Oleh:
Deni Lukmantara
NIM: 2023011133
FAKULTAS HUKUM
PRODI S1 - ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO
MOJOKERTO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Bahasa
Indonesia tentang “Pertambangan Illegal Dalam Pandangan Hukum Positif Dan
Hukum Islam Studi Kasus Di Kabupaten Mojokerto”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Risa Amalia Muzrifah, M.Pd. yang
telah memberikan pelajaran dan tugas sehingga dapat menambah pemahaman
tentang tata cara penulisan karya ilmiah. Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman yang telah mendukung dalam menyusun karya tulis ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Hal tersebut tidak lepas dari keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, kami senantiasa menerima kritik dan saran
yang akan disampaikan dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini,
khususnya dari Ibu Risa Amalia Muzrifah, M.Pd.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
4. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Tinjauan Umum Hukum Positif Tentang Pertambangan Ilegal ................... 5
B. Pandangan Hukum Islam Tentang Pertambangan Ilegal ............................. 7
C. Kasus Pertambangan Ilegal di Kabupaten Mojokerto ................................ 10
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
3) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf terdiri atas: a. IUP, b.
IUPK, c. IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian, d. IPR, e.
SIPB, f. izin penugasan, g. Izin Pengangkutan dan Penjualan, h. IUJP; dan
i. IUP untuk Penjualan.
Meskipun telah ada aturan dan ancaman pidana bagi penyelenggara usaha
pertambangan, namun dalam pelaksanaannya tidak semua usaha pertambangan
melakukan sebuah perizinan sesuai dengan Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Termasuk beberapa usaha pertambangan
yang ada di Kabupaten Mojokerto. Sehingga ancaman kerusakan lingkungan
semakin parah, jika praktik penambangan illegal ini tidak ditertibkan.
Dalam hukum Islam juga dijelaskan bahwa setiap umat muslim tidak
boleh merusak lingkungan sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-A’raf ayat
56 yang artinya:
2
Dengan demikian bahwa Islam melarang keras upaya perusakan yang ada
di bumi, akan tetapi Islam membolehkan memanfaatkan sesuatu yang berada di
bumi tanpa memberikan dampak negatif maupun kerusakan yang nyata bagi
alam. Namun dalam pemanfaatan apapun yang berada di bumi tidak boleh
berlebihan. Dalam hukum pidana Islam perbuatan tindak pidana pertambangan
tanpa izin dikenal dengan tindak pidana pencurian atau jarimah. Pencurian
adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam karena dapat merugikan orang lain
dan berdampak negatif bagi orang lain.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai untuk mengetahui
bagaimana pandangan dan penerapan hukum positif di Indonesia dalam
menangani kasus pertambangan ilegal, khususnya di Kabupaten
Mojokerto, serta pandangan hukum Islam dalam melihat praktik tambang
ilegal
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Fakultas Hukum, Program
Studi Ilmu Hukum, Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto yang
diampu oleh Dosen Risa Amalia Muzrifah, M.Pd.
3
4. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan untuk pembelajaran dan meningkatkan keterampilan
menulis karya ilmiah dan menganalisa sebuah ketentuan perundang-
undangan. Serta sebagai referensi mahasiswa lainnya, terutama dalam
melakukan penelitian atau kajian tentang undang-undang tentang
pertambangan mineral dan batubara
2. Bagi Pengajar
Sebagai acuan untuk melakukan evaluasi dan melakukan rumusan strategi
pembelajaran bagi mahasiswa.
3. Bagi Maysarakat umum
Memberikan gambaran umum bagaimana aturan tentang pertambangan
mineral dan batu bara di Indonesia, serta ancaman bagi para pelaku yang
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan undang-undang.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sementara itu, ancaman pidana bagi pelanggar ketentuan perundang-
undangan tentang pertambangan mineral dan batubara ini juga telah tercantum
dalam beberapa pasal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020.
Dalam pasal 158:
Pasal 160:
“Setiap orang yang mempunyai IUP atau IUPK pada tahap kegiatan
Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan Operasi Produksi dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paiing banyak Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)”.
Pasal 161:
Pasal 161A:
6
Pasal 161B:
(1) Setiap orangyang IUP atau IUPK dicabut atau berakhir dan tidak
melaksanakan:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang; dan/atau
b. penempatan dana jaminan Reklamasi dan/atau dana jaminan
Pascatambang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), eks
pemegang IUP atau IUPK dapat dijatuhi pidana tambahan berupa
pembayaran dana dalam rangka pelaksanaan kewajiban Reklamasi
dan/atau Pascatambang yang menjadi kewajibannya.
Pasal 162:
7
Istilah hukum pidana Islam didalam literatur fikih klasik dikenal sebagai
fikih jinayah ataupun jarimah. Definisi fikih menurut Abd al-Wahab Khallaf
adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat praktis yang diambil dari dalil-dalil
yang terperinci, atau fikih adalah himpunan hukum-hukum syariat yang
bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Adapun Abd. Al Qadir
Awdah memberikan definisi Jinayah adalah adalah perbuatan yang diharamkan
oleh syariat, baik perbuatan itu menimpa atas jiwa, harta atau yang lainya.
Sedangkan pengertian jarimah adalah seperti yang dikemukakan oleh Al-
Mawardi yaitu, perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam
Allah dengan had atau ta’zir. Sehingga fikih jinayah yang disebandingkan
dengan jarimah itu mempunyai pengertian sebagai ilmu tentang hukum syariat
yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah) dan
hukumannya diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Unsur-unsur hukum pidana Islam adalah sebagai berikut:
1. Unsur Formal, yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang
perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman.
2. Unsur Materil, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah,
baik yang berupa nyata (positif) maupun sikap berbuat.
3. Unsur Moral, yaitu Yaitu unsur yang menjelaskan bahwa pelaku
adalah orang mukallaf yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya.
Kejahatan pertambangan ilegal merupakan kejahatan karena
menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat, dan negara. Dengan kata lain,
aktifitas penambangan ilegal menimbulkan kerugian (tidak maslahah) di tengah
masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 aktifitas
penambangan di wilayah Indonesia harus sesuai dengan peraturan, sehingga
penambangan liar yang tidak sesuai dengan undang-undang maka disebut
sebagai perampokan aset negara. Karena Undang-undang Dasar 1945
menyebutkan bahwa bumi, air dan udara dan seisinya adalah milik negara dan
harus dinikmati sebesar-besarnya oleh rakyat, bukan dirampok dan dimonopoli
oleh para oknum penambang liar yang melanggar peraturan.
8
Secara harfiah, tindakan perampokan ini dalam fikih jinayah seharusnya
masuk kedalam kejahatan hirābah (perampokan), namun karena objek
penambangan ini adalah sumber daya mineral yang ada di dalam bumi, dan
tidak adanya upaya kekerasan, maka beberapa syarat hirabah tidak terpenuhi.
Demikian juga jika dikategorikan sebagai sariqoh (pencurian). Unsur sariqoh
adalah mengambil milik orang lain, upaya yang dilakukan secara sembunyi-
sembunyi, sedangkan aktifitas penambangan ilegal dilakukan secara terang-
terangan dalam arti diketahui banyak orang, sehingga syarat definisi pencurian
juga tidak terpenuhi.
9
4) Hukuman ta’zir ialah mencegah, menolak, dan mendidik bagi
orang yang mengulangi tindak pidanan perbuatan yang dapat
menyakiti dan merusak orang lain. Dapat dikatakan ta’zir
merupakan hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang
melakukan tindak pidana yang melanggar aturan, baik yang
berhubungan dengan hak Allah maupun hak manusia yang tidak
ditentukan oleh Al-qur’an dan hadits. Hukuman ta’zir ini
diserahkan kepada ulil amri atau hakim, baik dalam penentuan
ataupun pelaksanaannya. Hakim dapat menentukan hukuman dari
yang paling ringan sampai dengan yang paling berat.
10
sah meyakinkan melanggar pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Keduanya diputus dengan hukuman 9 (sembilan) bulan pidana penjara
dan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana
kurungan selama 2 (dua) bulan. Putusan tersebut lebih rendah dari tuntutan
jaksa yang menuntut keduanya dengan pidana penjara selama 10 (Sepuluh)
bulan penjara dan denda kepada para terdakwa masing-masing sebesar Rp.
100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) Subsidair 2 (dua) bulan kurungan.
Tuntutan dan hukuman terhadap kedua terdakwa jauh lebih rendah dari
ancaman maksimal yang tertera dalam pasal 158 Undang-Undang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang mengancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000
(Seratus Miliar Rupiah).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
2. Bagi Masyarakat
Mengawasi dan melaporkan kepada instansi terkait jika menemukan
adanya aktifitas penambangan ilegal.
3. Bagi Mahasiswa
Terus belajar agar semakin memahami peraturan-peraturan yang ada
sehingga bisa melakukan kajian dan pendampingan kepada masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14