PENDAHULUAN
Sebagaimana yang tertuang didalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) dinyatakan
bahwa: “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
sudah menjadi suatu keharusan bahwa negara memiliki hak untuk menguasai
hasil sumber daya alam untuk mencapai kemakmuran rakyat dalam rangka
Kekuasaan Negara yang meliputi tanah, air, dan ruang angkasa, baik
yang sudah dihaki maupun yang belum dihaki secara tidak langsung menjadi hak
seluruh rakyat Indonesia. Tetapi untuk mengelola sumber daya alam dengan baik
undang. Kepemilikan tanah yang sudah dimiliki orang lain, dibatasi oleh isi dari
Negara.Salah satu bagian dari kekayaan alam yang ada di Indonesia adalah
1
2
potensi potensi yang terkandung dalam perut bumi yang meliputi batu bara,
uranium, timah, emas, besi, titanium dan lain sebagainya. 2 Sektor pertambangan
tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia sebagai salah satu aset Negara.
dan benar.3 Bagi kehidupan Negara yang sedang dalam tahap membangun segala
segi kehidupan, maka menggali seluruh sumber daya alam perlu hati-hati, hemat,
rusak. Dampak yang muncul dari pertambangan tanpa izin dan pengawasan
perusakan lingkungan
Kasus ini berawal pada saat anggota Kepolisian Resort Tanah Laut yakni
saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta anggota kepolisian Resort
Tanah Laut yang lainnya dengan dipimpin Kanit II Tipidter Satreskrim Polres
Tanah Laut yakni ipda rio adi pratama, S.Tr.K, MH. sedang melakukan kegiatan
operasi penambangan tanpa izin. Kemudian pada saat saksi very sandria dan
saksi andri winanda beserta anggota kepolisian Resort Tanah Laut yang lainnya
2
Andi Hamzah,2006. Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta.Sinar Grafika,hlm 67
3
Ali Yafie,2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, Jakarta.Ufuk Press,hlm 34
3
very sandria dan saksi andri winanda beserta anggota kepolisian Resort Tanah
Laut yang lainnya yang lainnya menemukan Luas Bukaan Tambang dengan
(tujuh) meter, dimana dalam bukaan tambang tersebut juga terdapat aktivitas
penambangan emas yang sedang dilakukan pada saat itu. Melihat hal itu
selanjutnya saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta anggota
madi bin muchran (Alm) selaku pemilik serta penanggung jawab pelaksanaan
penambangan yang pada saat itu sedang berada ditempat tersebut. Bahwa
adapun dalam proses penambangan Emas itu terdakwa racmadi alias madi Bin
dalam proses penambangan Emas yang dilakukan oleh terdakwa racmadi alias
madi bin muchran (alm) setelah dilakukan pengambilan titik koordinat dengan
03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29”, dimana dari hasil overlay pada peta SIG
diperoleh hasil bahwa pada titik tersebut berada pada areal bebas (un known)
yakni berada pada areal tidak ada IUP OP Pertambangan Mineral (emas). Bahwa
Laper pada titik koordinat S 03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29” di Desa
Selatan tanpa dilengkapi ijin usaha penambangan IUP, IPR atau IUPK
B. Rumusan Masalah
Manfaat yang dapat diperoleh dan diketahui dari penulisan skiripsi ini adalah :
A. Manfaat Teoritis
5
Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skiripsi ini tentu
tanpa izin.
1. Jenis Penelitian.
bahan hukum.
2. Sifat Penelitian
dianalisa.
6
3. Tipe Penelitian
64/Pid.sus/2020/PN Pli)
4. Bahan Hukum.
sebagai berikut:
b. Bahan hukum sekunder terdiri atas buku, karya tulis ilmiah, yang
tanpa izin
7
sesuai dengan obyek yang ditulis. Kemudian semua bahan hukum yang
pada teori-teori hukum yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang masing-masing bab terdiri dari
sub-sub bab yang diuraikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk
dilakukan mencapai sasaran yang diinginkan, maka dalam bab ini juga diuraikan
tentang tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut serta kegunaan yang
8
akan diharapkan setelah penelitian ini selesai dilakukan, kemudian diikuti dengan
perumusan dan pembatasan masalah yang menjadi isu hukum (pertanyaan hukum)
dalam skripsi ini.Metode dan teknik penelitian dan Sistematika penulisan ini.
