KUM
TEKNI
KPELEDAKAN
2019
DI
SUSUN OLEH:
TI
M ASI
STEN
LABORATORI
UM PENGEBORAN DAN PELEDAKAN
LABORATORI
UM PENGEBORANDANPELEDAKAN
JURUSANTEKNIKPERTAMBANGAN
FAKULTASTEKNOLOGII
NDUSTRI
UNI
VERSITASMUSLI
MINDONESI
A
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Praktikum Peledakan ini disusun agar menjadi pedoman dalam
mempelajari tentang kegiatan peledakan dalam duia pertambangan, terutama bagi Mahasiswa
peserta Praktikum Peledakan di Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia.
Buku Panduan ini merupakan edisi revisi dari Panduan Praktikum Peledakan Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia yang dibuat pada tahun 2018. Semoga
Buku Panduan ini bermanfaat bagi pembaca.
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNIK PELEDAKAN LABORATORIUM
PENGEBORAN DAN PELEDAKAN 2019/2020
ATURAN BERPAKAIAN
1. PRAKTIKAN LAKI-LAKI
Memakai Celana Kain Warna Hitam
Memakai Rompi dan kemeja ( pdh organisasi tidak diperbolehkan )
Tidak dalam pengaruh obat-obatan terlarang
Tidak merokok selama praktikum berlangsung, saat asistensi, dan selama
berada di area lab
Tidak memakai perhiasan, kecuali jam tangan
2. PRAKTIKAN PEREMPUAN
Memakai Rok Hitam, Tidak boleh ketat (span), tidak memiliki belahan dan
panjang rok harus melewati mata kaki
Memakai Jilbab Warna Hitam dan menutupi dada
Memakai rompi dan kemeja
Tidak mengumbar aurat
Tidak memakai makeup secara berlebihan
Tidak memakai perhiasan kecuali jam tangan
ATURAN UMUM
1. Praktikan diwajibkan mengikuti asistensi umum (Tidak mengikuti asistensi
umum = batal mata acara 1)
2. Hadir tepat waktu saat praktikum dimulai, batas toleransi 15 menit.
3. Membawa alat dan bahan tiap praktikum sesuai arahan asisten.
4. Tidak diperkenankan pindah frekuensi kecuali urgent
5. Tidak diperkenankan mengikuti mata acara selanjutya jika mata acara
sebelumnya belum ACC
6. Dilarang menggunakan handphone selama praktikum kecuali ada arahan dari
asisten
7. Dilarang mengobrol diluar topik yang sedang dibicarakan.
8. Dilarang makan tanpa seizin asisten.
9. Diperbolehkan minum dengan catatan hanya air mineral.
10. Menyelesaikan problem set sebelum keluar dari laboratorium dan tidak boleh
mengambil data dari teman kecuali problem set untuk kelompok
11. Setelah selesai praktikum dan asistensi diwajibkan membersihkan sebelum
meninggalkan lab.
12. Menjaga kebersihan lab dan area lab
13. Mengikuti segala aturan lab dan bersedia menerima sanki sesuai dengan
pelanggaran
iii
ATURAN ASISTENSI
1. Praktikan diperbolehkan untuk asistensi pribadi
2. Batas asistensi pukul 17.00
3. Membawa perlengkapan asistensi (lembar asistensi, modul dan Kartu kontrol)
4. Pakaian kemeja bebas rapih
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi-v
Mata Acara
KRITERIA
PENGGALIAN
1
Tujuan:
Menentukan kriteria penggalian dari suatu massa batuan yang
cocok untuk dilakukan peledakan.
Praktek:
Melakukan penghitungan RMR dan Q-Sistem dari suatu batuan
menggunakan prototype coring.
Peralatan
Prototype
Alat pengukur satuan panjang
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
TEORI DASAR
KRITERIA ANALISIS PENGGALIAN
KriteriaPenggalian- 2
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 3
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
3. INDEKS EKSKAVASI
Dalam upaya memudahkan pendugaan kemampugaruan suatu massa
batuan, Kirsten (1982) mengklasifikasikan massa batuan menurut sifat fisik
(Ms), relativitas orientasi struktur massa batuan terhadap arah penggalian dan
KriteriaPenggalian- 4
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
RQD Jr
N = Ms x Jn x JS x Ja
Keterangan :
KriteriaPenggalian- 5
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 6
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
dengan set kekar (0)-1 dengan set kekar (0)-2 1:1 1:2 1:4 1:8
180/0 90 1 1 1 1
0 85 0.72 0.67 0.62 0.56
0 80 0.63 0.57 0.50 0.45
0 70 0.52 0.45 0.41 0.38
0 60 0.49 0.44 0.41 0.37
0 50 0.49 0.46 0.43 0.40
0 40 0.53 0.49 0.46 0.44
0 30 0.63 0.59 0.55 0.53
0 20 0.84 0.77 0.71 0.68
0 10 1.22 1.10 0.99 0.93
0 5 1.33 1.20 1.09 1.03
0/180 0 1 1 1 1
180 5 0.72 0.81 0.86 0.90
180 10 0.63 0.70 0.76 0.81
180 20 0.52 0.57 0.63 0.67
180 30 0.49 0.53 0.57 0.59
180 40 0.49 0.52 0.54 0.56
180 50 0.53 0.56 0.58 0.60
180 60 0.63 0.67 0.71 0.73
180 70 0.84 0.91 0.97 1.01
180 80 1.22 1.32 1.40 1.46
180 85 1.33 1.39 1.45 1.50
180/0 90 1 1 1 1
KriteriaPenggalian- 7
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 8
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
6. KLASIFIKASI KEMAMPUGARUAN
Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang
melibatkan parameter mesin penggaru dan sifat-sifat fisik, mekanik dan
dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi Kemampugaruan (rippability
chart). Tabel 3 adalah klasifikasi penggaruan menurut Weaver (1975) yang
sudah sering dipakai oleh para kontraktor penggalian dan kriterianya
didasarkan pada pembobotan total dari parameter pembentuknya bersamaan
dengan daya bulldozer yang diperlukan. Parameter yang dipakai dalam
klasifikasi ini adalah kecepatan seismik, kekerasan batuan, tingkat pelapukan,
jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak pemisahan kekar dan orientasi kekar
terhadap penggalian.
