Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)

SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KERUSAKAN


LINGKUNGAN

Oleh :
AGUNG MAMBI
19071101202

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul: “Pelaksanaan Izin
Usaha Pertambangan Sebagai Upaya Pengendalian Kerusakan Lingkungan”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi


seluruh pembaca.

Toraja Utara,14 November 2021


Penulis
Agung Mambi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian............................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................... 3
D. Pengertian Izin Usaha Pertambangan (IUP)......................................................3
BAB III......................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan........................................................................................................ 8
B. Saran.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam


yang melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun
sumber daya alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari
kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan alam lainnya yang terkandung di
dalam bumi Indonesia.Kekayaan sumber daya alam tersebut sebagian telah
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dan sebagian
lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena berbagai
keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi.Potensi sumber daya
alam yang begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap
pembangunan Negara dan juga untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola
dengan baik oleh pemerintah.Kekayaan sumber daya alam itu sendiri
meliputi pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan,
serta pertambangan dan juga energi. Sehingga untuk melaksanakan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, Negara memerlukan
partisipasi banyak pihak.seperti badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha pertambangan.

Hukum pertambangan merupakan keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang


mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan
mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang dan atau
badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).

Fakta menunjukkan bahwa permasalahan pertambangan saat ini masih


menjadi persoalan dari berbagai kalangan. Menurut H. Salim, HS,
penyebabnya adalah timbulnya dampak negatif dalam pengusahaan bahan
galian sebagai akibat dari usaha pertambangan dampak negative dari
keberadaan usaha pertambangan meliputi : rusaknya hutan di daerah lingkar
tambang , tercemarnya laut, terjangkitnya penyakit bagi warga masyarakat
yang bermukiman di daerah wilayah tambang ,dan konflik antar masyarakat
lingkar tambang dengan perusahaan tambang.

Relevan jika dikatakan bahwa usaha pertambangan berpotensi cukup


besar menimbulkan dampak timbulnya kerusakan lingkungan jika tidak
dikelola sesuai ketentuan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 (7) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (“UU Minerba”), Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin yang

1
diberikan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Dampak langsung dari
kegiatan pertambangan adalah kerusakan ekologis berupa pengurangan debit
air laut , sungai ,dan tanah. Eksplorasi tambang dimulai dari pembukaan
hutan , pengupasan lapisan tanah dan sampai pada gerusan tanah pada
kedalaman tertentu. Pada saaat tersebut keadaan air akan mengalami
perubahaan dan hal ini tentunya akan membuka peluang untuk terjadinya
banjir dan tanah longsor.

B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah yang menjadi topik utama dalam
pembahasan proposal ini:
1. Bagaimana pelakasanaan izin usaha pertambangan (IUP) yang ada di
Indonesia?
2. Bagaimana upaya hukum dalam pengendalian kerusakan lingkungan
dari usaha pertambangan?
3. Apa sanksi terhadap usaha penambangan tanpa izin usaha pertambangan
(IUP)

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan izin usaha pertambangan (IUP)
yang ada di Indonesia
2. Untuk memahami upaya hukum dalam pengendalian kerusakan
lingkungan dari usaha pertambangan
3. Mengetahui sanksi setiap orang yang melakukan usaha penambangan
tanpa izin usaha pertambangan (IUP)

2
BAB II
PEMBAHASAN

D. Pengertian Izin Usaha Pertambangan (IUP)


Izin Usaha Pertambangan adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta pascatambang. 
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 (7) UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”), Izin Usaha
Pertambangan (IUP) adalah izin yang diberikan untuk melaksanakan usaha
pertambangan. Merupakan kewenangan Pemerintah, dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, untuk memberikan IUP. Pasal 6
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) mengatur bahwa
IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya. IUP diberikan kepada:
1.  Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha
Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah.
2. Koperasi
3. Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan yang merupakan
warga Negara Indonesia, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperolehnya WIUP (Wilayah


Izin Usaha Pertambangan). Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan
1 IUP maupun beberapa IUP.
Pasal 36 UU Minerba membagi IUP ke dalam dua tahap, yakni:
1.IUP eksplorasi, yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan
studi kelayakan; dan
2.IUP Operasi Produksi, yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa IUP Eksplorasi wajib memuat


ketentuan sekurang-kurangnya:
a.    nama perusahaan;
b.    lokasi dan luas wilayah;
c.    rencana umum tata ruang;
d.    jaminan kesungguhan;
e.    modal investasi;
f.     perpanjangan waktu tahap kegiatan;

3
g.    hak dan kewajiban pemegang IUP;
h.    jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;
i.     jenis usaha yang diberikan;
j.     rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan;
k.    perpajakan;
l.     penyelesaian perselisihan;
m.   iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
n.    amdal.
Sedangkan untuk IUP Operasi Produksi wajib memuat ketentuan
sekurang-kurangnya:
a.    nama perusahaan;
b.    luas wilayah;
c.    lokasi penambangan;
d.    lokasi pengolahan dan pemurnian;
e.    pengangkutan dan penjualan;
f.     modal investasi;
g.    jangka waktu berlakunya IUP;
h.    jangka waktu tahap kegiatan;
i.     penyelesaian masalah pertanahan;
j.     lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;
k.    dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
l.     perpanjangan IUP;
m.   hak dan kewajiban pemegang IUP;
n.    rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan;
o.    perpajakan;
p.    penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap
dan iuran produksi;
q.    penyelesaian perselisihan;
r.     keselamatan dan kesehatan kerja;
s.     konservasi mineral atau batubara;
t.     pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;
u.    penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan
yang baik;
v.    pengembangan tenaga kerja Indonesia;
w.   pengelolaan data mineral atau batubara; dan
x.    penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan mineral atau batubara.

