Anda di halaman 1dari 10

PENGGUSURAN TANAH PETANI AGRO ESTATE, DI DESA

SINGKOYO, KECAMATAN TOILI

VS

PT. KURNIA LUWUK SEJATI

(KLS)
Disusun Oleh : Fatimah Nur Rohmah
A. Permasalahan
Masalah yang di timbulkan bertepatan di PALU, MERCUSUAR Sejumlah
masyarakat petani agro estate, di Desa Singkoyo, Kecamatan Toili, Kabupaten
Banggai mendesak DPRD Sulteng (Deprov) dalam menyelesaikan masalah petani dan
PT KLS, sebagai penanggung jawab transmigrasi Swakarsa Mandiri (SKM) di desa
itu. Tindakan PT KLS yang menggusur lahan pertanian warga, dan menggantinya
dengan tanaman kelapa sawit, dinilai merupakan sikap penyengsaraan rakyat.
Pasalnya, petani agro estate dirugikan dan kehilangan sumber pendapatan. Janji-janji
PT KLS kepada transmigran local untuk memperoleh penghidupan layak dan
peningkatan kesejahteraan sama sekali tidak pernah terealisasikan. Bahkan para
transmigran yang membeli lahan pertanian itu, semakin dililit hutang, karena PT KLS
secara sepihak menaikkan harga pokok lahan tersebut.
Menyikapi hal tersebut, wakil ketua DPRD Sulteng helmy D Yambas
mengatakan, pihaknya akan memerintahkan tiga atau empat orang anggota dewan
dapil Banggai dan Bangkep untuk turun langsung diareal penggusuran. Setelah itu,
anggota dewan tadi juga diarahkan untuk menanyakan hal tersebut pada PT KLS,
sehingga duduk persoalannya menjadi jelas. Persoalan pembentukan Pansus, lanjut
Helmy hal itu masih akan dibicarakan pada rapat paripurna. Bila dikehendaki, maka
pansus akan dibentuk. PALU Aksi demonstrasi Massa Solidaritas Rakyat Untuk
Petani Agro Estate (Sorupa) terus berlanjut. Massa yang sebagian besar adalah petani
Agro Estate Desa Toili itu, memilih bertahan digedung DPRD Provinsi Sulteng,
karena mereka menginginkan berdialog langsung dengan para petinggi dewan. Palu,
Garda Sulteng - Penggusuran lahan dan kebun petani di Kecamatan Toili Kabupaten
Banggai tepatnya dilokasi Agro Estate Desa Singkono, terkesan membias. Harapan
petani yang menjadi korban penggusuran oleh PT. Kurnia Luwuk Sejati (KLS) agar
Legislatif Provinsi memberikan jaminan kongkrit terkait keluhan warga tersebut

