Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“REKLAMASI”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknik Pertambangan yang
diampu oleh Bapak Aryanto, ST.MT

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Heni Handayani
2. Muhamad Safran
3. Muhammad Ilham

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini tentang "Reklamasi". Tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Penulis,

Sabtu, 20 April 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

2.1 Pengertian...........................................................................................................................2

2.2 Ruang Lingkup dan Sasaran...............................................................................................2

2.3 Perencanaan Reklamasi.......................................................................................................3

2.4 Pemerian Lahan...................................................................................................................3

2.5 Pemetaan..............................................................................................................................4

2.6 Peralatan yang Digunakan...................................................................................................4

2.7 Pelaksanaan Reklamasi.......................................................................................................4

2.8 Persiapan Lahan.....................................................................................................................5

2.9 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi...................................................................................5

2.10 Pengelolaan Tanah Pucuk..................................................................................................7

2.11 Revegetasi..........................................................................................................................7

2.12 Reklamasi Pada Infrastruktur dan Bukaan Tambang.........................................................9

2.13 Kriteria Keberhasilan Reklamasi.....................................................................................12

BAB III PENUTUP...................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................14

3.2 Saran..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam Pembangunan
Nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya.
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya tersebut adalah pertambangan
bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor penyumbang devisa
Negara yang cukup besar. Akan tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan
secara tepat dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan terutama
gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Selain itu dampak
lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain adalah:
 Penurunan produktivitas tanah
 Terjadinya erosi dan sedimentasi
 Pencemaran air
 Penurunan muka air tanah
 Terganggunya flora dan fauna
 Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk
 Perubahan iklim mikro

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu referensi pelaksana
di lapangan agar dalam melakukan reklamasi dapat memperoleh hasil yang optimal.
Makalah ini membahas rencana reklamasi lahan bekas tambang dengan tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1. Sasaran reklamasi
2. Perencanaan reklamasi
3. Pembersihan lahan
4. Tata letak tanah (landscaping)
5. Pengelolaan tanah pucuk
6. Pengendalian erosi dan sedimentasi
7. Revegetasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
1. Penambangan adalah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik
secara manual maupun mekanis yang meliputi pembersihan, pembongkaran,
pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.
2. Tambang permukaan adalah usaha pertambangan dan penggalian bahan galian yang
kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka.
3. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
4. Restorasi lahan bekas tambang adalah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas
tambang menjadi seperti keadaan semula
5. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki lahan yang terganggu.
6. Revegetasi lahan tambang adalah usaha penanaman kembali lahan dengan
tumbuhan/pepohonan/tanaman pada lahan bekas kegiatan tambang.

2.2 Ruang Lingkup dan Sasaran


1. RuangLingkup
Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu:
a. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang
terganggu ekologinya.
b. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya
untuk pemanfaatan selanjutnya.
Substansi kegiatan reklamasi ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu
perencanaan, pelaksanaan, kriteria keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang.
Sedangkan kegiatannya meliputi pekerjaan teknis sipil, teknis vegetasi, teknis
kimiawi dan/atau kombinasinya.
2. Sasaran
Sasaran akhir dari reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
kembali. Pemanfaatan kembali lahan bekas tambang tersebut sangat bervariasi
untuk daerah yang berbeda. Misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf
dan sebagainya sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan demikian peruntukan
lahan pada pasca penambangan harus dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah,
pemilik tanah dan instansi terkait lainnya. Pelaksanaan reklamasi harus dilaksanakan
dengan cepat sepanjang umur tambang. Dengan demikian dapat dicapai efisiensi

2
pemakaian peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk.

2.3 Perencanaan Reklamasi


Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini
reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah
disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang
terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam
perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan
penambangan
b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luar areal penambangan
c. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi
d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang
aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan
tujuan penggunaannya (peruntukkannya)
f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi
g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan
h. Permukaan yang padat harus digemburkan, namun bila tidak dimungkinkan agar
ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras
i. Setelah penambangan maka lahan bekas tambang yang diperuntukkan bagi
vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai.
j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan
k. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Perencanaan reklamasi harus mengacu kepada Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

2.4 Pemerian Lahan


Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang penting untuk merencanakan jenis
perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu;
1. Kondisi iklim
2. Geologi
3. Jenis tanah
4. Bentuk alam/topografi
3
5. Air permukaan dan air tanah
6. Flora dan fauna
7. Penggunaan lahan
8. Tata ruang dan lain-lain.

