Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

HUKUM PERTAMBANGAN
(Kasus Pertambangan Ilegal Kalimantan Timur)

Esy alqadri
H1A119032
A

FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
1. Latar Belakang
Pertambangan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka upaya
pencarian, penggalian, pengolahan, pemanfaatan, dan penjualan bahan galian
(mineral, batu bara, panas bumu dan migas). Pertambangan secara hukum ada
dua jenis yaitu pertambangan resmi dan pertambangan tidak resmi.
Pertambangan resmi adalah pertambangan yang memilikki izin dan memiliki
tempat pertambangan yang khusus serta memperhatikan dampaknya terhadap
masyarakat. Sedangkan pertambagna tidak resmi adalah pertambangan yang
tidak memiliki izn dari pemerintah dan tidak memiliki tempat yang khusus
serta tidak memperdulikan dampaknya terhadap masyarakat.
Perlunya usaha-usaha sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang
yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap
keseimbangan alam akan terjaga. Lokasi indonesia yang terletak pada tiga
tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi yakni lempeng benua Eurasia,
lempeng Benua India-Australia dan lempeng samudra pasifik melahirkan suatu
struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah
diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini belum tergali secara
optimal. Disamping itu, tingkat investasi disektor ini relatif rendah dan
menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi
di berbagai kegiatan pertambangan. Banyak kalangan mengkhawatirkan bahwa
dengan kondisi seperti ni meka masa depan, industri ekstraktif khususnya
pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5-10 tahun.
Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan sumbangan yang
cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah.
Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antara lain
penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan
memberikan kontribusi fiskal. Pengelolaan lingkungan bagi industri dibidang
usaha peetambangan harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan
berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan mencakup tiga aspek
yaitu lingkungan ( environment ), ekonomi ( economy ), dan sosial/kesempatan
yang sama bagi semua orang (equity) yang dikenal sebagai 3E. Aspek
lingkungan tidak berdiri sendiri namun sangat terkait dengan dua aspek
lainnya. Dlam kegiatan internal industri, peluang untuk memadukan aspek
lingkungan dan ekonomi sangat besar, tergantung cara mengelola lingkungan
dengan bijak dan menguntungkan faktor sosial yang sebagian besar
menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat terkait dalam
pengelolaan lingkungan.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat saya tarik dari latar belakang di atas
yaitu, Bagaimana penambangan batu bara ilegal di kawasan IKN Nusantara
dengan menganalisis UU No.3 Tahun 2020 dan UU Cipta Kerja?
3. Pembahasan
KLHK Kaltim Tangkap 11 Penambang Batu Bara Ilegal Di Kawasan Ikn
Nusantara
Kementrian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) Kalimantan Timur
(kaltim) mengamankan 11 penambang ilegal di sekitar wilayah ibu kota negara
(IKN) Nusantara,. Mereka tertangkap basah mengeruk batu bara pada malam
hari. Awalnya para aparat mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa
adanya kegiatan penambang dimana setelah petugas tiba di lokasi petugas
berhasil mangamankan 11 orang penambang ilegal sedang mengeruk batu bara.
Operasi tangkap tangan (OTT) dilakukan tim penegakan hukum (Gakkum)
KLHK pada senin tepatnya tanggal 21 maret malam di kilometer 43 Taman
Hutan Raya (Tahura) Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari
11, setelah berhasil diamanan 11 orang pelaku inisial M (60), ES (38), S
(34),AS (27),H (42) dan IS(35) beserta yang diamanakan ada 3 orang yang
langsung ditetapkan sebagai tersangka.
Setelah melakukan penyelidikan ada 3 pelaku yaitu berinisial M (60) yang
bertempat di Balikpapan sebagai koordinator lapangan, ES (38) bertempat di
Kutai Kartanegara selaku operator alat berat excavator dan ES(34) bertempat
tinggal i kutai Kartanegara sebagai operator alat berat di tetapkan sebagai
tersangka. Dari hasil penyelidikan sementara diketahui para pelaku penambang
ilegal telah melakukan pengerukan hutan seluas satu hektar. Selain itu dari
pihak KLHK masih melakukan pendalaman terkait adanya pelaku pelaku lain
yang ikut serta melakukan penambangan. Dan aliran aliran dari hasil tambang
juga akan di telusuri oeh mereka.
Dalam OTT itu juga, tim Gakkum KLHK mengamankan barang bukti
berupa dua unit excavator merk Liu Gong/Sany PC 200 E-75 warna kuning, 1
(satu0 buah buku catatan motif batik warna biru, 1 (satu) buah buku catatan
