“REKLAMASI”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknik Pertambangan yang
diampu oleh Bapak Aryanto, ST.MT
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Heni Handayani
2. Muhamad Safran
3. Muhammad Ilham
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini tentang "Reklamasi". Tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
2.1 Pengertian...........................................................................................................................2
2.5 Pemetaan..............................................................................................................................4
2.11 Revegetasi..........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1. Penambangan adalah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik
secara manual maupun mekanis yang meliputi pembersihan, pembongkaran,
pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.
2. Tambang permukaan adalah usaha pertambangan dan penggalian bahan galian yang
kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka.
3. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
4. Restorasi lahan bekas tambang adalah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas
tambang menjadi seperti keadaan semula
5. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki lahan yang terganggu.
6. Revegetasi lahan tambang adalah usaha penanaman kembali lahan dengan
tumbuhan/pepohonan/tanaman pada lahan bekas kegiatan tambang.
2
pemakaian peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk.
2.5 Pemetaan
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau
sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan
tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan
kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tapak reklamasi tersebut
dilengkapi dengan peta-peta skala 1 : 1.000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai
gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi dengan
peta indeks dengan skala yang memadai.
Di dalam peta digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan misalnya kemajuan
penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan tegak penyimpanan sementara tanah
pucuk, kolam pengendap, kolam tersediaan air, pemukiman, sungai, jembatan, jalan,
revegetasi dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/pembuatannya.
5
penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur sungai.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan,
kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan
tanaman penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagaia berikut:
1. Meminimasikan areal terganggu dengan:
a . membuat rencana detail kegiatan penambangan dan
reklamasi
b. membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan
c. penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan
d. pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan :
a. pembuatan teras-teras
b. pembuatan saluran diversi (pengelak)
c. pembuatan SPA
d. dam pengendali e chek dam
3. Meningkatkan infiltrasi (persesapan air tanah)
a. dengan pengaturan tanah searah kontur
b. akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai
media perakaran tanah
c. pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi pertambangan
a. penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan harus didalam wilayah Kuasa Pertambangan, Izin Usaha
Pertambangan (IUP)
b. membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandung
sedimen
c. bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang
dilengkapi dengan saluran pengelak
d. letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga aliran air mudah ditampung dan
dibelokan serta kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam
e. bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan sebaiknya
sedimen di keruk dan dapat dipakai sebagai lapisan tanah atas.
f. dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah
(spilways) untuk menangani keadaan darurat dan saluran pembuangan (decant,
syphon), dan lain yang dianggap perlu
g. kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, sheck dam dari beton,
6
batu, kayu atau dalam bentuk lain.
Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu kepada pedoman teknis yang
telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pertambangan Umum melalui Surat
Keputusan No.693.K/008/DDJP/1996 tentang pedoman Teknis Pengendalian
Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum.
7
e. mempunyai electrical conductivity (ec) > 400 milisimens/meter
2.11 Revegetasi
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman,
persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan
pemeliharaan tanaman.
1. Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman
Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang
menggambarkan kondisi lokal, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis
pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata
waktu pelaksanaan kegiatan. Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis
kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi atau
bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasi asli. Sedangkan data
sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara lain demografi, sarana,
prasarana dan aksesibilitas yang ada.
Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada tanaman jenis tumbuhan
asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi
tanah setempat saat ini. Sehingga perlu selalu mengingat perkembangan pengetahuan
mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas
tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis
tanaman yang cocok.
2. Persiapan Lapangan
Pada umunya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan,
pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat
penting agar keberhasilan tanaman dapat tercapai.
a. pembersihan lahan
Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentuan dalam persiapan
lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman penganggu
(alang-alang, liliana, dll) dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh
baik tanpa ada persaingan dengan tanaman penganggu dalam hal mendapatkan
unsur hara, sinar matahari, dll
b. Pengolahan tanah
Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah
menembus tanah dan mendapat unsur hara yang diperlukan dengan baik,
diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan
c. perbaikan tanah
Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat
perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur,
8
mulsa, pupuk (organik maupun an-organik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan
dapat memperbaiki persyaratan tumbuh tanaman.
9
memang sudah tidak dikehendaki serta dapat segera dilakukan revegetasi (lihat
gambar 3.26).