belum bisa disahuti karena Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sendiri
mengaku masih akan mempelajari masalahnya.
Salah satu tuntutan petani agar DPRD Sulteng membentuk pansus guna
membahas masalah yang terjadi, belum bisa diiyakan wakil ketua I DPRD Sulteng
Helmy D Yambas. Helmy yang menerima langsung puluhan petani yang menjadi
korban penggusuran mengaku masih akan mempelajari masalah yang ada, dengan
menegaskan perwakilan anggota dewan dari dapil Luwuk Banggai untuk turun
langsung ke lapangan (tempat lokasi penggusuran, red), baru kemudian membawa
hasil kunjungan itu kesidang paripurna sebagai pertimbangan membentuk Pansus.
Untuk masalah hukum terkait gugatan perdata yang di alamatkan kepada petani,
Helmy mengaku bukan kewenangan DPRD, sehingga menyerahkan langsung masalah
hukum kepada pihak berwenang untuk memfasilitasi dimana dalam hal ini
dipercayakan kepada Komisi Daerah hak Asasi Manusia (Komda HAM).
Upaya petani yang menjadi korban menuntut haknya terkait penggusuran yang
dilakukan sepihak oleh PT. KLS itu sudah berulang kali dilakukan. Sebelumnya,
aduhan pernah dilayangkan pihak DPRD kabupaten Banggai dan pemerintahan telah
dilakukan, namun tindak lanjut baik action untuk memperjuangkan aspirasi
masyarakat itu tidak pernah dilakukan. Malahan, penggusuran yang dilakukan oleh
PT. KLS tersebut terkesan mendapatkan dukungan dari pihak DPRD dan eksekutif
Banggai. Respon pemerintah Banggai atas penggusuran semakin terlihat, saat pihak
kepolisian ikut mengawal jalannya aktifitas penggusuran.
Bukan penggusuran saja yang dilakukan PT. KLS, petani yang menunjukkan
keberatannya sering mendapat terror. Penggusuran yang dilakukan perusahaan yang
dipimpin oleh Dr. Murad Husein, itu sangatlah tidak beralasan, karena selain petani
telah memiliki sertifikat atas tanahnya, pada tanggal 3 Januari 1999 lalu surat
pernyataan pelepasan hak atas tanah seluas 275 hektar, dimana dalam jaminannya
mengatakan tanah tersebut tidak dijadikan jaminan hutang dengan cara apapun.
Jadi tidak beralasan penggusuran dilakukan. Karena sebelumnya PT. KLS
telah mengeluarkan surat pernyataan pelepasan hak atas tanah seluar 275 hektar
dilokasi yang sama. Saat ini, semua petani yang menolak penggusuran sedang berada
dipalu, guna mengadukan sekaligus meminta proses bantuan hukum kepada LBH
Sulteng. Mereka berharap, kedatangan mereka ke palu bisa membuahkan hasil,
minimal ganti rugi terhadap lahan perkebunan yang telah digusur itu. Bahkan
keseriusan para petani ini untuk mendapatkan kembali haknya cukup terlihat dengan

menginap di kantor DPRD Sulteng, meski menurut mereka pelayanan yang diberikan
oleh staff DPRD sangat tidak realistis sebagai sesama masyarakat. Lahan sekitar 40
hektar milik 20 KK (kepala keluarga) warga Singkoyo, lanjut Irfaizal, diduga masih
bermasalah dengan pihak PT KLS. Selain itu penggusuran yang dilakukan sejak 19
September sampai 31 Oktober 2008 silam, karena dianggap tanah tersebut bermasalah
dan tidak sesuai dengan ketentuan. Dia menambahkan, pada tahun 1999, PT KLS
telah menyerahkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan kakao kepada warga
Trans Agro Estate sesuai dengan surat pernyataan pelepasan hak atas tanah tertanggal
3 Januari 1999 yang ditekan Komisaris Utama PT KLS Silva Mayindo dan Direktur
Utama KLS Murah Husain serta Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Banggai.
Kasus penggusuran lahan ini, lanjut Irfaizal, pihaknya telah menerima hasil
pertemuan antara DPRD Banggai, Dinas Nakertrans, Badan Pertanahan dan PT KLS
tentang lahan pertanian milik petani agro yang bermasalah. Namun pihaknya masih
mengkaji kembali. Sementara itu Kapolres banggai dan Kapolsek Toili yang diduga
melindungi PT KLS, tambah Irfaizal, setelah dimintai keterangan membantah
mengawal dan melindungi alat berat yang digunakan untuk penggusuran tersebut.
PALU Solidaritas Rakyat untuk Petani Agro (Sopura) Toili, Kabupaten banggai,
Sulawesi Tengah, Rabu (18/2) menduduki kantor DPRD. Pendudukan kantor DPRD
Sulteng itu karena belum mendapat kepastian dari pihak DPRD terkait kasus
penggusuran lahan mereka yang dilakukan PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS).
Koordinator Aksi, Andika Setiawan mengatakan, pihaknya tidak akan meninggalkan
kantor DPRD Sulteng sebelum mendapat jawaban dari DPRD.

