Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS MENGENAI SENGKETA TANAH DI

LAMPUNG TENGAH, DPRD MINTA PENYELESAIAN


DAMAI

Oleh:
NIKMATUS NUR SA’DIYAH
202210110311069
Hukum Agraria 3B / Fakultas Hukum

Abstrak
Kasus yang dianalisis adalah sengketa lahan antara PT Bumi Sentosa Abadi
dan penduduk lokal di Lampung Selatan, Indonesia. Diskusi ini menyoroti
pentingnya penyelesaian sengketa tanah untuk pembangunan dan stabilitas
sosial di negara ini. Petani, sebagai kelompok yang rentan, menghadapi
kesulitan dalam melarikan diri dari kemiskinan, dan LSM seperti LBH
Bandar Lampung berjuang untuk melindungi hak-hak mereka. Penyelesaian
sengketa tanah memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sensitif,
dengan mempertimbangkan faktor budaya dan adat istiadat yang terlibat.
Kasus ini menggambarkan dampak besar sengketa tanah terhadap ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya adalah konflik antara hak legal
perusahaan dan klaim atas tanah berdasarkan usaha budidaya dalam kasus
PT Bumi Sentosa Abadi. Dalam rangka penyelesaian yang efektif,
disarankan untuk melibatkan semua pihak terkait, menghormati kearifan
lokal, dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Kasus ini
mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam mengatasi sengketa lahan di
Indonesia dan menggarisbawahi perlunya pendekatan yang holistik untuk
mencapai penyelesaian yang memadai.
Kata Kunci: Sengketa Lahan, Stabilitas Sosial, Pembangunan

Abstract
The case analyzed is a land dispute between PT Bumi Sentosa Abadi and
local residents in South Lampung, Indonesia. This discussion highlights the
importance of resolving land disputes for development and social stability in
the country. Farmers, as a vulnerable group, face difficulties in escaping
poverty, and NGOs such as LBH Bandar Lampung are fighting to protect
their rights. Land dispute resolution requires a comprehensive and sensitive
approach, taking into account the cultural factors and customs involved.
This case illustrates the huge impact of land disputes on the economy and
community welfare. An example is the conflict between the company's legal
rights and claims to land based on cultivation efforts in the case of PT Bumi
Sentosa Abadi. In order for an effective resolution, it is recommended to
involve all relevant parties, respect local wisdom, and seek a fair and
sustainable solution. This case reflects the challenges faced in resolving land
disputes in Indonesia and underscores the need for a holistic approach to
achieve adequate resolution.
Keywords: land disputes, social stability, development

PENDAHULUAN
Sengketa lahan merupakan masalah yang kompleks dan sering
terjadi di Indonesia, dengan dampak yang signifikan pada pembangunan dan
stabilitas sosial. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah sengketa
lahan antara PT Bumi Sentosa Abadi dan penduduk lokal di Lampung
Selatan. Dalam kasus ini, terdapat berbagai aspek yang telah dianalisis
untuk memahami permasalahan yang ada.
Analisis yang telah dilakukan mencakup pentingnya penyelesaian
sengketa tanah sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan yang
berkelanjutan dan menjaga stabilitas sosial di Indonesia. Selain itu, terlihat
bahwa petani, sebagai kelompok yang rentan, menghadapi kesulitan dalam
melarikan diri dari kemiskinan, dan LSM seperti LBH Bandar Lampung
berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Dalam penyelesaian sengketa tanah, pendekatan yang komprehensif
dan sensitif menjadi kunci utama. Faktor budaya dan adat istiadat yang
terlibat dalam konteks sengketa perlu diperhatikan agar penyelesaian dapat
mencapai hasil yang adil dan diterima oleh semua pihak terkait. Analisis
juga menyoroti dampak besar yang ditimbulkan oleh sengketa lahan
terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara umum.
Kasus PT Bumi Sentosa Abadi dan penduduk lokal di Lampung
Selatan memberikan contoh konkret tentang konflik antara hak legal
perusahaan dengan klaim atas tanah berdasarkan usaha budidaya. Dalam
konteks ini, solusi yang adil dan berkelanjutan harus mencakup keterlibatan
semua pihak terkait, menghormati kearifan lokal, dan mencari jalan keluar
yang menguntungkan bagi semua pihak.
Analisis di atas juga menggarisbawahi tantangan yang dihadapi
dalam penyelesaian sengketa lahan di Indonesia. Diperlukan pendekatan
yang holistik dan terintegrasi untuk mengatasi masalah ini secara efektif,
sehingga dapat mencapai penyelesaian yang memadai dan berkelanjutan.
Dengan memahami latar belakang dan analisis yang telah dilakukan,
kita dapat melihat pentingnya mencari solusi yang adil dan berkelanjutan
dalam penyelesaian sengketa lahan di Indonesia, dengan
mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dan
memperhatikan aspek budaya dan adat istiadat yang relevan.

