Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK

PIDANA PENAMBANGAN TANPA IZIN USAHA PERTAMBANGAN


(Studi Putusan Nomor : 491/Pid.B/2019/PN Jap)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Serjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih

Oleh :
BHILLY SUNDAY DAUYASBAKEN
NIM. 20160211014159

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal ………………... 2022

Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Nur Asnarani, SH. MH. Dr. Farida Kaplele, S.H., M.H.
NIP. 19630913 199003 2 002 NIP. 19830816 200604 2 004

Mengetahui:

Ketua Bagian Hukum Pidana

Dr. Budiyanto, S.H., M.H.


NIP. 19660124 199303 1 001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

A. Judul..................................................................................................................1

B. Latar Belakang..................................................................................................1

C. Rumusan Masalah.............................................................................................3

D. Tujuan Penelitian..............................................................................................4

E. Manfaat Penelitian............................................................................................4

F. Tinjauan Pustaka...............................................................................................5

G. Metode Penelitian.........................................................................................8

H. Waktu Dan Biaya Penelitian.......................................................................10

I. Sistematika Penulisan.....................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
A. Judul: Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap pelaku Tindak Pidana

Pertambangan Tanpa Izin Pertambangan (Studi Putusan Nomor :

491/Pid.B/2019/PN Jap)

B. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk yang memiliki kehidupan yang

kehidupannya tidak akan lepas dari sumber daya alam (SDA) dan

lingkungannya. Oleh karena itu SDA tersebut merupakan salah satu

peneopang perekonomian bangsa. Indonesia merupakan negara dengan SDA

yang sangat banyak. Salah satu dari banyaknya kekayaan SDA Indonesia

terletak pada bahan tambang. yang didalamnya, yaitu Bahan tambang itu

meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain-

lain1. Dan itu bukan suatu rahasia lagi karena banyak sekali perusahan besar

milik negara asing yang ingin memiliki ataupun ingin menanamkan

investasinya pada bidang pertambangan itu. Akan tetapi, kelestarian dari

hutan berada pada tingkat yang memprihatinkan.

Perlindungan terhadap SDA telah dilakukan oleh pemerintah. Salah

satunya dengan mengeluarkan/menerbitkan berbagai peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang SDA, dalam hal ini tentang pertambangan.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara (Minerba).

1
Simon F. Sembiring, Jalan Baru Tambang: Mengalirkan Berkah bagi Anak Bangsa, Gramedia,
Jakarta, 2009, hlm. 3

1
2

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 33 ayat

(3) mengatur bahwa “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya “dikuasai oleh negara” mencakup makna penguasaan oleh negara

dalam arti luas yang bersumber dan berasal dari konsepsi kedaulatan rakyat

Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya2”.

Hingga dalam pengelolahan hasil bumi (mineral) tersebut pemerintah

mengeluarkan produk hukumnya. Untuk mengatur perizinan dalam

melakukan pertambangan yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral Dan Batubara (Minerba) yang dimaksudkan ialah Izin

Usaha Pertambangan (IUP). IUP merupakan produk yang dihasilkan oleh

pemerintah dimana izin ini diberikan untuk para pengusaha agar dapat

menggunakan izin tersebut untuk aktivitas pertambangan.

Meskipun terdapat peraturan perundang-undangan dibidang bidang

pertambangan sebagaimana disebutkan diatas, akan tetapi dalam praktek

pengolahannya masih terdapat kegiatan perusahaan yang menyimpang dari

ketentuan yang berlaku. Misalnya kegiatan perusahaan yang tidak memiliki

Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Pertambangan tanpa disertahkan IUP terjadi di hampir diseluruh

wilayah di Indonesia, dengan melakukan pertambangan tanpa adanya IUP

sebagai izin pertambangan tersebut telah bertentangan dengan ketentuan pasal

2
Dwi Haryadi, Pengantar Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara, UBB, Bangka Belitung,
2018, hlm 1.
3

158 Undang-Undang Tahun 2009 tentang pertambangan mineral batubara

(UU Minerba) mengatakan bahwa “setiap orang yang melakukan

pertambangan tanpa IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) dan

ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). Seperti

halnya yang terjadi di kampung Asei kecil Distrik Sentani Timur, Kabupaten

Jayapura, dimana pelaku melakukan aktivitas pertambangan tanpa adanya

izin pertambangan.

Berdasarkan uraian diatas maka menarik untuk dilakukan penelitian

dengan judul “ Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Penambangan Tanpa Izin Pertambangan “(Studi Putusan Nomor :

491/Pid.B/2019/PN Jap).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana

penambangan tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan?

