Disusun Oleh:
Ir. Rizar Indomo Nazaroedin, MBA.
Fatmawati Indah Purnamasari, S.Psi., M.Si.
Demikian luasnya cakupan peraturan dan kebijakan ini maka untuk bahan ajar di
materi Peraturan dan Kebijakan Penanaman Modal akan disusun dalam 3 pokok
bahasan sebagai berikut:
A. Undang Undang Penanaman Modal yang memuat ketentuan, azas dan tujuan
investasi menyangkut pengertian dan pemahaman terminologi tentang
penanaman modal.
Pemerintah Indonesia telah memiliki dua Undang Undang Penanaman Modal, yang
pertama di terbitkan tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing serta tahun 1968
Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri; dan undang-undang yang kedua
diterbitkan pada tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanpa pembedaan yang
untuk penanaman modal asing dan untuk penanaman modal dalam negeri. Undang
Undang Yang diterbitkan di tahun 2007 mengganti Undang Undang yang diterbitkan
pada tahun 1967 dan 1968. Memperhatikan selang waktu dari yang pertama dan yang
kedua tentu dapat dipahami terdapat banyak ketentuan-ketentuan yang berubah
dan disempurnakan.
Modal: aset berupa uang atau bukan uang yang mempunyai nilai
ekonomis.
Dengan demikian penanaman modal dari sisi bentuknya dapat berupa penanaman
modal langsung dan dapat berupa penanaman modal tidak langsung, sedangkan dari
sisi pelaku dan pembiayaannya dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing.
Penanaman modal langsung dikenal bila investor mendirikan dan mengelola
industrinya secara langsung, misalnya membangun dan mendirikn pabrik semen atau
mengakuisisi perusahaan, yaitu membeli saham perusahaan semen tersebut dan
mengelolanya. Penaman modal tidak langsung dilakukan di pasar bursa, dimana
investor dapat memiliki saham melalui pembelian di bursa sama namun tidak
mengelola manajemen perusahaan tersebut secara langsung setiap hari.
• Kepastian Hukum
• Keterbukaan
• Keterbukaan
• Akuntabilitas
• Perlakuan sama
• Kebersamaan
• Efisiensi berkeadilan
• Berkelanjutan
• Berwawasan lingkungan
• Kemandirian
• Keseimbangan kemajuan
o Badan Usaha
v Usaha Perseorangan, contoh: usaha dagang toko bangunan
v Bukan Berbadan Hukum, contoh: firma, commanditer,
venootschap/CV
v Berbadan Hukum, contoh: Perseroan Terbatas, koperasi,
yayasan
• Ketenagakerjaan
o Pengutamaan Tenaga Kerja Indonesia
v Harus mengutamakan TKI
v Berhak menggunakan tenaga ahli WNA untuk jabatan/keahlian
tertentu
v Wajib meningkatkan kompetensi TKI
v Wajib melakukan alih teknologi kepada TKI
o Penyelesaian Perselisihan
v Diupayakan diselesaikan secara musyawarah
v Bila tidak berhasil, melalui upaya mekanisme tripartit
v Bila masih tidak berhasil, diupayakan melalui pengadilan
hubungan industrial
• Bidang Usaha
o Kebijakan Bidang Usaha
v Semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal kecuali
yang tertutup atau terbuka bersyarat
v Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan
terbuka dengan persyaratan diatur dengan peraturan Presiden
Kewajiban:
Tanggung jawab:
Urusan Pemerintah:
o Ruang lingkup lintas provinsi urusan pemerintah seperti:
v SDA tak terbarukan
v Industri prioritas tinggi
v Sebagai pemersatu dan penghubung antar wilayah
v Pelaksanaan strategis hankamnas
v Modal asing
v Bidang lain yang diatur UU
• Penyelesaian Sengketa
o Sengketa antara Investor asing dengan pemerintah diusahakan melalui
jalur musyawarah dan mufakat. Namun jika gagal bisa menempuh jalur
hukum arbitrase internasional melalui The International Centre for
Settlement of Investiment Disputes (ICSID).
o Sengketa antara Investor domestik dengan pemerintah diusahakan
melalui jalur musyawarah dan mufakat. Namun jika gagal bisa
menempuh jalur hukum arbitrase melalui Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI), pengadilan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN), atau alternatif lain penyelesaian sengketa.
