Anda di halaman 1dari 2

Ganggu Aktivitas Pertambangan yang Legal Bisa Dipidana

PALANGKA RAYA - Anggota DPRD Kalteng, Henry M Yoseph, SE, MH,


mengingatkan semua pihak bahwa mengganggu aktivitas pertambangan yang
legal bisa dipidana.
Dalam UU Minerba kata dia, tegas diatur bahwa setiap orang yang merintangi
atau mengganggu aktivitas pertambangan dapat dipidana penjara satu tahun dan
atau denda paling banyak Rp100 juta.
“Undang Undang itu untuk menjaga masyarakat agar tidak mengalami musibah
ketika masuk ke areal pertambangan. Aktivitas di areal pertambangan lebih
banyak menggunakan alat berat. Jadi, rawan kecelakaan kalau ada yang tidak
paham masuk ke areal pertambangan,” katanya kepada Kalteng24.com.
Pernyataan politikus Partai Nasdem ini menanggapi kejadian beberapa waktu lalu
berkaitan dengan banyak masyarakat masuk ke lahan galian PT. IMK. Henry
mengatakan, sejak beroperasi, sering kali masyarakat masuk ke areal perusahaan
tambang emas PT. IMK tersebut.
Wakil rakyat dari daerah pemilihan IV Kalteng, meliputi; Kabupaten Murung Raya,
Barito Utara, Barito Timur dan Barito Selatan ini menjelaskan, sewaktu PT. IMK
berhenti beraktivitas, perekonomian masyarakat di desa sekitar perusahaan
benar-benar sulit.
“Warga yang tinggal di sekitar PT. IMK dan menjual minyak saja, tidak ada yang
membeli. Apalagi warung-warung yang menjual makanan. Jadi, keberadaan PT
IMK sangat penting bagi perekonomian masyarakat. Saya tahu, karena tiga
periode menjadi anggota DPRD Murung Raya dan dua periode menjadi Ketua,”
katanya.
Mengantisipasi agar warga tidak berulang kembali mengganggu aktivitas dan
masuk ke lahan produksi PT. IMK, dia menyarankan kepada berbagai pihak untuk
menertibkan pengepul gelondongan emas ilegal. (adv)

editor: pahit s. narottama

Sebab, ditegaskan pihaknya karena melihat dan menduga ada peran oknum
pengepul gelondongan emas dalam mendorong warga masuk ke areal PT. IMK
untuk mengambil batu yang ada kandungan emasnya.
“Oknum pengepul gelondongan emas itu pun kan tidak membayar pajak, berbeda
dengan PT. IMK yang jelas-jelas membayar pajak. Ditambah lagi, pemilik PT IMK
sekarang ini orang Indonesia asli, bukan lagi asing yang seperti dahulu. Jadi, mari
sama-sama kita bijaksana melihat persoalan yang terjadi di PT. IMK,” tukasnya.
(KT/red)
Politikus Partai NasDem Kalteng ini menerangkan bahwa
diyakini pihaknya hal tersebut dilakukan untuk mencari keuntungan, diikuti
kurang taunya sebagian masyarakat terhadap Undang-undang (UU) Nomor 3
Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba).
Ia membeberkan,
Bahkan, tambahnya akibat dari masuknya masyarakat tersebut sempat membuat
PT. IMK berhenti beraktivitas dan terpaksa berganti kepemilikan.

Anda mungkin juga menyukai