2.5 Pemetaan
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau
sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan
tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan
kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tapak reklamasi tersebut
dilengkapi dengan peta-peta skala 1 : 1.000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai
gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi dengan
peta indeks dengan skala yang memadai.
Di dalam peta digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan misalnya kemajuan
penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan tegak penyimpanan sementara tanah
pucuk, kolam pengendap, kolam tersediaan air, pemukiman, sungai, jembatan, jalan,
revegetasi dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/pembuatannya.

2.6 Peralatan yang Digunakan

Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana


prasarana antara lain: dump truck, Bulldozer, excavator, traktor, back hoe, sekop,
cangkul, bangunan pengendali erosi (a.l : susunan karung pasir, tanggul, susunan jerami,
bronjong, pagar keliling), beton, plat baja untuk menghindari kecelakaan dan lain-lain.

2.7 Pelaksanaan Reklamasi


Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana
tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus sudah selesai
pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan
pertambangan bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati tercapai.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan
reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik
sipil meliputi : pembuatan teras, saluran pembuangan air (SPA), bangunan pengendali
lereng, chek dam, penangkap oli bekas (oil chatcher) dan lain-lain yang disesuaikan
dengan kondisi setempat. Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistim
penanaman (monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang disesuaikan kondisi
setempat, tanaman penutup (cover crop) dan lain-lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
4
bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah
(low grade) yang belum dimanfaatkan
b) Pengendalian erosi dan sedimentasi
c) Pengelolaan tanah pucuk (top soil)
d) Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuan lain.

2.8 Persiapan Lahan


1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang
Kegiatan ini meliputi :
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan di
lahan yang akan direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan
berbahaya (B-3) dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan “scrap” pada tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan permanen
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan
direklamasi
2. Pengaturan Bentuk Lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat.
Kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng
1. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air
limpasan (run off); erosi dan sedimentasi serta longsoran
2. Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras-teras
b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
1. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksud untuk pengatur air agar
mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan akibat
erosi.
2. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan
luas areal yang direklamasi.
3. Pengaturan/Penempatan Low Grade
Maksud pengaturan dan penempatan “low grade” (bahan tambang kadar
rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun
dalam waktu yang lama karena belum dapat dimanfaatkan.

2.9 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan

5
penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur sungai.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan,
kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan
tanaman penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagaia berikut:
1. Meminimasikan areal terganggu dengan:
a . membuat rencana detail kegiatan penambangan dan
reklamasi
b. membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan
c. penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan
d. pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan :
a. pembuatan teras-teras
b. pembuatan saluran diversi (pengelak)
c. pembuatan SPA
d. dam pengendali e chek dam
3. Meningkatkan infiltrasi (persesapan air tanah)
a. dengan pengaturan tanah searah kontur
b. akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai
media perakaran tanah
c. pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi pertambangan
a. penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan harus didalam wilayah Kuasa Pertambangan, Izin Usaha
Pertambangan (IUP)
b. membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandung
sedimen
c. bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang
dilengkapi dengan saluran pengelak
d. letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga aliran air mudah ditampung dan
dibelokan serta kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam
e. bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan sebaiknya
sedimen di keruk dan dapat dipakai sebagai lapisan tanah atas.
f. dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah
(spilways) untuk menangani keadaan darurat dan saluran pembuangan (decant,
syphon), dan lain yang dianggap perlu
g. kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, sheck dam dari beton,
6
batu, kayu atau dalam bentuk lain.
Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu kepada pedoman teknis yang
telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pertambangan Umum melalui Surat
Keputusan No.693.K/008/DDJP/1996 tentang pedoman Teknis Pengendalian
Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum.