B. Analisis Masalah
1. Faktor - Faktor Penggusuran Tanah
Akar masalah penggusuran adalah penggusuran yang cenderung menimbulkan konflik
bermula dari penguasaan tanah secara tidak syah, atau penguasaan/pemilikan
tanah yang overlap dengan kepentingan umum atas tanah tersebut.
Menurut analisis saya faktor-faktor dari penggusuran ini adalah:

Faktor manusiawi
Faktor keserakahan oleh sikap manusia yang dilakukan oleh pihak PT KLS
yang mendesak melakukan penggusuran lahan petani.

Faktor agama

Kurangnya pendalaman agama akan penggusuran, sehingga menyebabkan


manusia memelihara sikap ketamakan dan keserakahan dalam dirinya.
Karena pada dasarnya penggusuran tanah itu telah dijelaskan dalam Q.S
An-nisa ayat 59:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
Dalam Al-quran ditegaskan kita harus mengikuti pemimpin atau
pemerintah yang berwenang, menurut agama dalam hal penggusuran tanah
ini bisa dilakukan jika ada pemanfaatan tanah pertanian yang lebih
bermanfaat dan adanya ganti rugi yang sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak dan harus dengan menggunakan jalan musyawarah agar salah
satu pihak tidak merasa dirugikan.

Faktor sosial
Yaitu faktor hukum rimba yang masih berlaku di Indonesia. Hal ini
terbukti bahwa banyak kasus penggusuran di Indonesia, rakyat atau petani
selalu ditempatkan pada posisi tertindas dan dikalahkan. Dukungan
pemerintah seakan minim dan terkesan bias, bahkan dalam menyelesaikan
masalah pemerintah seakan mendukung pihak yang terkuat dan
mengabaikan pihak yang lemah.

Faktor hukum
Adanya hukum yang tidak bertindak tegas dalam menyelesaikan masalah,
hal ini dibuktikan dengan sikap pemerintah DPRD Sulawesi Tengah yang
terkesan mengulur waktu dalam menyelesaikan masalah serta adanya sikap
pemerintah DPRD dan eksekutif Banggai yang terkesan mendukung
penggusuran yang dilakukan oleh pihak PT KLS terhadap tanah pertanian.
Hal ini dibuktikan dengan pihak kepolisian ikut mengawal jalannya
aktifitas penggusuran tanpa adanya perlawanan dari DPRD Sulteng.
Faktor yang lain adalah sikap pemerintah yang tidak transparan dan serius
dalam menyelesaikan masalah, hal ini dibuktikan dengan sikap wakil

pemerintah DPRD Sulteng Helmy D Yambas, yang akan mempelajari


masalah terlebih dahulu, namun tidak adanya kepastian yang jelas kepada
rakyat.

Faktor Politik
Dari masalah ini, saya menangkap yaitu adanya politik dalam tubuh PT
KLS, dimana dalam melakukan penggusuran ini bertujuan untuk
memperluas lahan produksinya. Hal ini bermaksud untuk lebih bersaing
dengan PT yang lain dalam mencapai tujuan yang sama yaitu suatu
kesuksesan dalam mewujudkan produksi kelapa sawit terbesar di
Indonesia. Walaupun dilakukan dengan cara yang menyengsarakan rakyat
sekalipun.

Faktor dalam dari pihak PT KLS


Adanya alasan yang tidak jelas pihak PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS)
dalam mengeluarkan surat pernyataan pelepasan hak atas tanah seluas 275
hektar dan tanah yang telah diolah oleh petani tersebut merupakan tanah
yang bermasalah menurut PT KLS.
Adanya Janji-janji PT KLS kepada transmigran local untuk memperoleh
penghidupan layak dan peningkatan kesejahteraan sama sekali tidak
pernah terealisasikan.
Bahkan para transmigran yang membeli lahan pertanian itu, semakin dililit
hutang, karena PT KLS secara sepihak menaikkan harga pokok lahan
tersebut.

