Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH HUKUM ARBITRASE INTERNASIONAL

Laila Maghfira Andaretna


031911133061 - C1

1. a. Apa yang harus dilakukan Indonesia untuk mengundang lebih banyak investor asing
agar berinvestasi di pabrik pemurnian (smelter) nikel ini?
Jawab : Foreign Direct Investments adalah salah satu bidang penunjang yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara-negara, termasuk dalam kasus ini,
Indonesia. Untuk mengundang investor, tentunya indonesia sebagai Host State harus
memberikan mutual benefit kepada investor yang dapat berupa jaminan dan fasilitas investasi
sehingga para investor asing dapat memperoleh laba yang maksimal. Menurut
Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2009, “pengelolaan mineral dan
batubara harus dikuasai oleh pemerintah untuk memberikan nilai tambah yang nyata bagi
perekonomian nasional.” Untuk itu, pemerintah dapat “menetapkan kebijakan mineral
dan/atau batubara yang mengutamakan kepentingan dalam negeri”.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh pemerintah Indonesia, secara garis besar yakni
dengan menjadi Indonesia sebagai negara yang ramah bagi investor atau meningkatkan
indikator easy doing business. Hal ini sudah diwujudkan pemerintah Indonesia baru-baru ini
melalui Undang-Undang Cipta Kerja. Untuk menarik investor agar berinvestasi di smelter
nickel ini, pemerintah bisa menerapkan, antara lain: pemberian Tax incentives dan fiscal
incentive bagi investor, adanya kontrol produksi dan ekspor, dan juga hal ini dapat dilihat
pada Peraturan Presiden No. 55/2019 yang mengamanatkan pengembangan industri EV
dalam negeri sebagai prioritas nasional sehingga hal ini akan menarik investor lebih kuat lagi
serta adanya komitmen perusahaan milik negara (Indonesia) untuk membentuk Indonesia
Battery Corporation (IBC) guna menarik dan bermitra dengan investor asing. Selain itu,
sebagaimana dimuat Pasal 21 UU Penanaman Modal, pemerintah dapat memberikan
kemudahan bagi Penanam Modal juga terdiri dari fasilitas hak atas tanah, fasilitas pelayanan
keimigrasian, fasilitas perizinan impor dan bentuk fasilitas fiskal (setelah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan). Dari segi jaminan investasi, sebagaimana telah
termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(selanjutnya disebut dengan “UU Penanaman Modal”) yang menjamin perlakuan bagi
investor asing contohnya prinsip National Treatment dan Most Favoured Nation.
b. Apakah BITs dapat menjadi solusi untuk melindungi baik itu kepentingan investor maupun
kepentingan pemerintah?
Jawab : Ya, dapat. Keberadaan Bilateral Investment Treaty (BIT) dapat menciptakan
kepastian hukum untuk promosi dan perlindungan penanaman modal asing. Pada dasarnya,
tujuan utama dari BIT adalah untuk menghasilkan kepercayaan investor bahwa kerangka
peraturan yang ada dalam negara tuan rumah menjamin dan memuat elemen stabilitas dan
prediktabilitas atas investasi yang akan dilakukan. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari
due diligence yang dilakukan oleh prudent investor. BIT juga dapat melindungi kepentingan
negara tuan rumah dengan, misalnya mengakui hak negara tuan rumah untuk menyetujui dan
memasukkan modal asing ke dalam wilayah mereka dan menyalurkan penanaman modal
sebagai salah satu cara yang berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
Host State. Dengan kata lain, peran BIT adalah berfungsi sebagai instrumen yang mencapai
keseimbangan antara kepentingan investor yang mengabaikan perlindungan investasi dari
tindakan legislatif atau administratif yang sewenang-wenang dari negara tuan rumah dan
kepentingan host State dalam menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi arus
penanaman modal asing ke dalam wilayahnya dengan cara yang sesuai dengan prioritas dan
tujuan pembangunan negara tersebut. Klausa-klausa dalam BIT harus disusun secara ideal
untuk menjamin hal-hal tersebut, misalnya dengan memuat beberapa pilar atau prinsip utama
dalam rezim FDI yang antara lain berhubungan dengan: Full protection and Security, The
grant of most-favoured-nation and national treatment, Fair and Equitable Treatment,
Non-Expropriation Clause, dan Compensation Clause.

2. a. Bagaimana caranya agar investor asing produsen produk nikel dapat membawa
pemerintah Indonesia ke arbitrase internasional? Jelaskan.
Jawab : Hal yang paling mendasar yakni haruslah ada perjanjian arbitrase antara investor
asing produsen produk nikel dengan pemerintah Indonesia (misalnya dalam Bilateral
Investment Treaty) yang memuat clause dimana mereka bersepakat untuk menyelesaikan
penyelesaian sengketa melalui forum arbitrase. Hal ini untuk menentukan kompetensi absolut
arbitral tribunal (selaras dengan ketentuan UU No 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa). Seperti halnya dalam Indonesia-UK BIT bahwa para pihak
bersepakat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase internasional dengan reference ke
International Center for Settlement of Investment Disputes (di Pasal 7 dan Pasal 8 BIT
tersebut) dalam kasus Churchill Mining PLC, Planet Mining Pty Ltd v. the United Kingdom.
Di dalam UU No 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam
BAB VI diatur mengenai Pelaksanaan Putusan Arbitrase, sehingga dalam enforcement of
arbitral award nantinya harus sesuai dengan ketentuan dalam UU tersebut.

b. Apa dasar hukum yang dapat digunakan oleh investor asing bila ingin membawa kasus ini
ke pengadilan internasional? Jelaskan.
Jawab : Pasal 32 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengatur cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal dilakukan dengan cara
salah satunya yakni melalui 1) Musyawarah mufakat; 2) Arbitrase; 3) Pengadilan; 4) ADR
(Negosiasi,Mediasi dan Konsiliasi) 5) Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan
penanam modal dalam negeri,sengketa diselesaikan melalui arbitrase ataupun pengadilan,
dan 6) Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing diselesaikan
melalui Arbitrase Internasional yang disepakati. Selain itu, Indonesia melalui Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 sebagai dasar ratifikasi dari Konvensi International Centre for the
Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States (ICSID)
sehingga jika investor juga berasal dari negara yang juga merupakan State parties dari ICSID
Convention, maka antara Investor dengan Indonesia bisa membawa ke jalur arbitrase
internasional di bawah ICSID Convention.

c. Apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah dibawa ke
mekanisme arbitrase internasional?
Jawab : Untuk mencegah sengketa ini dibawa dalam ranah mekanisme arbitrase
internasional, maka dapat dicegah dengan dua cara yakni: bahwa claim yang diajukan harus
inadmissible atau lacking of jurisdiction dari arbitral tribunal yang akan mengajudikasi kasus
tersebut. Hal-hal ini dapat mencegah dijalankannya penyelesaian sengketa di arbitrase
internasional, dengan tidak terpenuhinya hal-hal berikut: i) Tidak adanya notifikasi yang
diberikan ke pemerintah Indonesia atas dispute yang diajukan, ii) Tidak adanya consent dari
Pemerintah Indonesia atau kedua pihak, dan iii) Tidak tercapainya proses amicable
settlement. Pemerintah Indonesia juga harus membuktikan bahwa tidak terpenuhinya scope,
misal dengan membuktikan bahwa investor tersebut bukan termasuk qualified investor
maupun qualifies investment (rationae personae dan materiae) sebagaimana yang telah diatur
dalam, misalnya, BIT antara Indonesia dengan investor asing.

Anda mungkin juga menyukai