Anda di halaman 1dari 32

Perbedaan antara penanaman modal asing langsung atau tidak langsung. 1.Direct Investment(penanaman modal langsung).

Penanaman modal langsung, terbagi menjadi dua yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Penanaman modal langsung diatur dalam UUNo. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU 25/2007).

TATA CARA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA


A. Tinjauan Umum Mengenai Tata Cara Dalam Permohonan Penanaman Modal Di Indonesia. Berkenaan dengan adanya tujuan Negara yaitu pembangunan nasional yang kemudian untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan modal tehadap pengelolaannya, sehingga pemerintah mengupayakan kepada pihak-pihak yang berkeinginan menanamkan modal untuk ikut serta dalam membangun Negara ini. Untuk itu di perlukan berbagai peraturan mengenai penanamn modal agar menciptakan suatu iklim penanaman modal yang lebih kondusif dan promotif. Penyelenggaraan urusan penanaman modal sudah ditentukan dalam Pasal 30 UUPM, karena pemerintah atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Dalam penyelenggaran penanaman modal dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraannya1 Dalam keinginan tersebut, pemerintah mengeluarkan pengaturan mengenai tata cara dalam penanaman modal. Pengaturan tersebut yaitu Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.
1 Salim

HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., MHum, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta :

Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 89.

A.1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).2 a. Kegiatan Persiapan. Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka UU No.25/2007 tentang Penanaman Modal, harus terlebih dahulu mempelajari daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka bagi penanam modal. Setelah mempelajari yang cukup mengenai bidang usaha yang tertutup dan terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penanaman modal. Calon penanam modal mengajukan permohonan penanaman modal kepada kepala BKPM (Meninves). Apabila

permohonan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal yang berlaku, ketua BKPM mengeluarkan surat persetujuan penanaman modal yang juga berlaku sebagai persetujuan prinsip.

b. Pedoman dan Tata Cara Permohonan. Bagi calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMDN wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada kepala BKPM atau ketua BKPMD setempat. Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh kepala perwakilan setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanam modal berpedoman kepada:
2 I.G

Rai Widjaya, S.H., M.A., Penanaman Modal, (Jakarta : PT Pradnya Paramita, 2005), hal. 34.

1). Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal, 2). Bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan, 3). Serta ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.

c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Dalam Negeri. Penanaman modal dalam negeri merupakan suatu kegiatan yang menanamkan modal yang berasal dari modal dalam negeri dan pemilik modalnya berasal dari warga Negara Indonesia. Dalam Pasal 5 Keputusan Kepala BKPM Nomor 70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.57/SK/2004 telah ditentukan prosedur dalam pengajuan permohonan baru dalam rangka PMDN. Pihak yang dapat mengajukan permohonan ini, adalah: 1). Perseroan Terbatas (PT), 2). Commanditaire Vennootscop (CV), 3). Firma, 4). Badan Usaha Koperasi, 5). BUMN, 6). BUMD, atau 7). Perorangan. Permohonan penanaman modal baru ini diajukan kepada kepala BKPM dalam rangkap 2 (dua) dengan menggunakan model I/PMDN. Formulir model I PMDN ini telah dibakukan oleh BKPM. Ini

dimaksudkan untuk mempermudah bagi calon penanam modal untuk mengajukan permohonan kepada BKPM. Hal-hal yang harus diisi oleh calon investor dalam permohonan tersebut meliputi : 1). Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian, dan perubahannya (nama notaris, nomor, dan tanggal), pengesahan menteri kehakiman (nomor dan tanggal), alamat lengkap. 2). Keterangan rencana proyek yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek (kabupaten, kota, provinsi), produksi pertahun, pemasaran pertahun, luas tanah yang diperlukan, tenaga kerja, rencana investasi, sumber pembiayaan, modal perseroan, jadwal waktu penyelesaian proyek, dan pernyataan. Dalam permohonan itu dilampirkan hal-hal diantaranya : 1). Bukti diri pemohon, yang meliputi rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya untuk PT, BUMN/BUMD, CV, Fa, atau rekaman anggaran dasar bagi badan uasaha koperasi, atau rekaman KTP untuk perorangan. 2). Surat kuasa dari yang berhak apabila penanda tangan permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri. 3). Rekaman nomor pokok wajib pajak (NPWP) pemohon. 4). Uraian rencana kegiatan. 5). Persyaratan dan/atau ketentuan sektorial tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah. 6). Bagi bidang usaha yang di persyaratkan kemitraan ; a). Kesepakatan atau perjanjian kerja sama tetulis mengenai kesepakatan bemitra dengan usaha kecil, antara lain memuat nama dan alamat masing-masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil. b). Akta pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham. c). Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil. Berdasarkan atas permohonan dan persyaratan tersebut secara lengkap, BKPM dalam waktu 10 (sepuluh) hari menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SP PMDN). Persetujuan PMDN adalah persetujuan penanaman modal yang diberikan dalam rangka pelaksanaan UU No. 25/2007 tentang UUPM, yang berlaku pula sebagai persetujuan prinsip/izin usaha sementara sampai dengan memperoleh izin usaha atau izin usaha tetap serta sebagai persetujuan prinsip fasilitas fiskal.

Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi barang maupun produksi jasa sebagai pelaksanaan atas SP PMDN yang diperoleh persetujuan. Surat persetujuan penanaman modal dalam negeri yang telah ditanda tangani oleh BKPM disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada instansi terkait, yaitu : 3 1). Menteri Dalam Negeri; 2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan ;
3 Salim

HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 137.

3). Menteri Keuangan; 4). Menteri Negara Agraria / Kepala BKPM; 5). Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal; 6). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (apabila ada kemitraan dengan usaha kecil); 7). Gubernur Bank Indonesa; 8). Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan; 9). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan; 10). Direktur Jendral Pajak; 11). Direktur Jendral Bea dan Cukai 12). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan; 13). Ketua BKPMD yang bersangkutan; 14). Kepala dinas instansi teknis kabupaten/kota terkait.

A.2. Penanaman Modal Asing (PMA). a. Permohonan. Permohonan yang dilakukan oleh calon penanam modal asing yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, yaitu wajib mengajukan permohonan modal kepada : 1). Kepala BKPM; 2) Kepala Perwakilan RI setempat; 3) Ketua BKPMD setempat. Penanaman modal asing merupakan kegiatan menanamkan modal yang modalnya berasal dari: 1). Modal asing, 2). Pemilik modalnya berasal dari ; a). Warga Negara Asing (WNA), b). Badan Hukum Asing, c) Perusahaan PMA bersama dengan Warga Negara Indonesia (WNI) atau Badan Hukum Indonesia.

Peraturan yang mengatur mengenai pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing adalah Pasal 6 Keputusan Kepala BKPM No. 57/SK/2004, yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA : 1). WNA dan Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA; 2) WNA dan atau Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA bersama dengan WNI atau Badan Hukum Indonesia. Permohonan penanaman modal baru ini diajukan kepada kepala BKPM dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan formulir Model I/PMA, setelah permohonan tersebut sudah lengkap dan telah diterima oleh BKPM, maka dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja BKPM menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA).

b. Pemberian Persetujuan. Pada dasarnya pemberian persetujuan kepada PMA merupakan pelaksanaan dari UU No. 25/2007 UUPM, dan berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau izin usaha sementara sampai dengan memperoleh: 1). Izin Usaha Tetap / Izin usaha; 2). Persetujuan Prinsip Fasilitas Fiskal. Surat persetujuan penanaman modal asing (PMA) tersebut disampaikan kepada pemohon, dengan tembusan kepada:4 1). Menteri Dalam Negeri; 2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan ; 3). Menteri Keuangan; 4). Menteri Negara Lingkungan Hidup; 5). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah; 6). Gubernur Bank Indonesa; 7). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan; 8.) Direktur Jendral Pajak; 9). Direktur Jendral Bea dan Cukai 10). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan; 11). Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Negara yang bersangkutan; 12). Kedutaan Besar Asing yang Bersangkutan; 13). Gubernur provinsi yang bersangkutan; 14). Bupati/Walikota yang bersangkutan.

c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Asing. Prosedur permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA di bidang usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi adalahdilaksanakan dalam
4 Salim

HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 251.

bentuk kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara antara calon penanam modal dengan; 1). Menteri energi dan sumber daya mineral, 2). Gubernur, 3). Bupati/walikota sesuai kewenangannya. Kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara diperlukan sama seperti surat persetujuan (SP PMA). Rencana investasi untuk pelaksanaan kontrak karya atau perjanjian karay pengusahaan pertambangan batu bara beserta fasilitasnya secara bertahap diajukan kepada BKPM, yang dilampiri dengan rekomendasi dari Dirjen Geologi dan Sumber daya mineral. Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan, baik berupa surat persetujuan PMDN, PMA, kontrak karya maupun perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara, penanam modal yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal. Perizinan pelaksanaan penanaman modal terdiri atas 3 (tiga) macam, yaitu: 1). Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM;5 a). Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT). Angka Pengenal Importir Terbatas ini merupakan angka pengenal yang di pergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam proses produksi proyek penanaman modal yang telah disetujui.
5 Keputusan

BKPM Nomor 57 Tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman

Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing, Psl. 23.

b) Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah diperoleh perusahaan, Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ditandatangani oleh BKPM dalam bentuk surat zin Usaha/Izin Usaha Tetap. Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap berlaku sejak produksi dimulai bagi perusahaan PMDN dan PMA dan berjangka waktu selama perusahaan berproduksi/beroperasi.

Izin usaha tetap perluasan merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan perluasan penanaman modal yang sebelumnya telah diperoleh perusahaan. c). Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) d). Rekomendasi visa bagi penggunaan tenaga kerja asing e). Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) f). Perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di lebih dari satu provinsi g). Fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk atas pengimporan barang modal atau bahan baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya. 2). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi; Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai dengan kewenangannya, berupa perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi. 3). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota; a). Izin lokasi; Izin lokasi merupakan persetujuan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang untuk menggunakan tempat atau lokasi untuk penanaman modal. Pejabat yang berwenang menerbitkan izin lokasi adalah Bupati/Walikota. b). Sertifikat Hak atas Tanah; Sertfikat hak atas tanah merupakan salinan buku tanah dan surat ukur setelah menjadi satu bersamasama dengan suatu kertas sampul (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Sertifikat hak atas tanah dikeluarkan oleh Kepala BPN Kabupaten/Kota. c). Izin Mendirikan Bangunan (IMB); Izin Mendirikan Bangunan atau yang biasa disebut dengan IMB adalah surat izin yang diberikan oleh bupati/walikota kepada pribadi badan hukum untuk mendirikan bangunan pada wilayah kabupaten/kota tersebut. d). Izin Undang-Undang Ganguan/HO. Izin Undang-Undang Gangguan/HO merupakan persetujuan atau toesteming yang diberikan oleh pejabat berwenang, di mana orang dan badan-badan hukum yang akan mendirikan usaha tidak akan menimbulkan bahaya, kerugian, atau gangguan bagi orang lain terutama orang yang berada di sekitar usaha tersebut. Para penanam modal yang telah mendapatkan surat persetujuan penanaman modal, baik berupa surat perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara harus merealisasikan proyek dalam bentuk kegiatan yang nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik. Kegiatan yang nyata dalam bentuk administrasi, yaitu kegiatan memperolehperizinan berupa : 6

1). Izin lokasi atau perjanjian sewa gedung (khusus bidang jasa) atau Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) atau kuasa pertambangan (KP) khusus bidang usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi; 2). SP pabean barang modal; 3). APIT; 4). RPTKA; 5). IMB; 6). Izin Undang-Undang Gangguan/Ho. Sedangkan kegiatan yang nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang telah dilakukan untuk :7
6 Salim 7 Salim

HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 254. HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.

1). Di bidang industri, telah ada kegiatan pokok berupa ; a). Pengadaan lahan; b). Pembangunan gedung/pabrik; c). Pengimporan mesin dan peralatan. 2). Di bidang usaha jasa, telah ada kegiatan pokok berupa ; a). Pengadaan lahan; b). Pengadaan/pembangunan gedung/ruang perkantoran; 3). Di bidang usaha pertanian telah ada kegiatan pokok berupa pengadaan lahan; 4). Di bidang usaha perikanan telah ada pembelian sebagai kapal ikan. Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum dalam surat persetujuan penanaman modal disesuaikan dengan bidang usahanya. Apabila penanam modal telah menerima SPPM dan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak tanggal dikeluarkannya persetujuan tidak ada realisasi, baik dalam bentuk administrasi atau pun dalam bentuk fisik maka persetujuan penanaman modal itu akan batal demi hukum. Artinya, dari sejak semula persetujuan itu dianggap tidak ada. A.3. Prosedur Permohonan Perluasan Penanaman Modal.8 Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan untuk mendapatkan persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya dalam rangka penambahan kapasitas terpasang yang disetujui atau menambah jenis produksi
8 Salim

HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.

barang/jasa. Inti perluasan permohonan ini adalah untuk mendapatkan persetujuan

penambahan modal beserta fasilitasnya. Prosedur dan syarat-syarat permohonan perluasan penanaman modal ini sudah ditentukan dalam pasal 12 Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004. Permohonan perluasan penanaman modal diajukan oleh perusahaan yang telah berproduksi kepada Kepala BKPM dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan formulir yang sudah di bakukan oleh BKPM. Dalam hal perluasan ini jenis produksi berbeda dengan proyek sebelumnya atau lokasi perluasan usahanya berada dalam kabupaten/kota yang berbeda dengan proyek sebelumnya. Permohonan perluasan dapat diajukan tanpa dipersyaratkan memiliki izin usaha/izin usaha tetap atas proyek sebelumnya dan surat persetujuan perluasan ini diterbitkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Surat persetujuan perluasan ini wajib dimiliki investor bila ingin memperluas daerah usahanya dan tanpa adanya surat persetujuan ini perusahaan tidak dapat melakukan perluasan penanaman modalnya. Persetujuan perluasan merupakan persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang telah disetujui, menambah jenis produksi barang dan jasa serta berlaku pula sebagai persetujuan prinsip/izin usaha sementara sampai dengan memperoleh izin usaha tetap perluasan.

A.4. Prosedur Permohonan Perubahan Penanaman Modal. Permohonan perubahan penanaman modal merupakan permohonan persetujuan atas perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang telah ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya. Perubahan penanaman modal ini dilakukan oleh pihak penanam modal bila dalam bidang usahanya tidak dikehendakinya lagi atau menginginkan usaha yang baru. Prosedur permohonan penanaman modal ini telah ditentukan dalam Pasal 13 sampai 27 SK Kepala BKPM No. 70/SK/2004. Di dalam pasal tersebut sudah tercantum 10 (sepuluh) jenis proyek perubahan penanaman yang wajib memperoleh persetujuan BKPM. Proyek-proyek tersebut yaitu : a. Perubahan lokasi proyek; b. Perubahan bidang usaha dan jenis produksi (baik jenis atau kapasitas); c. Perubahan penggunaan tenaga kerja asing; d. Perubahan investasi dan sumber pembiayaan; e. Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA; f. Perubahan status perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN; g. Perubahan status perusahaan PMDN atau Non PMDN.PMA menjadi perusahaan PMA;

h. Penggabungan perusahaan (merger). Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang didirikan dalam rangka PMDN atau PMA dan/atau Non PMDN/PMA yang sudah berproduksi dan telah memiliki Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ke dalam satu perusahaan yang akan meneruskan semua kegiatan perusahaan yang bergabung, sedangkan perusahaan yang menggabung dilikuidasi. Setiap perusahaan PMDN maupun PMA yang akan mengajukan perubahan modal yang berkaitan dengan sepuluh jenis proyek tersebut. Pemilik perusahaan tersebut wajib mengajukan permohonan penanaman modal tersebut kepada Kepala BKPM yang kemudian menerbitkan surat dalam bentuk Surat Persetujan Perubahan (SPP), SPP ini meliputi kesepuluh proyek yang sudah dibakukan sebelumnya. Dengan adanya surat persetujuan tersebut pemilik perusahaan dapat melakukan perubahan sesuai dengan yang dimohonkannya.

B. Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal di Indonesia. Persetujuan dan perizinan penanaman modal pada dasarnya di perlukan dalam melaksanakan kegiatannya yang mana penanaman modalnya bergerak pada bidang usaha yang di inginkan oleh pihak yang menjalankannya. Dalam mendapatkan perizinannya tersebut melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu oleh pemerintah yang ditetapkan melalui UUPM Pasal 25 mengenai pengesahan dan perizinan perusahaan. Dengan demikian karena adanya kegiatan tersebut maka diperlukan peraturan yang mengatur mengenai persetujuan dan perizinan yang dikeluarkan oleh BKPM sebagai salah satu instansi di bidang penanaman modal ini. Di dalam Keputusan Kepala BKPM Nomor 37/SK/1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi, yang kemudian ditentukan juga bahwa pejabat yang berwenang dalam memberikan persetujuan dan izin dalam rangka penanaman modal. Gubernur dalam menjalankan kewenangan tersebut, melimpahkan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Kemudian Ketua BKPMD ini berwenang menerbitkan surat persetujuan PMDN dan PMA. Sementara itu, BKPM berwenang menerbitkan SPPMDN dan SPPMA apabila lokasi penanaman modal itu berada pada dua provinsi atau lebih. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 3 Keputusan presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap, yang berwenang memberikan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal adalah Kepala BKPM, yang didasarkan pelimpahan kewenangan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membina bidangbidang usaha penanaman modal yang bersangkutan melalui system pelayanan satu atap. Sementara

itu, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, hanya berwenang untuk menerbitkan izin yang berkaitan dengan penanaman modal. Ada beberapa jenis dalam persetujuan dan perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, yaitu : 1. Jenis-jenis persetujuan yang diterbitkan oleh Kepala BKPM adalah ; a. Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (baru); b. Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (baru); c. Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal (SP Perluasan); d. Surat Persetujuan Perubahan Penanaman Modal . 2. Ada beberapa jenis perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, meliputi ; a. Angka Pengenal Importir Terbatas. Pada dasarnya, setiap perusahaan yang akan melaksanakan sendiri pengimporan barang modal atau bahan baku/penolong wajib memiliki Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT) adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam proses produksi proyek penanaman modal yang telah disetujui. Untuk mendapatkan surat keputusan dan kartu APIT, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM Pusat, yang dibuat dalam rangkap dua. Berdasarkan permohonan tersebut, Kepala BKPM atas nama Menteri Perindustrian dan Perdagangan menerbitkan Surat Keputusan dan Kartu APIT. APIT ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Jangka waktu berlakunya APIT tersebut adalah selama perusahaan yang bersangkutan masih berproduksi atau beroperasi. b. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahan untuk melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah diperoleh perusahaan. Dimana izin usaha ini dikeluarkan oleh BKPM. Izin Usaha Tetap Perluasan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi atas penambahan produksi barang maupun produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan perluasan penanaman modal yang sebelumnya telah diperoleh perusahaan. c. Rencana Penggunanaan Tenaga Kerja Asing. Pada dasarnya perusahaan yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing, wajib memiliki pengesahan RPTKA. Pengesahan RPTKA tersebut bisa didapatkan bila perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM dalam rangkap dua dan berdasarkan permohonan tersebut, kepala

BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan RPTKA. Keputusan mengenai pengesahan RPTKA merupakan persetujuan pengesahan rencana jumlah, jabatan, dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Keputusan RPTKA ini memuat tentang rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA, dan RPTKA ini juga sebagai dasar untuk :9 1) persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA); 2) penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Surat Keputusan persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 4 (empat) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang diajukan. d. Rekomendasi Visa Bagi Penggunaan Tenaga Kerja asing. Tenaga kerja Warga Negara Asing yang bekerja pada perusahaan dan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA), yang sudah siap datang ke Indonesia wajib memiliki Visa Izin Tinggal Terbatas (VITAS). VITAS tersebut kemudian diterbitkan oleh kantor perwakilan Republik Indonesia dengan permohonan harus memiliki Rekomendasi TA.01 dari BKPM
9 I.G

Rai Widjaya, S.H., M.A., Loc. Cit.

yang bepedoman kepada ketentuan instansi (yang berwenang) dibidang ketenaga kerjaan dan keimigrasian. Dalam permohonan Rekomendasi TA.01 tersebut, bagi perusahaan yang harus sudah memiliki Surat Keputusan RPTKA. Kemudian Rekomendasi TA.01 tersebut diterbitkan oleh BKPM c.q. Direktur Pelayanan Perizinan kepada Direktur Jendral Imigrasi yang diterbitkan

selambat0lambatnya 4 (empat) hari sejak diterimanya permohonan yang diajukan. Direktur Jendral Imigrasi dengan berdasarkan Rekomendasi TA.01 tersebut memberitahukan kantor Perwakilan RI untuk mengeluarkan VITAS bagi TKA yang bersangkutan. Setelah TKA yang besangkutan memperoleh VITAS, perusahaan mengajukan permohonan penerbitan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) kepada kantor Imigrasi setempat setelah TKA yang bersangkutan dating di Indonesia. e. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. Perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing yang telah memperoleh VITAS dan akan bekerja di Indonesia wajib memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). IMTA merupakan izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan sejumlah tenaga kerja WNA dalam jumlah, jabatan, dan periode tertentu. Permohonan IMTA diajukan oleh perusahaan kepada kepala BKPM, kemudian berdasarkan permohonan tersebut maka kepala BKPM atas naman Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan Surat Keputusan IMTA (SK-IMTA). Surat Keputusan IMTA tersebut

kemudian ditembuskan kepada isntansi terkait dan diterbitkan selambat-lambatnya empat hari kerja sejak diterimanya permohonan. f. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. Perpanjangan izin merupakan usaha untuk memperpanjang jangka waktu bekerjanya tenaga kerja asing di Indonesia. Perusahaan yang akan memperpanjang izin tersebut wajib memperoleh izin dari Kepala BKPM. Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai kewenangannya, hanya berupa perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi. Bagi TKA yang masa berlakunya IMTA akan berakhir, perusahaan mengajukan permohonan perpanjangan IMTA dengan menggunakan formulir IMTA sebanya 1 (satu) rangkap kepada Direktur Pelayanan Perizinan BKPM untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari satu wilayah Provinsi dan Gubernur untuk TKA yang lokasi kerjanya di wilayah Kabupaten/kota dalam satu Provinsi. Permohonan tersebut diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum SK-IMTA dari TKA yang bersangkutan berakhir masa berlakunya. SK Perpanjangan IMTA yang kemudian diterbitkan selambatlambatnya empat hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut. Perusahaan pengguna wajib mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM, untuk perubahan pengguan tenaga kerja asing yang melakukan pindah jabatan, rangkap jabatan, alih perusahaan pengguna (sponsor) atau pindah lokasi.

C. Daftar Bidang Usaha Dalam Penanaman Modal. Dalam upaya pelaksanakan pembangunan nasional pemerintah salah satunya dengan cara menarik penanam modal bahkan berkeinginan juga untuk melipat gandakan investasi dari tahun ketahun. Langkah yang kemudian ditempuh ialah dengan cara member kelonggaran dan kemudahan bagi para penanam modal untuk memilih bidang-bidang usaha yang diminatinya untuk menjalankan kegiatan usahanya. Di dalam UU No.25/2007 penanaman modal ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem berdaya saing. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Bidang usaha dalam UUPM No.25 Tahun 2007 diatur dalam Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 13 ayat (1) dan sebagai peraturan pelaksananya pemerintah segera menetapkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan juga Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden Nomor 77

tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penananaman Modal. Sehubungan dengan adanya kegiatan penanaman modal tersebut, pemerintah melakukan penatapan mengenai bidang usaha yang diperbolehkan dengan cara menentukan Daftar Bidang usaha yang diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penananaman Modal. Untuk melindungi sektor dalam berusaha, pemerintah menetapkan Bidang Usaha Yang Tertutup bagi Penanam Modal. Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanam modal.
DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES 111 / 2007)

Daftar bidangKriteria
Jumlah Bidang Usaha
1 Tertutup Mutlak 23 2 Terbuka dengan Persyaratan : - Dicadangkan untuk UKMK 43 - Syarat Kemitraan 36 - Batasan Kepemilikan Modal Asing 97 - Lokasi Tertentu 1 - Perizinan Khusus (perlu persyaratan tertentu) 22 - Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) 47 - Batasan kepemilikan modal asing dan lokasi 17 - Perizinan Khusus dan Batasan kepemilikan modal asing 4 - Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) dan perizinan khusus 1

g usaha yang tertutup untuk penanaman modal, meliputi :10 a. Dalam sektor kebudayaan dan pariwisata 1). Perjudian/kasino; 2). Peninggalan sejarah dan purbakala [candi, keratin, prasasti, petilasan, bangunan kuno, temuan bawah laut, dsb]; 3). Museum pemerintah; 4). Pemukiman/lingkungan adat; 5). Monument; 6). Obyek ziarah [tempat peribadatan, makam, petilasan, dsb]. b. Dalam sektor perhubungan