TINJAUAN PUSTAKA
untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai tindak pidana di dalam Kitab
Perkataan “feit” itu sendiri di dalam Bahasa Belanda bearti “sebagian dari suatu
dapat dihukum, hingga secara harfiah perkataan “strafbaar feit” itu diterjemahkan
sebagai bagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu
tidak tepat, oleh karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu
ataupun tindakan.4
yang bersifat umum dari “strafbaar feit” sebagai suatu perilaku manusia yang
pada suatu saat tertentu telah ditolak didalam pergaulan hidup tertentu dan
dianggap sebagai perilaku yang harus dibedakan oleh hukum pidana dengan
4
Lamintang, P.A.F.1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung. Citra Aditya
Bakti,hlm 181
5
Ibid hal 181
9
10
Van Hamel, telah merumuskan “strafbaar feit” sebagai suatu serangan atau
dianggap kurang tepat. Pome, mengatakan “strafbaar feit” itu secara teoritis dapat
yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang
pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum atau sebagai “de
Pidana, oleh karena didalamnya dapat dijumpai sejumlah besar “strafbaar feiten”
yang dari rumusan-rumusannya kita dapat mengetahui bahwa tidak satupun dari
feit”, oleh karena secara teoritis setiap pelanggaran norma atau setiap
normovetreding itu merupakan suatu perilaku atau gedraging yang telah sengaja
6
Soekanto, Soerjono. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Jakarta
Raja Grafindo Persada,hlm 34
11
dilakukan ataupun telah dengan tidak sengaja dilakukan oleh seorang pelaku, yang
dengan hukum atau “in strijd met het recht” atau bersifat “wederrechttelijk”.
Tindak Pidana Mengikuti asas yang berlaku dalam hukum pidana, maka
tidak lagi diterapkan secara rigid atau kaku, tetapi asas hukum tersebut sampai
diberikan oleh hukum pidana berdasarkan asas legalitas seperti tersebut di atas
tindak pidana apabila orang tersebut oleh hakim telah dinyatakan terbukti bersalah
tindak pidana apabila salah satu unsur tindak pidana yang didakwakan kepada
orang tersebut tidak dapat dibuktikan. Sebab tidak terpenuhinya salah satu unsur
7
Tongat.2006. HukumPidanaMateriil.Malang. UMM Press,hlm 32
12
yang hidup didalam masyarakat sekalipun perbuatan tersebut tidak secara tegas
pascatambang.
Setiap orang atau perusahaan yang melakukan usaha di bidang apa saja
wajib mempunyai izin dari pihak yang berwenang yaitu Pemerintah di daerah
perusahaan wajib memiliki izin lingkungan dan adanya izin lingkungan yang di
Peraturan Daerah Sumatra Barat Nomor 3 tahun 2012 adalah satu IUP hanya
diperbolehkan untuk satu jenis tambang, IUP diberikan untuk jenis mineral dan
finansial.8
yang di lakukan oleh orang atau masyarakat atau badan hukum, badan usaha,
dapat diklarifikasi menjadi dua macam ilegal mining, dan legal mining. Ilegal
mining adalah kegiatan yang di lakukan oleh orang atau masyarakat tanpa adanya
izin dari pejabat yang berwenang, sedangkan legal mining adalah kegiatan
pertambangan yang dilakukan oleh badan hukum dan badan usaha di dasarkan
yang disertai sanksi bagi pelakunya, penjatuhan sanksi sebagai bentuk pembalasan
abstrak itulah merupakan inti dari penegakan hukum. Sedangkan inti dari
pembuatan keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan
8
Gatot Supramono, 2012.Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di
Indonesia.Jakarta. PT Rineka Cipta,hlm 45
14
Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 18, Pasal 67 ayat
(I), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
rupiah).
menaati dan memenuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam izin yang
dalam hal ini disebut dengan IUP dan IUPK, apabila melakukan pelanggaran
9
Nandang Sudrajat,2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut
Hukum.Jakarta. PT Buku Seru,hlm 78
15
Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). IUP terdiri atas
dua tahap yakni IUP Eksplorasi dan IUP Operasi produksi. Pemegang IUP baik
wilayah pertambangan.
