Anda di halaman 1dari 2

Petaka Pisang Abaka di SBB, Keluarga Lapor PT.

SIM ke Polres

Katamaluku.id-Ambon: Mimpi buruk investasi harus dirasakan masyarakat disejumlah


desa/dusun di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Konflik agraris (lahan) antara PT. Spice
Island Maluku (SIM) dengan warga Pelita Jaya, Desa Eti, Kecamatan Seram Barat pecah.

Tiga warga Pelita Jaya menjadi korban bentrok dengan karyawan PT. SIM. Bentrok kedua belah
pihak diduga akibat penyerobotan lahan untuk investasi pisang Abaka. Warga Pelita Jaya coba
menghadang mobil exsavator yang beroperasi untuk melakukan pembersihan lahan di kawasan
Mumul, yang diklaim milik masyarakat Pelita Jaya.

Konflik perampasan lahan perkebunan dan pertaninan warga bukan hanya terjadi di Pelita Jaya
saja, tetapi sebelumnya, warga di Dusun Pohon Batu, Desa Kawa, Kecamatan Seram Barat juga
melakukan perlawanan terhadap perusahaan PT. SIM. Aksi penolakan dan legal standing
dilakukan warga untuk menolak ekploitasi lahan perkebunan mereka (warga-red) untuk investasi
bahan baku pembuatan kertas mata uang Dollar. Namun, upaya tersebut sia-sia. PT. SIM masih
beroperasi diatas tanah yang diklaim warga milik mereka.

Keluarga korban saat di konfirmasi Katamaluku.id mengaku telah melaporkan insiden tersebut
ke Polres Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), kemarin, “Kami sebagai pihak keluarga korban
telah melaporkan masalah ini ke Polres SBB, usai kejadian kemarin,” kata PS yang meminta
namanya disamarkan, (Sabtu,21/10).

PS mengaku, areal yang menjadi sumber bentrokan antar warga Pelita Jaya dengan PT. SIM
tersebut bukan milik Desa Kawa,” Tanah itu bukan milik Desa Kawa, tetapi milik Pelita Jaya,”
sebutnya.

Terpisah, mantan Penasihat Hukum (PH) warga Dusun Pohon Batu, Desa Kawa, Mizwar
Tomagola saat dikonfirmasi menegaskan, polemik lahan antara PT. SIM dengan warga sangat
pelik. Mestinya, konflik antar perusahaan yang berinvestasi diatas lahan masyarakat SBB itu
menjadi atensi Pj. Bupati dan DPRD setempat. Pasalnya, konflik lahan memiliki dapak yang
destruktif.

“Konflik lahan jika tidak dikelola dan ditangani secara arif dan melibatkan komponen
pemerintah daerah dalam hal ini Pj Bupati, maka akan berdapak destruktif pada masyarakat.
Misalnya, objek yang menjadi konflik antar warga Pelita Jaya itu dengan pemerintahan Desa
Kawa. Karena, Desa Kawa menanggap bahwa memiliki hak ulayat termasuk tanah yang saat ini
menjadi polemik, disisi lain, warga Pelita Jaya juga mengklaim tanah tersebut merupakan milik
mereka. Dan, itu menjadi sumber konflik hari ini,” kata Mizwar.

Dia menyebutkan, persoalan yang dialami warga Pelita Jaya persis yang dialami warga dusun
Pohon Batu. Menurut dia, persoalan lahan selain membutuhkan bukti otentik atas kepemilikan
lahan, butuh kearifan dan kebijaksanaan pemerintah daerah dalam memediasi persoalan antar
warga guna mencegah dampak konflik sosial.

“Soal hak kepemilikan bisa diuji melalui sarana hukum seperti pengadilan selama objek sengketa
tersebut memiliki bukti kepemilikan yang otentik dan sah menurut hukum. Soal selanjutnya
adalah konflik sosial. Ini harus dicegah. Jauh-jauh hari hal ini sudah saya sampaikan dala
berbagai pertemuan termasuk dalam sejumlah statemen di media massa selama menjadi PH
warga Pohon Batu. Upaya menghadirkan Pemerintah Kabupaten dalam persoalan ini sangat
penting, termasuk meninjau izin investasi di SBB,” jelasnya.

Apa yang dikhawatirkannya selaa melakukan pendapingan hukum kepada masyarakat Dusun
Pohon Batu terjadi. Meski, bentrokan tidak terjadi antar Warga Pohon Batu dan Karyawan
PT.SIM, namun hal itu terjadi di Dusun Pelita Jaya, ”Ini yang sudah diwanti-wanti sejak awal,
jika effectnya pasti kesana (konflik),” ketusnya.

Bagi dia, HGU PT. SIM yang diperoleh dari Pemerintah Negeri Kawa harus bisa dibuka secara
terang batas-batas wilayah administrasi atau hak ulayat mereka. Sehingga hal ini tidak
menimbulkan miss dan konfrontasi warga yang merasa tanah mereka diserobot pihak
perusahaan.

“Mestinya PT SIM membuka secara terang benderang HGU atas lahan perekebunan pisang
Abaka. Sehingga tidak menimbulkan polemik sampai pada konrontase dan gugatan hukum.
Karena, bagi sebagain warga, operasi PT SIM berada diatas lahan mereka dan merusak tanaman
warga,” ungkapnya. (KM2)

Anda mungkin juga menyukai