motif batik merk Kiky warna coklat dan 1 (satu) kantong sampel batu bara.
Sementara itu untuk ketiga tersangka dan para pelaku lainnya telah
diamankan di Rutan Polres Kukar guna melakukan penyelidikan lebih lanjut,
sedangka barang bukti diamankan di kantor Balai Gakkum LHK Wilayah
Kalimantan Samarinda. Untuk pengembangan kasus ini dari phak KLHK
memerintahkan penyidik untuk mengungkap keterlibatan pihak-pihak lain baik
pemodal, penadah hasil tambang ilegal serta pihak lain yang terlibat dalam
aktivitas penambangan batu bara ilegal di kawasan Tahura Bukit Suharto dan
juga penyidik di perintahakn untuk berkoordinasi oleh pihak PPATK untuk
mendalami alliran keuangan dari kejahatan ini guna penegakan hukum tindak
pidana pencucian uang.
Dari tambang tambang ilegal tersebut telah mengakibatkan rusaknya
Waduk Samboja, yang menjadi satu-satunya sumber air bagi warga untuk
kehidupan sehari-hari dan hilangnya mata pencaharian warga samboja baik itu
dari hasil pencarian ikan yang biasanya masyarakat setempat mencari ikan di
waduk tersebut,merusak lingkungan hidup dan kawasan hutan, dan dapat
merugikan negara. Dari pelaku kejahatan ini apalagi pemodal dapat dhukum
seberat beratnya agar ada efek jeranya.
Tersangka diduga melanggar pasal 89 ayat (1) huruf b dan/atau a Jo pasal
17 ayat (1) hurub b dan/atau b undang undang nomor 18 tahun 2013 tentang
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan Jo pasal 37 angka 5 UU No.
11 tahun 2020 tentang cipta kerja dengan ancaman hukuman penjara
maksimum 15 tahun dan denda Rp. 10 Miliar.
Analisis
Dari hasil analisis saya pada kasus di atas dengan menganalisis UU no 3
tahun 2020 tentang perubahan atas undang undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batu bara. Kasus di atas tidak dapat dikenakan UU no
3 tahun 2020 karena dalam kasus ini yang di langgar hanya pasal 89 ayat (1)
huruf b dan/ atau a dimana dalam kasus di atas hanya melakukan kegiatan
penambangan di dalam kawasan hutan tanpa adanya izin dan membawa alat alat
berat dalam kasus di atas alat berat yang di maksud itu membawa excavator atau
alat alat lainnya yang lazim digunakan dalam melakukan kegiatan penambangan
dan mengangkut hasil tambang di dalam kawasan hutan tanpa mengantongi izin
dari pemerintah. Sedangkan dalam UU no 3 tahun 2020 tentang perubahan atas
undang-undang nomor 4 tahun 2009 di dalam UU tersebut hanya menjabarkan
bagaimana kewenangan pengelolaan minerba yang sebelumnya didelegasikan
oleh pemerintah ke pemerintah daerah, di dalam UU Minerba baru kewenangan
berada di tangan pemerintah pusat. UU no 3/2020 menetapkan sumber daya
mineral dan batu bara adalah kekayaan nasonal oleh karena itu pengelolaannya
dibawah kendali pemerintah pusat. Dan juga UU minerba yang baru ini
memperkenalkan definisi pengelolaan dan pemanfaatan batu bara. Dalam
pelaksaan PNT (Peningkatan Nilai Tambah) mineral, UU amandemen UU no
4/2009 tersebut juga memperhatikan faktor kelayakan ekonomi dan juga akses
pasar, yang mana sebelumnya diatur dalam UU no. 4/2009.
Kesimpulannya bahwa di dalam UU no 3 tahun 2020 hanya mengatur
tentang (1) pengaturan terkait konsep wilayah hukum pertambangan (2)
kewenangan pengelolaan mineral dan batu bara (3) rencana pengelolaan minerba
(4) penugasan kepada lembaga riset negara, BUMN,BUMD atau Badan Usaha
untuk melakukan penyelidikan dan penelitian rangka penyiapan WIUP (5) dan
pengaturan peran BUMN (6) Pengaturan kembali perizinan dalam pengusahaan
Mineral dan Batu bara termasuk di dalamnya konsep perizinan baru terkait
pengusahaan bantuan untuk jenis tertentu atau untuk keperluantertentu, seeta
perizinan untuk pertambangan rakyat (7) serta penguatan kebijakan terkait
pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan usaha pertambangan , termasuk
pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang. ketentuuan yang positif bagi pelaku
usaha, namun penetapan sanksi pidana dan denda yang lebih berat perlu menjadi
perhatian khusus bagi pemegang izin.
Sedangkan dalam kasus di atas diduga dijerat Pasal 37 angka 5 UU No.
11 tahun 2020 tentang cipta kerja dimana yang berbunyi “ Terhadap kerugian
yang yang ditimbulkan akibat pembatalan persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (4) dapat dimintakan ganti kerugian yang layak kepada
instansi pemberi persetujuan.” tetapi dalam kasus ini belum ada putusan
pengadilan yang incrath karena kasus tersebut masih dalam proses penyidikan
untuk pengembangan kasus ini dari pihak KLHK memerintahkan penyidik
untuk mengungkap keterlibatan pihak-pihak lain baik pemodal, penadah hasil
tambang ilegal serta pihak lain yang terlibat dalam aktivitas penambangan batu
bara ilegal di kawasan Tahura Bukit Suharto yang memberikan persetujuan
belum di ketahui.

Anda mungkin juga menyukai