Anda di halaman 1dari 17

PERTAMBANGAN ILEGAL

DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

STUDI KASUS DI KABUPATEN MOJOKERTO

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Deni Lukmantara
NIM: 2023011133

FAKULTAS HUKUM
PRODI S1 - ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO
MOJOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Bahasa
Indonesia tentang “Pertambangan Illegal Dalam Pandangan Hukum Positif Dan
Hukum Islam Studi Kasus Di Kabupaten Mojokerto”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Risa Amalia Muzrifah, M.Pd. yang
telah memberikan pelajaran dan tugas sehingga dapat menambah pemahaman
tentang tata cara penulisan karya ilmiah. Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman yang telah mendukung dalam menyusun karya tulis ilmiah.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Hal tersebut tidak lepas dari keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, kami senantiasa menerima kritik dan saran
yang akan disampaikan dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini,
khususnya dari Ibu Risa Amalia Muzrifah, M.Pd.

Mojokerto, 25 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
4. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Tinjauan Umum Hukum Positif Tentang Pertambangan Ilegal ................... 5
B. Pandangan Hukum Islam Tentang Pertambangan Ilegal ............................. 7
C. Kasus Pertambangan Ilegal di Kabupaten Mojokerto ................................ 10
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam dan


juga kekayaan budaya. Sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
ayat 3 (tiga), bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.
Sehingga kekayaan alam harus dikelola dan diberdayakan sebagaimana
seharusnya untuk kemakmuran rakyat dan kesejahteraannya. Kekayaan alam
yang berada di Indonesia, seperti emas, tembaga, perak, batu bara dan berbagai
macam batuan dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Agar pelaksanaan pendayagunaan kekayaan alam dilakukan secara baik,


pemerintah menetapkan peraturan yang khusus tentang pemanfaatan
kandungan bumi Indonesia dengan Undang-Undang nomor 4 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020. Dalam Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pelaksanaan
pertambangan harus mendapatkan IUP (izin usaha penambangan) dari Bupati
atau wali kota, gubernur, dan menteri.

Dalam pasal 35 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang


Pertambangan Mineral Dan Batubara bahwasanya pertambangan harus
memiliki perizinan usaha pertambangan yang berbunyi:

1) Usaha pertambangan dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.

2) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


melalui pemberian: a. Nomor induk berusaha, b. Sertifikat standar; dan/
atau, c. Izin.

1
3) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf terdiri atas: a. IUP, b.
IUPK, c. IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian, d. IPR, e.
SIPB, f. izin penugasan, g. Izin Pengangkutan dan Penjualan, h. IUJP; dan
i. IUP untuk Penjualan.

4) Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan kewenangan pemberian


perizinan berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
pemerintah daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Sementara itu dalam pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020


diatur tentang ancaman pidana bagi yang melakukan usaha pertambangan
tanpa melakukan prosedur sebagaimana diatur yang berbunyi: “Setiap orang
yang melakukan penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”

Meskipun telah ada aturan dan ancaman pidana bagi penyelenggara usaha
pertambangan, namun dalam pelaksanaannya tidak semua usaha pertambangan
melakukan sebuah perizinan sesuai dengan Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Termasuk beberapa usaha pertambangan
yang ada di Kabupaten Mojokerto. Sehingga ancaman kerusakan lingkungan
semakin parah, jika praktik penambangan illegal ini tidak ditertibkan.

Dalam hukum Islam juga dijelaskan bahwa setiap umat muslim tidak
boleh merusak lingkungan sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-A’raf ayat
56 yang artinya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah


memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang- orang yang berbuat baik.”

2
Dengan demikian bahwa Islam melarang keras upaya perusakan yang ada
di bumi, akan tetapi Islam membolehkan memanfaatkan sesuatu yang berada di
bumi tanpa memberikan dampak negatif maupun kerusakan yang nyata bagi
alam. Namun dalam pemanfaatan apapun yang berada di bumi tidak boleh
berlebihan. Dalam hukum pidana Islam perbuatan tindak pidana pertambangan
tanpa izin dikenal dengan tindak pidana pencurian atau jarimah. Pencurian
adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam karena dapat merugikan orang lain
dan berdampak negatif bagi orang lain.

Sedangkan perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana Islam akan


mendapatkan sanksi atau ganjaran sesuai dengan hukum Pidana Islam. Seperti
pencurian atau jarimah akan mendapatkan hukuman hudud atau ta’zir.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan urian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


makalah ini adalah yaitu bagaimana penerapan hukum positif dan pandangan
hukum Islam dalam pertambangan ilegal yang ada di Kabupaten Mojokerto.

