Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

REKLAMASI TAMBANG

Disusun Oleh :
SYARIF FAYED FAHLEVI AL-QADRIE
D1101151027

JURUSAN SIPIL / PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Bentuk Reklamasi Tambang” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai tambang terbuka. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
- kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Bapak demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Pontianak,6 April 2018

Syarif Fayed Fahlevi A.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
2.1 Perencaan Reklamasi..........................................................................4
2.1.1 Pemerian Lahan..........................................................................5
2.1.2 Pemetaan.....................................................................................5
2.1.3 Peralatan Yang Digunakan.........................................................6
2.2 Pelaksanaan Reklamasi......................................................................6
2.2.1 Persiapan.....................................................................................7
2.2.2 Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi.........................................8
2.2.3 Pengolahan Tanah Pucuk............................................................8
2.2.4 Revegetasi...................................................................................9
2.2.5 Reklamasi Khusus.......................................................................9
2.2.6 Reklamasi Pada Infrastruktur dan Bekas Bukaan Tambang.....10
2.3 Lingkup Reklamasi..........................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan salah satu
modal dasar dalam Pembangunan Nasional, oleh karena itu harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dan
kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan
kelestariannya.
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya tersebut
adalah pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan
salah satu sektor penyumbang devisa Negara yang cukup besar. Akan
tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat
dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan terutama
gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Selain itu
dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain adalah:
Penurunan produktivitas tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi,
Pencemaran air, Penurunan muka air tanah, Terganggunya flora dan
fauna, Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk, Perubahan
iklim mikro
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu
kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan
kelestarian sumberdaya alam. Oleh sebab itu, sumberdaya alam perlu
dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini,
maupun untuk generasi yang akan datang(Arif, 2007).
Manusia merupakan penyebab utamaterjadinya kerusakan
lingkungan (ekosistem).Dengan semakin bertambahnya jumlah populas
manusia, kebutuhan hidupnya pun meningkat,akibatnya terjadi

1
peningkatan permintaan akan lahan seperti di sektor pertanian dan
pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin
hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi alam, maka
manusialah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan
dalam merestorasi ekosistem rusak.
Kegiatan pembangunan sering kali menyebabkan kerusakan
lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan,
berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan
membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kegiatan
seperti pembukaan hutan,penambangan, pembukaan lahan pertanian
danpemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
terjadi. Akibatyang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan
biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak
berprofil, terjadi bulk density  (pemadatan), kekurangan unsur hara
yang penting, pH rendah,pencemaran oleh logam-logam berat pada
lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah. Untuk
itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian
lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut
dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak.
Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki
ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih,mendekat iatau bahkan lebih
baik dibandingkan kondisi semula(Rahmawaty,2002)
Kegiatan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi
telah berlangsung sejaklama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep
dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah sekala
kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan
sekala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi
pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih
ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan
bumi jauh di bawah permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan
tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan
bersifat penting. Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak

2
yang sangat signifikan terutama berupa pencemaran air permukaan dan
air tanah)
Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
dan bahan tambang lainnya apabila diekstraks iharus dalam
perencanaan yang matang untuk mewujudkan proses pembangunan
nasional berkelanjutan (Arif,2007). Di antara keberlanjutan
pembangunan tersebut yaitu dapat terwujudnya masyarakat mandiri
pasca penutupan/pengakhiran tambang (Pribadi, 2007). Aktifitas
ekonomi tetap berjalan setelah pengakhiran tambang, dan tidak terjadi
“Ghost Town”(Kota Hantu)
Daerah yang telah dilakukan pangakhiran tambang tidak selalu
berdampak potensi bahan galiannya habis sama sekali. Komoditas
bahan galian tertentu dapat masih tertinggal sebagai akibat tidak
mempunyai nilai ekonomi bagi pelaku usaha yang bersangkutan. Akan
tetapi sumber daya bahan galian tersebut dalam jangka panjang dapat
berpeluang untuk diusahakan apabila antara lain terjadi perubahan
harga atau kebutuhan yang meningkat signifikan.
Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk
memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan
lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik
dibandingkan rona awalnya,dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi bahan galian yang masih terttinggal

2.1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana bentuk – bentuk reklamasi suatu pertambangan ?
- Bagaimana aspek lingkungan pasca tambang ?
- Bagaimana Rencana Reklamasi dan pelaksanaan ?

2.1.3 Tujuan Makalah


- Agar pembaca memahami reklamasi suatu pertambangan
- Agar pembaca memahami aspek lingkungan pasca tambang
- Agar pembaca mengetahui rencana dan pelaksanaan reklamasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencaan Reklamasi


Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik
agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang
dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus disesuaikan dengan tata
ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum
melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu
dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan
di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan
penambangan
2. Luas areal yang direklamasi sama dengan luar areal penambangan
3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat
tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi
4. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun
sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat
pembuangan.
5. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai
dengan tujuan penggunaannya (peruntukkannya)
6. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi
7. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam
aktivitas penambangan
8. Permukaan yang padat harus digemburkan, namun bila tidak
dimungkinkan agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya
mampu menembus tanah yang keras
9. Setelah penambangan maka lahan bekas tambang yang
diperuntukkan bagi vegetasi, segera dilakukan penanaman
kembali dengan jenis tanaman yang sesuai.
10. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan

4
11. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi
yang diharapkan.
Perencanaan reklamasi harus mengacu kepada Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).

2.1.4 Pemerian Lahan


Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang penting
untuk merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi.
Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Kondisi iklim

2. Geologi

3. Jenis tanah

4. Bentuk alam/topografi

5. Air permukaan dan air tanah

6. Flora dan fauna

7. Penggunaan lahan

8. Tata ruang dan lain-lain


Untuk memperoleh data dimaksud diperlukan suatu
penelitian lapangan. Dari berbagai faktor tersebut di atas, kondisi
iklim terutama curah hujan dan jenis tanah merupakan faktor
yang penting.

2.1.5 Pemetaan
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan
upaya reklamasi atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling
mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut. Rencana
(tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan
kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana

5
tapak reklamasi tersebut dilengkapi dengan peta-peta skala 1 :
1.000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai gambar-gambar
teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi
dengan peta indeks dengan skala yang memadai. Di dalam peta
digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan misalnya
kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan tegak
penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam
tersediaan air, pemukiman, sungai, jembatan, jalan, revegetasi dan
sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/pembuatannya

2.1.6 Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan untuk menunjang keberhasilan
reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana prasarana
antara lain: dump truck, Bulldozer, excavator, traktor, back hoe,
sekop, cangkul, bangunan pengendali erosi ( a.l : susunan karung
pasir, tanggul, susunan jerami, bronjong, pagar keliling ), beton,
plat baja untuk menghindari kecelakaan dan lain-lain.

2.2 Pelaksanaan Reklamasi


Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai
dengan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah
disetujui dan harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan
bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati
tercapai.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang
mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi
umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil meliputi :
pembuatan teras, saluran pembuangan air (SPA), bangunan pengendali
lereng, chek dam, penangkap oli bekas (oil chatcher) dan lain-lain yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.

6
Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistim
penanaman (monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang
disesuaikan kondisi setempat, tanaman penutup (cover crop) dan lain-
lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas
tambang, pengaturan bentuk lahan (landscaping),
pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah (low
grade) yang belum dimanfaatkan .
2. Pengendalian erosi dan sedimentasi
3. Pengelolaan tanah pucuk (top soil)
4. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan
bekas tambang untuk tujuan lain.

2.2.1 Persiapan
1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang
Kegiatan ini meliputi.
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan
prasarana yang tidak digunakan di lahan yang akan
direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan
sampah/limbah beracun dan berbahaya (B-3) dengan
perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan
“scrap” pada tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara
aman dan permanen
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas
tambang yang akan direklamasi
2. Pengaturan Bentuk Lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi
topografi dan hidrologi setempat.

7
a. Pengaturan bentuk lereng

- Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk


mengurangi kecepatan air limpasan (run off);
erosi dan sedimentasi serta longsoran

- Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan


dibentuk berteras-teras

b. Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA)

- Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)


dimaksud untuk pengatur air agar mengalir pada
tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan
lahan akibat erosi.

- Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung


dari bentuk lahan (topografi) dan luas areal yang
direklamasi.

- Pengaturan/Penempatan Low Grade

Maksud pengaturan dan penempatan “low


grade” (bahan tambang kadar rendah) adalah agar
bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila
ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dapat
dimanfaatkan.

2.2.2 Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi


Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan
selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi
dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya
endapan lumpur dan sedimentasi di alur sungai.
Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air
adalah : curah hujan, kemiringan lereng (topografi), jenis tanah,

8
tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan tanaman penutup
tanah.

2.2.3 Pengolahan Tanah Pucuk


Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan
memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini
karena tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman dan
merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan
pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.

2.2.4 Revegetasi
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan
rancangan teknis tanaman, persiapan lapangan, pengadaan
bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan
tanaman.

Sebelum Direvegetasi

9
Sesudah Direvegetasi

2.2.5 Reklamasi Khusus


Pada jenis tanah tertentu pelaksanaan reklamasi
memerlukan perlakuan khusus. Pelaksanaan reklamasi khusus
memerlukan perlakuan tambahan dari teknik reklamasi yang
sudah diuraikan di bagian depan. Hal-hal atau kegiatan-kegiatan
yang perlu reklamasi khusus adalah penanganan batuan limbah,
tailing, oli bekas dan limbah rumah tangga, air asam tambang,
daerah yang bersifat alkalin dan masin, bahan kimia beracun serta
tumbuhan hama.

2.2.6 Reklamasi Pada Infrastruktur dan Bekas Bukaan Tambang


1. Jalan dan jalan Tambang
Pencemaran disain dan konstruksi jalan tambang
baik yang permanen maupun sementara harus
mempertimbangkan rencana kegunaannya lebih lanjut bila
pelaksanaan reklamasi telah telah dilakukan dikemudian
hari. Pada gambar diperlihatkan contoh pembuatan galian
yang baik.
2. Instalasi Jaringan Listrik dan Komunikasi
Hindari penebasan pohon serta pemindahan tanah
dalam rangka instalasi jaringan listrik dan alat komunikasi,
biarkan tanggul atau akar pohon selama tidak menganggu

10
karena akan mempengaruhi revegetasi jalan-jalan masuk
yang digunakan sementara.
Gunakan peralatan yang lebih sesuai untuk instalasi,
pemeliharaan maupun pembongkaran pada daerah-daerah
terutama pada daerah-daerah yang sulit dicapai. Singkirkan
kabel, sling dan sebagainya ketika menara selesai
dibongkar, kubur atau singkirkan balok-balok beton atau
pondasi.
Jalan-jalan segera direhabilitasi apabila kegiatan tidak aktif
lagi.
3. Lubang Bekas Tambang
Apabila penambangan secara terbuka diterapkan
pada umumnya akan meninggalkan lubang atau cekungan
pada akhir penambangan, terjadinya lubang-lubang ini
dapat diminimalkan apabila penimbunan kembali tanah
penutup dilakukan dengan segera dan merupakan bagian
dari pekerjaan penambangan.
Lubang-lubang tambang yang tidak bisa dihindari dan
berdasarkan perhitungan tidak dapat ditimbun kembali,
maka lubang-lubang tersebut haruslah dalam kondisi
aman. Permasalahan lubang bekas tambang tergantung
pada kondisi daerah serta kondisi dari lubang/cekungan
tersebut.
4. Terowongan dan Sumuran yang Ditinggalkan
Seperti halnya pada tambang terbuka, lubang-lubang
yang menghubungkan permukaan dengan kegiatan tambang
dalam, apakah bentuk “adit” (lubang bukaan mend) atau
“shaft” (lubang bukaan vertikal atau miring), apabila akan
ditinggalkan\ harus dalam keadaaan aman.
Bekas penambangan bawah tanah sangat potensial
untuk timbulnya kondisi tidak aman dan bahaya-bahaya
lainnya, seperti peneurunan permukaan (subsidence), gas,

11
pencemaran air permukaan atau air tanah dan kemungkinan
dipakai sebagai tempat pembuangan sampah dan lain-lain.
5. Penutupan dan Penyumbatan
Penentuan cara penutupan daerah bekas tambang dan
lubang lubang bekas tambang tergantung pada kondisi
daerah setempat.

2.3 Lingkup Reklamasi


Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari
program pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan
lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kegiatan pengakhiran tambang
emas Kelian di Kalimantan Timur merupakan yang pertama di
Indonesia untuk pengakhiran tambang sekala besar,
sehingga diupayakan dapat menjadi model percontohan di masa datang.
Pola pengakhiran tambang yang dilakukan oleh KEM (Kelian
Equatorial Mining ) di Kalimantan Timur merupakan salah satu bench
mark di Indonesia maupun pada tingkat internasional. Pengakhiran
tambang yang dilakukan KEM dijadikan salah satu proyek percontohan
program kemitraan pembangunan atau BPD (BusinessPartnership
for Development ) oleh pihak Bank Dunia(Inamdar dkk.,2002).
Salah satu kegiatan pengakhiran tambang, yaitu reklamasi, yang
merupakan upaya penataan kembali daerah bekas tambang agar bisa
menjadi daerah bermanfaat dan berdayaguna. Reklamasi tidak berarti
akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi rona awal.
Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hingga
kedalaman ratusan meter bahkan sampai seribu meter (Gambar3) ,
walaupun sistem gali timbun (back filling ) diterapkan tetapakan
meninggalkan lubang besar seperti danau (Herlina, 2004). Pada
prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan
produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat
diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau

12
kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan rehabilitasi dilakukan
merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur
pertambangan sampai pasca tambang.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang
alam  (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga
bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang
memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan
produktif yang akan dicapai menyesuaiakan dengan tata guna lahan
pasca tambang. Penentuan tata guna lahan pasca tambang sangat
tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi
tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi
tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap
terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.
Teknik rehabilitasi meliputi  regarding,reconturing, dan penaman
kembali permukaan tanah yang tergradasi, penampungan dan
pengelolaan racun dan air asam tambang (AAT) dengan menggunakan
penghalang fisik maupun tumbuhan untuk mencegah erosi atau
terbentuknya AAT. Permasalahan yang perlu dipertimbangkandalam
penetapan rencana reklamasi meliputi :
1. Pengisian kembali bekas tambang,penebarantanah pucukdan
penataan kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi
pertambangan yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian
kembali
2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing , kestabilan lereng
dan permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan
air (Gambar 12).

13
Tambang tembaga Batu Hijau
3. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan
bahaya radiasi
4. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat
beracun tailing atau limbah batuan yang dapat berpengaruh
terhadap kegiatan revegetasi
5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, potensi
terjadinya AAT dari bukaan tambang yang terlantar, pengelolaan
tailing dan timbunan limbah batuan (sebagai akibat oksidasi
sulfida yang terdapat dalam bijih atau limbah batuan)
6. Penanganan potensi timbulnya gas metan danemisinya dari
tambang batubara (Karliansyah,2001).
7. Sulfida logam yang masih terkandung pada tailing atau waste
merupakan pengotor yang potensial akan menjadi bahan toksik
dan penghasil air asam tambang yang akan mencemari
lingkungan, pemanfaatan sulfida logam tersebut merupakan salah

14
satu alternatif penanganan. Demikian juga kandungan mineral
ekonomi yang lain, diperlukan upaya pemanfaatan(Gambar4).
8. Penanganan/penyimpanan bahan galian yang masih potensial
untuk menjadi bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ,
berupa tailin
9. g atau waste

(A)Tailing tambang tembaga mengandung emas; (B) ditambang


oleh masyarakat,Mimika, Papua

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum melakukan
operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam
kegiatan operasi penambangan.
Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai
dengan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah
disetujui dan harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan
bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati
tercapai.
Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari
program pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Inamdar, A., dan Makinuddin, N., 2002. Kelian Mine Closure Steering
Committee Independent Facilitator’sReport.

Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah


Ekologi , Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan.

Arif, I., 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian


Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.

Karliansyah,M.R.,2001.Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertamba
ngan.Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai