Anda di halaman 1dari 11

LEGALITAS IZIN LINGKUNGAN BAGI PERUSAHAAN TAMBANG

(STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 76/G/2020/PTUN.JKT)

Anastasia Esa Ananta


20211410056
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Kuningan
Email : 20211410056@uniku.ac.id

Abstrak
Perizinan yang diberikan Pemerintah bertujuan untuk mengendalikan aktivitas
masyarakat sebagai upaya untuk menyeimbangkan kepentingan masyarakat
dengan para pemegang izin dengan harus sesuai asas legalitas yang menimbulkan
kepastian hukum. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait
legalitas perizinan bagi setiap perusahaan yang akan melakukan perizinan
lingkungan. Dengan rumusan maslaah sengketa IUP OP dan IPPKH di Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah
hukum normatif yang meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek
penelitiannya adalah norma hukum serta pendekatan yuridis normatif dengan
teknik studi pustaka. Hasil Pembahasan sengketa perizinan lingkungan PT
Kencana Bumi Mineral dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia dengan objek sengketa SK pencabutan izin usaha produksi
dan izin pinjam pakai kawasan hutan, Pejabat yang menerbitkan surat keputusan
yang melanggar asas kepastian hukum dan beberapa asas lainnya dengan
kesimpulan pada kasus ini dimenangkan oleh PT Kencana Bumi Mineral.
Kata Kunci : Peizinan, Legalitas, Peradilan Tata Usaha Negara

Abstract
Permits granted by the Government aim to control community activities as an
effort to balance the interests of the community and permit holders by complying
with the principle of legality which creates legal certainty. This study aims to
provide an understanding regarding the legality of licensing for every company
that will carry out environmental licensing. With the formulation of the issue of
IUP OP and IPPKH disputes in Morowali Regency, Central Sulawesi Province.
The research method used is normative law which examines law from an internal
perspective with the object of research being legal norms and a normative
juridical approach using literature study techniques. Results of the discussion of
the dispute over environmental permits for PT Kencana Bumi Mineral with the
Minister of Environment and Forestry of the Republic of Indonesia with the object
of the dispute being the object of the dispute: the decree on the revocation of the
production business permit and the borrow-to-use permit for forest areas, the
official who issued a decision letter that violated the principle of legal certainty
and several other principles with the conclusion of the case this was won by PT
Kencana Bumi Mineral.
Keywords: Licensing, Legality, State Administrative Court

1
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana disebut dalam Undang-


Undang Dasar 1945, sehingga konsekuensi bagi negara hukum adalah
mewujudkan kepastian hukum yang tercermin dari asas legalitas. Dalam Undang
– Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pembukaan dan Pasal 27
ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi “"Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
pemerintah ikut serta untuk membuat kebijakan perizinan berusaha melalui
Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Pemerintah selaku penyelenggaraan Negara setiap tahunnya berusaha yang
terbaik untuk menjadikan Negara Indonesia Sejahtera, Adil, dan Makmur.
Artinya Pemerintah harus memberikan kemudahan perizinan ini diantaranya
bertujuan agar terciptanya “peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan
berusaha” dan peningkatan “investasi pemerintah serta percepatan proyek
strategis nasional” sehingga hal ini sangat di harapkan timbul lapangan kerja bagi
masyarakat Indonesia. Pemberian izin merupakan salah satu upaya administrasi
negara yang dibuat oleh pemerintah dengan harus berdasar pada hukum. 1
Menurut Kelsen konsep legalitas itu untuk melindungi subyek hukum dari
kesewenang-wenangan dan diperlukan adanya kepastian hukum. 2 Perizinan yang
diberikan Pemerintah bertujuan untuk mengendalikan aktivitas masyarakat
sebagai upaya untuk menyeimbangkan kepentingan masyarakat dengan para
pemegang izin. Pemerintah sendiri merupakan yang berwenang untuk
menerbitkan surat izin dengan berdasar pada hukum. Indonesia juga merupakan
negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam yang salah satunya ialah
barang tambang. Menurut Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, sumber daya alam yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia tersebut harus dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berkaitan dengan ini, maka negara
(pemerintah) berwenang dalam mengatur agar pemanfaatan sumber daya alam

1
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, Ps.5 huruf a
2
Kartika Widya Utama,Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Fiktif Positif, Notarius,
Vol.8 No 2, September 2015.h.142.

2
dengan sungguh-sungguh agar kesejahteraan rakyat dapat terwujudkan.
Berbagai peraturan perundang-undangan dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melindungi lingkungan hidup dan berbagai sumber daya alam yang terdapat di
dalamnya diantaranya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat UUPPLH). Dalam
ketentuan umum Pasal 1 Angka 2 dan 3 UUPPLH dinyatakan dengan jelas bahwa
kegiatan penambangan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya
tampung dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya
menjadi beban sosial. 3
Kewenangan pejabat Pemerintahan yang diberikan oleh Undang-undang yaitu
mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Izin merupakan salah satu
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) salah satunya izin usaha pertambangan
dan izin pinjam pakai kawasan hutan. Perizinan tersebut pelaksanaanya seringkali
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Seperti kasus dalam putusan Nomor::
76/G/2020/PTUN.JKT dimana sebuah perusahaan tambang yaitu PT Kencana
Bumi Mineral melawan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia dengan objek sengketa Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.982/Menlhk/ Setjen/
PLA.0/11/2019 tanggal 7 Nopember 2019 tentang Pencabutan atas Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia SK.740/
MENLHK/SETJEN/PLA.0/9/2019 tanggal 27 September 2019 tentang Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk kegiatan operasi produksi nikel dan sarana
penunjangnya atas nama PT Kencana Bumi Mineral seluas ± 982,10 (sembilan
ratus delapan puluh dua dan sepuluh perseratus) hektar pada kawasan hutan
produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. PT KBM telah memiliki surat izin usaha
pertambangan dan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk eksplorasi nikel yang
sesuai dengan prosedur mengikuti tata cara pencegahan dan pemberantasan

3
Efendi.2012.Penerapan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Peraturan Perundang-
Undangan Bidang Sumberdaya Alam (Kajian Dari Perspektif Politik Pembangunan Hukum) Jurnal
IlmuHukum. Vol. No.58, Hal 348.

3
perusakan hutan sebagaimana ditentukan dalam UU No. 18 Tahun 2013 dengan
melakukan pemeriksaan saksi oleh penyidik pegawai negeri sipil dan melakukan
police line terhadap barang bukti berupa kendaraan/alat berat milik CV. APP. Tata
cara demikian merupakan penindakan terhadap pelaku perusakan hutan atau
penambangan liar tanpa izin menggunakan sarana penegakan hukum pidana
(pidana kehutanan). Namun, yang dipermasalahkan perusahaan tersebut tidak
terbukti melakukan hal yang dituduhkan oleh Tergugat yaitu Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Dengan begitu perusahaan PT KBM
ini mengalami kerugian atas diterbitkannya objek sengketa tersebut, karena izin
yang mereka punya sudah sangat jelas legalitasnya juga tidak dapat melakukan
kegiatan operasi produksi selaku Pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi (IUP OP) berdasarkan surat keputusan Gubernur Sulawesi Tengah
Nomor: 540/042/IUP-OP/DPMPTSP/2018 tentang Persetujuan Peningkatan Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi Mineral Logam menjadi Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi Mineral Logam PT Kencana Bumi Mineral,
tanggal 29 Januari 2018. Disamping itu, penerbitan Objek Sengketa telah
merugikan Penggugat, karena Penggugat mengeluarkan biaya dan tenaga yang
tidak sedikit selaku pemegang IUP OP dimaksud, diantaranya namun tidak
terbatas pada biaya eksplorasi, karyawan termasuk kewajiban sebagai pemegang
IUP OP antara lain iuran tetap sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan di atas maka penulis hendak merumuskan masalah sebagai
berikut : (1) Bagaimana legalitas perizinan lingkungan bagi perusahaan tambang
PT Kencama Bumi Mineral putusan Nomor:76/G/2020/PTUN.JKT ? Bagaimana
Penyelesaian Hukum yang dilakukan PT Kencana Bumi Mineral untuk bisa
menjalankan proyeknya setelah diterbitkannya SK Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:SK.982/Menlhk/Setjen/
PLA.0/11/2019 ?

4
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan untuk penulisan ini adalah penelitian hukum
normatif. Metode penelitian hukum normatif yang meneliti hukum dari perspektif
internal dengan objek penelitiannya adalah norma hukum.4 Dengan memperoleh
dan mencari data yang dibutuhkan dalam penulisan ini digunakan pendekatan
yuridis normatif dengan teknik studi pustaka atau studi dokumen yaitu dengan
cara menginventaris, meneliti, dan menguji bahan-bahan hukum atau data tertulis
baik kitab perundang-undangan, buku-buku, jurnal, bahan- bahan tertulis lainnya
yang berkaitan dengan objek yang diteliti. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Legalitas perizinan lingkungan merujuk pada proses perolehan izin atau
persetujuan yang diperlukan dari otoritas yang berwenang dalam hal perlindungan
lingkungan hidup. Izin lingkungan diperlukan sebagai salah satu langkah yang
harus diikuti oleh perusahaan atau individu sebelum melakukan kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.6 Legalitas
perizinan lingkungan biasanya diatur oleh undang-undang, peraturan, dan
kebijakan pemerintah yang berlaku di suatu negara atau wilayah. Persyaratan izin
lingkungan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan skala kegiatan yang akan
dilakukan, serta dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Beberapa contoh
kegiatan yang umumnya memerlukan izin lingkungan meliputi pembangunan
infrastruktur, pengelolaan limbah, pengeboran minyak dan gas, pertambangan,
dan industri kimia.
Proses perizinan lingkungan biasanya melibatkan pengajuan dokumen atau
laporan lingkungan, seperti studi dampak lingkungan, analisis risiko lingkungan,
dan rencana pengelolaan lingkungan. Otoritas yang berwenang akan melakukan

4
I Made Pasek Diantha.Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Jakarta:Prenada Media
Group.2016.hal 12.
5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Taraf Ekonomi Dan Sosial Masyarakat
(Tinjauan Yuridis UU NO. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah) Lex Administratum,
Vol. IV/No. 3/Mar/2016.hal 98. Heri susanto. Hal 97-105. 98.
6
Suniaprily, F. G. A., & Rohman, K. (2023). Fungsi Kebijakan Hukum Perizinan Terhadap Upaya
Pelestarian Lingkungan Hidup. JURNAL PENELITIAN SERAMBI HUKUM, 16(01), 1-9.

5
evaluasi terhadap dokumen tersebut dan memutuskan apakah izin lingkungan
diberikan, ditolak, atau diberikan dengan syarat. Setelah izin lingkungan
diperoleh, pemegang izin harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan
selama pelaksanaan kegiatan dan melaporkan pelaksanaannya secara berkala.
Seperti yang dilakukan PT Kencana Bumi Mineral dalam putusan
Nomor:76/G/2020/PTUN.JKT perusahaan ini mengajukan permohonan IPPKH
untuk kedua kalinya pada tanggal 8 Maret 2019 dan 25 Juni 2019 dan diterbitkan
pada tanggal 27 September 2019 yang telah diterima pada tanggal 9 Oktober
2019. Perusahaan ini tidak sama sekali melakukan pelanggaran melakukan operasi
produksi kegiatan kawasan hutan untuk jalan dan melakukan penambangan nikel
tanpa izin. Seharusnya IPPKH yang dicabut adalah IPPKH PT Oti Eya Abadi,
bukan IPPKH Penggugat. Dengan terbitnya objek sengketa atau dicabutnya
IPPKH Penggugat, maka kegiatan produksi di WIUP PT OEA punterganggu,
karena, jalan hauling menuju dan ke WIUP OP PT OEAmelewati WIUP OP
Penggugat. Ada beberapa asas yang dilanggar oleh tergugat yaitu :
1. Asas Kepastian Hukum
Penjelasan Pasal Demi Pasal Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum”
adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan
peraturan perundangundangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan. Bahwa Penggugat telah memperoleh
IPPKH IUP OP dengan itikad baik dan telah memenuhi seluruh persyaratan yang
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun
demikian, secara sepihak dan tanpa dilandasi dasar pertimbangan yang jelas,
Tergugat yang semula menerbitkan dan mengakui IPPKH IUP OP Penggugat
tiba-tiba menerbitkan Objek Sengketa yang pada pokoknya mencabut kembali
IPPKH IUP OP Penggugat dalam kurun waktu ± 1,5 bulan setelah penerbitan
berdasarkan Surat Keputusan Tergugat Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.982/ Menlhk/ Setjen/PLA.0/11/2019
tanggal 7 Nopember 2019 tentang Pencabutan atas Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