KriteriaPenggalian- 9
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
Kelasbatuan I II III IV V
Dekripsi Sangatbaik Baik Sedang Buruk Sangatburuk
Kecepatanseismi > 2150 2150-1850 1850-1500 1500-1200 1200-450
k (m/s)
Bobot 26 24 20 12 5
Kekerasan Eks. keras Sangatkeras Keras Lunak Sangatlunak
Bobot 10 5 2 1 0
Pelapukan Tdk. lapuk Agaklapuk Lapuk Sangatlapuk Lapuk total
Bobot 9 7 5 3 1
Jarakkekar > 3000 3000-1000 1000-300 300-50 < 50
(mm)
Bobot 30 25 20 10 5
Kemenerusanke Tdk. Agakmeneru Menerus - Menerus-be- Menerusdgn.
kar menerus s tdkada gouge berapa gouge gouge
Bobot 5 5 3 0 0
Gouge kekar Tdkadapemi Agakpemisah Pemisahan Gouge < 5 Gouge > 5
sahan an < 1mm mm mm
Bobot 5 5 4 3 1
Orientasikekar Sgt. Tdk. me- Agaktdk me- Mengun- Sgt.
mengun- nguntungkan nguntungkan tungkan mengun-
tungkan tungkan
Bobot 15 13 10 5 3
Bobot total 100-90 90-70 70-50 50-25 <25
Penaksirankema Peledakan Eks. Sangatsusahg Susahgaru Mudahgaru
mpugaruan susahgaru&le aru
dak
Pemilihantrakto - D9G D9 / D8 D8 / D7 D7
r
Horse power 770-385 385-270 270-180 180
Kilowatt 575-290 290-200 200-135 135
KriteriaPenggalian- 10
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 11
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
Keterangan :
SV = Kecepatan seismik
Hd = Kekerasan batuan
Ab = Abrasivitas
Wea = Pelapukan
dsw = Jarak kekar
Jp = Persistensi kekar
Jsp = Pemisahan kekar
Jor = Orientasikekar
KriteriaPenggalian- 12
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 13
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
RQD =
1. RQD =
RQD =
RQD = 84 %
2. RQD =
RQD =
RQD = 73 %
KriteriaPenggalian- 14
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa batuan
diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992 seperti Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan nilai RQD dan kualitas batuan
RQD ( % ) Kualitas Batuan
<25 Sangat jelek ( very poor )
25-50 Jelek ( poor )
50-75 Sedang ( fair )
75-90 Baik ( good )
90-100 Sangat baik ( excellent )
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation ( RQD
diberi bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti tertera pada tabel 7.
Tabel 7. Bobot kualitas batuan berdasarkan nilai RQD
RQD ( % ) Kualitas Batuan Rating
<25 Sangat jelek ( very poor ) 20
25-50 Jelek ( poor ) 15
50-75 Sedang ( fair ) 10
75-90 Baik ( good ) 8
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 5
KriteriaPenggalian- 15
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 16
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
lapuk.
Dalam perhitungan RMR, parameter – parameter di atas diberi bobot
masing – masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi
diskontinuitas. Pemerian bobot berdsarkan pada tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan nilai RMR bersdasarkan 5 parameter
Parameter Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20m >20m
diskontinuitas 6 4 2 1 0
(Persistence/
continuity )
Jarakantar - <0.1mm 0.11>0m 1-5mm >5mm
permukaan m
diskontinuitas 6 5 4 1 0
Kekasarandiskontinuit Sangat Kasar Sedikit Halus Slicken-
as ( kasar kasar side
roughness ) 6 5 3 1 0
Material Pengisi ( Tidak Keras Lunak
infilling / gouge ) ada
6 4 2 2 0
Kelapukan Tidak Sedikit Lapuk Sangat hancur
( weathering ) lapuk Lapuk lapuk
6 5 3 1 0
KriteriaPenggalian- 17
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
dimana :
RMRbasic = parameter ( a+b+c+d+e )
KriteriaPenggalian- 18
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 19
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
Tabel 1. RQD
KriteriaPenggalian- 20
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 21
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 22
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 23
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
KriteriaPenggalian- 24
MATA ACARA
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
PELEDAKAN
DETONATOR
2
• Tujuan
- Mengenal dan mengetahui peralatan dan perlengkapan peledakan
- Memahami kegunaan peralatan dan perlengkapan peledakan
- Membedakan perbedaan peralatan dan perlengkapan
- Mempelajari lebih luas tentang detonator
- Mempelajari Jenis, bagian-bagian dan kegunaan detonator
• Praktek
Peragaan peralatan dan perlengkapan peledakan
Menggambarkan jenis-jenis detonator beserta bagian-bagiannya
• Peralatan
Alat Peraga
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI
Didalam istilah peledakan ada yang namanya perlengkapan dan juga peralatan peledakan.
Karena dua kata ini selalu dianggap orang memiliki arti yang sama maka ada baiknya kita jelaskan
arti dari masing-masing kata agar mengerti apa perbedaan dari dua kata tersebut.
1. Peralatan
Peralatan peledakan (Blasting Equipment) ialah alat-alat yang diperlukan untuk menguji dan
menyalakan rangkaian peledakan, sehingga alat tersebut dapat dipakai berulang kali. Peralatn
peledakan antara lain :
a. Mesin Bor dan Kompresor
Sumber energi penghasil gaya adalah udara bertekanan tinggi (Pneumatic) yang
dihasilkan dari kompresor dan sekaligus sebagai tenaga penggerak unit alat bor untuk
berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Konsumsi udara yang diperlukan tergantung
pada ukuran mesin bor, makin besar ukuran mesin akan diperlukan konsumsi udara yang
besar pula.
Mata bor (Drill Bit) akan meneruskan energi putaran dan tekanan dari batang bor ke
batuan (Gambar 3)
d. Blasting Machine
Alat yang berfungsi untuk menghasilkan listrik untuk memicu dan membangkitkan panas yang
menyalakan detonator. Dimana sistem kerja dari alat ini adalah menghasilkan arus listrik searah (DC).
Ada 2 jenis tipe blasting machine, yaitu tipe generator dan tipe baterai. Dimana untuk tipe generator,
mengumpulkan energi listrik menggunakan gerakan mekanis dengan cara memutar engkol (handle) yang
telah disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah maksimum dan siap dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan. Sedangkan
untuk tipe baterai pengumpulan energi listrik dihasilkan dari baterai yang digunakan yaitu dengan cara
mengontakan kunci kearah “starter” dan setelah lampu indikator menyala
berarti kapasitor penuh dan arus sudah maksimal serta siap dilepaskan.
