NIM : 010001800559
Mata Kuliah : Hukum Investasi
Dosen : Sharda Abrianti, S.H., M.H.
“Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
terbuka dengan persyaratan.”
Dalam ayat (5) dapat dilihat bahwa pemerintah dalam menetapkan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan sangat memperhatikan dampaknya
terhadap perekonomian nasional dimana dalam ayat tersebut pemerintah
menetapakan suatu kriteria yang mana tidak boleh dilanggar sehingga tidak
akan berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Namun, selain
memperhatikan perekonomian nasional pemerintah juga memperhatikan
mengenai SDA Indonesia yang sangat melimpah sehingga harus ada
pengaturan yang mengatur mengenai perlindungannya.
“Semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang
usaha yang dinyatakan tertutup untuk penanaman modal atau kegiatan yang
hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat.”
“Bidang Usaha adalah segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan untuk
memproduksi barang atau jasa pada sektor-sektor ekonomi.”
Pada Pasal 2 ayat (1) dijelaskan mengenai semua Bidang Usaha Terbuka yang
dapat dilakukan penanaman modal dan bidang usaha tertutup yang tidak
dapat dilakukan penanaman modal dan untuk kegiatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Pemerintah. Dalam ayat (3) pasal tersebut dijelaskan alasan
mengapa tidak diperbolehkan dilakukan penanaman modal.
Dalam Pasal 3 ayat 1 dijelaskan bidang usaha terbuka terdiri dari:
“Bidang Usaha terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), terdiri
atas:
a. Bidang Usaha prioritas;
b. Bidang Usaha yang dialokasikan atau kemitraan dengan Koperasi dan
UMKM;
c. Bidang Usaha dengan persyaratan tertentu; dan
d. Bidang Usaha yang tidak termasuk dalam huruf a, huruf b, dan huruf c.
“
Penjelasan mengenai Bidang Usaha Prioritas sebagaimana dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf a dijelaskan dalam Pasal 4. Dalam Pasal 4 tersebut disebutkan
kriteria yang dimaksud yaitu:
“Bidang Usaha prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
merupakan Bidang Usaha yang memenuhi kriteria, yaitu:
a. program/proyek strategis nasional;
b. padat modal;
c. padat karya;
d. teknologi tinggi;
e. industry pionir;
f. orientasi ekspor; dan/atau
g. orientasi dalam kegiatan penelitian,pengembagan, dan inovasi.”
Kemudian dalam Pasal 4 ayat (4) dijelaskan bahwa penanam modal yang
menanamkan modalnya dalam Bidang Usaha Prioritas akan diberikan insentif
fiscal dan/atau insentif non-fiskal.
Mengenai pengertian insentif fiscal dijelaskan dalam ayat (5) yang terbagi
menjadi:
a. Insentif perpajakan; dan
b. Insentif kepabeanan
Kemudian mengenai Insentif nonfiskal dijelaskan dalam ayat (6) yang berbunyi:
Jika dilihat dari dua ayat tersebut ayat (5) dan (6), Pemerintah memberikan
banyak keuntungan bagi para Penanam Modal di Bidang Usaha Prioritas.
Karena dipermudah diharapkan banyaknya Penanam modal yang
menanamkan modalnya dalam Bidang Usaha prioritas tersebut.
Kemudian penjelasan mengenai Pasal 3 ayat (1) huruf b dijelaskan pada Pasal
5.
Dalam Pasal 6 mengatur mengenai Bidang Usaha dengan persyaratan tertentu.
Pasal 6 ayat (1) mengatur mengenai persyaratan Bidang Usaha dengan
persayratan tertentu yang berbunyi:
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c
tidak berlaku terhadap kegiatan Penanaman Modal yang dilakukan secara
tidak langsung/portofolio yang transaksinya dilakukan melalui pasar modal
dalam negeri.”
KESIMPULAN
Penanaman Modal dapat dilakukan disemua Bidang Usaha Terbuka. Tetapi,
pada Bidang Usaha tertutup tidak dapat dilakukan Penanaman modal.
Pelarangan penanaman modal dalam bidang usaha tertutup dilakukan demi
kepentingan dan keamanan nasional.
Mengenai ketentuan dan persyaratan tidak diatur dalam UU No. 25/2007 dan
UU No. 11/2020. Ketentuan dan persyaratan terkait Bidang Usaha diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Presiden No. 10/2021.
Dalam Bidang Usaha prioritas akan diberi bantuan dalam bentuk intensif
perpajakan dan intensif kepabeanan. Hal tersebut semata-mata untuk
mendorong penanaman modal asing maupun dalam negeri sehingga
diharapkan dengan diberikan kemudahan dapat menyerap penanam modal
sebanyaknya.
Penanam Modal asing wajib dalam bentuk PT berdasarkan hukum Indonesia
dan berkedudukan di wilayah NKRI.