3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai untuk mengetahui
bagaimana pandangan dan penerapan hukum positif di Indonesia dalam
menangani kasus pertambangan ilegal, khususnya di Kabupaten
Mojokerto, serta pandangan hukum Islam dalam melihat praktik tambang
ilegal

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Fakultas Hukum, Program
Studi Ilmu Hukum, Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto yang
diampu oleh Dosen Risa Amalia Muzrifah, M.Pd.

3
4. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan untuk pembelajaran dan meningkatkan keterampilan
menulis karya ilmiah dan menganalisa sebuah ketentuan perundang-
undangan. Serta sebagai referensi mahasiswa lainnya, terutama dalam
melakukan penelitian atau kajian tentang undang-undang tentang
pertambangan mineral dan batubara
2. Bagi Pengajar
Sebagai acuan untuk melakukan evaluasi dan melakukan rumusan strategi
pembelajaran bagi mahasiswa.
3. Bagi Maysarakat umum
Memberikan gambaran umum bagaimana aturan tentang pertambangan
mineral dan batu bara di Indonesia, serta ancaman bagi para pelaku yang
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan undang-undang.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Hukum Positif Tentang Pertambangan Ilegal

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral


dan Batubara telah mengatur berbagai syarat yang harus dipenuhi badan usaha
yang hendak melakukan usaha pertambangan di Indonesia. Diantaranya adalah
badan usaha harus melakukan perizinan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
disebutkan, setiap badan usaha pertambangan harus memenuhi persyaratan
sebagaimana pasal 35 yang berbunyi :

1) Usaha Pertambangan dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat.

2) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


melalui pemberian:
a. nomor induk berusaha;
b. sertifikat standar; dan/atau
c. izin.
3) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. IUP;
b. IUPK;
c. IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak Perjanjian;
d. IPR;
e. SIPB;
f. izin penugasan;
g. Izin Pengangkutan dan Penjualan;
h. IUJP; dan
i. IUP untuk Penjualan.

4) Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan kewenangan pemberian


perizinan berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
pemerintah daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

5
Sementara itu, ancaman pidana bagi pelanggar ketentuan perundang-
undangan tentang pertambangan mineral dan batubara ini juga telah tercantum
dalam beberapa pasal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020.
Dalam pasal 158:

“Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah)”.
Pasal 159:

“Pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang dengan sengaja


menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf e,
Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau Pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar
atau menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”

Pasal 160:

“Setiap orang yang mempunyai IUP atau IUPK pada tahap kegiatan
Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan Operasi Produksi dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paiing banyak Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)”.

Pasal 161:

“Setiap orang yang menampung, memanfaatkan, melakukan Pengolahan


danf atau Pemurnian, Pengembangan dan/atau Pemanfaatan,
Pengangkutan, Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang tidak berasal
dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g, Pasal 104, atau Pasal 105
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”

Pasal 161A:

“Setiap pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang memindahtangankan


IUP, IUPK, IPR, atau SIPB sebagaimana dimaksud Pasal 7OA, Pasal
86G huruf a, dan Pasal 93 ayat (1) dipidana dengan pindana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

6
Pasal 161B:

(1) Setiap orangyang IUP atau IUPK dicabut atau berakhir dan tidak
melaksanakan:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang; dan/atau
b. penempatan dana jaminan Reklamasi dan/atau dana jaminan
Pascatambang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).

(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), eks
pemegang IUP atau IUPK dapat dijatuhi pidana tambahan berupa
pembayaran dana dalam rangka pelaksanaan kewajiban Reklamasi
dan/atau Pascatambang yang menjadi kewajibannya.

Pasal 162:

Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan Usaha


Pertambangan dari pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang telah
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

B. Pandangan Hukum Islam Tentang Pertambangan Ilegal

1. Definisi Penambangan Ilegal Dalam Hukum Islam


Hukum Islam merupakan syari’at Tuhan yang telah ditetapkan melalui
kitab suci Al-quran atau hadis Nabi Muhammad SAW yang menjadi panduan
dalam perilaku manusia dan mengandung kemaslahatan bagi manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Syariat Islam yang menjadi dasar dari hukum pidana
Islam secara materiil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk
melaksanakannya.
Hukum pidana Islam merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
syariat yang berlaku semenjak diutusnya Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ Ar-Rasyidin. Hukum pidana menurut
syariat Islam berlaku sebagai hukum publik, yakni hukum yang diatur dan
diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulil amri yang pada
masa itu dirangkap oleh Rasulullah SAW sendiri.

7
Istilah hukum pidana Islam didalam literatur fikih klasik dikenal sebagai
fikih jinayah ataupun jarimah. Definisi fikih menurut Abd al-Wahab Khallaf
adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat praktis yang diambil dari dalil-dalil
yang terperinci, atau fikih adalah himpunan hukum-hukum syariat yang
bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Adapun Abd. Al Qadir
Awdah memberikan definisi Jinayah adalah adalah perbuatan yang diharamkan
oleh syariat, baik perbuatan itu menimpa atas jiwa, harta atau yang lainya.
Sedangkan pengertian jarimah adalah seperti yang dikemukakan oleh Al-
Mawardi yaitu, perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam
Allah dengan had atau ta’zir. Sehingga fikih jinayah yang disebandingkan
dengan jarimah itu mempunyai pengertian sebagai ilmu tentang hukum syariat
yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah) dan
hukumannya diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Unsur-unsur hukum pidana Islam adalah sebagai berikut:
1. Unsur Formal, yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang
perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman.
2. Unsur Materil, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah,
baik yang berupa nyata (positif) maupun sikap berbuat.
3. Unsur Moral, yaitu Yaitu unsur yang menjelaskan bahwa pelaku
adalah orang mukallaf yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya.
Kejahatan pertambangan ilegal merupakan kejahatan karena
menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat, dan negara. Dengan kata lain,
aktifitas penambangan ilegal menimbulkan kerugian (tidak maslahah) di tengah
masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 aktifitas
penambangan di wilayah Indonesia harus sesuai dengan peraturan, sehingga
penambangan liar yang tidak sesuai dengan undang-undang maka disebut
sebagai perampokan aset negara. Karena Undang-undang Dasar 1945
menyebutkan bahwa bumi, air dan udara dan seisinya adalah milik negara dan
harus dinikmati sebesar-besarnya oleh rakyat, bukan dirampok dan dimonopoli
oleh para oknum penambang liar yang melanggar peraturan.

8
Secara harfiah, tindakan perampokan ini dalam fikih jinayah seharusnya
masuk kedalam kejahatan hirābah (perampokan), namun karena objek
penambangan ini adalah sumber daya mineral yang ada di dalam bumi, dan
tidak adanya upaya kekerasan, maka beberapa syarat hirabah tidak terpenuhi.
Demikian juga jika dikategorikan sebagai sariqoh (pencurian). Unsur sariqoh
adalah mengambil milik orang lain, upaya yang dilakukan secara sembunyi-
sembunyi, sedangkan aktifitas penambangan ilegal dilakukan secara terang-
terangan dalam arti diketahui banyak orang, sehingga syarat definisi pencurian
juga tidak terpenuhi.

2. Macam Macam Hukuman Dalam Pidana Islam


Hukuman dalam pidana Islam ada beberapa macam dan bagian-
bagiannya. Beberapa segi akan dibahas sebagai berikut:
a. Ditinjau berdasarkan obyek sasaran berlakunya suatu hukuman, dalam
hal ini hukuman terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Hukuman badan, seperti hukuman potong tangan, cambuk, dan
penjara.
2) Hukuman nasihat seperti nasihat, celaan, dan ancaman.
3) Hukuman harta seperti diyat (denda), dan biaya administrasi.
b. Ditinjau dari macam-macamnya tindak pidana yang diancamkan
hukuman, hukuman ini dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Hukuman hudud seperti pagi para pelaku zina, orang yang
menuduh melakukan zina, minum minuman keras, mencuri,
mengganggu keamanan, orang yang keluar dari islam dan orang
yang melakukan pemberontakan.
2) Hukuman kisas dan diyat seperti orang yang melakukan
pembunuhan, pembunuhan salah sasaran, pembunuhan tidak
disengaja.
3) Hukuman kafarat adalah hukum bagi orang yang ingin menebus
dosa seperti orang yang melakukan tidak pidana maksiat perusakan
puasa, perusakan ihram, pelanggaran sumpah dan lain sebagainya.

9
4) Hukuman ta’zir ialah mencegah, menolak, dan mendidik bagi
orang yang mengulangi tindak pidanan perbuatan yang dapat
menyakiti dan merusak orang lain. Dapat dikatakan ta’zir
merupakan hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang
melakukan tindak pidana yang melanggar aturan, baik yang
berhubungan dengan hak Allah maupun hak manusia yang tidak
ditentukan oleh Al-qur’an dan hadits. Hukuman ta’zir ini
diserahkan kepada ulil amri atau hakim, baik dalam penentuan
ataupun pelaksanaannya. Hakim dapat menentukan hukuman dari
yang paling ringan sampai dengan yang paling berat.

3. Hukuman Bagi Pelaku Pencurian dan Perampokan Menurut Hukum Pidana


Islam
Hukuman hirâbah disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 33 terdiri atas
empat macam hukuman. Keempat macam hukuman jarimah hirâbah
tersebut adalah: hukuman mati, hukuman mati dan disalib, pemotongan
tangan dan kaki secara bersilang, dan pengasingan ke luar wilayah.
Sementara itu, hukuman bagi pelaku pencurian adalah dipotong tangannya
sebagai firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 38.

C. Kasus Pertambangan Ilegal di Kabupaten Mojokerto

Di Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa tambang ilegal yang telah


beroperasi sejak beberapa tahun lalu. Dari pendataan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, terdapat 111 lokasi tambang yang terbukti
tidak memiliki izin. Tanpa ilegal ini terdapat di beberapa kecamatan,
diantaranya berada di Kecamatan Ngoro, dan Kecamatan Gondang.
Pengadilan Negeri Mojokerto telah mengadili dua orang yang terbukti
melakukan aktifitas penambangan ilegal di Desa Jatidukuh Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto. Kedua orang yakni Shodik dan Samsul Huda
dalam putusan nomor 403/Pid.Sus/2023/PN Mjk dinyatakan bersalah secara

10
sah meyakinkan melanggar pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Keduanya diputus dengan hukuman 9 (sembilan) bulan pidana penjara
dan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana
kurungan selama 2 (dua) bulan. Putusan tersebut lebih rendah dari tuntutan
jaksa yang menuntut keduanya dengan pidana penjara selama 10 (Sepuluh)
bulan penjara dan denda kepada para terdakwa masing-masing sebesar Rp.
100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) Subsidair 2 (dua) bulan kurungan.
Tuntutan dan hukuman terhadap kedua terdakwa jauh lebih rendah dari
ancaman maksimal yang tertera dalam pasal 158 Undang-Undang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang mengancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000
(Seratus Miliar Rupiah).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan hukum


positif dalam praktik pertambangan ilegal di Kabupaten Mojokerto memakai
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Putusan pengadilan terhadap para terdakwa memang masih jauh dari hukuman
maksimal sesuai dengan pasal 158 dimana terdakwa hanya dihukum 9 bulan
dan denda Rp. 100 Juta. Sedangkan ancaman maksimalnya adalah 5 tahun dan
denda Rp. 100 Miliar.
Meski masih jauh dari ancaman hukuman maksimal, diterapkannya
undang-undang tentang pertambangan mineral dan batubara ini akan
memberikan efek jera terhadap pelaku lainnya. Pertimbangan hakim dan jaksa
atas rendahnya putusan ini dikarenakan kedua terdakwa belum pernah
dihukum, dan kedua terdakwa menyesali perbuatan dan berjanji tidak akan
kembali mengulanginya lagi.
Sementara itu, di dalam pandangan hukum Islam, aktifitas pertambangan
ilegal berada diantara ranah pencurian dan perampokan. Sehingga hukuman
hudud, sebagaimana telah disebutkan diatas tidak bisa dijatuhkan pada pelaku
penambangan liar. Penulis berpendapat, hukum pidana Islam yang dapat
diberikan kepada pelaku penambangan ilegal adalah hukuman ta’zir yang
dijatuhkan pemerintah, seperti hukuman penjara, denda, peringatan, atau
melakukan aktifitas pelayanan sosial kemasyarakatan.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Mojokerto


Melakukan tindakan tegas terhadap seluruh pelaku penambangan ilegal
yang ada di Kabupaten Mojokerto, agar kerusakan alam akibat adanya
galian batu di sejumlah lokasi tidak semakin parah.

12
2. Bagi Masyarakat
Mengawasi dan melaporkan kepada instansi terkait jika menemukan
adanya aktifitas penambangan ilegal.
3. Bagi Mahasiswa
Terus belajar agar semakin memahami peraturan-peraturan yang ada
sehingga bisa melakukan kajian dan pendampingan kepada masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
Fitri Wahyuni, Hukum Pidana Islam Aktualisasi Nilai-nilai Hukum Pidana Islam
dalam Pembaruan Hukum Pidana Islam di Indonesia (Tangerang: PT Nusantara
Persada Utama, 2018),
Marsaid, Al-fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam) (Palembang: Rafa Press,
2020), 57.
Rifda seera Sakinah, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Tindak
Pidana Usaha Pertambangan Secara Ilegal (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bale
Bandung Nomor: 597/Pid.Sus/2018/PN.Blb)” (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, 2020), 29-30.
https://radarmojokerto.jawapos.com/mojokerto/821021978/izin-tambang-di-sawo-
kabupaten-mojokerto-diduga-bodong
https://radarmojokerto.jawapos.com/hukum-kriminal/823311167/pelaku-galian-
ilegal-di-kabupaten-mojokerto-dihukum-9-bulan-didenda-rp-100-juta-subsider-
kurungan-dua-bulan-ini-detail-putusan-pn-mojokerto
https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-kriminal/d-7049156/dua-pengusaha-
tambang-galian-c-bodong-di-mojokerto-divonis-9-bulan-penjara
Putusan Pengadilan Negeri Mojokerto Nomor 403/Pid.Sus/2023/PN Mjk.
http://sipp.pn-mojokerto.go.id/index.php/detil_perkara

14

Anda mungkin juga menyukai