1). Penyediaan dan penyelenggaraan terminal; 2). Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang; 3). Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor; 4). Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor; 5). Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran; 6). Vessel traffic information system (VTIS); 7). Pemanduan lalu lintas udara (ATS) provider. c. Dalam sektor perindustrian 1). Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, seperti : penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane, carbon tetra, dll; 2). Industri bahan kimia skedul 1 konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun mustard, levisite, recine, vx, dll);
10 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden Nomor 77

tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penananaman Modal.

3). Industri pembuat chlor alkali dengan bahan mengandung merkuri; 4). Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman mengandung malt); 5). Industri siklamat dan sakarin; d. Dalam sektor kehutanan 1). Pemanfaatan (pengambilan) koral alam. e. Dalam sektor kelautan dan perikanan 1). Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam appendix 1 CITES. f. Dalam sektor komunikasi dan informatika 1). Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit; 2). Lembaga penyiaran public (LPP) radio dan televisi. g. Dalam sektor pertanian 1). Budidaya ganja. D. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). D.1. Fungsi dan Tugas BKPM. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah suatu lembaga pemerintah non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Presiden. Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) adalah suatu lembaga pemerintah non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Presiden. BKPM mempunyai tugas membantu Presiden dalam menetapkan kebijaksanaan di bidang penanaman modal, memproses persetujuan penanaman modal serta penilaian pelaksanaannya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya, BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Menyusun Daftar Skala Prioritas Penanaman Modal secara berkala bersama-sama dengan Departemen/Lembaga Pemerintah yang bersangkutan, serta menerbitkan Daftar Skala Prioritas tersebut sebagai pedoman bagi para calon penanam modal. 2. Merumuskan kebijaksanaan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan. 3. Meneliti/menilai permohonan penanaman modal sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuanketentuan penanaman modal yang berlaku. 4. Mengajukan hasil penelitian/penilaian atas permohonan penanaman modal asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan. 5. Memberikan persetujuan atas permohonan penanaman modal dalam negeri atas nama Pemerintah Republik Indonesia. 6. Atas nama Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan menerbitkan izin usaha baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat tetap, izin pengesahan bahan baku, pemberian angka pengenal importir/ exportir terbatas, izin pembelian dalam negeri terbatas, izin kerja bagi tenaga asing yang akan bekerja dalam rangka penanaman modal, dan keputusan pemberian fasilitas/ keringanan pajak dan bea masuk bagi penanam modal dan izin usaha perdagangan hasil produksi barang/ jasa dari penanaman modal. 7. Menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang telah disetujui oleh Pemerintah Pusat dan bekerja sama dengan Departemen yang membina penanaman modal. 8. Menyelenggarakan pembinaan penanaman modal antara lain dengan: a) Menghimpun secara aktif masalah-masalah yang timbul dalam rangka penanaman modal untuk penyelesaian lebih lanjut. b) Mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memperlancar dan mengamankan pelaksanaan penanaman modal. c) Memberikan keterangan mengenai kebijaksanaan Pemerintah di bidang penanaman modal. d) Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dengan para penanam modal khususnya dan dunia usaha pada umumnya.

D.2. Sistem Pelayanan Penanaman Modal oleh BKPM. Sistem pelayanan penanaman modal oleh BKPM diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing Melalui Sistem Satu Atap. Sistem pelayanan satu atap adalah suatu sistem pelayanan pemberian persetujuan penanaman modal dan perizinan pelaksanaanya pada satu instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal (Pasal 1 (5) Kepres No.29 Tahun 2004). Dalam Pasal 1 (10) UUPM pelayanan satu atap diartikan sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaanya dimulai dari tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Bidang-bidang yang menyelenggarakan penanaman modal diatur dalam Pasal 2 Kepres No.29 Tahun 2004 yang terdiri dari : a. Kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal b. Promosi dan kerjasama penanaman modal c. Pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal d. Pengendalian pelaksanaan penanaman modal e. Pengelolaan sistem informasi penanaman modal. Semua bentuk pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenangan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membina bidang-bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan melalui system pelayanan satu atap (Pasal 3 Kepres No.29 Tahun 2004) . Kepala BKPM dalam melaksanakan sistem pelayanan satu atap harus berkoordinasi dengan instansi yang membina bidang usaha penanaman modal (Pasal 6 Kepres No.29 tahun 2004). E. Penyelenggaraan Urusan Penanaman Modal. Penyelenggaraan penanaman modal sudah diatur di dalam UUPM Pasal 30, pada ayat 1 pemerintah maupun pemerintah daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah. Dalam urusan pemerintah di bidang penanaman modal, yang menjadi kewenangan pemerintah adalah :11 1). Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi; 2). Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;

3). Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi; 4). Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional; 5). Penanaman modal asing dan penanaman yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah Negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah Negara lain; 6). Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut undang-undang. Dalam urusan penyelenggaraan penanaman modal diberikan kepada pemerintah dengan kewenangan yang dimilikinya pada masing-masing daerah.12
11 Undang-Undang 12 Undang-Undang

Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl. 30 ayat 7. Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl.30.