METODE
 Mendeskripsikan pendekatan kualitatif untuk memahami perspektif
masyarakat lokal dan pihak perusahaan.
 Menjelaskan proses pengumpulan data melalui observasi, dan analisis
dokumen terkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Di Indonesia rupanya masih banyak sekali kasus-kasus yang
membahas mengenai hal yang berkaitan dengan tanah. Entah itu antara
warga dengan warga ataupun antara warga dengan pemerintah. Contohnya
dalam kasus yang terjadi di Lampung Tengah. Berikut ini kasus posisinya:
Semua pihak diminta mengutamakan upaya damai dalam
menyelesaikan sengketa lahan hak guna usaha PT Bumi Sentosa Abadi di
Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Perusahaan juga diminta
memberikan ganti rugi tanam tumbuh kepada masyarakat yang selama ini
menggarap lahan tersebut.
Anggota Komisi I DPRD Lampung Tengah, Ahmad Wagimin,
menuturkan, pihak perusahaan diminta mengedepankan dialog untuk
menyerap aspirasi masyarakat sekitar. Dengan begitu, kehadiran perusahaan
yang berinvestasi di Lampung Tengah dapat membantu memajukan
pembangunan daerah dan menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Di sisi lain, masyarakat juga harus mematuhi aturan hukum yang
berlaku sehingga tidak bertindak anarkistis dan melanggar hukum. ”Kami
berharap masyarakat sadar dan taat hukum sehingga kondisi di Lampung
Tengah ini terus kondusif,” kata Wagimin, Selasa (26/9/2023).
Menurut dia, proses verifikasi dan pendataan ganti rugi untuk
masyarakat membutuhkan waktu cukup lama karena area lahan yang cukup
luas. Untuk itulah, aparat keamanan dan pemerintah daerah harus mengawal
agar proses ini tidak merugikan siapa pun.
Tokoh masyarakat adat Kampung Tanjung Harapan, Rosali,
mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat yang ingin memanen
singkong, jagung, ataupun tanaman lain yang ada di lahan garapan. Warga
berharap perusahaan memberikan waktu dan akses jalan untuk membawa
hasil panen dari lahan perusahaan. Selain itu, sejumlah warga juga
mengharapkan ganti rugi tanam tumbuh dari perusahaan.
”Harapan kami semua berlangsung damai, tidak ada kekerasan dari
masyarakat dan pokja. Semua bisa diselesaikan jika ada dialog,” katanya.
Ia berharap perusahaan tidak serta-merta menuntut haknya tanpa
memperhatikan kondisi sosial masyarakat di sekitar lahan. Perusahaan juga
diharapkan bisa bekerja sama dan memberikan lapangan usaha bagi
masyarakat untuk meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.

 Ganti rugi
Terkait hal itu, Kepala Polres Lampung Tengah Ajun Komisaris
Besar Andik Purnomo Sigit mengatakan, warga yang merasa menanam di
lahan yang menjadi sengketa diminta datang ke posko Pokja Forkopimda di
kantor Kecamatan Anak Tuha. Di sana, pihak perusahaan akan mendata dan
menghitung nilai ganti rugi untuk warga. Warga juga bisa berdiskusi
langsung dengan pihak perusahaan terkait nilai ganti rugi. Posko juga dijaga
oleh polisi dan anggota TNI.
Hingga saat ini, sudah ada 49 petani yang datang ke posko dan
mengurus ganti rugi lahan. Dari total 892 hektar lahan hak guna usaha
(HGU), tanah yang sudah diserahkan petani ke perusahaan mencapai 133,1
hektar. Perusahaan menyediakan anggaran Rp 2,5 miliar untuk ganti rugi.
”Silakan warga yang menanam mendatangi posko untuk dihitung
dan diganti rugi tanam tumbuh. Atau jika ingin memanen sendiri juga
diperbolehkan, nanti akan dikawal,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, eksekusi lahan hak guna usaha milik PT
Bumi Sentosa Abadi di Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tegah, dilakukan
pada Kamis (21/9/2023). Sempat terjadi kericuhan saat eksekusi terjadi.
Seorang anggota polisi diduga melakukan pelanggaran standar prosedur
pengamanan dengan melakukan kekerasan terhadap warga. Tujuh warga
ditangkap, tetapi kini telah dipulangkan.
Eksekusi lahan tersebut berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi
Tanjung Karang Nomor 35/PDT/2016/PT.TJK, yang menyatakan
membatalkan putusan banding PN Gunung Sugih Nomor
27/PDT.G/2014/PN.GNS tanggal 16 Desember 2015. Hal ini berarti, HGU
lahan tersebut masih milik PT Bumi Sentosa Abadi yang sebelumnya
bernama PT Chandra Bumikota. Namun, sejumlah warga setempat yang
telah menggarap lahan itu puluhan tahun mengklaim kepemilikan lahan
sawit tersebut.
Kepala Divisi Advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar
Lampung Prabowo Pamungkas menuturkan, sengketa lahan menjadi
persoalan yang sering dihadapi petani di Lampung. Selain itu, harga pupuk
yang semakin mahal dan anjloknya harga produk pertanian juga menjadi
persoalan klasik yang terus berulang.
Ia berpendapat, kondisi itu membuat warga sulit lepas dari jerat
kemiskinan. Sejumlah kebijakan pemerintah, seperti Kartu Petani Berjaya
yang digulirkan Pemprov Lampung nyatanya juga belum dapat
menyejahterakan petani.
Saat ini, LBH Bandar Lampung tengah mengadvokasi petani
penggarap di lahan Kota Baru, Lampung Selatan. Sejak proyek
pembangunan kantor pemerintahan Pemprov Lampung mangkrak sekitar
tahun 2014, masyarakat sekitar kembali menggarap lahan tersebut untuk
bercocok tanam. Namun, kini masyarakat dikenai harga sewa dan mendapat
intimidasi.

Pembahasan
Sengketa adalah perselisihan atau perbedaan pendapat yang terjadi
antara individu dengan individu atau sekelompok individu dengan
sekelompok individu yang memiliki kepentingan yang sama terhadap suatu
objek kepemilikan yang memiliki konsekuensi hukum antara satu dengan
yang lain.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Penanganan dan
Penyelesaian Kasus Pertanahan, Pasal 1 angka 2, menyatakan bahwa
sengketa adalah perselisihan mengenai tanah antara individu, badan hukum,
atau lembaga yang tidak berdampak luas.
Saat terjadi perselisihan, konflik, atau pertengkaran mengenai
perbedaan apa yang diinginkan dengan realitas yang terjadi di kehidupan
nyata, itulah saat dimulainya sengketa tanah. atas suatu properti, yang
memiliki konsekuensi hukum bagi kedua belah pihak. Salah satu hal lain
yang dapat terjadi adalah sengketa tanah, jika salah satu pihak mengajukan
pengaduan.
Seperti yang terjadi pada kasus yang ada di Lampung Tengah, dapat
dianalis dengan melihat dari beberapa point berikut:
1. Permasalahan yang timbul
Dalam situasi ini, terdapat perselisihan mengenai kepemilikan lahan
antara PT Bumi Sentosa Abadi dan komunitas lokal di Lampung Tengah,
Indonesia. Dalam perselisihan ini, anggota masyarakat setempat mengklaim
bahwa mereka telah memiliki dan menggarap lahan tersebut selama
bertahun-tahun. Banyak penduduk menolak tawaran perusahaan untuk
membayar kompensasi atas penggunaan tanah tersebut. Mereka meyakini
bahwa mereka memiliki hak tradisional atas lahan tersebut. Saat ini,
perusahaan dan komunitas setempat sedang melakukan negosiasi untuk
mencapai penyelesaian dalam perselisihan ini.
2. Asal Tanah yang dipermasalahkan
Sengketa lahan di Lampung Selatan dimulai dengan fokus pada hak
guna usaha PT Bumi Sentosa Abadi. Tiga warga dari Desa Karang Sari,
Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, menjadi tergugat dalam
perselisihan tersebut. Mereka mengklaim bahwa mereka telah menggarap
lahan sawit tersebut selama puluhan tahun.
3. Legalitas hak kepemilikan atas tanah
Berdasarkan informasi yang ditemukan, PT Bumi Sentosa Abadi (BSA)
telah secara resmi diakui sebagai pemilik tanah berdasarkan Nomor HGU
28 tahun 1985 dan Nomor 59 tahun 2005. Tanah tersebut terletak di Desa
Bumi Aji. Namun, di sisi lain, warga setempat yang telah menggarap tanah
tersebut juga mengklaim kepemilikan atas tanah tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua belah pihak memiliki legalitas yang
mendukung klaim kepemilikan tanah. PT BSA memiliki legalitas
berdasarkan keputusan pengadilan, sementara warga setempat mengklaim
kepemilikan tanah berdasarkan penggarapan yang telah mereka lakukan
selama bertahun-tahun.
4. Penanganan Ganti Rugi
Kepala Polres Lampung Tengah mengumumkan bahwa warga yang
merasa memiliki hak tanam di lahan yang menjadi sengketa diharapkan
untuk datang ke posko Pokja Forkopimda. Tujuannya adalah untuk
melakukan pendataan dan perhitungan nilai ganti rugi. Tindakan ini
menunjukkan upaya yang dilakukan untuk memberikan platform kepada
masyarakat agar dapat berdiskusi langsung dengan pihak perusahaan
mengenai penentuan nilai ganti rugi.
5. Kompleksitas Sengketa
Sengketa lahan ini mencerminkan kompleksitas konflik antara hak guna
usaha perusahaan dan klaim kepemilikan lahan oleh masyarakat setempat.
Meskipun sebelumnya telah ada putusan pengadilan yang mendukung
perusahaan, masyarakat terus memperjuangkan klaim kepemilikan lahan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa tanah
memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sensitif terhadap hak-hak
masyarakat lokal.
6. Dampak Sengketa Lahan
Sengketa lahan memiliki dampak yang signifikan bagi petani di
Lampung dan juga berdampak pada kondisi ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya penyelesaian
sengketa tanah dalam menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi di wilayah
tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulannya adalah bahwa penyelesaian sengketa tanah sangat
penting untuk pembangunan dan stabilitas sosial di Indonesia. Petani
menghadapi tantangan dalam mengatasi kemiskinan, dan LSM seperti LBH
Bandar Lampung berjuang untuk melindungi hak-hak petani. Penyelesaian
sengketa tanah membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan sensitif,
dengan mempertimbangkan faktor budaya dan adat istiadat. Sengketa tanah
memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Sebagai contoh, konflik antara PT Bumi Sentosa Abadi dan
penduduk lokal di Lampung Selatan menunjukkan adanya pertentangan
antara hak legal perusahaan dan klaim atas tanah berdasarkan usaha
budidaya. Saran untuk penyelesaian sengketa tanah adalah melibatkan
semua pihak terkait, menghormati kearifan lokal, dan mencari solusi yang
adil dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Hartana, P. D. (2022). UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH MELALUI MEDIASI


SEBAGAI JALUR ALTERNATIF. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 327-
334.

OKTAVIA, V. (2023, September 26). Sengketa Tanah di Lampung Tengah, DPRD


Minta Penyelesaian Damai. Retrieved from kompas.id:
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/09/26/dprd-minta-
penyelesaian-sengketa-tanah-di-lampung-tengah-berjalan-damai

Sukmawati, P. D. (2022). HUKUM AGRARIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA


TANAH DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Hukum Sui Generis, 89-95.

Anda mungkin juga menyukai