Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KULIAH

MANAJEMEN PERTAMBANGAN

GOOD MINING PRACTICE

Disusun oleh :

Nama : Adi Saputro

Kelas : 710017194

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2018

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan penyertaan, kasih,
dan karunianya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Good Mining
Practice” dengan baik. Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan dari dosen pembimbing dan teman-teman, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi dapat teratasi.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan di dunia pertambangan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Pengertian Good Mining Practice ................................................................................. 3

2.2 Aspek-aspek dan Penerapan Good Mining Practice .................................................... 5

2.3 Paradigma Good Mining Practice .............................................................................. 11

2.4 Kegunaan Good Mining Practice ................................................................................ 12

BAB III. KESIMPULAN....................................................................................................... 14

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pelaku bisnis dan kebijakan .................................................................................. 4


Gambar 2.1 Diagram Alur Proses Perijinan Tambang...............................................................6
Gambar 2.2 Keselamatan dan kesehatan kerja dipertambangan ............................................... 7
Gambar 2.3 keslamatan operasi pertambangan ......................................................................... 8
Gambar 2.4 penglolahan dan pemantauan lingkungan pertambangan ...................................... 9
Gambar 2.5 konservasi sumberdaya mineral dan batubara ..................................................... 10
Gambar 2.6 penglolahan sisa tambang .................................................................................... 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era Globalisasi dan Reformasi saat ini, beberapa perubahan tuntutan sudah
menjadi kewajiban kita dalam melaksanakan aktifitas pembangunan. Tuntutan
tersebut wajib diperhatikan dalam melaksanakan aktifitas/ kegiatan di dunia
pertambangan, dimana dalam melaksanakan aktifitas pertambangan tersebut kita
harus melaksanakannya secara baik dan benar.

Banyak hal yang mendasari mengapa perlu dilakukannya penambangan yang


baikdan benar, diantaranya : Permasalahan umum tambang di Indonesia adalah
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengelola tambang meninggalkan
lahan tambang begitu saja setelah tidak produktif lagi, Padahal semestinya
pengelola tambang mengusahakan pembangunan berkelanjutan bagi warga di
sekitar lokasi tambang. Adanya berkembangnya suatu peradaban berarti
berkembangnya suatu masyarakat yang beradab. Perlunya menegakan HAM dan
menghargai budaya, tatanan adat, serta tatanan nilai dalam setiap hubungan dengan
pemangku kepentingan (stakeholder). Hal tersebut harus memenuhi beberapa
prinsip-prinsip penting, yaitu keadilan, integritas, kebenaran, kebaikan, keindahan
dan kedamaian. Senantiasa berupaya meningkatkan kinerja kesehatan dan
keselamatan kerja.

Oleh karena itu diperlukan Good Mining Practice untuk suatu kegiatan
pertambangan yang mentaati aturan, terencana dengan baik, menerapkan teknologi
yang sesuai yang berlandaskan pada efektifitas dan efisiensi, melaksanakan
konservasi bahan galian, mengendalikan dan memelihara fungsi lingkungan,
menjamin keselamatan kerja, mengakomodir keinginan dan partisipasi masyarakat,
menghasilkan nilai tambah, meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar serta menciptakan pembangunan yang berlanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Good Mining Practice ?
2. Bagaimana aspek-aspek dan Penerapan Good Mining Practice di
pertambangan ?
3. Bagiamana Paradigma di dunia pertambangan ?
4. Apa kegunaan Good Mining Practice di pertambangan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Good Mining Practice
2. Mengetahui aspek-aspek dan Penerapan Good Practice di pertambangan
3. Mengetahui paradigma di dunia pertambangan
4. Mengetahui kegunaan Good Mining Practice di pertambangan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good Mining Practice

Seringkali kita mendengar istilah Kaidah Teknik Pertambangan yang baik


(Good Mining Practice: GMP) di setiap proses pertambangan. Pengertian
mengenai GMP ini menjadi sangat penting agar tidak di interpretasikan dalam arti
yang lain. GMP sendiri didefinisikan sebagai suatu kegiatan usaha pertambangan
yang memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-norma yang tepat
sehingga pemanfaatan sumber daya mineral memberikan hasil yang optimal dan
dampak buruk yang minimal. Hal ini meliputi perizinan, teknik pertambangan,
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, keterkaitan
hulu/hilir/konservasi/nilai tambah dan pengembangan masyarakat/wilayah di
sekitar lokasi kegiatan, dalam bingkai kaidah peraturan perundang-undangan,
standar yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan pertambangan (Suyartono, 2003).

Berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan pada industri


pertambangan dunia dan nasional, turut membawa perubahan dalam Undang-
Undang No.11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
yang sudah tidak lagi relevan. Pada tanggal 12 Januari 2009 disahkanlah Undang-
Undang No.4 Tahun 2009 menggantikan Undang-Undang sebelumnya dengan
pertimbangan perubahan sebagai berikut:

Bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum


pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat
hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk
memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha
mencapai kemakmakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan;

Bahwa kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara merupakan


kegiatan usaha di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah mempunyai
peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan
ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan;

Bahwa dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun


internasional, Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan sudah tidak sesuai lagi sehingga dibutuhkan perubahan
peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara
secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan
lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan;

2
Undang-Undang No.4 Tahun 2009 ini menjadi landasan bagi seluruh
aktivitas pertambangan untuk dioperasionalkan dengan baik dan benar sesuai
hukum yang berlaku. Baik dan benar dari dua persfektif yakni dari Pelaku Bisnis
dan Pemerintah. Dalam praktik pertambangan yang baik harus sinkron antara
kepentingan pembuat regulasi dan kepentingan pemegang izin usaha pertambangan
(IUP). Pemerintah harus mampu memberikan kepastian dan kejelasan mengenai
peraturan dan kebijakan pertambangan pada satu sisi,sementara pemegang izin
usaha pertambangan (IUP) harus mentaati peraturan dan kebijakan yang berlaku di
tempat tersebut pada sisi yang lain.Dalam rangka pengelolaan pertambangan yang
baik dan benar ini, maka terdapat dua unsur utama yang melaksanakannya, yaitu
pelaku bisnis dan pembuat kebijakan. Agar tercapai maksud pengelolaan tersebut
diatas, maka pelaku bisnis dalam mengelola pertambangan haruslah
melaksanakannya dengan baik dengan selalu memperhatikan beberapa hal antara
lain: efisiensi, keuntungan yang wajar, resiko yang rendah, kepedulian terhadap
lingkungan dan kepedulian terhadap masyarakat.

Gambar 1.1 pelaku bisnis dan kebijakan

Sedangkan bagi pembuat kebijakan beberapa hal yang wajib menjadi


perhatiannya antara lain adalah pembangunan masyarakat dan daerah dapat berjalan
baik, pembangunan dapat berkelanjutan, menekan agar pelaku bisnis taat terhadap
aturan, melaksanakan kegiatan berpedoman pada azas konservasi bahan galian agar
dapat meningkatkan nilai tambah dan menekan terjadinya kecelakaan serta
pentingnya melaksanakan perlindungan terhadap lingkungan. Peran birokrat
(pembuat kebijakan) pada hakekatnya adalah membuat kebijakan yang tepat dan
kondusif, menjamin keamanan, menjamin kepastian hukum menjadi fasilitator
yang baik serta membuat pedoman terhadap pelaksanaan kegiatan. Undang-Undang
No.4 Tahun 2009 Pasal 95 (a) menyebutkan bahwa Pemegang IUP dan IUPK wajib
menerapkan kaidah pertambangan yang baik.

3
2.2 Aspek-aspek dan Penerapan Good Mining Practice

Sesuai dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara, ada beberapa aspek yang perlu dilaksanakan dalam Good mining Practice
(GMP) yaitu:

1. Perizinan dan Aspek Legalitas

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan)


3. Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan)
4. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pertambangan, Termasuk
Reklamasi dan Pasca Tambang
5. Upaya Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
6. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan bai cair,
padat, gas sampai memenuhi baku mutu lingkungan.
Jika melihat aspek yang tercantum dalam UU No 4 Tahun 2009, maka teknik
pertambangan yang baik (GMP) bukan hanya semata menata tambang menjadi rapi,
namun juga sangat memperhatikan aspek K3, KO dan Lingkungan,
serta Sustainable Mining dengan melakukan konservasi terhadap sumberdaya yang
ditambang.

1. Perizinan dan Aspek Legalitas

Pertambangan yang baik adalah kegiatan pertambangan yang mematuhi


ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di daerah atau negara
tempat aktivitas pertambangan tersebut dilaksanakan.. Dalam praktik
pertambangan yang baik harus sinkron antara kepentingan pembuat regulasi dan
kepentingan pemegang izin usaha pertambangan (IUP). Pemerintah harus mampu
memberikan kepastian dan kejelasan mengenai peraturan dan kebijakan
pertambangan pada satu sisi, sementara pemegang izin usaha pertambangan (IUP)
harus mentaati peraturan dan kebijakan yang berlaku di tempat tersebut pada sisi
yang lain.

4
Gambar 2.1 Diagram Alur Proses Perijinan Tambang dari IUP Eksplorasi hingga IUP
Operasi Produksi

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

Keputusan Me nteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/M.P/1995


ditetapkan tanggal 22 mei 1995, pasal 23 keselamatan dan kesehatan kerja pada
setiap kegiatan usaha pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja
serta atau luasnya pekerjaan, Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat
mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasi yang menangani
Keselamtan dan Kesehatan Kerja yang berada dibawah pengawasan Kepala Teknik
Tambang. Pada pasal 25 Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
melengkapi tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 23, dalam
pelaksanaanya dapat membentuk kelompok kerja (komite) pada setiap jenjang
struktur yang mempunyai tugas :

1. Secara teratur melakukan pemeriksaan bersama-sama mengenai setiap


aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta masalah-masalah yang ada
kiatannya yang telah ditemkan ditambang dan mengusulkan tindakan-
tiindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ketempat-tempat kerja ditambang
dalam melaksanakan funsinya.

5
Gambar 2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipertambangan

Teknik pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dituntut untuk


dapat menjalankan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja dengan memperhatikan
regulasi-regulasi yang ada untuk menjamin keselamatan pekerja. Perusahaan
diminta untuk melakukan pengelolaan terhadap operasional dengan cara:
1. Melakukan Identifikasi bahaya pada semua aktifitas yang akan dikerja
untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat sehingga tidak
mengakibatkan kecelakaan.
2. Membuat prosedur operasi atau prosedur kerja yang mengatur tentang tata
cara kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja dan regulasi
yang berlaku.
3. Mengatur tentang tata cara kerja khusus seperti bekerja di ketinggian,
bekerja dalam ruang terbatas (confined space), bekerja di dekar air, dan lain
sebagainya.
4. Menetapkan dan memberikan Alat pelindung diri dan alat keselamatan
kepada pekerja
5. Melakukan pengelolaan terhadap lingkungan kerja
6. Melakukan Pengelolaan terhadap Kesehatan Kerja
Memastikan kompetensi pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu
melalui pendidikan dan pelatihan serta memasang tanda-tanda/rambu terkait
keselamatan dan kesehatan kerja.

6
3. Keselamatan Operasi Pertambangan

Sistem Manejemen Keseamatan Kesehatan Kerja Pertambangan (SMK3P)


yang diatur dalam PERMEN ESDM NO.38 Tahun 2014. Syarat K3 ini harus ada
di dalam setiap perencanaan, pembuatan, produksi, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaia, penggunaan, pemeliharaan, penyimpanan
bahan, dan yang lainya yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan di tempat
kerja.

2.3 Keselamatan operasi pertambangan

Selain K3 Pertambangan, Aspek yang perlu diperhatikan dalam


menerapkan Teknik Pertambangan Yang Baik (Good Mining Practice) adalah
Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan). Keselamatan Operasi
Pertambangan bertujuan untuk menjamin dan melindungi operasional tambang
yang aman, efisien, dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan
beberapa upaya berikut:
1. Pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2. Melakukan Pengamanan Instalasi (Kelistrikan, Hydraulic, Pneumatic, dan
lain-lain)
3. Menjamin Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan
4. Memenuhi Kompetensi Teknik pekerja untuk dapat melakukan pekerjaan
dengan baik dan aman
5. Melakukan Evaluasi terhadap kajian teknis pertambangan

7
4. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Penglolahan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, kegiatan ini bertujuan untuk mencegah,
mengurangi atau menaggulangi (mitigasi) dampak lingkungan dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, pemgoprasiandan
pemeliharaan jalan hingga tahap evaluasi pasca pembangunan jalan perlu dipantau
agar tercantum didokumen RPL atau UPL

2.4 Penglolahan dan pemantauan lingkungan pertambangan

Suatu industri pertambangan yang telah melaksanakan kaidah


penambangan yang baik (Good Mining Practice) harus senantiasa memperhatikan
keberlangsungan lingkungan hidup dengan tetap berwawasan lingkungan. Segala
mecam bentuk perijinan terkait lingkungan harus dipenuhi termasuk di dalamnya
adalah AMDAL atau UKL/UPL.
Aspek dampak pada setiap kegiatan harus dilakukan identifikasi serta perlu
dilakukan pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan untuk memperkecil dampak
negatif yang dapat ditimbulkan. Pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan dapat
berupa:

1. Kualitas Air Sungai


2. Kualitas Udara
3. Emisi
4. Kebisingan dan Getaran
5. Potensi Air Asam Tambang
6. Keanekaragaman Flora dan Fauna
7. Kualitas Tanah

8
5. Konservasi Sumber daya Mineral dan Batubara
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
No.26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara.

2.5 Konservasi sumber daya mineral dan batubara

Suatu perusahaan yang menerapkan Good Mining Practice juga perlu


memperhatikan ketersediaan sumberdaya yang ada, jika melihat sifat dasar mineral
dan batu bara yang merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non-
renewable), maka perlu dilakukan konservasi agar industri pertambangan tetap
sustainable.

Sesuai dengan PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan


Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 25,
bahwa pengawasan Konservasi sumberdaya Mineral dan Batubara paling sedikit
harus mencakup:

1. Recovery Penambangan dan Pengelolaan


2. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan mineral
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral
kadar rendah
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan

9
5. Pendataan sumberdaya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang
6. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian

6. Penglolahan Sisa Tambang (Padat,Cair,Gas) Agar Sesuai Baku Mutu


Lingkungan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Reoublik Indonesia
No.34 Tahun 2017 tentang perizinan dibidang pertambangan mineral dan batubara,
pasal 26 ayat E penglolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkugan
sebelum dilepas ke media lingkungan.

2.6 Penglolahan sisa tambang

Untuk menjamin tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan, maka semua


sisa kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan pengelolaan sebelum dilepas
ke lingkungan. Pengelolaan dilakukan pada sisa tambang baik yang berupa padat,
cair, maupun gas. Beberapa contoh pengelolaan sisa kegiatan usaha pertambangan
adalah:

1. Pengelolaan Air sisa pekerjaan dan Air Asam Tambang


2. Pengelolaan PAF dan NAF
3. Pengelolaan Limbah B3
4. Pemantauan Emisi Gas Buang
5. dan lain-lain

10
2.3 Paradigma Good Mining Practice
Pernyataan dari sekelompok masyarakat bahwa pertambangan merusak
lingkungan tersebut wajar jika dilihat bagaimana kegiatan pertambangan
mengubah bentang alam, yang mau diketahui masyarakat adalah bagaimana lahan
yang bekas tambang tersebut dapat kembali seperti semula. Namun perlu diketahui,
setiap pembangunan akan ada hal yang berubah, memiliki dampak positif dan
negatif. Telah begitu banyak pandangan miring masyarakat terhadap dunia
pertambangan. Pemikiran seperti tersebut wajar, dikarenakan hanya sebagian besar
dari masyarakat yang mengetahui dan paham tentang pertambangan. Hal ini
mungkin dikarenakan penyampaian atau sosialisasi yang tidak komplit terhadap
masyarakat, sehingga muncul kecurigaan-kecurigaan dan pandangan miring
terhadap Industri Pertambangan. Masyarakat sudah kecewa duluan dikarenakan
maraknya Industri pertambangan yang begitu saja meninggalkan lahan bekas
tambang tanpa selesai atau bahkan tidak direklamasi sama sekali, yang berujung
terhadap tewasnya orang dikolam bekas tambang. Sesuai dengan pasal 33 yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat”.
Industri pertambangan yang diharapkan mampu menyejahterakan masyrakat,
namun kenyataannya jauh dari apa yang diharapkan. Hanya segelintir orang yang
merasakannya. Sehingga muncul kercurigaan terhadap oknum yang terlibat dalam
pertambangan, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Pertambangan, dll. Masyarakat justru antipati terhadap pertambangan, dikarenakan
banyaknya lahan bekas tambang yang tidak ditutup, pencemaran udara, tanah, dan
DAS. Sehingga wajar-wajar saja jikalau pandangan masyarakat yang rasional
seperti itu dikarena memang fakta yang terjadi, yang dapat dilihat oleh mata
masyrakat memang seperti itu.

Namun sebagai warga negara yang baik, kita tidak bisa menutup diri atas
pertambangan. Setiap kegiatan industri pasti memiliki dampak positif dan negatif.
Selama ini dampak positif yang diberikan oleh Industri pertambangan kurang
terekpos ke masyarakat. Selama ini perusahaan pertambangan juga telah melakukan
dan memberikan hal yang positif terhadap masyarakat.

Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan pertambangan yang mentaati


aturan, terencana dengan baik, menerapkan teknologi yang sesuai yang
berlandaskan pada efektifitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan galian,
mengendalikan dan memelihara fungsi ingkungan, menjamin keselamatan kerja,
mengakomodir keinginan dan partisipasi masyarakat, menghasilakan nilai tambah,
meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar serta menciptakan
pembangunan yang berlanjutan.

Dengan adannya good mining practice diharapkan mendapat hasil yg


optimal dan dampak buruk yang minimal. Good mining practice mengatur mulai

11
dari awal penyelidikan umum, ekplorasi, ekploitasi, dan bahkan hingga pasca
tambang. Untuk tercapainya pertambangan yang baik dan benar tersebut maka perlu
manajemen pertambangan yang baik dan benar dari perusahaan, dan pengawasan
dari pemerintah. Dengan good mining practice hal-hal seperti kerusakan
lingkungan, limbah bekas tambang, kecelakaan kerja, kasus kematian di danau
bekas tambang, dll dapat diminimalisir.

Pemerintah sebagai pemberi izin dan fungsi kontrol terhadap perusahaan


pertambangan harus memastikan bahwa perushaan tersebut memiliki izin
lingkungan (AMDAL) sebelum melakukan kegiatan operasinya (Permen LH No.5
tahun 2012) untuk mencegah kerusakan kerusakan ataupun potensi yang mungkin
terjadi nantinya akibat kegiatan pertambangan, sehingga dapat dilakukan penangan
terhadap hal tersebut. Menjamin kegiatan reklamasi terlaksana sesuai dengan UU
Nomor 4 Tahun 2009 (pasal 95-112),pemerintah harus selalu memantau penerapan
reklamasi dan pasca tambang yang dilakukan oleh perusahaan,pemerintah
menjamin terlakasananya Permen N0.7 Tahun 2014 mengenai jaminan reklamasi,
sehingga Pemerintah dan masyrakat tidak takut jikalau nantinya harga tambang
menurun ataupun perusahaan pertambangan tersebut bangkrut. Pemerintah
memiliki dana yang dapat digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang.

2.4 Kegunaan Good Mining Practice

Penerapan good mining practices akan memberi manfaatkan sebesar-


besarnya bagi masyarakat, perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal
secara aman, masyarakat merasakan peningkatan kesejateraanya, pemerintah tidak
kesulitan dalam pengawasan dan penerapan peraturan, dan lingkuungan masih
produktif. Sebaliknya jika pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar,
maka akan berakibatkan pada :

1. kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan


2. hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis
3. produksi akan tersendat/tidak lancar
4. kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi
5. pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul
6. terjadinya pemborosan bahan galian
7. pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya
8. semua pihak akan mendapat rugi ( pemerintah perusahaan dan masyarakat)
9. kegiatan pertambangan akan dituding sebagai suatu kegiatan yang merusak
lingkungan

12
BAB III
KESIMPULAN

Beberapahal yang dapatdisimpulkandariuraiandiatasadalah :

1. Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan


merusak lingkungan jika Praktek Pertambangan yang baik dan benar (Good
Mining Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh kesadaran,
terutama dari pelaku kegiatan / pelaku bisnis
2. Standarisai kegiatan pertambangan harus dilakukan sesuai SNI dan SKKNI
serta Keputusan Menteri ESDM pertambangan umum yang telah berlaku.
Penerapan standar yang telah diberlakukan ini merupakan aturan bagi
perusahaan untuk diterapkan dalam operasi usaha pertambangan.
3. Dalam Implementasi praktek pertambangan yang baik dan benar ini, semua
pihak (Pemerintah, Pelaku bisnis dan masyarakat) harus berperan aktif dan
saling melakukan kontrol.
4. Bimbingan dan pengawasan terutama dari unsur birokrat, harus sudah mulai
dilaksanakan sejak pada tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca
tambang. Sedangkan masyarakat dapat turut membantu melakukan
pengawasan pada tahap kegiatan dilaksanakan sampai dengan tahap pasca
tambang.
5. Dengan sistim kontrol demikian, diharapkan suatu kegiatan pertambangan
dapat terlaksana dengan baik dan mendatangkan kebaikan bagi semua
pihak.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Suyartono, dkk.2003.”Good Mining Practice”.Studi Nusa.Semarang


2. Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara, Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
3. http://umarullahsaleh.blongspot.co.id/2015/04/pengelolaan-
pertambangan-yang-baik-dan_12.html
4. http://darmawansaputra.com/apa-itu-good-mining-practice-gmp-dan-
bagaimana-penerapannya.com

14

Anda mungkin juga menyukai