2. Bagaimanakah pertimbangan hakim terhadap tindak pidana penambangan

tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan?


4

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah penelitian diatas maka tujuab dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak

penambangan tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap tindak pidan

penambangan tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa hal yang dapat bermanfaat dalam penulisan penelitian ini.

1. Segi teoritis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kajian

ilmu hukum, khususnya di dalam hukum pidana karena dapat

dimanfaatkan sebagai acuan ataupun bahan bacaan dalam penelitian lebih

lanjut tentang aspek yang mengenai proses penyelesaian tindak pidana

penyalahgunaan izin.

2. Segi praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan masukan dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat

terkhusus kepada pemilik perusahaan

b. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan di bidang hukum pidana khusunya

pertanggung-jawaban pidana pelaku penyalahgunaan izin, proses dan


5

sanksi pelaku serta memberikan kontribusi yang baik dalam bidang

hukum pidana.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian tindak pidana

Tindak Pidana hanyalah salah satu terjemahan dari istilah dalam

Bahasa Belanda yaitu: "Strafbaarfeit". Strafbaarfeit terdiri dari tiga kata ,

yakni straf, baar dan feit. Straf diterjemahkan dengan pidana dan

hukum. Baar diterjemahkan dapat atau boleh. Feit diterjemahkan tindak,

peristiwa, pelanggaran dan perbuatan. Sebetulnya istilah Strafbaarfeit itu

bersifat eliptis (kependekan dari) yaitu ada sebagian yang dihilangkan.

Kalimat sesungguhnya adalah feit terzaake van het welke een persoon

strafbaar is (perbuatan oleh karena mana seseorang dapat dipidana) 3.

Van Hamel mengemukakan pendapatnya tentang strafbaarfeit adalah

"een wettelijk omschreven menschelijke gedraging, onrechtmatig

strafwaardig en aan schuld tewijten" (suatu perbuatan manusia yang

secara tegas diatur dalam undang-undang, dilakukan secara melawan

hukum,bernilai dapat dipidana, dan dilakukan dengan suatu kesalahan

yang menyebabkan orang dapat dipidana).

Pakar Hukum Pidana menerjemahkan istilah Strafbaarfeit itu

berbeda-beda, ada yang menerjemahkan sebagai peristiwa pidana,

perbuatan pidana, perbuatan boleh dihukum, dan ada juga dengan singkat

menyebutnya sebagai delik.


3
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT RajaGrafindo, Jakarta,2007,h.69
6

2. Pengertian IUP dan IUPK.

Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin untuk melaksanakan

usaha pertambangan. Mengacu pada UU Nomor. 4/2009 s.t.d.d. UU

Nomor. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU

Minerba) serta PMK 61/2021 yang dimaksud dengan usaha

pertambangan adalah4:

“Kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau Batubara


yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan
dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta
pasca tambang.”

Pemberian IUP tersebut dilakukan setelah diperolehnya Wilayah

Izin Usaha Pertambangan (WIUP). WIUP adalah wilayah yang diberikan

kepada pemegang IUP. Adapun WIUP ditetapkan pemerintah melalui

rangkaian proses yang panjang. Setiap WIUP bisa saja diberikan pada

satu IUP atau beberapa IUP. Adapun IUP diberikan kepada badan usaha,

koperasi, atau perusahaan perseorangan. Terdapat banyak aspek yang

harus disiapkan calon pemegang IUP, mulai dari administratif, teknis,

lingkungan, hingga finansial.

4
Nora Galuh Candra Asmarani, Kamus Kebijakan, Apa Itu IUP dan IUPK, , Diakses Jum'at, 25
Juni 2021 | 20:02 WIB
10

Secara lebih terperincih, Pasal 36 UU Minerba membagi IUP

dalam dua tahap kegiatan. Pertama, eksplorasi yang meliputi kegiatan

penyelidikan umum, ekplorasi, dan studi kelayakan. Kedua, operasi

produksi yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan

dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan. Serta

pengangkutan dan penjualan.

IUP diberikan untuk satu jenis mineral atau batu bara. Dalam hal

pemegang IUP menemukan mineral lain dalam WIUP yang dikelolanya

maka pemegang IUP tersebut mendapatkan prioritas untuk

mengusahakanya. Namun, mereka harus mengajukan permohonan IUP

baru kepada menteri di bidang pertambangan mineral dan batu bara

terlebih dahulu.