Batubara.
pascatambang
Izin usaha lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
memperoleh izin usaha atau kegiatan. Izin sejatinya merupakan suatu instrumen
hukum administrasi yang dapat digunakan oleh pejabat yang berwenang untuk
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki
masyarakat yang terkena IUP Operasi Produksi dampak Komisi Penilai Amdal
melakukan penilaian dan hasilnya berupa rekomendasi hasil penilaian akhir yang
Negara kesatuan. Untuk itu pemegang IUP wajib mengajukan permohonan IUP
11
Juniarso R dan Achmad S,2008. Hukum Tata Ruang dalam Konsep Otonomi Daerah,
Bandung.Nuansa,hlm 76
12
N.H.T. Siahaan,2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
Jakarta.Erlangga, .hlm 76
17
lingkungan ini ketika disampaikan harus dilengkapi dengan dokumen Amdal atau
dokumen UKL-UPL, dokumen pendirian usaha atau kegiatan serta profil usaha.
Sjahran Basah, izin adalah perbuatan hukum adminstrasi Negara bersegi satu yang
Istilah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP berasal dari
terjemahan bahasa Inggris, yaitu mining permit.44 Definisi IUP menurut Pasal 1
angka (7) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 adalah izin untuk melaksanakan
13
N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge,1993. Pengantar Hukum Perizinan, dikutip oleh
Philipus Mandiri Hadjon, Yuridika, Surabaya,hlm 45
18
berikut:
luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama dan yang
Pemerintah Daerah berhak memberikan izin dan tindakan hukum dalam kaitan
diberikan kepada:
a. badan hukum
b. koperasi
c. perseorangan
Tahun 2009 adalah satu IUP hanya diperbolehkan untuk satu jenis tambang.
Satu IUP diberikan untuk satu jenis mineral atau Batubara. Pemberian IUP tidak
boleh lebih dari satu jenis tambang.15Apabila dalam hal pemegang IUP pada
IUP baru kepada pejabat yang berwenang. Tetapi apabila pemegang IUP
14
Juniarso R dan Achmad S,2008. Hukum Tata Ruang dalam Konsep Otonomi Daerah,
Nuansa, Bandung, hlm 45
15
Nandang Sudrajat,2010 Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, PT
Buku Seru, Jakarta,hlm 65
20
dimanfaatkan pihak lain. IUP dikenal ada dua macam yaitu IUP Eksplorasi dan
1. IUP Eksplorasi
waktu paling lama 8 (delapan) tahun. Sedangkan untuk IUP Eksplorasi untuk
pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan paling lama dalam jangka
2. .IUP Produksi
terbatas, koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan WIUP Mineral logam
atau Batubara yang telah mempunyai data hasil kajian studi kelayakan. IUP
jangka waktu paling lama 20 tahun dan dapat diperpanjang dua kali masing-
21
Operasi Produksinya dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 tahun
1. Dakwaan
16
Salim HS, 2004.Hukum Pertambangan di Indonesia, RajaGrafindo Persada,Jakarta,hlm
32
22
2. Fakta Hukum
Fakta hukum yang terjadi antara lain :
Bahwa benar bahwa terdakwa RACHMADI Alias MADI Bin MUCHRAN
(Alm)pada hariSelasa tanggal 19 November 2019 sekitar pukul 13.15
witabertempatDi lokasi Tambang Emas Danau Laper pada titik koordinat S
03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29” di Desa Tanjung RT. 04 Kecamatan
Bajuin Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan , melakukan
usaha penambangan tanpa adanya ijin usaha penambangan baik IUP, IPR
atau IUPK.