2. Akibat
Akibat yang ditimbulkan dalam msalah ini sangatlah banyak diantaranya
sebagi berikut :
a. Terjadinya kesenjangan sosial antara petani dengan PT KLS, serta adanya
kesenjangan sosial antara rakyat dan pemerintah.
b. Adanya Aksi demonstrasi Massa Solidaritas Rakyat Untuk Petani Agro
Estate (Sorupa) yang terus berlanjut. Massa yang sebagian besar adalah
petani Agro Estate Desa Toili, memilih bertahan digedung DPRD Provinsi
Sulteng, karena mereka menginginkan berdialog langsung dengan para
petinggi dewan.

c. Adanya sikap yang tidak ramah kepada petani yang merasa keberatan akan
tanah yang digusur. Hal ini terbukti petani yang menunjukkan
keberatannya sering mendapat terror.
d. Janji-janji PT KLS kepada transmigran local untuk memperoleh
penghidupan layak dan peningkatan kesejahteraan sama sekali tidak
pernah terealisasikan dan mengakibatkan para transmigran yang membeli
lahan pertanian semakin dililit hutang, karena PT KLS secara sepihak
menaikkan harga pokok lahan tersebut.
e. Dalam menyelesaikan masalah pemerintah tidak bertindak tegas. Hal ini
dapat mengakibatkan pudarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah
sehingga rakyat bertindak sewenangnya tanpa mengandalkan pemerintah
sebagai basic perlindungan mereka.
f. Hilangnya peran pemerintah sebagai tempat aspirasi rakyat.
g. Jika penggusuran kepada para transmigran lokal ini sering terjadi, akan
tejadilah sikap rakyat yang menolak akan adanya program transmigrasi
dan akan adanya pembludakan penduduk dalam suatu wilayah tertentu di
Indonesia.
h. Hilangnya kebudayaan dalam rakyat pertanian yang awalnya saling gotong
royong,saling membantu dan saling hidup rukun-harmonis menjadi arogan
karena adanya penggusuran tanah pertanian.
i. Hilangnya mata pencaharian petani sehingga keluarga petani terbengkalai
dan menimbulkan suatu kasus sosial yaitu kesengsaraan dan kemelaratan.

3. Solusi
Solusi dalam masalah penggusuran ini antara lain :
Dilakukan langkah-langkah sosial antara lain dengan pencegahan dini,
Caranya dengan melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan usahausaha untuk mencegah terjadinya penguasaan tanah secara tidak syah.
Pencegahan dilakukan dengan memonitor dan mengawasi bidang-bidang tanah
yang berpeluang dikuasai secara tidak syah. Namun apabila tanah sudah
terlanjur dikuasai secara tidak syah maka langkah osial yang dilakukan
adalah persuasi untuk mengeluarkan para penggusur dari tanah yang
mereka kuasai. Caranya dengan memberikan penjelasan dari berbagai

argumentasi yang bertujuan agar penggusur bersedia meninggalkan tanah


yang mereka kuasai, karena mengerti tindakannya merugikan dirinya dan
pihak lain. Setelah persuasi dilakukan namun para penggusur tidak
bersedia keluar dari tanah yang dikuasai maka dilakukan represi. Caranya
dengan memberikan tekanan yang proporsional, bertahap dan akumulatif
agar penyerobot keluar dari tanha yang dikuasai. Tekanan yang diberikan
proposional (sebanding) dengan penolakan.
Rakyat haruslah memiliki surat kepemilikan tanah atau yang biasa disebut
dengan sertifikat hak atas tanah. Dimana sertifikat tanah memiliki banyak
fungsi bagi pemiliknya. Baik itu tanah milik sendiri harus memiliki
berbagai ketentuan yang harus di ikuti salah satu ketentuan yang penting
untuk dilaksanakan adalah pensertifikatan hak atas kepemilikan tanah,
sehingga dapat menjadi bukti jika dikemudian hari terjadi tuntutan hukum
di pengadilan tentang hak kepemilikan / penguasaan atas tanah, maka
semua keterangan yang dimuat dalam sertifikat hak atas tanah itu
mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dan karenanya hakim harus
menerima sebagai keterangan-keterangan yang benar.
Untuk PT KLS juga harus memiliki tanda bukti yang kuat dalam
melakukan penggusuran.
Pemerintah hendaknya bertindak tegas, bersikap transparan dan tidak
memihak kepada kedua belah pihak. Namun bertanggung jawab akan
masalah penggusuran ini dan menyelesaikan masalah penggusuran ini
seadil-adilnya.
Ditanamkannya pendalaman agama bagi semua pihak yang bersangkutan,
baik pemerintah,rakyat dan PT KLS.
Sehingga masalah diselesaikan dengan jalan musyawarah.
Jika penggusuran terjadi, maka pihak PT KLS harusnya memberikan ganti
rugi sesuai dengan kespakatan bersama tanpa ada salah satu pihak yang
diragukan.

4. Kesimpulan
Dalam kasus ini saya berpihak kepada rakyat yaitu para petani Agro
Estate, Di Desa Singkoyo, Kecamatan Toili, Sulteng. Karena sesuai dengan
pembahasan masalah yang ada bahwa penggusuran tanah yang dilakukan PT KLS
tidak beralasan dengan jelas, bahkan mereka menggusur tanah tanpa ada ganti
rugi yang sesuai, serta PT KLS secara sepihak menaikkan harga pokok lahan.
Sehingga menyebabkan rakyat terlilit hutang dan hidupnya kian susah. Rakyat
juga mendapat teror akan penggusuran ini, hal ini telah menggangu kenyamanan
hidup individu seseorang yang mana telah melanggar HAM yaitu hak
memperoleh keamanan.
Saya juga tidak setuju dengan sikap yang dilakukan oleh pemerintah yang
terkesan membiaskan masalah dan mengulur waktu dalam menyelesaikan
masalah. Karena pada dasarnya rakyat memandang pemerintah sebagai
pelindung, pengayom serta tempat mencurahkan segala masalah yang ada dan
diharapkan pemerintahlah yang akan memutuskan suatu masalah dengan seadiladilnya. Namun dalam penggusuran ini pemerintah justru menyalah gunakan
kepercayaan rakyat dan memihak pada PT KLS.
Dan menurut saya, aksi demonstrasi yang telah dilakukan rakyat tidaklah
salah karena mereka mempertahankan hak yang mereka miliki dari penggusur
yang datang tanpa alasan yang jelas.
Menurut saya, untuk PT KLS seharusnya mereka mempertimbangkan
penggusuran yang dilakukan. Jika dalam penggusuran tidak disertai dengan
alasan yang jelas, janganlah gegabah menggusur karena hal itu akan mendapat
penolakan dari rakyat. Namun jika memang tanah tersebut milik PT KLS yang
syah, maka PT KLS boleh melakukan penggusuran dengan jalan musyawarah dan
memberikan ganti rugi yang sesuai.

Berikut adalah beberapa gambar penggusuran oleh PT KLS (Kurnia Luwuk Sejati) :

Gambar di atah adalah lahan pertanian yang digusur dan digunakan sebagai lahan kelapa
sawit (gambar diatas adalah bibit lahan kelapa sawit).

DAFTAR PUSTAKA

http:// Penggusuran Tanah dalam Perspektif Sosial.htm/diakses pada


11 Nopember 2013, 9:24:50

http:// Makalah Masalah Hak Atas Tanah Yang Digusur Oleh Pemerintah Dengan
Ganti Rugi Yang Rendah _ Tsafa.htm/diakses pada 11 Nopember 2013, 9:15:20

http:// Selamat Datang di Blog Bangorejo Belajar CONTOH MAKALAH


TENTANG PENGGUSURAN TANAH DI SALAH SATU WILAYAH
INDONESIA.htm/diakses pada 11 Nopember 2013, 9:14:42

http:// kelapa sawit1-nee-pembibitan-kelapa-sawit-milik-PT KLS-di-KabupatenBanggai-Sulawesi-Tengah.-Foto_-Pusar-Banggai./diakses pada


18 Nopember 2013, 16:45:42

Anda mungkin juga menyukai