IUPK merupakan singkatan dari Izin Usaha Pertambangan

Khusus adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di

Wilayah Izin Usaha Perambangan Khusus (WIUPK). Pemberian

IUPK dilakukan melalui pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 UU Minerba. IUPK ini diberikan kepada BUMN, BUMD,

atau badan usaha swasta. Tetapi yang mendapatkan prioritas utama

adalah BUMN dan BUMD dalam mendapatkan IUPK. Untuk badan

usaha swasta dapat mendapatkan IUPK dengan cara lelang WIUPK.

Pasal 77 UU Minerba menyebutkan bagi pemegang IUPK

Eksplorasi dipastikan akan untuk mendapatkan IUPK Operasi

Produksi sebagai kelanjutan usaha pertambangannya. IUPK Operasi


12

Produksi dapat didapatkan oleh badan usaha berbadan hukum jika

mereka memiliki data hasil kajian studi kelayakan. IUPK secara

harfiahnya merupakan izin usaha yang diberikan sebagai

perpanjangan setelah pelaksanaan Kontrak Karya atau Perjanjian

Karya Pengusahaan Pertambangan Indonesia. Secara ringkas, IUP

dan IUPK adalah izin usaha pertambangan yang diberikan oleh

pemerintah. Letak perbedaan antara IUP dan IUPK ada pada

pemberian izin, luas wilayah, kepentingan daerah, dan pelaku usaha

yang berhak melakukan kegiatan usaha pertambangan.

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pengadilan Negeri Kelas 1 Jayapura, yang

berwenang mengadili tindak pidana yang dilakukan dalam daerah

hukumnya. Salah satunya yaitu tindak pidana pertambangan tanpa izin.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

penelitian hukum yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif digunakan

untuk mengkaji bahan hukum primer berupa peraturan perundang-

undangan dan pendapat para ahli dibidang penerapan sanksi pidana

pertambangan tanpa izin menambang, bahan hukum sekunder hasil

penelitian hukum, dokumentasi hukum), mauoun bahan hukum tersier

(kamus hukum).
11

3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini diarahkan pada pengumpulan jenis dan sumber data berupa:

a. Bahan Hukum Primer, seperti Undang-Undang, hasil wawancara, dan

pencatatan hasil pengamatan

b. Bahan Hukum Sekunder seperti, buku karya ilmiah dibidang hukum

yang berkaitan dengan pokok masalah dan tujuan penulisan

c. Bahan Hukum Tersier, seperti kamus Umum Bahasa Indonesia,

Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus Hukum.

H. Waktu Dan Biaya Penelitian

a. Waktu penelitian

No Kegiatan Penelitian Maret April Mei

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal

3 Observasi Lapangan

4 Analis dan Pengolahan Data

5 Penyusunan Skripsi
12

b. Biaya penelitian

NO KETERANGAN BIAYA

1 Persiapan

Administrasai Rp. 200.000,-

Pengadaan Alat dan Bahan Rp. 600.000,-

2. Penelitian Lapangan

Transportasi Rp. 500.000,-

Konsumsi

Akomodasi Rp. 500.000,-

Rp. 300.000,-

3. Menganalisis

Analissi Berkas Rp. 300.000,-

4. Pembuatan Laporan

Penyusunan Laporan Rp. 500.000,-

Pengadaan laporan
Rp. 800.000,-

5. Seminar Hasil Penelitian Rp. 1.000.000,-

Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,-

Total Biaya Rp. 5.200.000


11

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Maslah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Metode Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian IUP

B. Bentuk-Bentuk Dakwaan

C. Tindak Pidana

D. Pidana & pemidanaan

E. Tinjauan yuridis Penerapan Sanksi Pidana Penambangan Tanpa Izin

Pertambangan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bagaimananakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak

pidana penambangan tanpa adanya IUP/IUPK

B. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap tindak pidana penambangan

tanpa adanya IUP/IUPK

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Dwi Haryadi, Pengantar Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara, UBB,
Bangka Belitung, 2018

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT RajaGrafindo, Jakarta,2007

H.Salim HS, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika, Jakarta
Timur, 2012

---------------, Hukum Pertambangan Di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta,


2005

Simon F. Sembiring, Jalan Baru Tambang: Mengalirkan Berkah bagi Anak


Bangsa, Gramedia, Jakarta, 2009

Peraturan Perundang- Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang acara Pidana

Jurnal:

https://www.pajakku.com/read/618d1bfb4c0e791c3760be85/Izin-Pertambangan:-
Perbedaan-IUP-dan-IUPK

Catatan Hukum terhadap  Putusan Pengadilan terkait Tindak Pidana Penambangan


Ilegal

13

Anda mungkin juga menyukai