Anda di halaman 1dari 57

Hukum Investasi

April 2023
Agenda
1 Pengertian dan Jenis Investasi 5 Pembatasan Penanaman Modal
2 Pengertian Hukum Investasi 6 Hubungan Dagang Multilateral
3 Asas-asas Hukum Investasi 7 Contoh Kasus
4 Tujuan Penyelenggaraan
Penanaman Modal
1
Pengertian dan Jenis
Investasi
What is Investing?

Investing Basics: What Is Investing? (icief.org)


Jenis Investasi Berdasarkan aset
◼ Aset tetap (real asset): aset yang berwujud, contohnya
adalah properti
◼ Aset finansial (financial asset): aset likuid yang
mendapatkan nilainya dari hak kontraktual atau klaim
kepemilikan, contohnya dapat berupa deposito bank,
obligasi, saham, reksadana, dsb.
Jenis Investasi Berdasarkan Pengaruh
◼ Investasi otonom
◼ Investasi otonom adalah bagian dari total investasi yang dilakukan
oleh pemerintah, diartikan sebagai pengeluaran dana untuk
pembentukan modal yang tidak terpengaruh pada perubahan tingkat
pendapatan, tingkat bunga dan keuntungan.
◼ Investasi terinduksi
◼ Investasi yang merupakan pengeluaran dana pada aset tetap dan
aset finansial (saham) yang dibutuhkan ketika tingkat pendapatan
dan permintaan barang meningkat dalam suatu perekonomian
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Asing (PMA)

◼ PMA adalah investasi yang dijalankan oleh perusahaan di dalam


negara terhadap perusahaan di negara lain demi keperluan
mengelola operasi perusahaan di negara tersebut [United
Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)].
◼ Pengurusan izin tambahan fasilitas terkait PMA diatur lebih lanjut
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Asing (PMA)

◼ Tujuan Penanaman Modal (Pasal 3 UU Investasi)


◼ meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
◼ menciptakan lapangan kerja;
◼ meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
◼ meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
◼ meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
◼ mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
◼ mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan;
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
◼ meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Asing (PMA)
◼ Bentuk badan usaha:
◼ Perseroan Terbatas (PT) berdasar pada hukum Indonesia dan berkedudukan di
wilayah Indonesia (Pasal 5 UU Investasi).
◼ Modal dan nilai investasi:
◼ Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (“UU PT”), besar modal dasar perseroan
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri perseroan. Dari total modal dasar, paling
sedikit 25% harus ditempatkan dan disetor penuh (Pasal 32-33 UU PT).
◼ Berdasarkan Peraturan BKPM No. 4 tahun 2021, total nilai investasi untuk PT PMA
harus lebih besar dari 10 miliar Rupiah (di luar lahan dan bangunan) per bidang usaha
klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) 5 digit per lokasi proyek kecuali
ditentukan lain oleh perundang-undangan.
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

◼ Hal yang membedakan antara PT biasa dan PMDN adalah fasilitasnya,


dimana fasilitas yang didapatkan PT PMDN tidak didapatkan oleh PT
biasa. PT PMDN memerlukan izin-izin khusus pada bidang tertentu
yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden No. 10 tahun 2021
tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, sebagaimana diubah dengan
No. 49 Tahun 2021 (“Daftar Prioritas”).
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

◼ Fungsi dan tujuan:


◼ Sama halnya, fungsi dan tujuan PMDN diatur dalam
Pasal 3 UU Investasi
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

◼ Bentuk dan badan usaha:


◼ berbentuk badan hukum;
◼ tidak berbadan hukum;
◼ usaha perseorangan.
◼ PMA dan PMDN yang melakukan penanaman modal dalam bentuk
PT dilakukan dengan:
◼ mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan
terbatas;
◼ membeli saham;
◼ melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Jenis Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

◼ Modal dan nilai investasi:


◼ Besar modal dasar perseroan ditentukan berdasarkan
keputusan pendiri perseroan (sebelum UU No. 6 tahun
2023 disahkan, minimum modal dasar dari PT adalah 50
juta Rupiah).
◼ Paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan
dan disetor penuh
◼ Modal ditempatkan dan modal disetor penuh dibuktikan
dengan bukti penyetoran yang sah
Jenis Investasi Berdasarkan Bentuk
◼ Investasi tidak langsung (portofolio)
◼ Berbentuk asset finansial (biasanya berupa saham atau obligasi yang diperdagangkan di bursa
efek);
◼ Investasi tidak langsung diatur oleh peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
◼ Investasi jangka pendek (relatif).