Gambar 1.1
Blasting Machine Tipe Generator
Gambar 1.2
Blasting Machine Tipe Baterai
e. Crimper
Sejenis alat penjepit khusus yang digunakan untuk menjepit atau mengikat kuat detonator
biasa dengan sumbu api.
Gambar 1.3
Crimper
Gambar 1.4
Kabel Utama
2. Perlengkapan
Perlengkapan peledakan adalah semua bahan atau kelengkapan yang dapat digunakan hanya untuk
satu kali peledakan saja. Hal itu dikarenakan perlengkapan adalah bahan baku pada kegiatan peledakan
ini. Dan perlengkapan peledakan ini akan rusak atau hancur hanya dalam sekali pakai, maka dari itu
sudah tidak dapat digunakan kembali.
a. Detonator
Adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai
bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Isian
utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitif). Fungsinya adalah menerima
efek panas dengan sangat cepat dan meledak menimbulkan gelombang kejut.
Gambar 2.1
Detonator
Gambar 2.2
Sumbu api
c. Sumbu Ledak
Sumbu ledak adalah sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi
sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa menggunakan detonator didalam
lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai sifat tidak sensitif terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan
listrik statis.
Merupakan bahan peledak dengan daya ledak paling tinggi diantara semua jenis handak yang
dipakai di dunia pertambangan saat ini. Merupakan pencampuran proses pelelehan dari TNT (Tri
Nitro Toluena) dengan PETN (Penta Erytrithol Tetra Nitrate).
f. Bahan Peledak
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau
ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat yang hasil reaksinya
sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara
kimia lebih stabil. Contohnya dalah ANFO, TNT dan lain - lain.
3. Metode Peledakan
Secara garis besar, sesuai dengan perkembangan teknologi, metode peledakan dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Metode sumbu api (cap & fuse method)
b. Metode sumbu ledak
c. Metode listrik
d. Metode non listrik (Nonel)
Secara lebih jelas, peralatan dan perlengkapan untuk setiap metode peledakan dapat dilihat
1. Sumbu ledak
2. Detonatring Relay/
Tergantung detonator yang
Dellay connector
SUMBU LEDAK dipakai
3. Initator (detonator
listrik/biasa)
Perlengkapan Peledakan -
32
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
DETONATOR
1. Detonator
Adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai
bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.
Detonator disebut dengan blasting capsule atau blasting cap. Adapun pengelompokkan jenis detonator
didasarkan atas sumber energi pemicunya, yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang mampu
memberikan energi panas didalam detonator, sehingga detonator meletup dan rusak. Spesifikasi fisik
dari detonator secara umum sebagai berikut:
Detonator-
33
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
g. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitif),
berfungsi menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak menimbulkan
gelombang kejut. Bahannya disebut ASA, yaitu campuran lead azide atau lead
stypnate dan aluminium.
h. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat
dengan VoD tinggi. Fungsinya menerima gelombang kejut dan meledak dengan
kekuatan besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut. Jenis bahan
peledaknya adalah PETN, TNT, atau kombinasi keduanya dengan perbandingan
tertentu.
b. Jenis-jenis detonator
Detonator biasa (plain detonator)
Detonator listrik (electric detonator)
Detonator nonel (nonel detonator)
Detonator elektronik (electronic det.)
1. Detonator Biasa
c. Bagian-bagian utama dan mekanisme peledakannya
Bagian-bagian utama detonator biasa adalah Ramuan Pembakar (ignition
mixture), Isian Utama (primary charge), dan Isian Dasar (base charge).
Terdapat ruang kosong pada salah satu ujungnya yang berfungsi untuk
menyisipkan sumbu api atau sumbu bakar atau safety fuse.
Mekanisme peledakan detonator biasa diawali dari sumber panas yang berasal
langsung dari api melalui sumbu api yang akan membakar Ramuan Pembakar.
Panas yang ditimbulkan oleh Ramuan Pembakar akan menginisiasi Isian
Utama, yang selanjutnya meledakkan Isian Dasar
Detonator-
34
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
ramuan pembakar
isian utama
kekurangan
Detonator-
35
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
c. Ciri-ciri khusus:
5. Detonator listrik
penyumbat
penyumbat
waktu tunda
isian utama
isian dasar
DELAY
Detonator-
36
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
Kelebihannya
Kelemahannya:
1. Tidak boleh digunakan pada cuaca mendung apalagi disertai kilat, karena
kilatan dapat mengaktifasi aliran listrik, sehingga terjadi peledakan premature.
2. Dipengaruhi gelombang radio, televisi, dan “arus liar” atau stray currents dan
listrik statis (static electricity) dari dalam bumi serta arus listrik lainnya dapat
mengaktifasi aliran listrik pada detonator
3. Membutuhkan peralatan peledakan khusus listrik, yaitu sumber arus listrik, alat
penguji tahanan, penguji arus, detektor kilat dan peralatan listrik lainnya yang
memerlukan biaya.
c. Ciri-ciri khusus:
1. Dilengkapi sepasang kawat (kabel) dengan warna yang berbeda keluar dari
detonator yang disebut leg wire
2. Terdapat waktu tunda yang ditempel pada ujung kawat dengan penomoran dari
0, 1, 2, 3, …. dst
3. Kedua ujung kawat selalu dihubungkan sebelum dilakukan perangkaian
d. Sifat-sifat penting:
1. Bisa meledak bila terkena panas yang berlebih atau dibakar, dipukul-pukul, dan
dibanting keras.
2. Dapat terinisiasi oleh arus liar (stray currents), listrik statis (static electricity)
dari dalam bumi, petir atau kilat serta arus listrik lainnya dapat mengaktifasi
aliran listrik
3. Untuk menginisiasi harus digunakan alat pemicu khusus yang disebut blasting
machine atau exploder
Detonator-
37
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
memotong ultrasonic seal ini karena uap air akan masuk kedalam sumbu dan
dapat menyebabkan gagal ledak. Sumbu nonel terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Lapisan luar: untuk ketahanan terhadap goresan dan perlindungan terhadap ultra
violet
b. Lapisan tengah: untuk daya regang dan ketahanan terhadap zat kimia
c. Lapisan dalam: menahan bahan kimia reaktif, yaitu jenis HMX atau
octahydrotetranitrotetrazine dan aluminium. HMX bersuhu stabil dan memiliki
densitas serta kecep detonasi yang tinggi.
Untuk menginisiasi digunakan alat pemicu khusus yang disebut Shot firer atau Shot
gun atau menggunakan detonator listrik atau biasa nomor 8. Ketika inisiasi impact
dilakukan, transmisi signal energi rendah bergerak disepanjang sumbu dgn kecepatan
propagasi enam kali kecepatan suara (2000 m/s), shg detonator nonel meledak.
a. In-hole atau down line, yaitu satu set detonator nonel yang dimasukan ke dalam
lubang ledak (sebagai primer)
b. Trunkline atau surface, yaitu satu set detonator nonel yang dipasang di permukaan
sebagai penyambung antar lubang
c. Control line, adalah satu baris sambungan nonel sebagai pengontrol inisiasi seluruh
lubang ledak. Letaknya tergantung pola peledakan yang dikehendaki. Pada
peledakan tambang terbuka, umumnya diletakkan paling depan sejajar dengan
bidang bebas, tapi bila digunakan pola peledakan Box Cut diletakkan pada baris
tengah sejajar bidang bebas
d. Dengan demikian waktu tunda (delay system) pada peledakan nonel dapat terjadi di
dalam lubang ledak maupun dipermukaan.
Detonator-
38
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
Laboratoorium Teknik Peledakan – Universitas Muslim Indonesia
Detonator-
39
MATA ACARA
MenurutManon,permissibleexplosivesdigolongkandalambahanpeledaklemah, hal
tersebut kurang tepat, karena tidak semua permessible explosives merupakan bahan
peledak lemah. Sebenarnya masih ada beberapa cara dalam menyusun klasifikasi bahan
peledak, antara lain:
BahanPeledak
VOD>Vsonic
Tekanan >300 VODella < Vsonic
MPaContoh= Tekanan<100MPa
Dinamit contoh:blackpouder
Menurut mike smith ( mining magazine, feb. 1988) bahan peledak dibagi
menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explosives)
b. Blastingagents
c. Speciallyexplosives
d. Explosivesubtitues
Eksplosives
2. Bahan PeledakKimia
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat dengan
sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition). Penguraian ini
menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas bertekanan tinggi,
karena gas-gas tersebut menggembung pada suhu yang tinggi akibat panas yang
dihasilkan dari reaksi eksotermis.
Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama tergantung pada
jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan. Ada dua macam istilah untuk reaksi
yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu detonation dan deflagration. Detonation
menunjukan reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak dengan kecepatan suara yang
menyebabkan shattering effect, sedangkan deflagration menyebabkan heaving effect .
Tabel 4.2 klasifikasi bahan peledak menurut anon
3. Bahan PeledakLemah
Bahan peledak lemah merupakan campuran dari potsium nitrat atau sodium
nitrat, sulphur, dan charcoal yang biasa disebut dengan black pouder. Black powder
diproduksi dalam dua bentuk, yaitu :
Granular atau black blasting powder yang berbentuk butiran kecil; biasanya dikenal
dalam tong seberat 25pound
Pelleted atau pellet pouder yang berbentuk silinder. Ada dua macam black blasting
powder, yaitu:
Grade a adalah black blasting powder yang mengandung saltpeter atau potassium
nitrat, charcoal, dan sulsur (75% : 15% : 10%). Bahan peledak ini
lebihcepatreaksinya,sedikitlebihberatdankuranghigrokopisdibandingkan dengan
gradeb.
Grade b adalah black blasting powder yang mengandung sodium nitrate,
charcoal, dan sulfur (72% : 16% :12%).
Kecepatanpembakaran(burningspeed)dariblackblastingpowderdikontrololehukur
an butir. Semakin kecil ukuran butirnyaakan semakin cepat pembakaran atau reaksi
kimianya.
Beberapa bahan dapat mempunyai fungsi lebih dari satu. Bahan peledak dasar
adalah bahan yang berbentuk padat atau cair yang apabila dikenakan panas yang tinggi
atau kejutan(shock)akanteruraimenjadiprodukyangberupagas-gasdisertaipelebasanatau
pembebasan energi panas yangbesar.
Combustibles dan oxigen carriers ditambahkan dalam suatu bahan peledak untuk
mendapatkan oxigen balance yang baik untuk menghindari terbentuknya NO2 (nirogen
oxide) atau CO (carbon monoksida). Antacid ditambahkan dalam campuran suatu bahan
peledak untuk menambahkan stabilitas pada waktu penyimpanan dan absorbends
digunakanapabiladiperlukanuntukmenyerapbahanpeledakdasaryangberbentukcair.
5. Sifat-Sifat BahanPeledak
Bahanpeledakmempunyaibermacam-macamsifat.Untukjenisbahanpeledaktertentu
sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik pembuatannya. Sifat-sifat bahan peledak
yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang berguna sebagai untuk memilih bahan
peledak sifat-sifat tersebut adalah sifat fisik bahan peledak dan sifatdetonasi.
Sifat fisik terdiri dari
a. Bobot isi
b. Sensitivitas
c. Ketahanan terhadapair
d. Stabilitaskimia
e. Karakteristik gas peledakan
f. Karakteristik keselamatan
6. BahanPeledak
Bahan peledaak komersial adalah campuran senyawa yang mengandung unsur
dasar: C, H, N dan O. untuk menghasilkan efek kekuatan tertentukadang-kadang
ditambahkan pula unsur-unsur Al, Ca, Na, Mg, dsb.
Bahan peledak komersial dibuat berdasarkan prinsip “zero oxygen balance”
artinya jumlah oxygen yang terdapat dalam bahan peledak bila bereaksi hanya cukup
untuk membentuk “smoke” (H2O, CO2,N2) bebas.
Umumnya produk yang dikehendaki dari suatu reaksi peledakan adalah uap air
(steam, H2O), carbondioxide (C2O), gas Nitrogen (N2) dan oksida padat (solid oxides)
yang semuanya reltif inert dan tidak beracun.
Contoh:
3 NH4NO3 + CH2 ---------- 7 H2O + CO2 + 3 N2
2 AL + 6 NH4NO3 + CH2 ---------- 13 H2O + CO2 + 6 N2 + Al2O3
OB = Oo --- 2 Co – 1/2 Ho
Oo, Co, Ho menyatakan jumlah gram atom dari masing-masing element dalam bahan
peledak. Apabila bahan peledak mengandung elemen-elemen tambahan yang mempunyai
afinitas terhadap oxygen, maka Oo harus dikoreksi menjadi berikut:
OB = (Oo – ½ NaO – CaO – DST) - 2 Co - 1/2 Ho
Contoh perhitungan Zero Oksigen Balance pada ANFO dengan berat keseluruhan adalah 1500 kal/kg
5NH4NO3 + CH2 11H2O + CO2 + 5N2 1500 kal/kg
Jawab :
Berat Molekul (BM):
5NH4NO3 CH2
N =14 x 10 = 140 C = 1 x 12 = 12
H = 1 x 20 = 20 H=1x2= 2
+
O = 16 x 15 = 240 +
= 400 = 14
400 + 14 = 414
Persentase antara AN dengan FO :
Tujuan
Memahami prinsip peledakan jenjang
Memahami macam pola pengeboran dan pola peledakan
Memahami rangkaiaan peledakan jenjang
Praktek
Merangkai instalasi peledakan
Urutan percobaan
1. Buat perhitungan peledakan jenjang dengan parameter desain sendiri
2. Membuat Rangkaian Instalasi
3. Menentukan Pola Peledakan
Bench Blasting 1
1. Pendahuluan
Geometri peledakan adalah suatu rancangan jarak, ukuran dimensi dari lubang ledak
yang dibuat pada area pertambangan yang akan di ledakkan. Peledakan jenjang merupakan
peledakan yang memakai lubang bor vertikal atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam
satu deretan atau beberapa deretan sejajar atau kearah bidang bebas (free face). Kondisi
batuan dari satu tempat ke tempat yang lain akan berbeda walaupun jenisnya sama. Hal ini
disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan mempengaruhi karakteristik masa batuan
secara fisik maupun mekanik. Perlu diamati pula kenampakan struktur geologi, misalnya
kekar retakan atau rekahan, sisipan (fissure) dari lempung, dan bidang diskontinyu lainnya.
Kondisi geologi semacam itu akan mempengaruhi kemampu ledakan (blastability). Tentunya
pada batuan yang relative kompak dan tampa di dominasi struktur geologii tersebut diatas,
jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk jumlah produksi tertentu
disbanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan peledak tersebut dnamakan
specific charge atau pouder factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang dipakai per m3 atau
ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian kuat suatu batuan pada daerah
tertentu memerlukan PF yang tinggi agar kekuatan (strength) bahan peledak melampaui
kekuatan batuan.
2. Pola pengeboran
Pola pengeboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan
dua macam pola pengeboran yaitu :
1. Pola pengeboran segi empat (square pattern)
2. Pola pengeboran selang-seling (staggered)
Pola pengeboran segi empat adalah pola pengeboran dengan penempatan lubang-
lubang tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat.
Pola pengeboran segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama
besar disebut square rectangular pattern. Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah
pola pemboran yang penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar,
dan untuk pola pengeboran selang-seling yang mana panjang burden tidak sama dengan
panjang spasi disebut staggered rectangular pattern.
Bench Blasting 50
Dalam penerapannya, pola pengeboran sejajar adalah pola yang umum, karena lebih
mudah dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk meningkatkan mutu fragmentasi yang
diinginkan, maka penggunaan pola pengeboran selang-seling lebih efektif.
a. Geomertri peledakan
Geometri peledakan yang ditentukn terlebih dahulu adalah burden (B), jika barden sudah di
tentukan maka besaran lain seperti spacing, steming, subdrilling, dsb
Bench Blasting 51
2.6 Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang – lubang bor
dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang
satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan
waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan
batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk
kotak.
b. Corner cut (echelon cut) , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah
satu sudut dari bidang bebasnya.
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk
huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak
untuk semua lubang tembak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu
tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Bench Blasting 52
Gambar 1.4. Pola Peledakan V-cut
Bench Blasting 53
Gambar 1.7. Geometri peledakan, C.J. Konya
Bench Blasting 54
SGe = SG bahan peledak
Stv = relative bulk strength (ANFO = 100) Setelah diketahui nilai burden dasarnya, maka
menurut Konya harus sikoreksi terhadap beberapa factor penentu, yaitu factor koreksi
terhadap jumlah baris lubang ledak (Kr), factor koreksi terhadap
beberapa factor penentu, yaitu factor koreksi terhadap posisi lapisan batuan (Kd), dan
factor koreksi terhadap struktur geologi (Ks). Dengan adanya factor koreksi tersebut maka
hasil nilai burden dapat dikoreksi dengan banyaknya baris yang akan diledakkan serta kondisi
geologi setempat dalam pelaksanaan peledakan.
Secara sistematis persamaan burden koreksi dapat di tulis :
Bc = Kr x Kd x Ks x B
Dengan :
B = Burden hasil perhitungan dengan rumus dasar (inch)
Bc = Burden terkoreksi (inch)
Kd = Faktor terkoreksi terhadap jumlah baris lubang ledak (Tabel 10.1)
Kr = Factor koreksi terhadap posisi lapisan batuan
Ks = Factor koreksi terhadap struktur geologi
2) Spasi (S)
Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang sejajar dengan bidang
bebas (Free Face)
Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan fragmen yang tidak baik dan dinding akhir yang
ditinggalkan cenderung tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak barden
maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengbatkan gas hasil
ledakan dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan suara bising (noise)
Menentukan jarak spasi menurut konya, didasarkan pada jenis detonator listrik yang
digunakan dan beberapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang dan jarak barden. Bila
perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah dan bila lebih
besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi. Misalkan tinggi jenjang 6 meter dan barden menurut
perhitungan pernilai antara 2,3 – 2,7 meter, maka perbandingan L/B masih dibawa 4 . jenis
detonator yang digunakan adalah delay detonator maka persamaan yang digunakan adalah :
Bench Blasting 55
S= (� + ��)
8
Keterangan :
S = Spacing (m)
L = tinggi jenjang (m)
B = burden (m)
Table 3.4 Persamaan untuk menentukan jarak spacing
3) Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan
peledak. Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan batu terbang (fly rock)
dan suara ledakan yang keras, sedangkan stemming yang terlalu panjang akan mengakibatkan
retakan kebelakang jenjang dan bongkah disekitar dinding jenjang. Secara tektonik jenjang
stemming sama dengan jenjang burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atasdan samping
seimbang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :
Keterangan :
De = Diameter Lubang Ledak, (inch)
Bench Blasting 56
4) Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai jenjang, yang
berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative rata setelah peledakan. Adapun persamaan
untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya adalah sebagai berikut:
Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai jenjang, yang
berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative rata setelah peledakan. Adapun persamaan
untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya adalah sebagai berikut:
J = 0,3 (B)
Keterangan:
J = subdrilling (m)
B = burden (m)
5) Waktu tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu peledakan
antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara beruntun. Pengaturan waktu ini dapat
diterapkan pada peledakan beruntun antar baris bang ledak, maka persamaan waktu tundanya
adalah sebagai berikut :
tr = Tr x B
keterangan :
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = konstanta waktu tunda
B = burden (ft)
Bench Blasting 57
Banyaknya bahan peledak pada setiap lubang ditentukan menggunakan rumus:
E = Pc x de x N
Keterangan :
E = jumlah bahan peledak
Pc = tinggi kolom isian
De = loading density (kg/m)
N = jumlah lubang ledak
RL. Ash (1967) membuat suatu perhitungan geometri peledakan jenjang berdasarkan
pengalaman empiric yang diperoleh diberbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan
yang berbeda-beda. Sehingga RL. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empiric yang
tepat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan.
Dalam pelaksanaannya nanti perhitungan RL. Ash ternyata selalu harus dicoba di lapangan
untuk memperoleh gambaran dan perubahan geometri yang lebih mendekati kondisi
sesungguhnya. Percobaan dilapangan dilakukan dengan cara trial dan error sampai diperoleh
geometri peledaka yang optimal.
Bench Blasting 58
De = duiameter lubang ledak == diameter dodol handak
B = burden
Kb = Burden Ratio
2. Spacing (S)
KS = S/B KS = Spacing ratio (1-2) S = Ks x B (meter)
Ukuran spacing yang dipengaruhi oleh :
a. Cara peledakkan yang digunakan : setrentak atau beruntun
b. Fragmentasi tang diinginkan
c. Delay interval
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Akan tetapi apabila spacing mmelebihi ukuran yang ditentukan
maka fragmentasi hasil peledakan akan mengalami over size atau boulder (bongkahan) dan
juga akan menciptakan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai berikut.
a. Peledakan serentak S = 2B
b. Peledakan dengan delay interval lama (Second Delay) S = B
c. Peledakan dengan millisecond delay S antara 1B sampai 2B
d. Jika terdapat kekear yang tidak saling tegak lurus, S antara 1,2B sampai 1,8B
e. Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang
sama
f. S = 1,15 B
g. Gambar pengaruh spacing pada penyebaran energy peledakan
Bench Blasting 59
3. Stemming (T)
Kt = T/B
Kt = stemming ratio (0,75-1,00)
T = Kt x B
Fungsi stemming :
a. Meningktkan confining pressure dari akumulasi gas hasil peledakan
b. Menyeimbangkan tekanan di daerah setemming
5. Subdrilling (J)
Kj = J/B
Kj = Subdrilling ratio (0,2-0,3)
J = Kj x B (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi struktur geologi, tinggi jenjang dan kemiringan
lubang ledak.
6. Tinggi Jenjang (L)
Bench Blasting 60
8. Loading density (de)
Loading density adalah jumlah isian permeter panjang kolom isian
de = 0,34 . De2 x SG (untuk satuan ft)
de = 0,508 . De2 x SG (untuk satuan m)
9. Powder factor
Pf = W/E
Pf = Pouder factor (ton/kg)
W = berat batuan yang diledakan (ton)
E = berat bahan peledak yang digunakan (kg)
10. Volume
V= S×B×banyak lubang×kedalaman rata-rata lubang
Bench Blasting 61
Bench Blasting 62
TIE IN AND
UNDERGROUN BLASTING
5
Tujuan
Dummy
Peralatan dan pelengkapan peledakan
Dummy bidang/face terowongan
Urutan percobaan
3 Volume hasil Volume tambang bawah tanah lebih Lebih besar tergantung berapa
ledakan sedikit dan diameter lubag bor lebih volume material yang akan
kecil dibandingkan tambang diledakkan
peledakan tambang permukaan
Selain perbedaan yang di jelaskan di table diatas terdabat beberapa keistimewaan dari
peledakan tambang bawah tanah diantaraya yaitu:
a. Barden pada bagian box cut sangat kecil sehingga membutuhkan kehati hatian dalam
melakukan pengeboran untuk peledakkan
b. Bahan peledak pada bagian lifters atau floor harus tahan terhadap air karena umumnya
pada bagian lifter kondisi batuannya lembab bahkan berair
c. Pada bagian contour perlu dilakukan smooth blasting dengan menggunakan bahan
peledak yang mempunyai VOD rendah atau hanya diisi dengan detonator tanpa bahan
peledak hal ini di lakukan untuk menghindari terjadinya over break dari kegiatan
peledakan.
d. Mempunyai satu bidang bebas dan dilakukan pembuatan lubang kosong dengan
diameter yang lebih besar disbanding lubang yang diisi bahan peledak.
2. Siklus terowongan
a. Tegangan insitu
b. Air tanah
c. Arah ledakan 1-2 maksimum bidang bebas
d. Terbatas, ruang, udara, penerangan
e. Specific charge 3-10 kali > SC permukaan
f. Cut : burn cut, wedge cut, atau tipe cut lainnya
g. Look out
a. Cut terowongan: circular cut atau large hole cut atau parallel hole cut
b. Pengeboran horizontal tegak lurus pada permukaan batuan
c. Lubang bor parallel satu dan yang lainnya, & peledakkan diarahkan kelubang kososng
yang bertindak sebagai bukaan
d. Posisi cut dapat sembarang akan tetapi dapat mempengaruhi : lemparan, PF, dan
jumlah lubang ledak/round
e. Agar arah peledakkan kedepan dan tumpukan ke tengah, cut diletakkan ketengah-
tengah penampang dan agak kebawah.
f. Posisi cut tinggi memudahkan pemuatann hasil peledakan
g. Umumnya posisi cut di deretan lubang pertama diatas terowongan.
