Anda di halaman 1dari 10

Artikel Relevan

Jurnal 1
Judul : Strategi Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Penulis : Hirfan

Latar Belakang:

Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting


bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam.
Oleh karena itu, sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk
kelangsungan hidup manusia kini maupun untuk generasi yang akan dating.
Manusia merupakan posisi kunci penuyebab utama terjadinya kerusakan
lingkungan atau (ekosistem). Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi
manusia, kebutuhan hidupnya pun meningkat, akibatnya terjadi peningkatan
permintaan akan lahan seperti pertanian dan pertambangan. Sejalan dengan hal
tersebut dan dengan semakin hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi
alam, maka manusialah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan
dalam merestorasi ekosistem rusak.

Salah satu konsekuensi dari pembangunan aktifitas adalah penambangan


yang akan mengakibatkan adanya lahan bekas tambang. Alternatif penggunaan
lahan bekas tambang yang umum dilakukan adalah untuk kawasan kehutanan,
pertanian, dan lokasi wisata.

Pilihan dari skema reklamasi ini tergantung terutama kepada iklim


(termasuk iklim mikro), topografi lahan pasca tambang, keberadaan tanah pucuk,
jarak ke pusat-pusat perkotaan dan status lahan. Sebagai contoh, beberapa alasan
mengapa hutan dipilih untuk skema reklamasi bisa karena lereng yang terbentuk
setelah proses regrading masih terlalu curam untuk kegiatan pertanian, produksi
hasil kayu hutan lebih menguntungkan, tanaman hutan mungkin ditanam hanya
untuk memenuhi aspek estetik saja, atau status lahan mengharuskan lahan bekas
tambang ditanami kembali dengan tanaman kehutanan. Tambang Ramah
Lingkungan (green mining) merupakan komitment baru yang dibuat dan
dilaksanakan oleh perusahaan tambang karena perusahaan tambang sudah
waktunya mempertimbangkan kelestarian lingkungan dalam setiap aktivitas
penambangan.

Hal ini untuk mendorong keinginan perusahaaan mewujudkan perusahaan


sebagai perusahaan Green Mining, yaitu perusahaan pertambangan hijau yang
tidak merusak tetapi justru membantu mewujudkan kelestarian fungsi hutan di
Indonesia. Sehingga perusahaan tersebut juga layak mendapat predikat “green
company” karena komitmennya dalam melestarikan dan memelihara lingkungan
hidup. Upaya tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan pada teknik
reklamasi bekas tambang yang selesai ekploitasinya. Ada beberapa hal penting
yang perlu mendapatkan perhatian perusahaan pertambangan agar dapat menjadi
perusahaan yang ramah lingkungan.

Tujuan :

Lahan bekas tambang bertujuan untuk mengembalikan manfaat hutan


sesuai dengan fungsinya

Metodologi Penelitian:

Perintisan (Pioneering) adalah kegiatan persiapan yang mencakup


pembuatan sarana jalan angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran).

Pembabatan (Clearing) adalah kegiatan atau pekerjaan pembersihan daerah


yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-pohon kecil dan tanah maupun
bongkahan-bongkahan yang menghalangi pekerjaan selajutnya.

Pengupasan tanah penutup (Stripping) yang dilakukan pada lapisan tanah


penutup biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing dan menggunakan
bulldozer.

Pembuatan bench kelompok blok dan dimensi dari pada endapan akan
turut
mempengaruhi. Bagian lereng bukit yang akan dipotong pada waktu
pembuatan bench tersebut jika mempunyai kadar yang cukup untuk di
tambang maka akan diambil dan dianggap sebagai bijih produksi, akan
tetapi jika kadarnya rendah maka bagian tersebut didorong kesamping.
Hasil :
Secara umum, garis besar tahapan reklamasi yaitu:

1. Konservasi top soil, Beberapa hal yang harus diperhatikan, adalah:

(a) menghindari tercampurnya subsoil yang mengandung unsur atau


senyawa beracun, seperti pirit, dengan tanah pucuk, dengan cara
mengenali sifat-sifat lapisan tanah sebelum penggalian dilakukan,

(b) menggali tanah pucuk sampai lapisan yang memenuhi persyaratan


untuk tumbuh tanaman,

(c) menempatkan galian tanah pucuk pada areal yang aman dari erosi
dan penimbunan bahan galian lainnya,

(d) menanam legum yang cepat tumbuh pada tumpukan tanah pucuk
untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah.

2. Penataan lahan, Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi


bentang alam, antara lain dengan cara:
(a) menutup lubang galian (kolong) denganmenggunakan limbah
tailing (overburden). Lubang kolong yang sangat dalam dibiarkan
terbuka, untuk penampung air;
(b) membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air,
(c) menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali,
diantaranya dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah,
jika tanah sangat bergelombang penataan lahan dilakukan
bersamaan dengan penerapan suatu teknik konservasi, misalnya
dengan pembuatan teras,
(d) menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih
efisien. Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah
pucuk diletakan pada areal atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat
pula diletakkan pada lubang tanam.

Jurnal 2 :
Judul :Kajian Reklamasi Lahan Pasca Tambang di Jambi,Bangka dan
Kalimantan Selatan
Penulis : Misbakhul Munir, RR Diah Nugraheni Setyowati
Latar Belakang:
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal,dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa
sektor. Tahapan kegiatan perencanaan tambang meliputi penaksiran sumberdaya
dan cadangan, perancangan batas penambangan (final/ultimate pitlimit),
pentahapan tambang, penjadwalan produksi tambang, perancangan tempat
penimbunan (wastedump design), perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja,
perhitungan biaya modal dan biaya operasi, evaluasi finansial, analisis dampak
lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
termasuk pengembangan masyarakat (community development) serta Penutupan
tambang. Perencanaan tambang, sejak awal sudah melakukan upaya yang
sistematis untuk mengantisipasi perlindungan lingkungan dan pengembangan
pegawai dan masyarakat sekitar tambang (Arif, 2007). Kegiatan pertambangan
pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut (Sabtanto, 2011)
(a) Eksplorasi, (b) Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan, (c) Pengolahan bijih
dan operasional pabrik pengolahan, (d) Penampungan tailing, pengolahan dan
pembuangannya, (e) Pembangunan infrastuktur, jalan akses dansumber energi,
dan (f) Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman. Pengaruh
pertambangan pada aspek lingkungan terutama berasal dari tahapan ekstraksi dan
pembuangan limbah batuan, dan pengolahan bijih serta operasional pabrik
pengolahan. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan
yang besar, sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap
awal sampai pasca tambang.
Pada saat membuka tambang, sudahharus difahami bagaimana menutup
tambang. Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif, sesuai rencana tata
guna lahan pasca tambang. Program reklamasi lahan bekas tambang merupakan
program wajib yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan baik swasta maupun
non swasta, dimana peraturan kewajiban reklamasi tambang sudah di atur oleh
UU No. 4 Tahun 2009 pasal 96 dan diikat oleh Perpu No. 78 Tahun 2010 pasal 2
ayat 1 tentang Reklamasi Pasca Tambang. Kewajiban melakukan reklamasi untuk
lahan bekas tambang telah berjalan di beberapa daerah di Indonesia, beberapa
diantaranya adalah di Provinsi Jambi, Kabupaten Bangka dan Kalimantan Selatan.
Daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang telah melaksanakan program
reklamasi.
Metodologi Penelitian:
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif analisis, yaitu dengan cara memilah data yang paling penting dari
beberapa jurnal yang. Pengumpulan data melalui studi literatur yang diperoleh
dari beberapa jurnal maupun buku, sekaligus menyesuaikan data terbaru pada
kondisi lokasi yang sesungguhnya. Teknik pengambilan data menggunakan
metode analisis komparatif dengan membandingkan berbagai jurnal maupun
literatur lain.
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian yang diperoleh adalah kriteria kesuburan tanah pada lahan
reklamasi tambang batubara muda di Kabupaten Muaro Jambi dan Batanghari
tergolong rendah hingga sangat rendah. Kandungan unsur hara makro yaitu N, P,
dan K semuanya bekisar sangat rendah di lapisan atas dan lapisan bawah kecuali
K tersedia. Reaksi tanah masam serta kapasitas tukar kationnya rendah hingga
sangatrendah. Umumnya topografi pada areal bekas penambangan yang telah
direklamasi berupa berbukit dengan lereng > 8% kecuali pada areal galian yang
ditutup rata-rata datar,berombak dan landai.
Jurnal 3

Judul : Rencana Biaya Reklamasi Langsung Program PascaTambang


Lahan Bekas Tambang di Cv. Empat Jaya, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Penulis : Faisal Muhammad Akbar, Dwi Reping Darmastuti, Ir. Wawong
Dwi Ratminah, MT
Latar Belakang:
CV. Empat Jaya adalah perusahaan penambangan Batugamping di
Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batugamping
merupakan salah satu bahan galian utama yang ditambang oleh CV. Empat Jaya
sebagai bahan baku pembuatan pralon dan cat, dengan sistem penambangan yang
digunakan yaitu tambang terbuka dengan metode kuari.
Dengan pemanfaatan Batugamping sebagai bahan baku untuk beberapa
produk tersebut dapat menyebabkan peningkatan permintaan Batugamping. Nilai
ekonomi dan prospek kedepannya untuk bahan tambang Batugamping akan terus
meningkat,sehingga harus membuat perencanaan IUP suatu produksi dengan
pasar tambang dan pengelolaan yang baik sesuai Good Mining Practice
diperlukan dalam kegiatan penambangan yang dilakukan
Kegiatan reklamasi dan pascatambang merupakan salah satu dari kegiatan
pertambangan (UU nomor 4 tahun 2009 dan keputusan Menteri ESDM no 7 tahun
2014) yang memiliki tujuan untuk mencegah dan memperbaiki dampak negatif
penambangan seperti yang tertera diatas. Reklamasi terdiri dari beberapa tahapan
seperti penataan guna lahan hingga pemeliharaan lahan.
Salah satu aspek penting dalam rencana reklamasi program pascatambang
adalah rencana biaya reklamasi program pascatambang yang bertujuan untuk
mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan pembongkaran,
penatagunaan lahan, penebaran tanah pucuk dan revegetasi. Kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang terkena
dampak kegiatan pertambangan.
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung biaya pembongkaran, biaya
penatagunaan lahan, biaya penebaran tanah pucuk, dan biaya revegetasi dalam
kegiatan reklamasi program pascatambang CV. Empat Jaya.
Metodologi Penelitian:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara umum terdiri dari
studi literatur untuk mengetahui gambaran umum dan menambah referensi
tentang pascatambang, mengumpulkan data pendukung seperti pedoman
penyusunan rencana pascatambang berdasarkan undang-undang, pengumpulan
data sekunder tentang tinjauan umum wilayah penelitian, pengambilan data
dilapangan untuk menentukan profil area yang akan dilakukan reklamasi program
pascatambang, dan perhitungan yang berisi tentang rencana dan biaya reklamasi
program pascatambang.
Hasil Penelitian:
Dari hasil penelitian rencana biaya reklamasi langsung program pascatambang
lahan bekas penambangan batugamping di CV Empat Jaya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Rencana reklamasi program pascatambang dilakukan di 3 area yaitu
1) Tapak bekas tambang pada tahun ke-2 dengan luas 0,15 ha, tahun ke-3
luasan yang di reklamasi 0,42 ha dan tahun ke-5 luas yang di reklamasi
1,82 dengan total luas sebesar 2,39 ha
2) Fasilitas pengolahan yang akan di reklamasi berupa bekas fasilitas
pengolahan yang siap direklamasi yaitu 0,25 ha dan bekas timbunan
komoditas tambang seluas 0,25 ha dengan total luas fasilitas pengolahan
yang di reklamasi seluas 0,5 ha.
3) Fasilitas penunjang berupa reklamasi lahan bekas timbunan tanah pucuk
yang di reklamasi seluas 0,31 ha. Dan pembongkaran sisa bangunan
seperti kantor luas yang dibongkar sebesar 0,1 ha, bengkel dan gudang
seluas 0,15 ha, kantor satpam seluas 0,05 ha , stasiun bahan bakar minyak
seluas 0,05 ha, instalasi listrik dan air seluas 0,05 ha, reklamasi lahan
disekitar kompleks bangunan seluas 0,1 ha, serta reklamasi lahan bekas
jalan tambang seluas 0,3 ha dengan total luas sebesar 1,11 ha.
Jurnal 4
Judul : Reklamasi Lahan Terdegradasi dengan Revegetasi Pada Bekas
Tambang Bahan Baku Semen
Penulis : A. Pudjiharta, E. Santoso, M. Turjaman
Latar Belakang:
Lahan kritis di Indonesia dewasa ini luasnya telah mencapai 48,5 juta ha,
terdiri dari 26,6 juta ha lahan kritis dalam kawasan hutan, 21,9 juta ha lahan kritis
di luar kawasan hutan (RLPS, 2000), dan 11,40 juta ha sebagai konsesi
pertambangan (Nurhidayati, 2003). Sedang laju percepatan pertambahan lahan
kritis sebesar 1,6 juta ha per tahun (Menteri Kehutanan, 2000), realisasi dari
kegiatan rehabilitasi lahan kritis selama ini hanya mencapai 50.000-70.000 ha per
tahun (RLPS, 2000). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, ada kecenderungan
pertambahan lahan kritis lebih cepat dibandingkan dengan realisasi
rehabilitasinya. Apabila kondisi di atas berlangsung terus ma-ka akan
menimbulkan pengaruh buruk yang luas meliputi aspek lingkungan (ekologis)
maupun aspek ekonomi karena lahan merupakan penyangga kehidupan. Salah
satu penyebab lahan kritis adalah aktivitas pertambangan bahan baku semen.
Untuk mengendalikan dan mengembalikan produktivitas lahan kritis khususnya
akibat dari pertambangan bahan baku semen perlu adanya aktivitas reklamasi,
atau rehabilitasi lahan kritis bekas tambang tersebut. Aktivitas reklamasi atau
rehabilitasi lahan bekas tambang bahan baku semen menjadi kewajiban bagi
perusahaan tambang yang bersangkutan. Namun demikian teknik perbaikan
lingkungan khususnya reklamasi atau rehabilitasi lahan yang dilakukan oleh
penambang belum sepenuhnya dikuasai, sehingga perlu diperbaiki dan
ditingkatkan. Beberapa referensi menunjukkan bahwa kegiatan reklamasi atau
rehabilitasi lahan bekas tambang dilakukan dengan teknik-teknik penanaman
pohon merupakan cara umum yang dilakukan.
Di Pulau Jawa saat ini telah beroperasi beberapa pabrik/industri semen. Di
Cibinong Jawa Barat, ada dua industri semen yaitu PT. Holcim (nama lama PT.
Semen Kujang) dengan empat industri/ pabrik, dua pabrik di antaranya di Cilacap
Jawa tengah, sedang PT. Indocement (Se-men Tiga Roda) mempunyai sembilan
pabrik (industri semen), belum termasuk Semen Gresik di Jawa Timur. Laju
perkembangan luas lahan terbuka per tahun akibat pertambangan bahan baku
semen tergantung pada volume bahan baku semen yang ditambang dan
kemampuan pihak perusahaan semen dalam melakukan reklamasi. Penambangan
bahan baku semen dilakukan dengan cara pengambilan batuan sampai kedalaman
tertentu, diambil bahan baku semennya, kemudian bahan yang tidak diperlukan
ditimbun kembali ke tempat semula. Kegiatan ini merupakan salah satu contoh
perusakan ekosistem yang dapat mengakibatkan lahan bekas tambang tersebut
menjadi tidak berfungsi apabila tidak segera direhabilitasi dengan penanaman
kembali areal tersebut dengan jenis-jenis penyubur tanah dan jenis pionir. Akibat
yang umum-nya terjadi setelah lahan bervegetasi ditambang adalah peningkatan
kandungan unsur tertentu yang bersifat toksik bagi tanaman serta di tanah
timbunan. Untuk merehabilitasi lahan bekas tambang yang telah ditimbun
kembali, diperlukan tek-nologi tepat guna agar lahan tersebut dapat produktif
kembali. Untuk itu diperlukan pemilihan jenis-jenis penyubur tanah yang mampu
tumbuh di tempat terbuka pada lahan yang miskin hara dan mengandung bahan
kimia yang bersifat racun bagi tanaman. Setelah itu dilanjutkan dengan pemilihan
jenis-jenis pionir yang dapat menghijaukan lahan. Setelah kegi-atan tersebut,
diperlukan juga informasi jenis mikroba yang cocok dan mampu megembalikan
kesuburan lahan. Oleh ka-rena itu untuk meningkatkan kemampuan dalam
reklamasi lahan kritis bekas tam-bang bahan baku semen tersebut perlu dilakukan
penelitian uji jenis dan perlakuan yang sesuai untuk reklamasi lahan bekas
tambang tersebut.
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan teknologi
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan bio-logi tanah di dalam usaha meningkatkan
produktivitas lahan kritis khususnya bekas tambang bahan baku semen sehingga
proses pemacuan tingkat pertumbuhan jenis-jenis tanaman diharapkan dapat ter-
wujud. Selain itu hasil penelitian tersebut juga diharapkan dapat merupakan kom-
ponen penyusunan paket teknologi rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang.