◼ Investasi langsung (direct investment)


◼ Dapat dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan, melakukan pengambilalihan atau
penggabungan dengan perusahaan asing yang telah ada, atau bekerjasama dalam bentuk joint
venture;
◼ Keterlibatan investasi secara langsung, yaitu dalam pengelolaan, kontrol dan bertanggung jawab
terjadi kerugian;
◼ Investasi jangka Panjang (relatif).
2
Pengertian Hukum
Investasi
Dasar Hukum

◼ Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman


Modal sebagaimana telah diubah oleh Undang-undang No.
6 tahun 2023 tentang Cipta Kerja (“UU Investasi”)
Pengertian
Pasal 1 UU Investasi

◼ Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan
uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai
ekonomis.
◼ Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
◼ Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang
melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal
dalam negeri atau penanam modal asing.
Pengertian – Dalam Negeri
Pasal 1 UU Investasi

◼ Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik
Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
◼ Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri.
◼ Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia.
Pengertian – Asing
Pasal 1 UU Investasi

◼ Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau
badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh
pihak asing.
◼ Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri.
◼ Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Pengertian – Hukum Investasi
Ahli
◼ Hukum Investasi menurut Ida Bagus Wyasa Putra adalah norma-norma
hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan dapat dilakukannya
investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang terpenting
mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahteraan bagi
rakyat.
◼ Menurut T. Mulya Lubis, tidak hanya terdapat dalam UU, tetap dalam
hukum dan aturan lain yang diberlakukan berikutnya yang terkait
dengan masalah-masalah investasi asing. Pengertian investasi ini
ditekankan pada sumber hukum investasi. Sumber hukum investasi itu
meliputi UU dan aturan-aturan lain.
Unsur-Unsur Hukum Investasi
◼ Unsur adanya kaidah hukum
◼ Unsur adanya subjek, dimana subjek dalam hukum
investasi ialah investor dan negara penerima investasi
◼ Unsur adanya bidang usaha yang diperbolehkan untuk
investasi
◼ Unsur adanya prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan
investasi
◼ Unsur adanya negara
Bentuk dan Kedudukan Badan Usaha
Penanaman Modal Dalam
Penanaman Modal Asing
Negeri

o kegiatan menanam modal untuk o kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah negara melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal dalam negeri. menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan
o dapat dilakukan dalam bentuk: penanam modal dalam negeri.
i. badan usaha yang berbentuk badan o wajib dalam bentuk perseroan terbatas
hukum; berdasarkan hukum Indonesia dan
ii. tidak berbadan hukum; atau berkedudukan di dalam wilayah negara
iii. usaha perseorangan. Republik Indonesia.
Hak Penanam Modal
Pasal 14 UU Investasi

◼ Setiap penanam modal berhak mendapat:


▪ kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
▪ informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
dijalankannya;
▪ hak pelayanan; dan
▪ berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Penanam Modal
Pasal 15 UU Investasi
◼ Setiap penanam modal berkewajiban untuk:
▪ menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
▪ melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
▪ membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
▪ menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal; dan
▪ mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggung Jawab Penanam Modal
Pasal 16 UU Investasi
◼ Setiap penanam modal bertanggung jawab untuk:
▪ menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
▪ menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
▪ menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
▪ menjaga kelestarian lingkungan hidup;
▪ menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja; dan
▪ mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
3
Asas-asas Hukum
Investasi
Asas-asas Hukum Investasi
Pasal 3 UU Investasi

◼ kepastian hukum - asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan
dalam bidang penanaman modal
◼ keterbukaan - asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal
◼ akuntabilitas - asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
◼ perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara - asas perlakuan pelayanan
nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara
penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal
dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya
◼ kebersamaan - asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-
sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
Asas-asas Hukum Investasi
Pasal 3 UU Investasi

◼ efisiensi berkeadilan - asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan


mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang
adil, kondusif, dan berdaya saing
◼ berkelanjutan - asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan
dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang
◼ berwawasan lingkungan - asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup
◼ kemandirian - asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan
potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi
terwujudnya pertumbuhan ekonomi
◼ keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional - kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional” adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan
ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional
4
Tujuan
Penyelenggaraan
Penanaman Modal
Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal
Pasal 4 UU Investasi
◼ Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong
terciptanya iklim usaha yang kondusif dan mempercepat peningkatan penanaman
modal
◼ Dalam menetapkan kebijakan dasar, Pemerintah akan melakukan beberapa
perlakuan sebagai berikut:
◼ memberi perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan memperhatikan kepentingan nasional
◼ menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan kegiatan
penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
◼ membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi
5
Pembatasan
Penanaman Modal
Bidang Usaha
Pasal 12(1) UU Investasi

◼ Semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang
usaha yang dinyatakan tertutup untuk penanaman modal atau kegiatan yang hanya
dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
◼ Pelaksanaan kegiatan penanaman modal didasarkan atas kepentingan nasional
yang mencakup perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan
koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta
kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
◼ Kepentingan nasional tersebut dapat mencakup perlindungan atas kegiatan usaha
yang dapat membahayakan kesehatan (seperti obat, minuman keras mengandung
alkohol), pemberdayaan petani, nelayan, petambak ikan dan garam, usaha mikro
dan kecil dengan pengaturan dan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh
Pemerintah, namun tetap memperhatikan aspek peningkatan ekosistem penanaman
modal.
Bidang Usaha Tertutup
Pasal 12(2) UU Investasi & Pasal 2 Daftar Prioritas

◼ budi daya dan industri narkotika golongan I;


◼ segala bentuk kegiatan perjudian dan/atau kasino;
◼ penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);
◼ pemanfaatan atau pengambilan koral dan pemanfaatan atau pengambilan karang
dari alam yang digunakan untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan
souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam;
◼ industri pembuatan senjata kimia;
◼ industri bahan kimia industri dan industri bahan perusak lapisan ozon;
◼ industri minuman keras mengandung alkohol;
◼ industri minuman keras mengandung alkohol: anggur.
Daftar Prioritas Investasi
Pasal 12(3) UU Investasi

◼ Peraturan lebih lanjut mengenai persyaratan penanaman modal diatur


dalam suatu Peraturan Presiden.
◼ Pemerintah telah mengesahkan Daftar Prioritas. Daftar Prioritas telah
berlaku efektif sejak 4 Maret 2021.
◼ Sebelumnya persyaratan penanaman modal diatur dalam Peraturan
Presiden No. 44 tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup
dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal (dikenal sebagai “Daftar Negatif Investasi”)
Daftar Prioritas Investasi
Pasal 12(3) UU Investasi
◼ Daftar Prioritas mengadopsi konsep yang sama dengan Daftar Negatif
Investasi dimana semua bidang usaha adalah terbuka untuk penanaman
modal, kecuali (i) yang dinyatakan tertutup untuk penanaman modal; atau
(ii) untuk kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
◼ Daftar Prioritas membagi bidang usaha terbuka menjadi:
◼ bidang usaha prioritas
◼ bidang usaha yang dialokasikan atau kemitraan dengan Koperasi dan
UMKM
◼ bidang usaha dengan persyaratan tertentu
◼ bidang usaha yang tidak termasuk dalam kategori di atas
Bidang Usaha Prioritas
Pasal 4 Daftar Prioritas
◼ Bidang usaha prioritas merupakan bidang usaha yang memenuhi kriteria:
◼ program/proyek strategis nasional
◼ padat modal
◼ padat karya
◼ teknologi tinggi
◼ industri pionir
◼ orientasi ekspor
◼ orientasi dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi
◼ Bidang usaha prioritas dapat diberikan:
◼ insentif fiskal (contoh: tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk atas impor
mesin)
◼ insentif non-fiskal (contoh: kemudahan perizinan berusaha, penyediaan infrastruktur
pendukung)
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pasal 5 Daftar Prioritas
◼ Sebagaimana dimandatkan oleh UU Cipta Kerja, Daftar Prioritas melindungi Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (“K-UMKM”) dengan mengalokasikan bidang usaha
yang khusus untuk K-UMKM atau harus melakukan kemitraan dengan K-UMKM.
◼ Bidang usaha yang dialokasikan bagi K-UMKM ditetapkan berdasarkan kriteria:
◼ kegiatan usaha yang tidak menggunakan teknologi atau yang menggunakan teknologi
sederhana
◼ kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta
mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun temurun
◼ modal usaha kegiatan tidak melebihi 10 miliar Rupiah di luar tanah dan bangunan
◼ Bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar yang bermitra dengan K-UMKM ditetapkan
berdasarkan kriteria:
◼ bidang usaha yang banyak diusahakan oleh K-UMKM
◼ bidang usaha yang didorong untuk masuk dalam rantai pasok usaha besar
Bidang Usaha Dengan Persyaratan Tertentu
Pasal 6 Daftar Prioritas

◼ Bidang usaha dengan persyaratan tertentu merupakan bidang usaha


yang dapat diusahakan oleh semua penanam modal termasuk K-UMKM
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
◼ persyaratan penanaman modal untuk penanam modal dalam negeri
◼ persyaratan penanaman modal dengan pembatasan kepemilikan
modal asing
◼ persyaratan penanaman modal dengan perizinan khusus
Pembatasan Kepemilikan Modal Asing
No. Bidang Usaha KBLI PERSYARATAN
1. Perdagangan eceran (minimarket, bukan 47111 Dialokasikan untuk koperasi dan UMKM
di toserba atau department store, beras) 47192
47241
2. Klinik Pratama: rumah bersalin swasta, 86103 Dialokasikan untuk koperasi dan UMKM
clinic general medical,
klinik pengobatan umum, jasa kesehatan
pemukiman
(residential health services) dan sarana
pelayanan kesehatan
dasar
3. Aktivitas kurir 53201 Modal asing maksimal 49%

4. Penerbitan surat kabar, majalah dan 58130 Modal dalam negeri 100% dalam rangka pendirian
bulletin (pers) dan modal asing maksimal 49% (melalui pasar
modal) dalam rangka penambahan atau
pengembangan usaha
5. Sanggar seni 90011 Modal dalam negeri 100%
Single purpose company
Selain batasan persentase kepemilikan asing, terdapat pembatasan bagi beberapa kegiatan usaha untuk hanya dapat
melakukan kegiatan dalam satu bidang usaha (single purpose), seperti:
1. KBLI 86103 (Aktivitas Rumah Sakit Swasta), berlaku ketentuan rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan, kecuali yang
diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba (yayasan, persyarikatan, perkumpulan, dll); dan
2. KBLI 52291 (Jasa Pengurusan Transportasi), berlaku ketentuan kegiatan dilakukan oleh badan usaha yang didirikan
khusus (single purpose).

Kegiatan usaha yang tidak dapat digabung dengan kegiatan usaha tertentu
Selain ketentuan single purpose sebagaimana di atas, dalam beberapa peraturan sektoral, diatur bahwa beberapa kode
KBLI tidak dapat digabungkan dengan kode KBLI lainnya, seperti:
1. KBLI Perdagangan Besar (KBLI 46) tidak dapat digabungkan dengan KBLI Perdagangan Eceran (KBLI 47); dan
2. KBLI kegiatan usaha jasa pertambangan (KBLI 09900) tidak dapat digabungkan dengan KBLI yang diatur dalam Surat
Dirjen Minerba Kementerian ESDM kepada Deputi PIPM Kementerian Investasi/BKPM Nomor 1201/MB.02/DJB/2021
tanggal 21 Mei 2021, seperti pertambangan batu bara (KBLI 05100), penggalian gips (KBLI 08106) atau perdagangan
besar mineral bukan logam (KBLI 46641).
Sistem OSS
◼ Penyelenggaraan perizinan berusaha telah terintegrasi secara elektronik
melalui sistem Online Single Submission (Sistem OSS) yang merupakan
suatu sistem elektronik terintegrasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh
Lembaga OSS.
◼ Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal (BKPM).
◼ Sistem OSS terdiri dari:
◼ subsistem pelayanan informasi (informasi mengenai KBLI, rencana
tata ruang, dll);
◼ subsistem perizinan berusaha;
◼ subsistem pengawasan.
Perizinan Usaha Berbasis Risiko
Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 2021 (“PP 5/2021”)

◼ Menurut PP 5/2021, kegiatan usaha dibagi menjadi beberapa kategori


berdasarkan tingkat bahaya, tingkat risiko, dan peringkat skala usaha
kegiatan usaha:
◼ kegiatan usaha dengan tingkat risiko rendah;
◼ kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah (menengah rendah dan
menengah tinggi);
◼ kegiatan usaha dengan tingkat risiko tinggi.
◼ Kategori kegiatan usaha tersebut menentukan perizinan usaha yang
dibutuhkan untuk kegiatan usaha tersebut.
◼ Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha
untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
Pemohon Perizinan Berusaha
Pasal 170 PP 5/2021

◼ Pemohon perizinan berusaha terdiri atas pelaku usaha:


◼ orang perseorangan;
◼ badan usaha (perseroan terbatas, persekutuan firma);
◼ kantor perwakilan (kantor perwakilan perusahaan perdagangan
asing, kantor perwakilan perusahaan asing); atau
◼ badan usaha luar negeri (pemberi waralaba luar negeri,
penyelenggara sistem elektronik lingkup privat asing).
Pengawasan
◼ Pengawasan adalah upaya untuk memastikan pelaksanaan kegiatan usaha
sesuai dengan standar pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan melalui
pendekatan berbasis Risiko dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
Pelaku Usaha.
◼ Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Administrator KEK, dan/atau Badan Pengusahaan KPBPB sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
◼ Pengawasan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kepatuhan
pelaku usaha.
Pengawasan
◼ Indikator dalam pengawasan meliputi:
◼ tata ruang dan standar bangunan gedung;
◼ standar kesehatan, keselamatan, dan/atau lingkungan hidup;
◼ standar pelaksanaan kegiatan usaha;
◼ persyaratan dan kewajiban yang diatur dalam norma, standar, prosedur, dan
kriteria sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dari PP 5/2021;
◼ kewajiban atas penyampaian laporan dan/atau pemanfaatan insentif dan fasilitas
penanaman modal.
◼ Jenis Pengawasan:
◼ pengawasan rutin (melalui laporan pelaku usaha dan inspeksi lapangan); dan
◼ pengawasan insidental (melalui inspeksi lapangan atau secara virtual).
6
Hubungan Dagang
Multilateral
Definisi
◼ Negara-negara di seluruh dunia melakukan kerja sama internasional melalui
beberapa bentuk yaitu:
▪ Kerja sama bilateral;
▪ Kerja sama regional;
▪ Kerja sama multilateral.
◼ Dalam KBBI, multilateral artinya melibatkan atau mengikutsertakan lebih dari dua
bangsa (pihak dan sebagainya).
◼ Menurut Cambridge English Dictionary, multilateral berarti kegiatan yang melibatkan
lebih dari dua kelompok atau negara.
◼ Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang diselenggarakan oleh bangsa-
bangsa di dunia tanpa memandang wilayah atau perkembangan perekonomian
suatu negara. Kerja sama bentuk ini tidak dibatasi oleh kawasan tertentu.
◼ Hubungan Dagang Multilateral adalah mekanisme perdagangan yang melibatkan
lebih dari dua pihak dan menawarkan bentuk pasar yang efektif, adil, transparan dan
akuntabel.
Contoh Perjanjian Multilateral - Free Trade
Agreement
◼ Free Trade Agreement - perjanjian diantara dua negara atau lebih untuk
membentuk wilayah perdagangan bebas dimana perdagangan barang atau
jasa diantara mereka dapat melewati perbatasan negara masing-masing
tanpa dikenakan hambatan tarif atau hambatan non tarif.
◼ FTA dibentuk karena memberikan manfaat kepada anggotanya, antara lain
terjadinya trade creation dan trade diversion. Trade creation adalah
terciptanya transaksi dagang antar anggota FTA yang sebelumnya tidak
pernah terjadi, akibat adanya insentif-insentif karena terbentuknya FTA.
◼ Trade diversion terjadi akibat adanya insentif penurunan tarif, misalnya
Indonesia yang sebelumnya selalu mengimpor gula hanya dari China
beralih menjadi mengimpor gula dari Thailand karena menjadi lebih murah
dan berhenti mengimpor gula dari China.
Contoh Perjanjian Multilateral - Free Trade
Agreement

◼ FTA yang melibatkan Indonesia baik dalam kerangka bilateral maupun


regional yaitu Indonesia-Jepang (IJ-EPA), ASEAN-China, ASEAN-FTA
(CEPT-AFTA), ASEAN-Korea, ASEAN-India dan ASEAN-Australia-New
Zealand.
◼ Substansi yang biasanya menjadi cakupan dalam FTA baik bilateral
maupun regional yaitu antara lain perdagangan barang, perdagangan
jasa, investasi, pergerakan tenaga kerja, capacity building, prosedur
kepabeanan, hak atas kekayaan intelektual dan lain sebagainya.
Contoh Perjanjian Multilateral - Regional
Comprehensive Economic Partnership
◼ Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) adalah pakta
perdagangan antara 10 negara anggota blok ASEAN, bersama dengan
China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. India
sedianya akan menandatangani tetapi menarik diri pada 2019.
◼ Cakupan: Trade in goods, trade in services, investasi, kerjasama
ekonomi dan teknis, kekayaan intelektual, persaingan, penyelesaian
perselisihan, e-commerce, usaha kecil dan menengah (UKM) dan yang
lainnya.
◼ Tujuannya adalah untuk menurunkan tarif, membuka perdagangan jasa,
dan mempromosikan investasi untuk membantu negara-negara
berkembang mengejar ketertinggalan dunia.
7
Contoh Kasus
Contoh Kasus (Fakta)

◼ Perusahaan X adalah perusahaan yang didirikan dan berada di Negara


Argentina.
◼ Perusahaan Y adalah perusahaan yang didirikan dan berada di Negara
Singapura.
◼ Perusahaan X dan Perusahaan Y ingin melakukan investasi di
Indonesia. Kedua perusahaan tersebut bergerak di industri tekstil dan
ingin mendirikan pabrik untuk memproduksi produk yang akan dijual di
Indonesia.
Contoh Kasus (Fakta)
◼ Perusahaan X dan Perusahaan Y perlu mengimpor beberapa barang
termasuk:
◼ ANEKA PRODUK KIMIA
◼ Bahan untuk penyempurnaan, pembawa bahan celup untuk
mempercepat proses pencelupan atau pengolahan bahan celup dan
produk serta preparat lainnya (misalnya dressing dan mordant) dari jenis
yang digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit samak atau industri
sejenis, tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya.
▪ Dari jenis yang digunakan di dalam industri kulit samak atau
sejenisnya (HS Code: 3809.93.00).
Contoh Kasus (Pertanyaan)
◼ Apakah Perusahaan X dan Perusahaan Y mendapatkan perlakuan yang
sama dalam memenuhi kewajiban kegiatan impor?
Contoh Kasus (Jawaban)
◼ Pasal 19 (1) ATIGA (Main Text): “Except as otherwise provided in this Agreement, Member States shall
eliminate import duties on all products traded between the Member States by 2010 for ASEAN-6
(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, the Philippines, Singapore and Thailand) and by 2015, with
flexibility to 2018, for CLMV (Cambodia, Lao PDR, Myanmar and Vietnam).”

◼ (PMK No. 43/PMK.101/2022)


Contoh Kasus (Jawaban)
◼ Bea Masuk untuk barang dari negara-negara yang tidak memiliki perjanjian
tarif preferensial dengan Indonesia (PMK No. 26/PMK.010/2022)
Questions?

Anda mungkin juga menyukai