2.10 Pengelolaan Tanah Pucuk


Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan
lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman
dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada
kegiatan reklamasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk
adalah:
1. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai dengan
bahan galian
2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi
dari 2 meter
3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan tanah pucuk
ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum 0,15 m
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan lebih
tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara
mengisolasi dan meisahkannya
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah6. Bila lapisan tanah pucuk tipis
(terbatas/sedikit) perlu dipertimbangkan
a. penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga
perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan segera
b. penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah yang peka terhadap
erosi dapat dilihat pada tabel 3.1)
c. jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat dicampur dengan tanah
bawah (sub soil)
d. dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop) yang
cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah
7. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila:
a. sangat berpasir (70% pasir atau kerikil)
b. sangat berlempung (60% lempung)
c. mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00 d. mengandung khlorida > 3% dan

7
e. mempunyai electrical conductivity (ec) > 400 milisimens/meter

2.11 Revegetasi
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman,
persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan
pemeliharaan tanaman.
1. Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman
Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang
menggambarkan kondisi lokal, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis
pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata
waktu pelaksanaan kegiatan. Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis
kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi atau
bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasi asli. Sedangkan data
sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara lain demografi, sarana,
prasarana dan aksesibilitas yang ada.
Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada tanaman jenis tumbuhan
asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi
tanah setempat saat ini. Sehingga perlu selalu mengingat perkembangan pengetahuan
mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas
tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis
tanaman yang cocok.
2. Persiapan Lapangan
Pada umunya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan,
pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat
penting agar keberhasilan tanaman dapat tercapai.
a. pembersihan lahan
Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentuan dalam persiapan
lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman penganggu
(alang-alang, liliana, dll) dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh
baik tanpa ada persaingan dengan tanaman penganggu dalam hal mendapatkan
unsur hara, sinar matahari, dll
b. Pengolahan tanah
Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah
menembus tanah dan mendapat unsur hara yang diperlukan dengan baik,
diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan
c. perbaikan tanah
Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat
perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur,

8
mulsa, pupuk (organik maupun an-organik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan
dapat memperbaiki persyaratan tumbuh tanaman.

2.12 Reklamasi Pada Infrastruktur dan Bukaan Tambang


1. Jalan dan jalan Tambang
Pencemaran desain dan konstruksi jalan tambang baik yang permanen maupun
sementara harus mempertimbangkan rencana kegunaannya lebih lanjut bila
pelaksanaan reklamasi telah telah dilakukan dikemudian hari.
a. Perencanaan
Jalan umum dan jalan tambang harus diselaraskan dengan rencana pembukaan
daerah pertambangan, hal ini akan mempermudah rencana selanjutnya apabila
kegiatan pertambangan telah selesai.
Perencanaan jalan harus memperhatikan keamanan operasi penambangan hindari
pembuatan jalan sejajar yang tidak perlu, demikian pula bundaran, jalan pintas, dan
lain-lain. Pada daerah gersang atau jarang pepohonan, perencanaan jalan umum dan
jalan tambang dilakukan sedemikian rupa agar tumbuh-tumbuhan atau
panorama alam tidak mengurangi daya penglihatan.
Sedapat mungkin perencanaan jalan umum dan jalan tambang harus
disesuaikan dengan keadaan topografi untuk menghindari mengalirnya air ke badan
jalan yang dapat mengakibatkan jalan selalu basah.
b. Rancang Bangun Dan pekerjaan Konstruksi
Pada waktu mendesain jalan tambang harus disesuaikan untuk beberapa lama
jalan itu diperlukan dan peralatan apa saja yang memerlukan jalan tersebut.
Sedapat mungkin dihindari pemakaian alat-alat berat pada jalan yang dipergunakan
untuk kegiatan eksplorasi dan dihindari sejauh mungkin mengganggu tanah pucuk
serta akar-akar pohon yang ada. Memanfaatkan kayu dari pohon bekas tebangan
sebagai badan jalan dan stabilitas lereng jalan. Permukaan jalan dapat
mengkontaminasikan air larian, maka dalam rancang bangun maupun pekerjaan
konstruksi harus memperhitungkan hal tersebut apabila curah hujan tinggi.
Persyaratan atau kelengklapan dari suatu jalan yang baik misalnya untuk
mengendalikan erosi perlu dipertahankan dalam pengerjaannya.
c. Reklamasi
Konfirmasi apakah pihak yang berkepentingan (pemilik, kehutanan dan
lain-lain) masih memerlukan jalan tersebut atau tidak pada waktu yang akan datang.
Pasanglah pintu atau penghalang untuk mencegah penggunaan jalan oleh orang-
orang yang tidak berkepentingan.Tebarkan tanah pucuk dan garu untuk
melonggarkan tanah yang padat sehingga mudah untuk penyemaian bibit tanam, hal
ini akan sekaligus juga menghambat atau mencegah penggunaan jalan yang

9
memang sudah tidak dikehendaki serta dapat segera dilakukan revegetasi (lihat
gambar 3.26).
Bongkar gorong-gorong selokan dan konstruksi semi permanen/sementara
lainnya biarkan air mengalir secara alamiah. Apabila konstruksi penguat dinding
lereng atau pekerjaan potong timbun (cut and fill) dan sebagainya menjadikan
daerah-daerah berbelerang tidak stabil untuk jangka waktu lama, maka perlu
dibentuk kembali kontur yang memadai dengan menggunakan material dari
badan jalan, sehingga diperoleh lereng yang lebih stabil dan memenuhi persyaratan
sebagai lahan siap revegetasi.
2. Instalasi Jaringan Listrik dan Komunikasi
Hindari penebasan pohon serta pemindahan tanah dalam rangka instalasi jaringan
listrik dan alat komunikasi, biarkan tanggul atau akar pohon selama tidak menganggu
karena akan mempengaruhi revegetasi jalan-jalan masuk yang digunakan sementara.
Gunakan peralatan yang lebih sesuai untuk instalasi, pemeliharaan maupun
pembongkaran pada daerah-daerah terutama pada daerah-daerah yang sulit dicapai.
Singkirkan kabel, sling dan sebagainya ketika menara selesai dibongkar, kubur atau
singkirkan balok-balok beton atau pondasi.
Jalan-jalan segera direhabilitasi apabila kegiatan tidak aktif lagi.
3. Lubang Bekas Tambang
Apabila penambangan secara terbuka diterapkan pada umumnya akan meninggalkan
lubang atau cekungan pada akhir penambangan, terjadinya lubang-lubang ini dapat
diminimalkan apabila penimbunan kembali tanah penutup dilakukan dengan segera dan
merupakan bagian dari pekerjaan penambangan.
Lubang-lubang tambang yang tidak bisa dihindari dan berdasarkan perhitungan tidak
dapat ditimbun kembali, maka lubang-lubang tersebut haruslah dalam kondisi aman.
Permasalahan lubang bekas tambang tergantung pada kondisi daerah serta kondisi dari
lubang/cekungan tersebut.
Alternatif pemanfaatannya antara lain sebagai berikut :
a. Waduk
Tergantung untuk apa air akan digunakan, kualitas air (yang masuk dan keluar)
meru[akan faktor penentu
b. Habitat satwa liar atau budidaya
Lubang/cekungan merupakan faktor kritis, kedalaman, dinding yang terjal umumnya
tidak cocok untuk maksud ini. Pertimbangan adanya aliran tanah, bentang alam serta
habitat binaan memerlukan penelitian yang komprehensif.
c. Tempat penimbunan bahan bangunan
Dengan pertimbangan ekonomi maka lubang yang akan dipilih adalah yang terdekat
denmgan kegiatan pengupasan tanah/batuan penutup. Penelitian pola air tanah dan
10
kemungkinan pencemaran oleh mineral buangan perlu dilakukan.
Alternatif pemanfaatan lubang bekas tambang harus didahului dengan penelitian
mengenai kelayakan lokasi tersebut terhadap satwa liat arau budidaya.
4. Terowongan dan Sumuran yang Ditinggalkan
Seperti halnya pada tambang terbuka, lubang-lubang yang menghubungkan permukaan
dengan kegiatan tambang dalam, apakah bentuk “adit” (lubang bukaan mend) atau
“shaft” (lubang bukaan vertikal atau miring), apabila akan ditinggalkan harus dalam
keadaaan aman. Bekas penambangan bawah tanah sangat potensial untuk timbulnya
kondisi tidak aman dan bahaya-bahaya lainnya, seperti peneurunan permukaan
(subsidence), gas, pencemaran air permukaan atau air tanah dan kemungkinan dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Sebelum shaft atau adit dihentikan pengoperasiannya perlu dipertimbangkan apakah
ada kemungkinan dapat dipergunakan sebagai jalan masuk pada kegiatan tambang di
kemudian hari, terutama apabila tidak ada lagi kegiatan atau tidak ada jalan masuk
yang lain di sekitar daerah tersebut.
b. Apabila mungkin dapatkan informasi lengkap mengenai desain/peta situasi terakhir
dari kegiatan tambang dan kondisi geologi setempat. Apabila kemungkinan terjadi
emisi gas-gas, gempa atau gerakan tanah dan lain-lain, maka struktur dari konstruksi
penutup lubang-lubang tersebut harus didesain dengan cermat. Mintalah bantuan
konsultan apabila tidak ada tenaga yang benar-benar ahli di bidangnya.
c. Periksa kualitas air tambang apakah mungkin dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
baku atau potensi sebagai sumbner pencemar.
d. Singkirkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dan diketahui dengan pasti
lokasi, jumlah, karakteristik dan bijih yang masih tersisa atau material-material lain
yang dapat menimbulkan pencemaran.
e. Buanglah sampah beracun secara aman sesuai peraturan yang berlaku (tidak boleh
digunakan sebagai material pengisi) dan daerah tersebut direklamasi dengan cara yang
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada dalam buku pedoman ini.
5. Penutupan dan penyumbatan
Penentuan cara penutupan daerah bekas tambang dan lubang-lubang bekas tambang
tergantung pada kondisi daerah setempat.
Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih. Yaitu:
a. Penggunaan Pagar Pengaman Atau Dinding Tembok dan lain-lain
Lakukan pengamatan dan pengamanan pada sekeliling daerah yang diperkirakan akan
mengalami penurunan permukaan (subsidence).
Pada daerah sekitar mulut lubang bekas penambangan, pemagaran harus cukup luas
sehingga mencakup daerah yang rawan terhadap kemungkinan longsoran dari atas.
11
Pemeliharaan dan pengawasan terhadap air atau shaft yang telah ditinggalkan/ditutup
harus tetap dilakukan selama potensi-potensi bahaya masih ada. Selain dilakukan
pemagaran di mulut terowongan atau sumuran yang ditinggalkan tersebut lakukan
pula pengamanan jalan masuk ke sumuran atau terowongan.
b. Menutup permukaan Bekas Penambangan
Penutupan permukaan bekas penambangan akan membantu/mencegah
kecelakaan, penggunaan yang tidak sewajarnya untuk tempat pembuangan sampah dan
lain-lain setelah tambang ditutup. Gunakan bahan beton, pelat baja dan dibuat
nampak/muncul dipermukaan agar dapat menghindari kecelakaan.
Penutup haruslah cukup besar atau cukup memadai untuk menghindari
terjadinya pembolongan sekeliling disumbat oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Sumbat beton pada sumuran (shaft) harus dibuat dari beton
bertulang (reinforced concrete) dan disangga oleh landasan yang kokoh sekeliling
lubang sumuran. Sumuran beton harus cukup tebal dan kuat agar tidak ambruk serta
dapat menahan beban-beban normal, termasuk gaya isap tekanan yang timbul
akibat adanya penyusun lumpur pengisi, ambrukan rongga-rongga atau
akumulasi gas-gas tambang.
c. Penyumbatan Sumuran Dibagian Dalam Agar tetap Ada Jalan Menuju Level Bagian
Atas
Sumbat penutup harus kedap air dan desain agar dapat mengatasi kondisi
permeabilitas, elastisitas dan gaya-gaya komprehensif dari pelapisan batuan di
sekitar atau akumulasi air. Carilah batuan atau bimbingan khusus dari konsultasi.
d. Pengisian Kembali Dengan Material tertentu
Jangan gunakan sumuran yang ditinggalkan sebagai tempat pembuangan
sampah, sisa bahan kimia dan lain-lain.
Bila terdapat gas-gas tambang hindarkan penumupkkan batuan kwarsit, bongkahan
beton berbesi atau material lain yang dapat menimbulkan percikan api.
Bagian dasar sumuran harus diperkuat agar lebih stabil dengan pengisian batuan
yang bersih, keras dan memungkinkan air mengalir dengan tinggi minimal lima kali
diameter sumuran.
Material pengisi yang umumnya digunakan untuk mengisi sumuran (selain pada
lokasi-lokasi kritis) harus terdiri dari material yang stabil dan mengisi rongga-rongga
serta dapat menyangga dinding shaft, misalnya bata, bongkah beton dan lain-lain.

2.13 Kriteria Keberhasilan Reklamasi


Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang
perlu mengacu pada kriteria sebagai berikut:
1. Penataan Lahan
 Pengisian Kembali Lahan bekas Tambang
12
a.Luas areal yang diisi kembali (ha),  90% dari areal yang seharusnya diisi
b.Jumlah bahan/material pengisi (m³),  90% dari jumlah tanah penutup yang
digali
 Pengaturan permukaan lahan (regrading)
a. Luas areal yang diatur (ha),  90% dari areal yang ditimbun kembali
b. Kemiringan lereng (%), < 8% untuk tanaman pangan
c. Tinggi, lebar dan panjang teras (m), disesuaikan dengan bentuk teras dan
kemiringan lereng.
2. Penaburan/penempatan tanah pucuk
a. Luas areal yang diatur (ha),  90% dari areal yang seharusnya diisi
b . Jumlah tanah pucuk yang ditabur,  90% dari jumlah tanah pucuk yang
digali dan disimpan
c . Ketebalan tanah pucuk (cm),  80% dari ketebalan tanah pucuk semula pada
areal tersebut
d. Perbaikan kualitas tanah pada zone perakaran melalui pengapuran (ton/ha),
sehingga pH tanah menjadi 5,0 – 7,0 dan perbaikan struktur tanah, tanah menjadi
gembur.
3. Pemeliharaan
a. Jumlah dan jenis tanaman sulaman, sesuai dengan jumlah yang mati
b. Pemupukan, jenis danm dosis pupuk serta frekuensi pemupukan sesuai
dengan rencana
c.  90% dari tanaman bebas dari gulma, hama dan penyakit
4. Tingkat pertumbuhan tanaman
a. Tanaman tumbuh subur (sehat dan tidak merana)
b. Jumlah tanaman yang ditanam prosentase jadinya . 80%

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Sasaran akhir dari
reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil
dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan
kembali lahan bekas tambang tersebut sangat bervariasi untuk daerah yang
berbeda. Misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf dan sebagainya
sesuai dengan rencana tata ruang.

Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang penting untuk merencanakan


jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Untuk melaksanakan reklamasi
diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai
sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus disesuaikan
dengan tata ruang.Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum
melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam
kegiatan operasi penambangan.

Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana


tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus sudah
selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi,
perusahaan pertambangan bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah
disepakati tercapai. Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang
mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Untuk menunjang keberhasilan reklamasi
biasanya digunakan peralatan dan sarana prasarana antara lain: dump truck,
Bulldozer, excavator, traktor, back hoe, sekop, cangkul, dll.

3.2 Saran
untuk mendapatkan reklamasi lahan bekas tambang lebih cepat maka perlu dikaji
lebih lanjut hubungan sifat-sifat tanah dengan pertumbuhan masing-masing jenis
tanaman dan vegetasi yang Hal ini penting untuk mendapatkan jenis-jenis tanaman
yang cocok digunakan untuk reklamasi selanjutnya dan tanaman yang menyumbang
bahan organik yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, S., 2017. Pengaturan Tentang Reklamasi Pantai Berdasarkan Unclos 1982 dan
Implementasinya di Indonesia. Jurnal Yuridis, 3(2), pp.49-60.

Adnyano A. A. I. A. 2016. Penilaian Tingkat Keberhasilan Reklamasi (Permen ESDM


No. 7 Tahun 2014).

Sitorus, S. R. P dan L. N. Badri. 2008. Karakteristik Tanah dan Vegetasi Lahan


Terdegradasi Pasca Penambangan Timah serta Teknik Rehabilitasi untuk Keperluan
Revegetasi. Prosiding Semiloka Nasional 22-23 Desember 2008.

Suprapto S.J. (2007) Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi
BahanGalian, Kelompok program penelitian konservasi, pusat sumberdaya geologi.

Wardani, Khusnul. 2013. Pengendalian Konstruksi Reklamasi. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai