omnibus Law

Omnibus law mencakup:


• Hampir semua substansi materi yang
berhubungan.
• Sebuah integrasi.
• Kodifikasi peraturan yang tujuan
akhirnya adalah mengefektifkan
penerapan peraturan tersebut
NASKAH AKADEMIK
Teknik Regulasi Omnibus Law

Tujuan teknik di atas dalam naskah


akademik dikatakan:
:………. Tidak saja memastikan bahwa
penggunaan teknik legislasi omnibus
law dalam pembentukan RUU
Penciptaan Lapangan Kerja mampu
menata dan mengharmoniskan dan
menciptakan simplifikasi peraturan
perundang-undangan yang terkait
dengan penciptaan lapangan kerja,
mampu menghasilkan, melahirkan
pelayanan perizinan berusaha yang
mudah, cepat, terintegrasi, serta
memperkuat UMK……….”
RUANG LINGKUP
RUU CIPTA KERJA

1. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan


berusaha;
2. ketenagakerjaan;
3. kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan,
UMK-M serta perkoperasian;
4. kemudahan berusaha;
5. dukungan riset dan inovasi;
6. pengadaan lahan;
7. kawasan ekonomi;
8. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan
proyek strategis nasional;
9. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
10. pengenaan sanksi.
KLASTER DALAM
RUU CIPTA KERJA

Urutan Nama Klaster


Klaster
1 a. Perizinan lokasi
b. Perizinan lingkungan
c. Perizinan bangunan gedung (IMB dan SLF)
d. Perizinan Sektor Pertanian,
e. Perizinan Sektor Kehutanan
f. Perizinan Sektor Kelautan dan Perikanan
g. Perizinan sektor ESDM
h. Perizinan sektor Ketenaga nukliran
i. Perizinan sektor Perindustrian
j. Perizinan sektorPerdagangan
k. Perizinan sektor Kesehatan, Obat, dan Makanan
l. Perizinan sektor Pariwisata
m. Perizinan sektor Pendidikan dan Kebudayaan
KLASTER DALAM
RUU CIPTA KERJA
Urutan Nama Klaster
Klaster
1 n. Perizinan sektor keagamaan
0. Perizinan sektor Transportasi
P Perizinan sektor PUPR
r. Perizinan sektor Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran.
s. Perizinan sektor Pertahanan dan Keamanan
2 Persyaratan Investasi
3 Ketenagakerjaan
4 Kemudahan dan Perlindungan UMKM
5 Kemudahan Berusaha
6 Dukungan Riset dan Inovasi
7 Kawasan Ekonomi
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
b. Kawasan Industri
c. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
KLASTER DALAM
RUU CIPTA KERJA
Urutan Nama Klaster
Klaster
8 Kemudahan dan Perlindungan UMKM
a. Kriteria UMK-M
b. Basis Data Tunggal
c. Collaborative Processing
d. Kemudahan Perizinan Tunggal
e. Kemitraan
f. Perizinan/ Kemudahan Perizinan Tunggal
g. Insentif fiskal; dan
h. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang UMK-M
9 Investasi dan Proyek Pemerintah
a. Investasi Pemerintah
b. Kemudahan Proyek Pemerintah
10 Administrasi Pemerintahan
11 Pengenaan sanksi
Perspektif Perkembangan
Regulasi Investasi
di Indonesia BPHN-2018

• Bidang-bidang yang terkaitan dengan upaya


pertumbuhan investasi dan kemudahan
berusaha (Ease of Doing Business) adalah:
– Proses memulai usaha;
– Perdagangan Lintas negara;
– Ketenaga-kerjaan;
– Perizinan;
– Tanah dan bangunan;
– Ketenaga-listrikan;
– Badan usaha;
– Kepailitan;
– Penegakan hukum kontrak;
– Akses perkreditan;
– Perlindungan investor minoritas;
– Perpajakan.
RUU CIIPTA KERJA
KLASTER
UNDANG UNDANG TERKAIT

11
klaster

RUU
CIPTA
KERJA
Klaster 81
dan UU Undang
Terkait Undang
RUU CIIPTA KERJA
KLASTER
PERSYARATAN INVESTASI

• Pasal 83 RUU Cipta Kerja, untuk mempermudah


masyarakat terutama pelaku usaha dalam melakukan
investasi pada sektor tertentu yaitu perbankan,
perbankan syariah dan pers, Undang-Undang Kerja ini
mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan
baru beberapa ketentuan yang diatur dalam:
• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
RUU CIIPTA KERJA
KLASTER
PERSYARATAN INVESTASI

• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3472) juncto Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); dan
• Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 547 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3887).
RUU CIIPTA KERJA
DI
BIDANG PERBANKAN

• Pada bidang Perbankan, berdasarkan Pasal 85 RUU Cipta


Kerja, ketentuan dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3472) juncto Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3790) diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22:
(1) Bank Umum dapat didirikan oleh:
• warga negara Indonesia;
• badan hukum Indonesia; dan/atau
• badan hukum asing secara kemitraan.
RUU CIIPTA KERJA
DI BIDANG PERBANKAN

• Pasal 22:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pendirian
yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Perbankan Syariah, menurut ketentuan Pasal 86 RUU Cipta


Kerja, ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867) diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:
RUU CIIPTA KERJA
DI BIDANG PERBANKAN

• Pasal 22:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pendirian
yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Perbankan Syariah, menurut ketentuan Pasal 86 RUU Cipta


Kerja, ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867) diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:
RUU CIIPTA KERJA
DI BIDANG PERBANKAN

Pasal 9:
(1) Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau
dimiliki oleh:
 warga negara Indonesia;
 badan hukum Indonesia;
 pemerintah daerah; dan/atau d. badan hukum asing secara
kemitraan.
(2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan
dan/atau dimiliki oleh:
RUU CIIPTA KERJA
DI BIDANG PERBANKAN

Pasal 9:
(2)
 warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
yang seluruhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia;
 pemerintah daerah; atau
 dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b.
(3) Maksimum kepemilikan Bank Umum Syariah oleh badan
hukum asing ditentukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penanaman
modal.

Regulasi Investasi
Bidang Perbankan

• Regulasi yang berkaitan dengan akses


perkreditan/perbankan yang dalam evaluasi
hukum terkait program rangka penataan
regulasi untuk kemudahan berusaha(Ease of
Doing Business, diantaranya adalah:
– UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
– UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
– UU No. 42 Tahun 1999 ttentang Jaminan Fidusia.
– UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia.
– UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
– UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
– UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
Regulasi Investasi
Bidang Perbankan

– Peraturan Bank Indonesia No.: 3/10/PBI/2001


tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Customer Principles).
– Peraturan Bank Indonesia No.: 5/8/PBI/2003
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum.
– Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/PBI/2005 tentang
Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.
– Peraturan Bank Indonesia No. 8/ 18/ PBI/ 2006
Tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum BPR.
– Peraturan Bank Indonesia No.: 8/26/PBI/2006
tentang Bank Perkreditan Rakyat.
– Peraturan Bank Indonesia No.: 9/14/PBI/2007
tentang Sistem Informasi Debitur.
– Peraturan Bank Indonesia No. 11/ 13/ PBI/ 2009
Tanggal 17 April 2009 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit BPR
PERSOALAN RUU CIPTA KERJA
PERSPEKTIF PERBANKAN

• hubungan kerja sistem outsourcing telah menjadi


kebutuhan yang tidak terelakkan dan telah meluas
mengikuti perkembangan ekonomi global. Sistem
outsoursing dilakukan oleh perbankan dalam rangka
efisiensi dan peningkatan profit dengan mereduksi
biaya/ cost.
• Aspek Risiko Finansial terdiri atas Kegiatan/usaha
dengan risiko likuiditas (liquidity risk);
Kegiatan/usaha dengan risiko operasional
(operational risk); Kegiatan/usaha dengan risiko
kredit (credit risk); Kegiatan/usaha dengan risiko
pasar dan investasi (market and investment risk);
PERSOALAN RUU CIPTA KERJA
PERSPEKTIF PERBANKAN

Pasal 173 : Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:


a………
b. Peraturan Pelaksanaan dari Undang-Undang yang telah
mengalami perubahan berdasarkan Undang-Undang
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini dan wajib disesuaikan paling lama
1 (satu) bulan;
Regulasi di bidang perbankan pelaksanaannya diatur
dalam berbagai kebijakan berupa PBI, SE BI, POJK, SE
OJK dan sebagainya. Regulasi Perbankan sendiri
seharusnya berdiri sendiri dalam kodifikasi UU
Perbankan, bagaimana konsistensi regulasi ini dapat
berjalan agar terdapat kepastian hukum
Sumber Rujukan
LITERATUR

• Rancangan Undang Undang


Tentang Cipta Kerka
• Naskah Akademik Undang-
Undang Cipta Kerja

Anda mungkin juga menyukai