6
SK.740/MENLHK/SETJEN/PLA.0/9/20 9 tanggal 27 September 2019 tentang
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk kegiatan operasi produksi nikel dan
sarana penunjangnya atas nama PT Kencana Bumi Mineral seluas ± 982,10
(sembilan ratus delapan puluh dua dan sepuluh perseratus) hektar pada kawasan
hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini jelas tidak menimbulkan kepastian
hukum atas hak Penggugat atau PT Kencana Bumi Mineral.
2. Asas Ketidak Berpihakan
Dalam menerbitkan Objek Sengketa telah jelas dan nyata menunjukkan
keberpihakannya kepada kelompok tertentu, yang mana mengakibatkan kerugian
bagi Penggugat. Tindakan Tergugat yang mencabut IPPKH IUP OP milik
Penggugat dengan cara menerbitkan Objek Sengketa dan membiarkan pihak lain
telah jelas menunjukkan adanya tendensi keberpihakan dari Tergugat dalam
membuat dan menerbitkan Objek Sengketa. Bahwa perlu diketahui PT OEA yang
notabene adalah Pemilik IUP OP yang bersebelahan/berhimpitan/satu hamparan
dengan WIUP OP Penggugat, ternyata baru mengajukan IPPKH pada tanggal 5
Desember 2018 dan 14 Februari 2019.
3. Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan
Berdasarkan Penjelasan Pasal Demi Pasal Undang-Undang No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan, yang dimaksud dengan “Asas Tidak
Menyalahgunakan Kewenangan” adalah asas yang mewajibkan setiap badan
dan/atau pejabat pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan,
dan/atau tidak mencampur adukan kewenangan. Adapun peraturan perundang-
undangan yang dilanggar oleh Tergugat Pasal 18 ayat (1) huruf c UndangUndang
No 30 Tahun 2014.7

7
Putusan Mahkamah Agung Nomor:76/G/2020/PTUN.JKT

7
Penyelesaian hukum dalam sengketa PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara)
dapat dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain: 8
1. Mediasi: Para pihak yang bersengketa dapat mencoba untuk menyelesaikan
sengketa secara damai melalui mediasi. Mediasi adalah suatu proses
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di mana mediator yang netral akan
membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama. Mediasi
biasanya dilakukan sebelum kasus diteruskan ke PTUN.
2. Gugatan ke PTUN: Jika mediasi tidak berhasil atau tidak diinginkan oleh
salah satu pihak, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke PTUN.
Gugatan diajukan dengan mengajukan surat gugatan yang berisi alasan-alasan
mengapa pihak tersebut merasa haknya telah dirugikan dan mengajukan
permohonan kepada PTUN untuk mengabulkan tuntutan yang diajukan.
3. Pemeriksaan di PTUN: Setelah gugatan diterima oleh PTUN, PTUN akan
memeriksa dan mengadili sengketa tersebut. Para pihak akan dihadapkan
dalam sidang pengadilan PTUN dan menyampaikan argumen dan bukti-bukti
yang mereka miliki. PTUN akan membuat putusan berdasarkan fakta dan
hukum yang ada.
4. Banding: Jika salah satu pihak tidak puas dengan putusan PTUN, pihak
tersebut dapat mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Banding harus
diajukan dalam waktu tertentu setelah putusan PTUN diucapkan dan harus
berdasarkan alasan hukum yang jelas.
5. Peninjauan Kembali: Jika ada alasan yang kuat, salah satu pihak dapat
mengajukan peninjauan kembali ke PTUN atau Mahkamah Agung.
Peninjauan kembali dilakukan jika terdapat fakta atau hukum baru yang
muncul setelah putusan final diberikan.
6. Pelaksanaan Putusan: Setelah putusan menjadi final dan mengikat, para pihak
harus melaksanakan putusan tersebut. Jika salah satu pihak tidak
melaksanakan putusan, pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan

8
Al Amin, A. Y., & Wibowo, A. (2023). PENYELESAIAN SENGKETA DI PERADILAN
TATA USAHA NEGARA MELALUI UPAYA ADMINISTRATIF: Prosedur, Sengketa Tata
Usaha Negara, Administrasi Pemerintahan. Jurnal Penelitian Multidisiplin, 2(1), 128-134.

8
eksekusi kepada PTUN atau Mahkamah Agung untuk memaksa pihak yang
kalah untuk melaksanakan putusan.