Bongkar gorong-gorong selokan dan konstruksi semi permanen/sementara
lainnya biarkan air mengalir secara alamiah. Apabila konstruksi penguat dinding
lereng atau pekerjaan potong timbun (cut and fill) dan sebagainya menjadikan
daerah-daerah berbelerang tidak stabil untuk jangka waktu lama, maka perlu
dibentuk kembali kontur yang memadai dengan menggunakan material dari
badan jalan, sehingga diperoleh lereng yang lebih stabil dan memenuhi persyaratan
sebagai lahan siap revegetasi.
2. Instalasi Jaringan Listrik dan Komunikasi
Hindari penebasan pohon serta pemindahan tanah dalam rangka instalasi jaringan
listrik dan alat komunikasi, biarkan tanggul atau akar pohon selama tidak menganggu
karena akan mempengaruhi revegetasi jalan-jalan masuk yang digunakan sementara.
Gunakan peralatan yang lebih sesuai untuk instalasi, pemeliharaan maupun
pembongkaran pada daerah-daerah terutama pada daerah-daerah yang sulit dicapai.
Singkirkan kabel, sling dan sebagainya ketika menara selesai dibongkar, kubur atau
singkirkan balok-balok beton atau pondasi.
Jalan-jalan segera direhabilitasi apabila kegiatan tidak aktif lagi.
3. Lubang Bekas Tambang
Apabila penambangan secara terbuka diterapkan pada umumnya akan meninggalkan
lubang atau cekungan pada akhir penambangan, terjadinya lubang-lubang ini dapat
diminimalkan apabila penimbunan kembali tanah penutup dilakukan dengan segera dan
merupakan bagian dari pekerjaan penambangan.
Lubang-lubang tambang yang tidak bisa dihindari dan berdasarkan perhitungan tidak
dapat ditimbun kembali, maka lubang-lubang tersebut haruslah dalam kondisi aman.
Permasalahan lubang bekas tambang tergantung pada kondisi daerah serta kondisi dari
lubang/cekungan tersebut.
Alternatif pemanfaatannya antara lain sebagai berikut :
a. Waduk
Tergantung untuk apa air akan digunakan, kualitas air (yang masuk dan keluar)
meru[akan faktor penentu
b. Habitat satwa liar atau budidaya
Lubang/cekungan merupakan faktor kritis, kedalaman, dinding yang terjal umumnya
tidak cocok untuk maksud ini. Pertimbangan adanya aliran tanah, bentang alam serta
habitat binaan memerlukan penelitian yang komprehensif.
c. Tempat penimbunan bahan bangunan
Dengan pertimbangan ekonomi maka lubang yang akan dipilih adalah yang terdekat
denmgan kegiatan pengupasan tanah/batuan penutup. Penelitian pola air tanah dan
10
kemungkinan pencemaran oleh mineral buangan perlu dilakukan.
Alternatif pemanfaatan lubang bekas tambang harus didahului dengan penelitian
mengenai kelayakan lokasi tersebut terhadap satwa liat arau budidaya.
4. Terowongan dan Sumuran yang Ditinggalkan
Seperti halnya pada tambang terbuka, lubang-lubang yang menghubungkan permukaan
dengan kegiatan tambang dalam, apakah bentuk “adit” (lubang bukaan mend) atau
“shaft” (lubang bukaan vertikal atau miring), apabila akan ditinggalkan harus dalam
keadaaan aman. Bekas penambangan bawah tanah sangat potensial untuk timbulnya
kondisi tidak aman dan bahaya-bahaya lainnya, seperti peneurunan permukaan
(subsidence), gas, pencemaran air permukaan atau air tanah dan kemungkinan dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Sebelum shaft atau adit dihentikan pengoperasiannya perlu dipertimbangkan apakah
ada kemungkinan dapat dipergunakan sebagai jalan masuk pada kegiatan tambang di
kemudian hari, terutama apabila tidak ada lagi kegiatan atau tidak ada jalan masuk
yang lain di sekitar daerah tersebut.
b. Apabila mungkin dapatkan informasi lengkap mengenai desain/peta situasi terakhir
dari kegiatan tambang dan kondisi geologi setempat. Apabila kemungkinan terjadi
emisi gas-gas, gempa atau gerakan tanah dan lain-lain, maka struktur dari konstruksi
penutup lubang-lubang tersebut harus didesain dengan cermat. Mintalah bantuan
konsultan apabila tidak ada tenaga yang benar-benar ahli di bidangnya.
c. Periksa kualitas air tambang apakah mungkin dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
baku atau potensi sebagai sumbner pencemar.
d. Singkirkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dan diketahui dengan pasti
lokasi, jumlah, karakteristik dan bijih yang masih tersisa atau material-material lain
yang dapat menimbulkan pencemaran.
e. Buanglah sampah beracun secara aman sesuai peraturan yang berlaku (tidak boleh
digunakan sebagai material pengisi) dan daerah tersebut direklamasi dengan cara yang
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada dalam buku pedoman ini.