CONTOUR
Upward stopping
n
g
s
t
BC 3
Horizontal stopping
Horizon
BC 2
tal
WALL
WALL
BC 1
Downward stopping
LIFTERS/FLOOR
5. Parameter cut
Cut hole dapat diletakkan dibeberapa lokasi pada permukaan terowongan. Walaupun
demikian lokasi cut mempengaruhi jauh lemparan, jumlah lubang yang di bor dan total
biaya per meter kubik. Sebagai contoh cut holes diletakkan dekat dinding (gambar A dan
B), pola akan membutuhkan sedikit lubang bor, brocken rock akan tidak dipindahhkan
jauh dari terowongan.
a. Lubang kosong
b. Box cut
c. Stopping
d. Wall
e. Contour
f. Drifter
6. Perhitungan
Tahap awal yang dilakuka dalam melakukan perhitungan geometri peledakan untuk
tambang bawah tanah atau pembbuatan terowongan yaitu mengetahui kondisi batuan baik
berupa jenis batuannya, tipe endapannya serta yang paling penting adalah struktur
batuannya. Ada beberap parameter yang dilakukan untuk menentukan geometri peledakan
yang disajikan dengan berupa grafik dari hasil penelitian oleh beberapa ahli diantaranya
yaitu Stig O. Olofsson dari Swedish Technique diantaranya yaitu
1. Grafik penentuan jumlah lubang dalam satu kali peledakan perkemajuan tambang
berdasarkan jenis batuannya dan luas penampang terowongnnya..
Selain parameter batuan terdapat pula parameter penentuan jumlah lunbag secara
dari sekali peledakkan berdasarkan diameter lubag ledak dan luas penampang dari
terowongan.
2. Grafik penentuan jumlah charge concentration atau isian bahan peledak berdasarkan
dengan luas penampang terowongan yang akan dibuat dan diameter lubang bahan
peledak yang sesuai digunakan.
3. Grafik penentuan diameter lubang samaran atau lubang kosong yang berfungsi sebagai
bidang bebas yang tidak diisii bahan peledak berkuran lebih besar dari diameter lubag
ledak yang didisi bahan peledak. Lubang samaran dapat mempermudah
pembongkaran batuan dan terarah pada satu titik kumpuulan batuan.
Diameter lubag samaran dipilih berdasarkan panjang dari batang bora tau
kedalaman lubang ledak dan persentase kemajuan tambang per round.
Faktor Perencanaan
n = jumlah lubang
Agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast), jarak antara lubang
ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar daripada 1,5 lubang kosong.
1. a = 1,5
2. a = jarak antara titik pusat lingkaran lubang besar dengan lubang tembak
3. b = diameter lubang besar Jika gunakan beberapa lubang kosong,
4. a = 1,5 D
5. D = diameter samaran
d. Grafik pemilihan formula yang sesuai untuk menentukan jarak lubang untuk setiap
box cut atau burn cut pada bidang lubnag samara atau lubang kosong.
Waktu tunda:
1. Hole depth 4 m
2. Clean Blast 60 – 100 ms
3. Stoping 100 – 500 ms
4. Antar cut utk V > 50 ms
Kebutuhan muatan BP untuk berbagai jarak C-C (pusat ke pusat) antara lubang kosong dan
lubang tembak terdekat dapat dihitung menggunakan grafik berikut Muatan BP Fungsi
Jarak Pusat – Pusat Lubang Untuk Berbagai Diameter Lubang
Perhitungan u/ bujursangkar selanjutnya
Perhitungan bujursangkar dalam cut yang tersisa sama dengan bujursangkar pertama.
Peledakan pada bujursangkar sisa mengarah ke bukaan segiempat bukan bukaan sirkular.
Sudut ledakan (angle of break) jangan terlalu kecil.
Dalam perhitungan “burden” (B) sama dengan lebar (W) dari bukaan:
B=W
Dengan grafik perkirakan muatan bahan peledak minimum dan burden maksimum untuk
bermacam-macam lebar bukaan. Muatan bahan peledak ini adalah muatan untuk semua
kolom lubang tembak.
Apabila diperlukan peledakan pada bagian dasar yang susah diledakkan (constricted
bottom) harus digunakan muatan dasar yang besarnya dua kali charge concentration (lc)
dan tingginya 1,5 B.
Stemming Cut
Bujursangkar I
mm 76 89 102 127 159
• a =1,5
a mm 110 130 150 190 230
• W1 = a √2
W1 mm 150 180 210 270 320
Bujursangkar II
• B1 = W1
Bujursangkar IV
mm 76 89 102 127 159
• B3 =W3
W2 mm 320 380 440 560 670
• C–C= 1,5W3
Round Stoping
Barden pada box cut dan barden pada area stoping, conteour, wall dan drfter berbeda. Pada
tabel di atas, barden dipilih berdasarkan jenis bahan peledak dan diameter lubang ledak
yang digunakan yang kemudian nilai barden tersebut dimasukkan dalam rumus
perhitungan stoping, conteour, wall dan drigter, seperti pada tabel di bawah ini.
Stopping :
SARI
Penulisan abstrak dengan format: rata kiri-kanan, spasi 1, dan ukuran 10 point dan total
panjang ≤ 300 kata. Komposisi isi abstrak terdiri atas: LATAR BELAKANG (1 kalimat),
mengemukakan mengapa penelitian ini dilakukan; TUJUAN PENELITIAN (1 kalimat),
mengemukakan tujuan utama (main objectives) dari apa yang ingin dipaparkan dalam artikel
tersebut; METODOLOGI (4-5 kalimat), memberikan informasi yang jelas bagaimana
penelitian tersebut dilaksanakan, dan sebaiknya memperlihatkan lokasi (tidak merujuk ke
lokasi perusahaan), sampel, variabel yang diukur, metode pengukuran, sampai metode
statistik yang digunakan jika memungkinkan; HASIL PENELITIAN (5-6 kalimat),
merupakan komponen paling urgent dengan memaparkan hasil-hasil temuan/ penelitian dan
KESIMPULAN (1 kalimat), mengemukakan kalimat ringkas dan menghimpun semua hasil
yang tentunya menjawab TUJUAN PENELITIAN dari sebuah artikel.
Kata kunci: maksimum 5 kata( hindari penggunaan kata “dan”, “dari” (diakhiri tanda titik).
ABSTRACT
79
PENDAHULUAN
Penulisan isi artikel menggunakan MS Word Century format: rata kiri-kanan dengan
ukuran 10 point.
Bagian ini adalah aspek yang mengemukakan permasalahan secara umum kemudian
mengerucut kepada masalah kecil yang merupakan objek khusus yang diteliti. Mengapa hal
tersebut perlu untuk diteliti, kontribusi apa yang dapat diberikan melalui pemecahan
masalah yang ada dewasa ini, kesemuanya harus terungkap jelas dengan menggunakan
kalimat yang padat dan berisi, umumnya terdiri dari 5-7 paragraf.
Harus terungkap pula penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
berhubungan dengan fokus kajian yang diteliti. Hal ini akan memperlihatkan bahwa
penelitian yang dilakukan adalah kelanjutan dari penelitian yang telah ada sebelumnya atau
bahkan dapat mengungkap aspek novelty dari penelitian yang dilakukan.
METODE PENELITIAN
Pemaparan metoda penelitian harus detail, utamanya mengenai metoda apa yang
digunakan dan data-data apa yang digunakan dari suatu penelitian. Kesemua aspek di atas
kemudian dipaparkan mengenai cara pengumpulan data dan pengolahan data. Pada bagian
ini juga diharapkan untuk membuat desain penelitian dalam bentuk bagan alir.
HASIL PENELITIAN
80
Kemudian bila anda ingin menyajikan tabel (Tabel 1), maka tabel ditulis dengan MS
Word Century berukuran 10 point dan diletakkan di bawah judul tabel tanpa spasi. Judul
tabel ditulis dengan huruf berukuran 10 point, bold. Bila menggunakan keterangan, maka
digunakan huruf berukuran 10 pts, tidak bold. Tabel diberi nomor dan diurut dengan angka.
Tabel dapat diletakkan setelah atau sebelum penunjukkan dalam naskah. Jarak tabel dengan
paragraf adalah satu spasi tunggal dan jarak paragraph dengan nama table adalah satu spasi
tunggaal.
Penunjukkan tabel, grafik atau gambar disertai dengan nomornya (Tabel 2, Gambar
7, bukan tabel berikut atau tabel di bawah ini). Tabel hanya berisi garis-garis mendatar,
sedang garis vertical dihapus.
Gambar harus dapat dicetak dengan kualitas baik. Apabila perlu sertakan satu
gambar yang dicetak dengan kualitas baik atau hasil scan dengan resolusi baik.
Apabila tabel, grafik atau gambar merupakan hasil rujukan, maka perlu disebutkan
sumbernya, dan ditulis: (Sumber: nama pengarang, tahun).
KESIMPULAN
Tuliskan kesimpulan utama atau paling penting dari hasil penelitian anda. Bila
dianggap perlu, tuliskan pula saran-saran untuk penelitian lanjutan. Anda dapat menuliskan
kesimpulan secara „naratif‟ dalam satu alinea saja, atau dapat pula menuliskannya secara
berurutan dengan menggunakan penomoran atau „bulleting‟.
Pada bagian ini diutarakan ucapan terima kasih kepada pihak/ instansi yang turut
andil dan berkontribusi bagi penulis.
PUSTAKA
Anda hanya menuliskan daftar „Pustaka/ References‟ yang benar-benar anda kutip
(quote/cited) di dalam text artikel anda. Kalau anda tidak mengutip suatu artikel, maka anda
tidak perlu menuliskannya dalam „Pustaka/ References‟. Referensi yang digunakan dalam
artikel minimal lima (5) Pustaka dan sedapat mungkin mengutip dari jurnal/ artikel lima (5)
tahun terakhir. Anda tidak perlu menulis secara lengkap judul suatu makalah dalam
„Pustaka/References‟, cukup hanya dengan nama atau nama-nama penulis, tahun publikasi,
nama jurnal/majalah/thesis, Vol. atau No., hal.
81
Petunjuk Penulisan:
3. Kesimpulan
Setiap artikel yang dikirimkan ke kantor editorial Jurnal Geomine harus mengikuti
petunjuk penulisan ini. Jika artikel tersebut tidak sesuai, maka tulisan akan
dikembalikan sebelum ditelaah lebih lanjut.
Catatan Redaksi:
1. Deadline penerimaan Paper untuk terbitan Edisi Volume Baru No.1 bulan April sampai
pada tanggal 28 Februari, No.2 Bulan Agustus batasnya pada tanggal 30 Juni. Untuk
No.3 bulan Desember batasnya tanggal 30 Oktober.
82
2. Jurnal/ artikel yang masuk akan direview oleh reviewer yang berkompeten sesuai objek
kajian penelitian jurnal/ artikel.
3. Jurnal/ artikel yang belum accepted by reviewer akan dikembalikan kepada penulis
untuk diperbaiki.
4. Apabila jurnal sudah berstatus accepted by reviewer akan disampaikan kepada penulis
dan dipublish di jurnal geomine online.
Pemasukan jurnal/ artikel dikirim via email: geomine@umi.ac.id
83
KARTU KONTROL ASISTENSI
PRAKTIKUM PELEDAKAN
2X3 LABORATORIUM PENGEBORAN DAN PELEDAKAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI - UMI
TAHUN AJARAN 2018/2019
NAMA MAHASISWA :
STAMBUK :
KELAS /FREKUENSI :
HARI/TGL JADWAL ASISTENSI
NO MATA ACARA NILAI
PRAKTIKUM I II III IV V
1 ASISTENSI UMUM
KRITERIA
2 PENGEBORAN DAN
PENGGALIAN
PERALATAN DAN
3 PERLENGKAPAN
BLASTING AGENT
4 DAN ZERO OXIGEN
BALANCE
5 BENCH BLASTING
SIMULASI BENCH
6 BLASTING
7 TIE IN
8 SIMULASI TIE IN
9 MID LAB
10 ASISTENSI UMUM
11 FIELD TRIP
12 FINAL LAB
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
84
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM
TEKNIK PELEDAKAN
LABORATORIUM PENGEBORAN DAN
PELEDAKAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI – UMI
NAMA :
STB :
KELAS :
MATA ACARA :
ASISTEN :
No. HARI/TANGGAL KOREKSI PARAF
Mengetahui
Koordinator
85