2.Indirect investment(Penanaman modal tidak langsung Biasa disebut juga dengan Portofolio. Investasi dilakukan dalam suatu portofolio atau kelompok surat berharga atau kekayaan. Penanaman modal tidak langsung atau portofolio merupakan penanaman modal yang dilakukan dengan cara membeli saham suatu Perseroan Terbatas melalui bursa saham/efek. Investasi portfolio diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU 8/1995). Contoh : pembelian saham dari dan bersama ( mutuan fund ) , yaitu portofolio surat berharga yang dikeluarkan oleh berbagai perusahaan, sehingga investor memiliki hak atas sebagian portofolio, & bukannya saham dari suatu perusahaan tertentu.

Pasal 2 UU 25/2007 menyebutkan bahwa UU tersebut mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor, baik untuk PMDN maupun PMA. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 2 UU 25/2007 dijelaskan: Yang dimaksud dengan penanaman modal disemua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.

Oleh karena itu, penanaman modal tidak langsung atau portofolio, yaitu penanaman modal yang dilakukan melalui pembelian saham di Bursa Efek tidak termasuk dalam ruang lingkup UU 25/2007.

A. Pengertian, Bentuk-bentuk dan Manfaat Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment) di Indonesia 1. Pengertian penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portfolio investment), sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.23 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portfolio investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, dimana dikatakan: yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio. 23Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2006), hal. 1.

Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.24 Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.25 Penanaman modal asing secara langsung menurut Organization For Economic Cooperation (OEEC) memberikan rumusan bahwa direct investment is meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure its control by the investor (suatu bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai penguasaan atas modalnya).26 Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian bahwa bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secarafisik pemodal asing hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing , maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia. 24Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan UU
No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007), hal. 12.
25N.

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era

Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hal. 11.


26Hulaman

Panjaitan dan Anner Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: CV.

Indhill Co, 2008), hal. 41.

Pengertian yang agak luas dari foriegn direct investment terdapat pada Encyclopedia of Public International Law yang merumuskan foreign direct investment sebagai berikut: A transfer of funds or materials from one country (called capital exporting country) to another country (called host country) in return for a direct participation in the earnings of that enterprise.27 Menurut Munir Fuady, penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti sempit. Yang dimaksudkan adalah model penanaman asing yang dilakukan dengan mana pihak asing atau perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan nasional atau mendirikan perusahaan baru, baik lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat departemen lain.28

2. Bentuk-bentuk penanaman modal asing secara langsung Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal:
27Sentosa 28Munir

Sembiring, op. cit., hal. 3.

Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008),

hal. 67.

penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hokum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.29 Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:30 1. bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT); 2. didasarkan pada hukum Indonesia; 3. berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional. Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint

enterprise dan kontrak karya.31 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam satu badan hokum Indonesia dan dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hokum
29Salim

H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008), hal. 174.


30Ibid. 31Ismail

Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman

Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal. 108.

Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hokum (nasional) Indonesia yang lain.

i. Joint Venture Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat) dengan PT Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan Contract of Cooperation yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.32 Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing director nya selalu ada ditangan pihak asing.33
32Aminuddin

Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),

hal. 61.
33Sunarjati

Hartono, Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal

Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), hal. 14-15.

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:34

a. Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan. b. Franchise and brand-use Agreement : suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya. c. Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asingdengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia
34Aminuddin

Ilmar, op. cit., hal. 61-62.

diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International Hotel, dan sebagainya. d. Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.

ii. Joint Enterprise Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.35

iii. Kontrak Karya Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum

Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara
35Ibid., 36Ibid.,

hal. 62-63. hal. 63-64.

PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. 36 Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang modal).37
37Sunarjati

Hartono, op. cit., hal. 14-15.

3. Manfaat penanaman modal asing secara langsung Keberadaan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) tidak dapat dipungkiri telah memberi banyak manfaat bagi Negara penerima modal (host country), begitu pula bagi investor maupun bagi negara asal (home country). Bagi negara penerima modal (host country) keberadaaan investasi yang ditanamkan oleh investor, khususnya penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment), ternyata telah memberikan dampak positif atau manfaat di dalam pembangunan.Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di Negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan
36Ibid.,

hal. 63-64. Hartono, op. cit., hal. 14-15.

37Sunarjati

baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how). Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran

investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah dimana FDI menjalankan aktifitasnya.38 Arti pentingya kehadiran investor asing dikemukakan Gunarto Suhardi:39 investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu investasi langsung: a. memberikan kesempatan kerja bagi penduduk; b. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal; c. memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi; d. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara; e. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing; f. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.
38Hendrik 39Ibid.,

Budi Untung, op. cit., hal. 41-42.

hal. 42.

John W. Head mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing. Ketujuh investasi asing itu adalah:40 1. menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka; 2. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru; 3. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendapatkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya; 4. menghasilkan pengalihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain; 5. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor; 6. menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah; 7. membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatanya dari semula.

Bagi investor/penanam modal atau yang dalam hal ini Perusahaan Multinasional, manfaat dari kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) yang mereka lakukan pada dasarnya sama dengan alas an mereka untuk melakukan investasi secara langsung tersebut.
40Salim

H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 86-87.

Adapun alasan-alasan suatu Perusahaan Multinasional melakukan investasi secara langsung ke luar negeri, antara lain:41 1. alasan kedekatan dengan sumber bahan baku; 2. untuk menghindari Daftar Negatif Investasi (DNI) di negara asal; 3. karena alasan upah buruh yang murah; 4. mencari pasar yang baru; 5. untuk mendapatkan royalti; 6. untuk mendapatkan insentif investasi di negara tujuan; 7. untuk menghindari penurunan nilai mata uang; 8. karena alasan status tertentu suatu negara dalam Perdagangan Internasional. Sementara bagi negara asal (home country) manfaat dari kegiatan penanaman modal secara langsung (foriegn direct investment) pada dasarnya sama juga dengan motif mereka untuk melakukan investasi secara langsung. Adapun motivasi dari negara maju untuk berinvestasi dapat dikemukakan secara analogi dari hasil penelitian Edward K.Y. Chen sebagai berikut:42 1. Lower cost and rent; 2. Lower labour cost; 3. Diversification of risk; 4. To make fuller use of the technical and production know-how developed or adopted by investee;
41Mahmul 42Hendrik

Siregar, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), Medan, 27 Januari 2009. Budi Untung, op. cit., hal. 30.

5. To avoid or reduce the pressure of competition from other corporation in investee countries; 6. To make use outdated machinery used in the investee corporation 7. Higher rates of profits; 8. Avalability of higher levels of technology;

9. Lower capability; 10. Defending the existing market by directly investing there; 11. To build up a vertically integrated structure; 12. To circumvent tariffs and quotas imposed by develop countries; 13. Establishing a subsidiary overseas is similar to investing in financial market overseas; 14. Availability of technical and skilled labour force; 15. Availibility of management manpowert; 16. To open up new markets by directly investing there; 17. Availability of raw materials and or intermediate products.

B. Asas dan Tujuan Penanaman Modal Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal, di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:43 1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal. 2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. 3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan,

baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari negara asing lainnya. 5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. 6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
43Penjelasan

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa dating. 8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. 10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional. Selain memuat asas-asas dalam penyelenggaraan penanaman modal, UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal juga memuat mengenai tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal. Tujuan penyelenggaran penanaman modal, antara lain untuk:44 a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja; c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
44Undang-Undang

Penanaman Modal, op. cit., Psl .3 ayat (2).

e. Meningkatkan kapasitas dan kemapuan teknologi nasional;

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. C. Bidang Usaha Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha. Ketiga golongan bidang usaha itu, meliputi:45 1. bidang usaha terbuka; 2. bidang usaha tetutup;dan 3. bidang usaha terbuka dengan persyaratan.
45Salim

H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 54.

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik. 46 Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.47 Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:48 1) Produksi senjata; 2) Mesiu; 3) Alat peledak; 4) Peralatan perang; 5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undangundang.

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I
46Ibid. 47Pasal

1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
48Salim

H. S. dan Budi Sutrisno, loc. cit.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 telah diatur rinci tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup. Ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi yaitu:49 1) Budidaya Ganja 2) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) 3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam. 4) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman mengandung malt) 5) Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri 6) Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti: a. halon dan lainnya b. penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane (DDT), dieldrin, chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chloro fluoro carbon (CFC)
49Lampiran

I Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

7) Industri bahan kimia schedule I konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll.)

8) Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat 9) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang 10) Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor 11) Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor 12) Telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran 13) Vassel Traffic Information System (VTIS) 14) Jasa pemanduan lalu lintas udara 15)Manejemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit 16) Museum pemerintah 17) Peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keratin, prasasti, bangunan kuno, dsb) 18) Pemukiman/lingkungan adat 19) Monumen 20) Perjudian/Kasino. Daftar bidang usaha yang tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan daftar bidang usaha yang dinyatakan tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, dimana pada Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 terdapat 23 bidang usaha yang dinyatakan terutup. Hal ini dikarenakan terdapat tiga bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar bidang usaha yang tertutup, yakni: 1. Objek ziarah, seperti: tempat peribadatan, petilasan, dan makam; 2. Lembaga penyiaran publik radio dan televisi; 3. Industri siklamat dan sakarin. Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.50 Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu,dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.51

Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan dalam Lampiran II Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
50Salim 51Pasal

H.S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 56. 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Anda mungkin juga menyukai