Dalam sengketa PT Kencana Bumi Mineral dengan objek sengketa SK


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
SK.982/Menlhk/Setjen/PLA.0/11/2019 dibatalkan dan dicabut tentang Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan untuk kegiatan operasi produksi nikel dan sarana
penunjangnya atas nama PT Kencana Bumi Mineral seluas ± 982,10 (sembilan
ratus delapan puluh dua dan sepuluh perseratus) hektar pada kawasan hutan
produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Serta menghukum Tergugat dengan
membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp. 330.000.

KESIMPULAN
Dalam Proses perizinan lingkungan melibatkan pengajuan dokumen atau
laporan lingkungan, seperti studi dampak lingkungan, analisis risiko lingkungan,
dan rencana pengelolaan lingkungan. Otoritas yang berwenang akan melakukan
evaluasi terhadap dokumen tersebut dan memutuskan apakah izin lingkungan
diberikan, ditolak, atau diberikan dengan syarat. Setelah izin lingkungan
diperoleh, pemegang izin harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan
selama pelaksanaan kegiatan dan melaporkan pelaksanaannya secara berkala.
Serta dalam penyelesaian hukum yang dapat dilakukan dalam sengketa PTUN.
Setiap langkah ini memiliki prosedur dan persyaratan hukum yang harus dipatuhi
oleh para pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Penting untuk diingat
bahwa proses penyelesaian sengketa PTUN dapat berbeda di setiap negara dan
harus mengacu pada peraturan hukum yang berlaku di wilayah tersebut.

SARAN
Dalam legalitas perizinan lingkungan harus sesuai undang-undang yang
berlaku serta pada pembuat perizinan atau yang diberi kewenangan dalam
menerbitkan izin harus memperhatikan beberapa asas agar tidak menjadi masalah
bagi pemegang izin karena kewenangan sendiri tidak boleh disalahgunakan untuk
kepentingan sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Amin, A. Y., & Wibowo, A. (2023). PENYELESAIAN SENGKETA DI


PERADILAN TATA USAHA NEGARA MELALUI UPAYA
ADMINISTRATIF: Prosedur, Sengketa Tata Usaha Negara, Administrasi
Pemerintahan. Jurnal Penelitian Multidisiplin, 2(1), 128-134.
Efendi.2012.Penerapan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Peraturan
Perundang- Undangan Bidang Sumberdaya Alam (Kajian Dari Perspektif
Politik Pembangunan Hukum) Jurnal IlmuHukum. Vol. No.58, Hal 348.
Heri susanto Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Taraf
Ekonomi Dan Sosial Masyarakat (Tinjauan Yuridis UU NO. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah) Lex Administratum, Vol. IV/No.
3/Mar/2016.hal 98. Hal 97-105. 98.
I Made Pasek Diantha.Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Jakarta:Prenada
Media Group.2016.hal 12.
Izzah, A. (2020). Problematika Hukum Dalam Penerbitan Izin Lingkungan
Dengan Berlakunya Fiktif Positif (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).
Kartika Widya Utama,Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Fiktif
Positif, Notarius, Vol.8 No 2, September 2015.h.142.
Latif, M. (2018). LEGALITAS PERIZINAN LINGKUNGAN:(Studi Kasus PT
Semen Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 606.1/4 Tahun 2017). Tugas Kuliah, 1-22.
Sudjati, X. Q. D., & Abidin, I. K. R. (2021). Penyalahgunaan Wewenang
Pemerintah dalam Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada
Perusahaan PT Tambang Mas Sangihe (TMS) di Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Jurnal Kawruh Abiyasa, 1(1), 94-110.
Suniaprily, F. G. A., & Rohman, K. (2023). Fungsi Kebijakan Hukum Perizinan
Terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup. JURNAL PENELITIAN
SERAMBI HUKUM, 16(01), 1-9.

10
Wulandari, R. P. (2021). Politik Hukum Pengalihan Izin Pertambangan Pada
Pemerintah Pusat Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah. Politik Hukum
Pengalihan Izin Pertambangan pada Pemerintah Pusat Terhadap Kewenangan
Pemerintah Daerah, 8(1), 191-206.
Putusan Mahkamah Agung Nomor:76/G/2020/PTUN.JKT
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, Ps.5 huruf a

11

Anda mungkin juga menyukai