23
Pengadilan Negeri Pelaihari, pada hari Senin, tanggal 27 April 2020, oleh
kami, Yanti Suryani, S.H.., M.H.., sebagai Hakim Ketua , Poltak, S.H. ,
yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal
29 April 2020 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota
berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin dari instansi
kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) sulit dihindari, karena PETI
pertambangan yang tidak mendapatkan izin resmi dari Negara. Penambang emas
sehingga tidak memerlukan izin usaha. Tak peduli apakah rakyat yang
mereka yang hanya “berjudi” nasib dari bahan tambang, tetap akan menyandang
label penambang emas tanpa izin (PETI) jika tidak mendapat izin resmi dari
sekala kecil. Kegitan usaha pertambangan tanpa izin (PETI) secara substansial
dan keselamatan kerja. Hingga saat ini pertumbuhan penambang emas tanpa izin
(PETI) semakin berkembang tidak saja terhadap bahan galian emas tetapi juga
17
,2014 Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika,
Jakarta,hlm 90
28
kecelakaan tambang. Selain itu, penambang emas tanpa izin (PETI) bukan saja
pembuatan kebijakan yang baru atau memodifikasi produk hukum lama, melalui
upaya analisis atau sintesis terhadap peraturan tentang pertambangan skala kecil.
18
Gatot Supramono,2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia, PT
Rineka Cipta, jakarta,hlm 64
29
a. Faktor Sosial, yaitu merupakan faktor yang berasal dari keadaan sosial
tanpa batas.
b. Faktor Hukum, yaitu merupakan faktor yang berasal dari dasar hukum
dan ketrampilan.
atau berizin
diterbitkan untuk maksud dan tujuan serta untuk menjaring para pelanggar
pidana, atau hanya dibidang represif. Istilah penegakan hukum di sini meliputi
dengan politik hukum yang menjadi bagian dari kebijakan penyelenggara negara
tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukum sesuatu yang didalamnya
20
Ni’matul Huda, 2005.Otonomi Daerah, Ctk.Pertama,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,.hlm 23
31
dalam bidang kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasional untuk mencapai
Hukum pidana juga dapat dipakai sebagai sarana untuk merubah atau
diskresi. Sebagai pelengkap asas legalitas, yaitu asas hukum yang menyatakan
ketentuan Undang-undang
hukumnya lebih rendah dari mereka yang memahami hukum. Menurut Gustav
dasar hukum menjadi tiga, yaitu keadilan, kegunaan, dan kepastian. Namun
21
Nyoman Serikat Putra Jaya,2008. Beberapa Kepemikiran Kearah Pengembangan Hukum
Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung,hlm 44
32
keadilan bukan persoalan semata hukum, banyak hal lain yang mempengaruhi
(sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah
Tindak pidana yang melakukan eksplorasi tanpa hak, pada dasarnya wajib
memiliki izin dan setiap izin yang dikeluarkan ada dua kegiatan yang harus
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran kualitas, dan sumber
daya terukur dari bahan galian serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
IUP atau IUPK, maka eksplorasi yang dilakukan tanpa izin tersebut merupakan
perbuatan pidana yang diancam hukuman berdasarkan Pasal 160 Ayat (1)
money loundering, dimana uang yang berasal dari kejahatan “dicuci” melalui
perusahaan jasa keuangan agar menjadi uang yang dianggap “bersih”. Dalam
22
Nyoman Serikat Putra Jaya,2008. Beberapa Kepemikiran Kearah Pengembangan Hukum
Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung,hlm 12
33
4 Tahun 2009 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
daerah pedalaman yang biasanya jauh dari keramaian dan sepi petugas, sehingga
ANALISIS MASALAH
lingkungan baik fisik mapun sosail relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan
pertambangan yaitu:
1. Penyelidikan umum
2. Eksplorasi
3. Studi kelayakan
4. Persiapan penambangan
5. Penambangan
6. Pengolahan bahan galian
7. Pengakutan
8. Reklamasi
yang dilakukan secara ilegal (tanpa izin). Pertambangan yang dilakukan secara
23
Adrian Sutedi,2011 Hukum Pertambangan, Cet. 2. Sinar Grafika, Jakarta.hlm 12
34
35
Kondisi inilah yang menjadi dasar pertimbangan, perlunya instrumen hukum yang
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menetapkan tentang asas dan tujuan
24