4
B. Penegakan Hukum Lingkungan di Bidang Pertambangan

Di dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolalan


Lingkungan Hidup menyatakan bahwa "Setiap orang mempunyai hak yang
sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat". Dari beberapa norma yang
ada tersebut di atas, maka jelas bahwa jenis usaha apapun yang berhubungan
dengan aktivitaslingkungan dan mempunyai potensi merubah dalam hal ini
merusak atau mencemar harus memperhatikan prinsip dan norma yang
tercantum dalam peraturan perundangan yang di atasnya dan yang
berhubungan termasuk aktivitas industri pertambangan di dalamnya.
Pengawasan Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) mulai berlaku
tanggal 3 Oktober 2009 menggantikan UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). Di dalam Bab XII Pasal 71
UUPPLH menyatakan bahwa:
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundangundangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis
yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/
walikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan
pejabat fungsional.
Pengawasan menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (UU Minerba) Secara umum operasi pertambangan
meliputi 2 hal yaitu Eksplorasi termasuk di dalamnya adalah eksplorasi itu
sendiri dan studi kelayakan dan Operasi Produksi yang mengatur tentang
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualalan. Dalam proses pertambangan para legislator mulai memasukkan
nilai dan syarat lingkungan sebagaisuatu proses yang tidak boleh diabaikan
bagi para pemrakarsa. Hal ini kita dapat melihat dalam hal beberapa hal
yaitu:
1. Eksplorasi di mana sebagai tahapan kegiatan usaha pertambangan, maka
diperlukan informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
2. Studi Kelayakan mengharuskan AMDAL serta perencanaan pasca
tambang.

5
3. Operasi Produksi meminta sarana pengendalian dampak lingkungan
sesuai dengan hasil studi kelayakan.
4. Reklamasi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan
usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
5. Kegiatan pasca tambang, kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut
setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsisosial menurut kondisi lokal
di seluruh wilayah penambangan.
6. Dalam hal pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan
Wilayah Pencadangan Negara (WPN) daya dukung lindungan lingkungan
(pasal 18 huruf c dan 28 huruf e) menjadi syarat untuk mendapatkan izin.
7. Mengenai jaminan kesungguhan eksplorasi biaya lingkungan akibat
kegiatan ekplorasi ini menjadi syarat untuk mendapatkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) pada pasal 39 huruf d dan Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK) pada pasal 78 huruf e. Selain itu pasal 95 mewajibkan
pemegang IUP dan IUPK wajib mematuhi batas toleransi dan daya dukung
lingkungan.
8. Dalam kaidah pertambangan, pasal 96 huruf menyatakan bahwa
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang, upaya
konservasisumber daya mineral dan batubara dan pengelolaan sisa tambang
dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau
gassampai memenuhistandar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke
media lingkungan.
9. Pasal 97 dan 98mewajibkan pemegang IUP dan IUPK menjamin
penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik
suatu daerah dan menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya
air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10. Pasal 99 mewajibkan pemegang IUP dan IUPK menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dan menyediakan dana
jaminan reklamasi dan pasca tambang
11. Untuk penghentian kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan
kepada pemegang IUP dan IUPK (pasal 113 huruf c) apabila kondisi daya
dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan
operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan di
wilayahnya.

6
12. Pengawasan dari aparat yang berwenang meliputi pengelolaan
lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang (pasal 141 huruf h).

C. Catatan Hukum terhadap Putusan Pengadilan terkait Tindak Pidana


Penambangan Ilegal
Pasal 158 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba) mengatakan bahwa “Setiap orang yang melakukan
usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau
ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1.Izin Usaha Pertambangan adalah izin untuk melaksanakan usaha


pertambangan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang. 
2. dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolalan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa "Setiap orang mempunyai hak
yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat"
3. Pasal 158 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (UU Minerba) mengatakan bahwa “Setiap orang yang
melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

E. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan
pembahasan di atas adalah:

1.Perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai pelaksanaan IUP di


Indonesia
2. Perlunya sanksi hokum yang lebih tegas mengenai IUP
3. Diharapkan adanya telaah lebih lanjut mengenai proposal ini

8
DAFTAR PUSTAKA

Puluhulawa, F. U. Kewenangan Perizinan Dalam Pengelolaan Lingkungan Pada


Usaha Pertambangan. Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Hasanundin,
(5).

Fadil, M. R. IZIN USAHA PERTAMBANGAN.

Butar, F. B. (2010). Penegakan Hukum Lingkungan di Bidang


Pertambangan. Yuridika, 25(2), 151-168.

Muskibah, M., Hidayah, L. N., & Alissa, E. (2021). Perlindungan Hukum terhadap
Masyarakat terkait Kegiatan Pertambangan Batubara di Kabupaten
Sarolangun. Jurnal Wawasan Yuridika, 5(1), 60-80.

Indonesia, K. R. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Putra, A. Aspek Hukum Pertimbangan Mahkamah Agung Mengabulkan


Permohonan Kasasi Penuntut Umum Terhadap Putusan Bebas dalam Perkara
Tindak Pidana Usaha Pertambangan Tanpa Izin. Verstek, 7(1).

Munir, A. (2020). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA KEGIATAN


PENAMBANGAN DI LUAR WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (WIUP)
(STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 311/PID. SUS/2019/PN. SGM) (Doctoral
dissertation, Universitas Hasanuddin).

Hadi, D. P. (2018). PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN


BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA (Doctoral dissertation,
Perpustakaan Pascasarjana).

Wahyudi Fernades, B. (2019). IMPLEMENTASI PERIZINAN USAHA


PERTAMBANGAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM (Studi Kasus Tambang Emas Belimeu Kecamatan Pelabai Kabupaten
Lebong) (Doctoral dissertation, IAIN BENGKULU).

Anda mungkin juga menyukai