Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH
SIDOARJO

STUDI KELAYAKAN BISNIS


BAB 9 ASPEK HUKUM

Oleh:
NURASIK
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Analisa legalitas usaha
2. Analisa jaminan yang dapat disediakan apabila bisnis didanai melalui pinjaman
3. Analisa ketepatan bentuk badan hukum, dibandingkan ide bisnis yang hendak dilaksanakan
4. Analisa kemampuan bisnis yang diusulkan di dalam memenuhi persyaratan dari perizinan

2
PENGERTIAN ASPEK HUKUM DALAM BISNIS
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-
nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan
dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif atau
tujuan adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Hukum bisnis juga
bisa diartikan sebagai hukum dagang atau hukum perusahaan tetapi dengan
pengertian sangat sempit. Sedangkan fungsi hukum bisnis sendiri yaitu
sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis, untuk memahami
hak dan kewajibannya dalam praktek bisnis, agar terwujud watak dan perilaku
aktivitas di bidang bisnis yang berkeadilan, wajar, dan dinamis.

3
RUANG LINGKUP HUKUM BISNIS
Terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai ruang lingkup, secara garis besar hukum bisnis terdiri dari sebagai berikut:
1. Kontrak bisnis,
2. bentuk-bentuk badan usaha,
3. perusahaan go publik dan pasar modal,
4. jual beli perusahaan,
5. penanaman modal asing,
6. kepailitan dan likuidasi,
7. Merger, konsilidasi dan akuisisi,
8. Perkreditan dan pembiayaan,
9. Jaminan hutang,
10. Surat-surat berharga,
11. Ketenagakerjaan atau perburuhan,
12. Hak atas kekayaan intelektual,
13. Larangan monopoli dan persaingan usaha yang sehat,
14. Perlindungan konsumen,
15. Keagenan dan distribusi, Asuransi,
16. Perpajakan,
17. Penyelesaian sengketa bisnis,
18. Bisnis internasional,
19. Hukum pengangkutan (darat, laut, udara).

4
ASPEK POKOK HUKUM BISNIS
Aspek hukum yaitu terdiri dari aspek yuridis, aspek ekonomis, aspek politis,
aspek sosiologis, aspek historis, aspek cultural atau kebiasaan, aspek agama
atau kepercayaan, dan aspek phylosofis. Sehingga hukum bisnis dibentuk juga
berdasarkan dari aspek-aspek tersebut. Sedangkan untuk aspek pokok dari
asas hukum bisnis yaitu:
1. aspek kontrak (perjanjian) yang menjadi sumber hukum paling utama
dimana masing-masing pihak tunduk pada perjanjian yang telah disepakati
bersama.
2. aspek kebebasan membuat perjanjian dimana para pihak bebas membuat
dan menentukan isi dari perjanjian yang disepakati bersama

5
ASPEK POKOK OMNIBUS LAW
Sesuai hasil pembahasan terakhir per 17 Januari 2020, telah diidentifikasi sekira 79 UU dan 1.244 pasal
yang terdampak Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, dengan rincian:
1. Penyederhanaan Perizinan: 52 UU dengan 770 pasal;
2. Persyaratan Investasi: 13 UU dengan 24 pasal;
3. Ketenagakerjaan: 3 UU dengan 55 pasal;
4. Kemudahan, Pemberdayaan, dan Perlindungan UMK-M: 3 UU dengan 6 pasal;
5. Kemudahan Berusaha: 9 UU dengan 23 pasal;
6. Dukungan Riset dan Inovasi: 2 UU dengan 2 pasal;
7. Administrasi Pemerintahan: 2 UU dengan 14 pasal;
8. Pengenaan Sanksi: 49 UU dengan 295 pasal;
9. Pengadaan Lahan: 2 UU dengan 11 pasal
10.Investasi dan Proyek Pemerintah: 2 UU dengan 3 pasal; dan
11.Kawasan Ekonomi: 5 UU dengan 38 pasal.
Apa itu Omnibus Law? sebuah konsep hukum perundang-undangan yang disebut omnibus law. Pertama,
UU Cipta Lapangan Kerja, dan UU Pemberdayaan UMKM. Kemudian UU tersebut akan menjadi omnibus
law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa, atau bahkan puluhan UU.

6
PENYEDERHANAAN PERIZINAN OMNIBUS LAW
Penyederhanaan Perizinan Berusaha pada klaster I Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja mencakup beberapa poin. Pertama, yaitu
konsep izin kegiatan usaha (license approach) diubah menjadi penerapan standar dan berbasis risiko (Risk-Based Approach/RBA).
1. Pada kegiatan usaha risiko tinggi, pengusaha wajib memiliki izin. Kegiatan usaha risiko tinggi adalah kegiatan usaha yang
berdampak kepada kesehatan (health),  keselamatan (safety), dan lingkungan (environment) serta kegiatan pengelolaan
sumber daya alam (SDA). Pemerintah melakukan pengawasan dan inspeksi yang ketat atas kegiatan usaha risiko tinggi.
2. Pada kegiatan usaha risiko menengah menggunakan standar. Penilaian standar (compliance) dilakukan oleh profesi
bersertifikat. Sedangkan kegiatan usaha risiko rendah cukup melalui pendaftaran.
Penataan kewenangan perizinan diatur dalam Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). 
3. Adapun cakupan perizinan sektor usaha pada klaster I terdiri dari 15 sektor yaitu pertanian, kehutanan, kelautan & perikanan,
energi dan sumber daya mineral, ketenaganukliran, perindustrian, perdagangan, kesehatan obat dan makanan, pariwisata,
pendidikan, keagamaan, transportasi, PUPR, Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran, seta Pertahanan dan Keamanan (Hankam).
4. Pada klaster 2 persyaratan investasi, terdapat 6 kegiatan usaha yang tertutup untuk penanaman modal berdasarkan
kepentingan nasional, asas kepatutan dan konvensi internasional yaitu perjudian dan kasino, budidaya dan produksi narkotika
golongan I, industri pembuatan senjata kimia, industri pembuatan bahan perusak lapisan ozon (BPO), penangkapan spesies
ikan yang tercantum dalam Appendix I, pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam. (nr/ds)
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-poin-poin-penyederhanaan-perizinan-berusaha-dan-bidang-usahanya-pada-
omnibus-law-cipta-lapangan-kerja/

7
INDIKATOR KEMUDAHAN BERBISNIS 2020
INDIKATOR KEMUDAHAN BERBISNIS 2020
SUMBER BANK DUNIA

Myanmar 46.8

Laos 50.8

Kamboja 53.8

Philiphina 62.8

Indonesia 69.6

Vietnam 69.8

Brunei 70.1

Thailand 80.1

Malaysia 81.5

Singapura 86.2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

8
KLASTER PENYEDERHANAAN IZIN USAHA

9
PERSYARATAN INVESTASI
1. Menetapkan priority list atas bidang usaha yang didorong untuk investasi
2. Kriteria priority list, yaitu: high-tech/teknologi tinggi, investasi besar, berbasis digital, dan padat karya
3. Bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal, didasarkan atas kepentingan nasional, asas
kepatutan dan konvensi internasional
4. Cakupan bidang usaha yang tertutup, yaitu:
a. Perjudian dan Kasino;
b. Budidaya dan Produksi Narkotika Golongan I;
c. Industri Pembuatan Senjata Kimia;
d. Industri Pembuatan Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO);
e. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I;
f. Pemanfaatan (pengambilan) Koral/Karang dari Alam.
g. Menghapus ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor.
h. Status PMA hanya dikaitkan dengan batasan kepemilikan saham asing.
i. Untuk kegiatan usaha UMK-M dapat bermitra dengan modal asing.

10
PERSYARATAN INVESTASI

11
PERSYARATAN INVESTASI

12
BAB V TENTANG KEMUDAHAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH SERTA PERKOPERASIAN.
Melalui omnibus law, pemerintah mengubah kriteria UMKM yang sebelumnya ditentukan secara rigid berdasarkan total kekayaan bersih dan
nilai penjualan tahunan seperti dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Nantinya, kriteria UMKM paling sedikit memuat indikator kekayaan bersih, hasil penjualan tahunan, atau nilai investasi, dan jumlah tenaga
kerja sesuai dengan kriteria setiap sektor usaha. Ketentuan mengenai kriteria UMKM pun nantinya tidak lagi diatur dalam UU tetapi dalam
aturan yang lebih rendah yaitu Peraturan Pemerintah (PP).
Pemerintah pusat juga memberikan kemudahan perizinan berusaha bagi UMK, yaitu dengan berperan aktif melakukan pembinaan dan
pendaftaran bagi UMK. Pendaftaran UMK dilakukan dengan pemberian nomor induk berusaha (NIB) melalui Perizinan Berusaha secara
elektronik.
Adapun, NIB nantinya merupakan perizinan tunggal yang berlaku untuk semua kegiatan usaha. Perizinan tunggal meliputi perizinan
  berusaha, izin edar, standar nasional Indonesia (SNI), dan sertifikasi jaminan produk halal.
Namun bagi UMKM yang kegiatan usahanya berisiko tinggi terhadap kesehatan, keamanan dan keselamatan serta lingkungan, selain wajib
memiliki NIB juga wajib memiliki sertifikasi standar atau izin. "Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan tunggal dan fasilitasi sertifikasi
standar dan/atau izin diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP),” seperti tertulis dalam draf itu.
Dalam hal insentif fiskal dan pembiayaan, omnibus law menyatakan bahwa dalam rangka pengajuan fasilitas pembiayaan dari pemerintah,
usaha mikro diberikan kemudahan administrasi perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Perizinan berusaha yang diajukan oleh UMK juga dapat diberikan insentif berupa tidak dikenakan biaya atau diberikan keringanan biaya.
Selanjutnya, pemerintah juga melonggarkan ketentuan pendirian perseroan terbatas (PT) bagi UMK yaitu dapat didirikan hanya oleh satu
orang.

13
KEMUDAHAN BERBISNIS
1. Dalam UU Cipta Kerja, ketentuan kemudahan perizinan UMKM diatur dalam Pasal 91 UU Cipta Kerja. Pasal itu
menjelaskan, pendaftaran UMKM dilakukan secara daring atau luring dengan melampirkan, Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan surat keterangan berusaha dari RT. Selanjutnya, pelaku UMKM bisa mendapatkan nomor induk berusaha (NIB)
melalui perizinan berusaha secara elektronik. NIB tersebut merupakan perizinan tunggal yang berlaku untuk semua
kegiatan usaha.
2. Sementara itu, perizinan tunggal itu meliputi perizinan berusaha, standar nasional Indonesia (SNI), dan sertifikasi jaminan
produk halal. UU Cipta Kerja juga menyatakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan
terhadap perizinan berusaha, pemenuhan standar, SNI, dan sertifikasi jaminan produk halal.
3. Selain itu UU Cipta Kerja juga memberikan akses kemudahan lainnya untuk UMKM, khususnya sektor ekonomi kreatif,
yakni kemudahan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan kemudahan dalam mendirikan perseroan terbuka
(PT) perseorangan. Melalui UU Cipta Kerja ini Lembaga Pemeriksa Halal diperluas lingkupnya, kini dapat dilakukan secara
inklusif oleh ormas Islam dan perguruan tinggi negeri. Lebih cepat dan lebih mudah.
4. Ada 6 poin yang akan menguntungkan UMKM dan Koperasi yang diatur dalam UU Cipta Kerja ini.
a. Pertama,  UU Cipta Kerja bisa mempermudah akses pembiayaan, akses pasar, akses pengembangan usaha, akses perizinan dan akses rantai pasok.
b. Kedua, dengan adanya UU ini, kemampuan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja akan semakin besar. 

14
KEMUDAHAN BERBISNIS
c. Ketiga, UU Cipta Kerja bisa memberikan kemudahan memaksimalkan potensi startup lokal.
Terlebih startup yang berasal dari kalangan anak-anak muda kampus yang terdidik.
d. Keempat, UU Cipta Kerja memberikan penguatan dan proteksi terhadap persaingan dengan usaha besar.
e. Kelima, dengan adanya UU Cipta Kerja ini, jaminan kredit program tidak harus berupa aset, tetapi kegiatan
UMK yang dapat dijadikan jaminan kredit. Selama ini, dalam sistem pembiayaan perbankan konvensional,
aset yang menjadi jaminan untuk mendapatkan modal kerja maupun investasi. Tapi sekarang dengan adanya
UU ini, kegiatan usaha, rencana usaha, order dan lain sebagainya bisa dijadikan semacam jaminan untuk
mendapatkan modal kerja.
f. Keenam, UU Cipta Kerja bisa memberikan kesempatan berusaha yang mudah dan juga memiliki kesempatan
untuk berkembang sebagaimana korporasi. Yang kecil dan lemah dimudahkan jalannya."Kemitraan juga
didorong, pengalaman di dalam negara dan banyak negara, UMKM yang tumbuh besar adalah yang
bermitra dengan usaha besar. Sistemnya terintegrasi dengan industri besar, Bahwa kemitraan pemerintah
juga didorong untuk bisa mengakomodasi pengembangan bisnis UMKM seperti di rest area, bandara,
terminal, dan tempat umum lainnya.Tidak hanya itu, UU ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk mendirikan koperasi. Apabila koperasi harus memiliki 20 orang anggota pada saat mendirikan, kini
lewat UU Cipta Kerja, anggota pendiri koperasi cukup hanya 9 orang.
15
PERATURAN BARU UNTUK MENDIRIKAN PT
BERDASARKAN OMNIBUS LAW
Untuk mempermudah pelaku usaha dalam melakukan investasi, UU Cipta Kerja mengubah, menghapus, dan menetapkan pengaturan baru
dalam beberapa udang-undang. Salah satu fokus pembahasan yang diatur di dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) adalah
penyederhanaan pendirian Perseroan Terbatas (PT) yang sebelumnya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UU PT). Maka dari itu, pelaku usaha yang ingin mendirikan PT di bawah tahun 2019 harus melakukan penyesuaian
dengan mengikuti peraturan yang tercantum di dalam UU Cipta Kerja dan UU PT agar mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB)
melalui Online Single Submission(OSS). Berikut ini akan diuraikan beberapa peraturan baru dalam mendirikan PT sesuai UU Cipta Kerja.
1. Modal Perseroan. UU Cipta Kerja mengubah mengenai ketentuan modal perseroan. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai
nominal saham. Perseroan wajib memiliki modal dasar perseroan, besaran modal tersebut ditentukan berdasarkan keputusan pendiri
perseroan. Sedangkan di dalam UU PT disebutkan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).  
2. Status Badan Hukum. Selanjutnya, UU Cipta Kerja juga menentukan bahwa perseroan memperoleh status badan hukum setelah
didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan bukti pendaftaran. Hal tersebut diatur berbeda di dalam UU PT yang menyatakan
perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
perseroan.
3. Pengesampingan Ketentuan PT Didirikan oleh 2 Orang atau Lebih. Pasal 109 Angka 2 UU Cipta Kerja dan Pasal 7 Ayat 1 UU PT
mengatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. UU PT
mengatur bahwa ketentuan pendirian PT harus 2 orang atau lebih tidak berlaku bagi persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara
atau perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain
sesuai dengan Undang-Undang tentang Pasar Modal. Melalui UU Cipta Kerja, ketentuan tersebut ditambah dengan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan perseroan yang memenuhi kriteria untuk usaha Mikro dan Kecil. 
•Perseroan yang Memenuhi Kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil

16
PERATURAN BARU UNTUK MENDIRIKAN PT
BERDASARKAN OMNIBUS LAW
4. Perseroan yang Memenuhi Kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil. UU Cipta Kerja mensisipkan 10 pasal
mengenai perseroan yang memenuhi kriteria untuk usaha Mikro dan Kecil. Perseroan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro dan Kecil dapat didirikan oleh 1 orang. Pendiriannya dilakukan berdasarkan surat pernyataan
pendirian yang didaftarkan secara elektronik kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham). Sehingga, tidak diperlukan akta notaris dalam mendirikan perseoran untuk Usaha Mikro
dan Kecil. Pemegang saham dalam perseoran ini merupakan orang perseorangan dan hanya dapat didirikan
sejumlah 1 dalam 1 tahun. Lebih lanjut lagi, pemerintah memberikan keringanan biaya kepada pelaku Usaha
Mikro dan Kecil dalam mendirikan PT. Pelaku Usaha Mikro dan Kecil akan mendapat beberapa keuntungan
jika mendirikan badan hukum, yakni akan memiliki akses yang mudah untuk memperoleh pinjaman modal
usaha dari perbankan dan mudah dalam melakukan kegiatan ekspor barang produksinya ke luar negeri.
Pemegang saham perseroan untuk Usaha Mikro dan Kecil juga tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
saham yang dimiliki.Dengan semakin ringkasnya proses perizinan tersebut, diharapkan dapat mengundang
banyak investor untuk menanamkan modal di Tanah Air dan memompa ambisi masyarakat untuk memulai
usaha. Sobat KH tunggu apalagi? Yuk, dirikan PT Anda sekarang. Jangan khawatir karena Kontrak Hukum akan
membantu dan mengakomodir kebutuhan hukum bisnis Anda
17
POIN PENTING UU CIPTA KERJA
Undang-Undang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja atau Omnibus Law) mengatur 11 klaster, yakni Penyederhanaan Perizinan,
Persyaratan Investasi, Ketenagakerjaan, Pemberdayaan dan Perlindungan UMKM, Kemudahan Berusaha, Dukungan Riset dan
Inovasi, Administrasi Pemerintahan, Pengenaan Sanksi, Pengadaan Lahan, Kemudahan Investasi dan Proyek Pemerintah, serta
Kawasan Ekonomi Khusus.
1. UU Cipta Kerja memberikan kemudahan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yakni mempercepat proses
perizinan di mana UMKM hanya perlu didaftarkan melalui Online Single Submission (OSS) saja. Dalam rangka
pemberdayaan UMKM, pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara dan daerah, atau badan usaha swasta
wajib mengalokasikan penyediaan tempat promosi bagi UMKM di infrastruktur publik, seperti terminal, bandara,
pelabuhan, stasiun kereta api, rest area, dan lain-lain. Pemerintah juga mendukung pendanaan bagi UMKM melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan memudahkan pelaku usaha untuk mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) bagi produk
usahanya.
2. Pelaku UMK akan diberikan pembebasan biaya untuk mendapatkan sertifikasi halal serta diperluasnya Lembaga
Pemeriksa Halal yang dapat dilakukan oleh Ormas Islam dan Perguruan Tinggi Negeri. Layanan bantuan dan perlindungan
hukum bagi UMK juga akan diberikan oleh pemerintah. Banyaknya kemudahan yang diberikan akan memicu keinginan
masyarakat dalam membangun UMKM, sehingga daya serap tenaga kerja pun akan meningkat.
3. UU Cipta Kerja juga merubah beberapa ketentuan dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UU PT). UU PT menyatakan dalam mendirikan Perseroan Terbatas (PT), modal dasar yang dibutuhkan adalah
Rp50.000.000. Ketentuan tersebut diubah bahwa modal dasar dalam pendirian PT ditentukan berdasarkan keputusan
pendiri perseroan. UU Cipta Kerja juga menyatakan bahwa PT memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan
kepada Menteri dan mendapatkan bukti pendaftaran.
18
POIN PENTING UU CIPTA KERJA
Hal ini jelas berbeda dalam UU PT yang mengatur bahwa PT mendapat status badan hukum pada tanggal
diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum. Lebih lanjut lagi, UU PT mengatur
keharusan dalam mendirikan PT yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, tetapi dalam Pasal 7 Ayat 7 UU PT
ketentuan tersebut dapat disimpangi. Melalui UU Cipta Kerja, terdapat penambahan bagi perseroan yang dapat
menyimpangi aturan tersebut, yaitu perseroan yang memenuhi kriteria untuk usaha mikro dan kecil, sehingga
perseroan tersebut dapat didirikan oleh satu orang saja. Lagi-lagi pemerintah memberikan kemudahan untuk
masyarakat untuk memulai bisnis. 
Cara lain pemerintah untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha adalah mempermudah
perizinan berusaha dari yang awalnya berbasis izin diubah menjadi berbasis risiko dan skala usaha kegiatan.
Penetapan tingkat risiko dan skala usaha diperoleh berdasarkan penilaian tingkat bahaya terhadap kesehatan,
keselamatan, lingkungan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya, dan risiko volatilitas.  Tingkat risiko dan
peringkat skala usaha dibedakan menjadi rendah, menengah, dan tinggi. Untuk perizinan berusaha untuk
kegiatan usaha berisiko rendah hanya dibutuhkan Nomor Induk Berusaha (NIB) saja. Bisnis berisiko menengah
memerlukan NIB dan pernyataan sertifikasi standar. Sedangkan yang berisiko tinggi harus mempunyai NIB dan
mendapatkan izin dari pemerintah pusat untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Aturan tersebut ditujukan
untuk menggaet para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 

19
POIN PENTING UU CIPTA KERJA
UU Cipta Kerja juga memberikan dampak terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) pesangon yang diberikan perusahaan pemberi
kerja adalah sebanyak 32 kali. Sedangkan UU Cipta Kerja mengubah ketentuan tersebut menjadi 25 kali
pesangon yang terdiri dari 19 kali dari perusahaan pemberi kerja dan 6 kali oleh pemerintah melalui Program
Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). JKP diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat pekerja/buruh kehilangan pekerjaan. Manfaat JKP dapat berupa uang tunai, akses informasi pasar
kerja, dan pelatihan kerja. Selain itu, UU Cipta Kerja mengatur bahwa dalam hal Perjanjian Waktu Tertentu
(PKWT) berakhir, pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada pekerja/buruh. Hal ini menunjukan
bahwa UU Cipta Kerja memberikan perlindungan tambahan bagi karyawan kontrak atau karyawan PKWT. 
Rumitnya izin usaha di Indonesia sering kali menjadi kendala bagi investor untuk berinvestasi dan
mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia, peringkat kemudahan berusaha di
Indonesia tahun 2020 masih sama seperti tahun lalu yaitu pada posisi ke-73 dari 190 negara. Fakta tersebut
masih sangat jauh dari target yang ditetapkanpemerintah di peringkat 40. Adanya UU Cipta Kerja ini bisa
memajukan daya saing maupun mendorong pertumbuhan positif investasi masuk ke Indonesia. Jika hal tersebut
tercapai, maka akan banyak lapangan kerja yang tercipta dan memacu pemulihan perekonomian nasional akibat
pandemi global.

20

Anda mungkin juga menyukai