• Sanksi
Pemberian sangsi atas pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait penanaman modal dapat diberikan secara bertingklat sbb:
o Peringatan tertulis
o Pembatasan kegiatan usaha
o Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
o Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
C. Tinjauan Investasi
1. Tantangan Globalisasi
Globalisasi ekonomi yang dialami negara dewasa ini sudah sangat besar baik
dalam menghasilkan barang dan jasa untuk keperluan sendiri maupun untuk
memenuhi permintaan dunia. Disamping itu modal yang merupakan salah satu
faktor usaha yang dominan disamping teknologi dan akses pasar juga
diperebutkan oleh negara negara baik negara maju maupun yang yang masih
berkembang. Memperebutkan arus modal ini telah terjadi dalam skala dunia,
seiring dengan meredupnya blok blok ekonomi yang berbasis ideologi politik dan
bertumbuhnya negara negara baru yang lepas dari penjajajahan dan perang
dunia.
Persaingan dalam memperebutkan modal, teknologi dan akses pasar itu telah
mendorong negara negara untuk meningkatkan daya saing pererkonomiannya
dengan melakukan efisiensi dari perekonomian negara, mengurangi birokrasi
pelayanan publik, melaksanakan strategi pembangunan ekonomi yang terarah,
memberikan tempat bagi pelaksanaan otonomi daerah, dan merangsang
pemerintah untuk melakukan inovasi inovasi baik dalam konteks pelayanan
puiblik maupun mengeluarkan kebijakan ekonomi yang semakin memberikan
tempat kepada pelaku ekonomi swasta. Persaingan tersebut tidak terjadi di
negara negara yang secara geografis berdekatan, akan tetapi semakin meluas
kepada persaingan secara global.
Daya saing ekonomi, daya saing investasi, daya saing daerah banyak
diperbincangkan dan diteliti berdasarkan kinerja dari hal yang saling berkaitan
dalam penciptaan peningkatan ekonomi. Berbagai lembaga riset mencoba
mengemukakan indikator indikator yang dipandang sesuai dalam mengukur daya
saing perekonomian maupun daya saing dalam menarik investasi.
Lembaga lembaga multilateral yang dipandang objektif dan tidak bias dalam
memberikan penilaian dan dapat menerbitkan berbagai laporan secara berkala
yang memantau indikator indikator daya saing dari berbagai negara. Beberapa
laporan yang telah beredar sampai saat ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Indeks ini menggambarkan daya saing dari sisi global bisnis yang perhatian utamanya
difokuskan kepada governance yang semakin meningkat mutunya, sebagaimana yang
bisa dilihat pada trend perkembangan yang ada.
Sumber: International Credit Rating Agencies
Kesemua lembaga pemeringkat utang negara tersebut Standard and Poor’s, Moody,
Fitch, menyimpulkan bahwa Indonesia telah dikatagorikan sebagai negara yang
Investment Grade, yaitu negara yang layak untuk kegiatan investasi karena manajemen
utang Indonesia dianggap baik dan bila diberikan investasi/utang, Indonesia dapat dan
mampu/feasible mengembalikannya secara menguntungkan bagi investor. Sovereign
Credit Rating Indonesia dapat dilihat pada grafik diatas.
Sumber: ANZ, AmCham & USCC, JBIC, Moody’s, Fitch, Japan Credit Rating, UNCTAD, The
Economist
Kinerja penanam modal asing tersebut menggambarkan kesuksesan berinvestasi di
Indonesia yang tentunya terkait dengan kombinasi dari kinerja pelaku ekonomi dan
kinerja pelayanan publik dan kebijakan ekonomi yang dicetuskan pemerintah.
Dalam laporan ASEAN Business Outlook Survey (ABOS) tahun 2018 yang dikeluarkan
oleh US Chamber of Commerce, Indonesia juga merupakan negara tujuan terbaik
untuk investasi selain Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Terdapat setidaknya dua
faktor yang mengalami peningkatan kepuasan oleh investor Amerika, yaitu
infrastruktur dan insentif pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa percepatan
pembangunan infrastruktur memiliki pengaruh yang positif terhadap aliran investasi
ke dalam negeri. Namun demikian, terdapat pula faktor yang mengalami penurunan
kepuasan. Dua faktor yang menurun kepuasannya yaitu ketersediaan tenaga kerja
dan kondisi politik negara.
Bagi pemerintah daerah, pemahaman atas daya saing ini telah dirumuskan melalui survey
dan studi KPPOD dengan indikator peringkat sebagai berikut :
Dengan demikian apabila pemerintahan daerah mampu mengendalikan faktor fator daya
saing daerah tersebut secara baik, memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
pemangku kepentingan, dapat diperkirakan bahwa daerah tersebut akan mampu
meningkatkan produktifitasnya dan mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
Investasi/penanaman modal merupakan bagian dari mesin ekonomi suatu negara, yang
menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang dan jasa, menghasilkan devisa
ekspor, tapi juga melakukan impor barang dan bahan, membayar pajak kepada negara,
meningkatkan ketrampilan dan penguasaan teknologi.
Pemerintah menyusun rencana pembangunan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi
(GDP) perkiraan kebutuhan investasi, perkiraan inflasi, pertumbuhan penduduk, ekspor,
impor, dan banyak indikator ekonomi makro yang dirancang untuk periode 1 masa
kabinet.
Penyusunan rencana pembangunan ini biasanya dilakukan secara terintegrasi bersama
rencana pengajuan APBN.
Secara umum dipahami bahwa, Produk Domestik Bruto (PDB) dibentuk dari Konsumsi,
Investasi, Pengeluaran belanja pemerintah, ditambah Ekspor-Impor.
Para akhli ekonomi kemudian merumuskan bahwa ada hubungan empiris yang bisa
dijadikan panduan bahwa untuk meningkatkan PDB perlu dilakukan peningkatan
investasi dalam jumlah tertentu. Secara akademis dikenal Incremental Capital Output
Ratio, yaitu berapa peningkatan persentase kebutuhan investasi untuk meningkatkan 1%
PDB.
Hubungan antara PDB, Investasi dan penyerapan tenaga kerja memperlihatkan korelasi
dan trend yang searah. Semakin meningkat Investasi, semakin meningkat pula PDB dan
penyerapan tenaga kerja.
Pemerintah telah menyusun skenario ekonomi yang juga dapat diturunkan dalam
besaran target investasi secara nasional, baik investasi pemerintah, investasi rumah
tangga, investasi korporasi/usaha. Untuk investasi korporasi ini, pemerintah cq bkpm
merumuskan komposisi untuk Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri. Di BKPM besaran target target investasi ini disusun dalam dokumen Renstra
sebagaimana tercantum dibawah ini:
Proyeksi ini disusun pada awal kabinet Kerja tahun 2020, yang terkait dengan pembentukan
pemerintahan baru, dengan berbagai asumsi yang dianut pada saat itu. Tentunya dengan
berjalannya waktu dapat terjadi dinamika yang mengakibatkan adanya perubahan
perubahan ekonomi. Secara garis besar dalam teori ekonomi pembangunan dikenal adanya
korelasi yang kuat antara investasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan penambahan investasi. Adapun berapa
banyaknya sangat bergantung sejauh mana efisiensi yang ada di perkonomian kita dan
tingkat teknologi yang telah diterapkan di negara ini.
Source: Press Release BKPM TW IV 2020
Perlu dipahami bahwa target investasi dan realisasi yang disebutkan diatas PMA-PMDN
dimaksudkan untuk penanaman modal di semua sektor kecuali di sektor minyak dan gas
hulu, serta di luar sektor keuangan.
Sumber: Realisasi Penanaman Modal BKPM
Perkembangan realisasi ini dapat menjadi masukan untuk penyusunan kebijakan ataupun
pemetaan tentang sebaran investasi, konsentrasi atau gap investasi menurut wilayah dan
sebagainya setidaknya mendukung penyusunan kebijakan yang lebih tepat sasaran bagi
Indonesia secara keseluruhan.