Bagir Manan,2005.Menyongsong Fajar Otonomi Daerah,Yogyakarta. PSH FH UII,hlm
98
36
lingkungan
mempunyai Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, yaitu izin
sah. Jika standar tersebut belum terpenuhi maka akan ada larangan terhadap
keputusan dari pejabat yang mempunyai sifat individual, konkrit, kasual dan
37
dalam Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dengan luas wilayah dan investasi
terbatas. Tata cara penerbitan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) sesuai dengan
IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Camat sesuai dengan
3. Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon wajib
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, terdapat pasal yang mengatur
mengenai tindak pidana yang ditujukan kepada pelaku usaha pertambangan tanpa
25
S.F. Marbun,2018 Hukum Administrasi Negara I (Administrative Law I), Ctk. Kedua, FH
UII Press, Yogyakarta, hlm 76
38
melakukan eksplorasi tanpa hak (Pasal 160 ayat (1) Undang-undang nomor 4
tahun 2009) Pada dasarnya dalam ketentuan pasal yang mengatur tindak pidana
tanpa izin usaha pertambangan hukuman pidana yang dapat dijatuhkan kepada
2. Alternatif (memilih salah satu hukuman yaitu pidana badan atau pidana
pelanggaran yaitu Pasal 160 ayat (1) UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009
suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide yang notabene dan abstrak menjadi
39
kenyataan.26
Penegakan hukum yang di maksud adalah melalui sanksi pidana, yang hakikatnya
pembenaran atas pidana itu. Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada para
adanya penanganan hukum yang serius terhadap Kasus pertambangan emas ilegal
yang terjadi Danau Laper pada titik koordinat S 03° 42’ 53.16” – E 114° 50’
penembak dan ada juga yang difungsikan sebagai penyedot yang dirakit
dengan 1 (satu) unit katu (alkon) dan ada juga yang dibuat kasbuk (bak kayu
dan lahan yang dipilih sudah siap kemudian dimulailah pengerjaan terhadap lahan
itu dengan cara para pegawai dari terdakwa ada yang bertugas mencangkul tanah,
melinggis tanah, ada yang menyedot tanah, dan ada yang menembak tanah
(menyemprot tanah dengan air). Dimana setelah tanah berhasil disedot dan
26
Barda Nawawi Arief,2001,Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.hlm 23
40
dialirkan kedalam peralon yang akhirnya sampai pada kasbuk (bak kayu tempat
tanah yang diduga emas telah selesai kemudian karpet yang ada di kasbuk (bak
kayu tempat ditaruhnya karpet penahan emas) dilepas dan dicuci kedalam wadah
(baik yang terbuat dari baskom ataupun drum) dengan tujuan untuk memisahkan
pasir yang terkandung emas terpisah dari karpet, dimana setelah pasir yang
terkandung emas terpisah dari karpet kemudian dilakukan proses pendu langan
ilegal ini patut di cegah dan di tangani secara hukum, karena mengeksploitasi
sumber daya alam secara illegal, medistribusikan, dan menjual hasil tambangnya
secara ilegal selain itu para penambang melakukan kegiatan pertambangan yang
(tujuh) meter, dimana dalam bukaan tambang tersebut juga terdapat aktivitas
penambangan emas.
27
Gatot Supramono,2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia, PT
Rineka Cipta, jakarta,.hlm 55
41
Sudarto memberikan suatu definsi tentang “penal policy” dari sudut tujuannya,
dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan
datang. Dalam hal kebijakan pidana dalam arti penal law enforcement policy
meliputi beberapa tahap, diantaranya tahap formulasi, tahap aplikasi dan tahap
eksekusi.
sampai pada suatu wilayah maka dengan cepat mereka dapat menyesuaikan diri
asalnya akan tetap dibawa, tetapi tidak mengganggu satu dengan yang lain,
hasil tidak lagi menarik, maka mereka dengan mudah pula pergi berpindah
mencari tempat lain. Dengan sebagian dari karakteristik yang ada pada
perusahaan.28
pidana memiliki dua syarat yaitu syarat eksternal dan syarat internal. Syarat
28
N.H.T. Siahaan,2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga,
Jakarta,hlm 66
42
karena dia telah melakukan tindak pidana tetapi juga seseorang tersebut
karena seharusnya seseorang tersebut dapat berbuat lain, dilihat dari segi
masyarakat. Kesalahan ditandai dengan kesadaran dan jiwa seseorang, orang gila
jiwanya terganggu bisa dikatakan dia tidak sadar atas apa yang diperbuatnya.
tidak.
sesuai dengan kesalahannya. Dengan kata lain orang yang melakukan perbuatan
normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut. Menurut Van
dinyatakan sebagai pelaku untuk suatu tindak pidana. Masalah ini menyangkut
tentang “Subjek tindak pidana” yang sudah dirumuskan oleh pembuat undang-
undang tindak pidana yang bersangkutan. Subjek hukum pidana dalam Undang-
Undang mineral dan batubara yaitu manusia dan badan hukum. Di dalam
hukumnya yakni di Pasal 158, Pasal 160, Pasal 161, Pasal 162, dan Pasal 165
sedangkan pada Pasal 163 ayat (1) bisa ditelaah atau dapat dikatakan badan
Kabupaten tanah laut, yang dilakukan secara tradisional dan melanggar hukum
sehingga tindak pidana di atas dapat di jatuhi sanksi pidana sebagai bentuk
yaitu:
1. Perbuatan
Selain itu menurut Roeslan Saleh orang yang melakukan perbuatan pidana
2. Mampu bertangungjawab
Menurut semua unsur dari Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
karena terdakwa telah dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana dan pada
selain terdakwa diken akan hukuman penjara, terdakwa juga dikenakan pidana
denda yang besarannya akan ditentukan didalam amar putusan penjatuhan pidana
namun lebih kepada upaya negara untuk menyadarkan terdakwa agar setelah
kembali ke masyarakat dan menjadi warga yang baik yang tidak melakukan
45
menjadi cambuk yang mendidik agar perbuatan yang terdakwa lakukan tidak
penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus
Minyak dan Gas Bumi, ancaman pidana pasal 158 Undang-Undang RI Nomor 4
pada tersangka telah memenuhi tiga unsur perbuatan pidana dan dengan hal ini
pertambangan (IUP).
2. Unsur Melawan Hukum Obyektif juga telah terpenuhi karena tindakan pelaku
telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang tercantum dalam Pasal 158
adalah kesengajaan dan kelalaian, dan dalam kasus ini para pelaku dinilai
fungsi preventif hukum pidana. Pada konsep tersebut harus terbuka kemungkinan
perbuatannya. Konsekuensi atas tindak pidana merupakan risiko yang sejak awal
orang itu adalah tindak pidana yang dilakukannya yaitu melakukan tindak pidana
pertambangan.
merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk berekasi
mewujudkan masyarakat adil dan makmur merata materiil dan spirituil. Hukum
tidak dikehendaki.
Izin
ini adalah penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu.
dan tempat, sedangkan bunyi undang-undang kaku dan tidak berubah menurut
48
masa sedangkan bunyi undang-undang sama saja ‘tetap tidak berubah’ Peraturan
baru.
dengan barang bukti kemudian diperoleh fakta hukum antara lain Bahwa benar
bahwa terdakwa rachmadi alias madi bin muchran (alm)pada hariSelasa tanggal
Danau Laper pada titik koordinat S 03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29” di Desa
laporan dari masyarakat terkait penambangan illegal yang terjadi di daerah Bajuin
informasi tersebut selanjutnya saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta
anggota kepolisian Resort Tanah Laut yang lainnya dengan dipimpin Kanit II
Tipidter Satreskrim Polres Tanah Laut yakni ipda rio adi pratama, S.Tr.K, MH.
pada saat saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta anggota kepolisian
Resort Tanah Laut yang lainnya berada di lokasi Tambang Emas Danau Laper di
Kalimantan Selatan, saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta anggota
49
kepolisian Resort Tanah Laut yang lainnya yang lainnya menemukan Luas
Bukaan Tambang dengan panjang 20 (dua puluh) meter lebar 10 (sepuluh) meter
dengan kedalaman 7 (tujuh) meter, dimana dalam bukaan tambang tersebut juga
terdapat aktivitas penambangan emas yang sedang dilakukan pada saat itu.
Melihat hal itu selanjutnya saksi very sandria dan saksi andri winanda beserta
alias madi bin muchran (alm) selaku pemilik serta penanggung jawab
pelaksanaan penambangan yang pada saat itu sedang berada ditempat tersebut.
Dalam proses penambangan Emas itu terdakwa racmadi alias madi bin
proses penambangan emas itu dilakukan dengan menggunakan mesin diesel yang
dan ada juga yang difungsikan sebagai penyedot yang dirakit dengan 1 (satu) unit
katu (alkon) dan ada juga yang dibuat kasbuk (bak kayu tempat menaru h karpet
untuk mendapatkan emas), yang mana setelah peralatan dan lahan yang dipilih
sudah siap kemudian dimulailah pengerjaan terh adap lahan itu dengan cara para
pegawai dari terdakwa ada yang bertugas mencangkul tanah, melinggis tanah, ada
yang menyedot tanah, dan ada yang menembak tanah (menyemprot tanah dengan
air). Dimana setelah tanah berhasil disedot dan dialirkan kedalam peralon yang
akhirnya sampai pada kasbuk (bak kayu tempat ditaruhnya karpet untuk menahan
emas), selanjutnya setelah proses penyedotan tanah yang diduga emas telah
50
selesai kemudian karpet yang ada di kasbuk (bak kayu tempat ditaruhnya karpet
penahan emas) dilepas dan dicuci kedalam wadah (baik yang terbuat dari baskom
ataupun drum) dengan tujuan untuk memisahkan pasir yang terkandung emas
terpisah dari karpet, dimana setelah pasir yang terkandung emas terpisah dari
alias madi bin muchran (Alm) setelah dilakukan pengambilan titik koordinat
koordinat S 03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29”, dimana dari hasil overlay pada
peta SIG diperoleh hasil bahwa pada titik tersebut berada pada areal bebas (un
known) yakni berada pada areal tidak ada IUP OP Pertambangan Mineral (emas).
Danau Laper pada titik koordinat S 03° 42’ 53.16” – E 114° 50’ 28.29” di Desa
demikian unsur ini terpenuhi Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari
Mineral dan Batubara telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah
selain terdakwa diken akan hukuman penjara, terdakwa juga dikenakan pidana
sebagai balas dendam namun lebih kepada upaya negara untuk menyadarkan
terdakwa berubah untuk kembali ke masyarakat dan menjadi warga yang baik
terhadap terdakwa menjadi cambuk yang mendidik agar perbuatan yang terdakwa
lakukan tidak dicontoh atau ditiru oleh anggota masyarakat yang lain dalam
perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang
terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
akan mengulangi oleh karena itu Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah
dibebani pula untuk membayar biaya perkara Memperhatikan, Pasal 158 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara dan
Madi bin Muchran (alm) terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
penjara selama 6 (enam) Bulan dan denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana
yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan
Selatan tidak ada alasan pembenar dan pemaaf serta dengan sengaja melakukan
53
dari pelaku penambang ilegal sudah terpenuhi dan di sertai dengan alat bukti yang
berupa alat yang digunakan untuk menambang dan hasil tambang yang telah disita
melanggar pasal 158 dan pasal 160 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
PENUTUP
A. Kesimpulan
(satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka
54
55
B. Saran
Peraturan Perundang-Undangan
Literatur
Juniarso R dan Achmad S, Hukum Tata Ruang dalam Konsep Otonomi Daerah,
Nuansa, Bandung, 2008.
Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Timur, 2006.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, dikutip oleh
Philipus Mandiri Hadjon, Yuridika, Surabaya, 1993.
S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara I (Administrative Law I), Ctk. Kedua, FH
UII Press, Yogyakarta, 2018.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Adhitya Bhakti, Bandung, 2006. Siti
Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijakan Lingkungan
Sjahran Basah, Pencabutan Izin sebagai Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi
Negara, FH Unair, Surabaya, 1995.