5. Penutupan dan penyumbatan
Penentuan cara penutupan daerah bekas tambang dan lubang-lubang bekas tambang
tergantung pada kondisi daerah setempat.
Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih. Yaitu:
a. Penggunaan Pagar Pengaman Atau Dinding Tembok dan lain-lain
Lakukan pengamatan dan pengamanan pada sekeliling daerah yang diperkirakan akan
mengalami penurunan permukaan (subsidence).
Pada daerah sekitar mulut lubang bekas penambangan, pemagaran harus cukup luas
sehingga mencakup daerah yang rawan terhadap kemungkinan longsoran dari atas.
11
Pemeliharaan dan pengawasan terhadap air atau shaft yang telah ditinggalkan/ditutup
harus tetap dilakukan selama potensi-potensi bahaya masih ada. Selain dilakukan
pemagaran di mulut terowongan atau sumuran yang ditinggalkan tersebut lakukan
pula pengamanan jalan masuk ke sumuran atau terowongan.
b. Menutup permukaan Bekas Penambangan
Penutupan permukaan bekas penambangan akan membantu/mencegah
kecelakaan, penggunaan yang tidak sewajarnya untuk tempat pembuangan sampah dan
lain-lain setelah tambang ditutup. Gunakan bahan beton, pelat baja dan dibuat
nampak/muncul dipermukaan agar dapat menghindari kecelakaan.
Penutup haruslah cukup besar atau cukup memadai untuk menghindari
terjadinya pembolongan sekeliling disumbat oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Sumbat beton pada sumuran (shaft) harus dibuat dari beton
bertulang (reinforced concrete) dan disangga oleh landasan yang kokoh sekeliling
lubang sumuran. Sumuran beton harus cukup tebal dan kuat agar tidak ambruk serta
dapat menahan beban-beban normal, termasuk gaya isap tekanan yang timbul
akibat adanya penyusun lumpur pengisi, ambrukan rongga-rongga atau
akumulasi gas-gas tambang.
c. Penyumbatan Sumuran Dibagian Dalam Agar tetap Ada Jalan Menuju Level Bagian
Atas
Sumbat penutup harus kedap air dan desain agar dapat mengatasi kondisi
permeabilitas, elastisitas dan gaya-gaya komprehensif dari pelapisan batuan di
sekitar atau akumulasi air. Carilah batuan atau bimbingan khusus dari konsultasi.
d. Pengisian Kembali Dengan Material tertentu
Jangan gunakan sumuran yang ditinggalkan sebagai tempat pembuangan
sampah, sisa bahan kimia dan lain-lain.
Bila terdapat gas-gas tambang hindarkan penumupkkan batuan kwarsit, bongkahan
beton berbesi atau material lain yang dapat menimbulkan percikan api.
Bagian dasar sumuran harus diperkuat agar lebih stabil dengan pengisian batuan
yang bersih, keras dan memungkinkan air mengalir dengan tinggi minimal lima kali
diameter sumuran.
Material pengisi yang umumnya digunakan untuk mengisi sumuran (selain pada
lokasi-lokasi kritis) harus terdiri dari material yang stabil dan mengisi rongga-rongga
serta dapat menyangga dinding shaft, misalnya bata, bongkah beton dan lain-lain.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Sasaran akhir dari
reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil
dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan
kembali lahan bekas tambang tersebut sangat bervariasi untuk daerah yang
berbeda. Misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf dan sebagainya
sesuai dengan rencana tata ruang.
3.2 Saran
untuk mendapatkan reklamasi lahan bekas tambang lebih cepat maka perlu dikaji
lebih lanjut hubungan sifat-sifat tanah dengan pertumbuhan masing-masing jenis
tanaman dan vegetasi yang Hal ini penting untuk mendapatkan jenis-jenis tanaman
yang cocok digunakan untuk reklamasi selanjutnya dan tanaman yang menyumbang
bahan organik yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, S., 2017. Pengaturan Tentang Reklamasi Pantai Berdasarkan Unclos 1982 dan
Implementasinya di Indonesia. Jurnal Yuridis, 3(2), pp.49-60.
Suprapto S.J. (2007) Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi
BahanGalian, Kelompok program penelitian konservasi, pusat sumberdaya geologi.