Hasil Penelitian:
Hasil pengamatan pertumbuhan ta-naman uji coba yang dilakukan dalam
reklamasi lahan tambang semen ter-degradasi di lokasi Gunung Putri de-ngan
pohon yang diberikan perlakuan mikroba dan kontrol (tanpa perlakuan) pada
umur satu tahun persentase (%) yang hidup berturut-turut adalah Gme-lina
arborea Roxb. (95 % dan 33 %), Hisbiscus macrophylla Roxb. (88 % dan 79 %),
Adenanthera pavonina L. (95 % dan 100 %), Khaya anthoteca C. (76 % dan 87 %
), Acacia mangium Willd (91 % dan 91 %), Dalbergia latifolia Roxb. (79 % dan
84 %), dan Acacia crassicarpa A. Cunn Et Benth (55 % dan 87 %). Hasil-hasil
persen-tase hidup tanaman tersebut dalam kondisi gangguan ternak, manusia, dan
kekeringan/genangan yang cukup be-rat di lokasi uji coba, mempengaruhi hasil
kesimpulan.
Jenis pohon yang diujicoba di lokasi Cibadak karena kondisi lahan yang
le-bih berat antara lain reaksi tanah ma-sam (pH 4,6-4,9) demikian pula reaksi air
masam (pH 3,2-5,5) dan tanah ber-pasir kwarsa. Dari waktu pengamatan yang
relatif pendek (dua bulan) terli-hat bahwa jenis pohon yang mampu beradaptasi
hidup lebih baik adalah je-nis Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Acacia
mangium Willd yang mempunyai pertumbuhan relatif lebih baik dari jenis
lainnya. Hal ini masih memerlukan penelitian dan pengamat-an lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai