REKLAMASI TAMBANG
Disusun Oleh :
SYARIF FAYED FAHLEVI AL-QADRIE
D1101151027
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Bentuk Reklamasi Tambang” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai tambang terbuka. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
- kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Bapak demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
2.1 Perencaan Reklamasi..........................................................................4
2.1.1 Pemerian Lahan..........................................................................5
2.1.2 Pemetaan.....................................................................................5
2.1.3 Peralatan Yang Digunakan.........................................................6
2.2 Pelaksanaan Reklamasi......................................................................6
2.2.1 Persiapan.....................................................................................7
2.2.2 Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi.........................................8
2.2.3 Pengolahan Tanah Pucuk............................................................8
2.2.4 Revegetasi...................................................................................9
2.2.5 Reklamasi Khusus.......................................................................9
2.2.6 Reklamasi Pada Infrastruktur dan Bekas Bukaan Tambang.....10
2.3 Lingkup Reklamasi..........................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan permintaan akan lahan seperti di sektor pertanian dan
pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin
hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi alam, maka
manusialah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan
dalam merestorasi ekosistem rusak.
Kegiatan pembangunan sering kali menyebabkan kerusakan
lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan,
berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan
membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kegiatan
seperti pembukaan hutan,penambangan, pembukaan lahan pertanian
danpemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
terjadi. Akibatyang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan
biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak
berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara
yang penting, pH rendah,pencemaran oleh logam-logam berat pada
lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah. Untuk
itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian
lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut
dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak.
Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki
ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih,mendekat iatau bahkan lebih
baik dibandingkan kondisi semula(Rahmawaty,2002)
Kegiatan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi
telah berlangsung sejaklama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep
dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah sekala
kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan
sekala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi
pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih
ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan
bumi jauh di bawah permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan
tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan
bersifat penting. Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak
2
yang sangat signifikan terutama berupa pencemaran air permukaan dan
air tanah)
Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
dan bahan tambang lainnya apabila diekstraks iharus dalam
perencanaan yang matang untuk mewujudkan proses pembangunan
nasional berkelanjutan (Arif,2007). Di antara keberlanjutan
pembangunan tersebut yaitu dapat terwujudnya masyarakat mandiri
pasca penutupan/pengakhiran tambang (Pribadi, 2007). Aktifitas
ekonomi tetap berjalan setelah pengakhiran tambang, dan tidak terjadi
“Ghost Town”(Kota Hantu)
Daerah yang telah dilakukan pangakhiran tambang tidak selalu
berdampak potensi bahan galiannya habis sama sekali. Komoditas
bahan galian tertentu dapat masih tertinggal sebagai akibat tidak
mempunyai nilai ekonomi bagi pelaku usaha yang bersangkutan. Akan
tetapi sumber daya bahan galian tersebut dalam jangka panjang dapat
berpeluang untuk diusahakan apabila antara lain terjadi perubahan
harga atau kebutuhan yang meningkat signifikan.
Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk
memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan
lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik
dibandingkan rona awalnya,dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi bahan galian yang masih terttinggal
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
11. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi
yang diharapkan.
Perencanaan reklamasi harus mengacu kepada Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
2. Geologi
3. Jenis tanah
4. Bentuk alam/topografi
7. Penggunaan lahan
2.1.5 Pemetaan
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan
upaya reklamasi atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling
mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut. Rencana
(tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan
kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana
5
tapak reklamasi tersebut dilengkapi dengan peta-peta skala 1 :
1.000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai gambar-gambar
teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi
dengan peta indeks dengan skala yang memadai. Di dalam peta
digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan misalnya
kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan tegak
penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam
tersediaan air, pemukiman, sungai, jembatan, jalan, revegetasi dan
sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/pembuatannya
6
Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistim
penanaman (monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang
disesuaikan kondisi setempat, tanaman penutup (cover crop) dan lain-
lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas
tambang, pengaturan bentuk lahan (landscaping),
pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah (low
grade) yang belum dimanfaatkan .
2. Pengendalian erosi dan sedimentasi
3. Pengelolaan tanah pucuk (top soil)
4. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan
bekas tambang untuk tujuan lain.
2.2.1 Persiapan
1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang
Kegiatan ini meliputi.
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan
prasarana yang tidak digunakan di lahan yang akan
direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan
sampah/limbah beracun dan berbahaya (B-3) dengan
perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan
“scrap” pada tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara
aman dan permanen
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas
tambang yang akan direklamasi
2. Pengaturan Bentuk Lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi
topografi dan hidrologi setempat.
7
a. Pengaturan bentuk lereng
8
tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan tanaman penutup
tanah.
2.2.4 Revegetasi
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan
rancangan teknis tanaman, persiapan lapangan, pengadaan
bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan
tanaman.
Sebelum Direvegetasi
9
Sesudah Direvegetasi
10
karena akan mempengaruhi revegetasi jalan-jalan masuk
yang digunakan sementara.
Gunakan peralatan yang lebih sesuai untuk instalasi,
pemeliharaan maupun pembongkaran pada daerah-daerah
terutama pada daerah-daerah yang sulit dicapai. Singkirkan
kabel, sling dan sebagainya ketika menara selesai
dibongkar, kubur atau singkirkan balok-balok beton atau
pondasi.
Jalan-jalan segera direhabilitasi apabila kegiatan tidak aktif
lagi.
3. Lubang Bekas Tambang
Apabila penambangan secara terbuka diterapkan
pada umumnya akan meninggalkan lubang atau cekungan
pada akhir penambangan, terjadinya lubang-lubang ini
dapat diminimalkan apabila penimbunan kembali tanah
penutup dilakukan dengan segera dan merupakan bagian
dari pekerjaan penambangan.
Lubang-lubang tambang yang tidak bisa dihindari dan
berdasarkan perhitungan tidak dapat ditimbun kembali,
maka lubang-lubang tersebut haruslah dalam kondisi
aman. Permasalahan lubang bekas tambang tergantung
pada kondisi daerah serta kondisi dari lubang/cekungan
tersebut.
4. Terowongan dan Sumuran yang Ditinggalkan
Seperti halnya pada tambang terbuka, lubang-lubang
yang menghubungkan permukaan dengan kegiatan tambang
dalam, apakah bentuk “adit” (lubang bukaan mend) atau
“shaft” (lubang bukaan vertikal atau miring), apabila akan
ditinggalkan\ harus dalam keadaaan aman.
Bekas penambangan bawah tanah sangat potensial
untuk timbulnya kondisi tidak aman dan bahaya-bahaya
lainnya, seperti peneurunan permukaan (subsidence), gas,
11
pencemaran air permukaan atau air tanah dan kemungkinan
dipakai sebagai tempat pembuangan sampah dan lain-lain.
5. Penutupan dan Penyumbatan
Penentuan cara penutupan daerah bekas tambang dan
lubang lubang bekas tambang tergantung pada kondisi
daerah setempat.
12
kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan rehabilitasi dilakukan
merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur
pertambangan sampai pasca tambang.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang
alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga
bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang
memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan
produktif yang akan dicapai menyesuaiakan dengan tata guna lahan
pasca tambang. Penentuan tata guna lahan pasca tambang sangat
tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi
tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi
tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap
terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.
Teknik rehabilitasi meliputi regarding,reconturing, dan penaman
kembali permukaan tanah yang tergradasi, penampungan dan
pengelolaan racun dan air asam tambang (AAT) dengan menggunakan
penghalang fisik maupun tumbuhan untuk mencegah erosi atau
terbentuknya AAT. Permasalahan yang perlu dipertimbangkandalam
penetapan rencana reklamasi meliputi :
1. Pengisian kembali bekas tambang,penebarantanah pucukdan
penataan kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi
pertambangan yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian
kembali
2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing , kestabilan lereng
dan permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan
air (Gambar 12).
13
Tambang tembaga Batu Hijau
3. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan
bahaya radiasi
4. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat
beracun tailing atau limbah batuan yang dapat berpengaruh
terhadap kegiatan revegetasi
5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, potensi
terjadinya AAT dari bukaan tambang yang terlantar, pengelolaan
tailing dan timbunan limbah batuan (sebagai akibat oksidasi
sulfida yang terdapat dalam bijih atau limbah batuan)
6. Penanganan potensi timbulnya gas metan danemisinya dari
tambang batubara (Karliansyah,2001).
7. Sulfida logam yang masih terkandung pada tailing atau waste
merupakan pengotor yang potensial akan menjadi bahan toksik
dan penghasil air asam tambang yang akan mencemari
lingkungan, pemanfaatan sulfida logam tersebut merupakan salah
14
satu alternatif penanganan. Demikian juga kandungan mineral
ekonomi yang lain, diperlukan upaya pemanfaatan(Gambar4).
8. Penanganan/penyimpanan bahan galian yang masih potensial
untuk menjadi bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ,
berupa tailin
9. g atau waste
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum melakukan
operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam
kegiatan operasi penambangan.
Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai
dengan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah
disetujui dan harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan
bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati
tercapai.
Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari
program pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Inamdar, A., dan Makinuddin, N., 2002. Kelian Mine Closure Steering
Committee Independent Facilitator’sReport.
Karliansyah,M.R.,2001.Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertamba
ngan.Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL. Jakarta
17