Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GEOLOGI LINGKUNGAN

TEKNIK REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

OLEH:

NAMA : DANIEL REDU RENGGI


NIM : 1906100043
MATA KULIAH : GEOLOGI LINGKUNGAN
KELAS : B

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan berkat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah “Geologi Lingkungan” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk dapat mengetaui reklamasi lahan bekas tambang bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Herry Z. Kotta selaku Dosen
Pengampuh Mata Kuliah Geologi Lingkungan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya tersebut adalah
pertambanganbahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor
penyumbang devisaNegara yang cukup besar.
Penambangan adalah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan
baiksecara manual maupun mekanis yang meliputi pembersihan, pembongkaran,
pemuatan,pengangkutan dan penimbunan
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya
Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan
(ekosistem). Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan
hidupnya pun meningkat, akibatnya terjadi peningkatan permintaan akan lahan
seperti di sektor pertanian dan pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan
semakin hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi alam, maka
manusialah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan dalam
merestorasi ekosistem rusak.
BAB II
PEMBAHASAN

B. Cara Penanganan Pada Kegiatan Reklamasi Dalam Rangka


Pengelolaan Bekas Tambang
A. Penataan Lahan
Reklamasi lahan bekas tambang dimulai dengan penataan lahan
yang menyangkut recounturing/regrading/reslopinglubang bekas
tambang dan pembuatan saluran-saluran drainase untuk
memperolehbentuk wilayah dengan kemiringan stabil. reklamasi
lahan cara ini sering menghasilkan tanah-tanah dengan tingkat
kepadatan tinggi akibat gradingberlebihan dengan menggunakan
alat-alat berat
Pengamanan Lahan Bekas Tambang Kegiatan ini meliputi:
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang
tidak digunakan dilahan yang akan direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah
beracun danberbahaya (B-3) dengan perlakuan khusus agar
tidak mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan “scrap”
pada tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan
permanene. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan
bekas tambang yang akan direklamasi

B. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi


Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama
kegiatan penambangandan setelah penambangan. Erosi dapat
mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah,terjadinya endapan
lumpur dan sedimentasi di alur sungai
Lahan-lahan reklamasi sering memiliki 2 tipe lereng, yaitu lereng
landai tetapi panjang, dan lereng curam tetapi pendek. Pada lereng landai
dan Panjang perlu dibuat guludan,sedangkanpada sisi lereng yang pendek
tetapi curam.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah
sebagaia berikut:
1. Meminimasikan areal terganggu dengan:
a. membuat rencana detail kegiatan penambangan dan
reklamasi
b. membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan
c. penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan
penambangan
d. pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan
pepohonan
2.Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan:
a. pembuatan teras-teras
b. pembuatan saluran diversi (pengelak)
c. pembuatan SPAd. dam pengendalie chek dam
3. Meningkatkan infiltrasi (persesapan air tanah)
a. dengan pengaturan tanah searah kontur
b. akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah
meningkat sebagaimedia perakaran tanah
c. pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran,
Pengendalian erosi dan sedimentasi agar lebih efektif selain
menggunakan LCC juga perlu ditunjang dengan membuat bangunan-
bangunan konservasi yang sesuai dengan kondisi, seperti gulud, teras,
check dam, drop structure, dan lain-lain.

C. Perbaikan Kualitas Tanah


Tahap selanjutnya dari kegiatan penataan lahan reklamasi adalah
penebaran “tanah pucuk”. Tanah pucuk yang ditebarkan seyogyanya
adalah tanah-tanah pucuk yang masih segar, yang biasanya masih
mengandung flora-fauna makro dan mikro serta benih-benih dan sisa-
sisa berbagai akar tanaman yang kemudian akan tumbuh menjadi bibit-
bibit yang baik
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk
adalah:
1. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut
sampai denganbahan galian
2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan
ditempatkan padatempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan
tanah pucuk tidak melebihi dari2 meter
3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula
dengan tanah pucukditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum
0,15 m
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung
racun dianjurkan lebihtebal dari yang tidak beracun atau dilakukan
perlakuan khusus dengan cara mengisolasidan meisahkannya
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah
untukmenghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah
6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit) perlu
dipertimbangkan:
a. penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka
terhadap erosi sehinggaperlu penanganan konservasi tanah dan
pertumbuhan tanaman dengan segera
b. penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah
yang peka terhadaperosi dapat dilihat pada tabel 3.1)
c. jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat
dicampur dengan tanah bawah(sub soil)
d. dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup
(cover crop) yang cepattumbuh dan menutup permukaan tanah
7. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah
apabila:
a. sangat berpasir (70% pasir atau kerikil)
b. sangat berlempung (60% lempung)
c. mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00
d. mengandung khlorida > 3% dan
e. mempunyai electrical conductivity (ec) > 400
milisimens/meter

D. Revegatasi
Seperti diketahui bahwa lokasi-lokasi tambang di Indonesia
umumnya berada pada tanah-tanah yang tidak subur. Oleh karena itu,
perbaikan kualitas media tanam khususnya pada tanah lapisan atas
perlu dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan revegetasi. Pemberian
bahan organik dalam bentuk kompos dikombinasikan dengan pupuk
dasar NPK merupakan kunci pokok perbaikan lapisan atastanah.Pada
tanah-tanah yang tergolong sangat masam hingga masam pemberian
kapur pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan
ketersediaan unsur-unsur lainnya, seperti P dan berbagai unsur mikro.
REVEGETASI lahan-lahan bekas tambang umumnya memiliki iklim
mikro yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu
pada tahap pertama kegiatan revegetasi lahan bekas tambang harus
ditanami terlebih dahulu dengantanaman-tanaman pioner cepat tumbuh
yang mampu beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan .Beberapa
jenis tanaman cepat tumbuh yang umum digunakan untuk revegetasi
adalah sengon laut (Albizzia falcata), akasia(Acasia mangium, Acasia
crassicarpa),lamtoro(Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora),
gamal (Gliricidia sepium), dll.
Lahan bekas tambang dapat digunakan untuk tanaman
perkebunan, tanamanpangan, tanaman hortikultura, maupun tanaman
padi sawah. Pemilihan penggunaan lahan sangat tergantung dari
kondisi geobiofisik lahan dan rencana tataruang penggunaan
lahan.Untuk tanaman perkebunan,karet merupakan tanaman yang relatif
mudah tumbuh di lahan marjinal seperti lahan-lahanbekas tambang

E. Pengelolaan Air Asam Tambang


Pengelolaan terpadu air asam tambang (AAT) umumnya
menyangkut beberapa aktivitas, seperti pengembangan model
geokimia overburden/batuan limbah, pencegahan timbulnya AAT
melalui pengkapsulan material yang berpotensi menghasilkan asam
(PAF) dan metode perlakuan aktif (netralisasi) atau pasif(melalui
proses biologi, geokimia, dan gravitasi)
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan
Reklamasi lahan bekas tambang seringkali menghadapi berbagai hambatan teknis
yang memerlukan solusi sesuai dengan kondisi lapangan. Hambatan yang
dijumpai diantaranya kekurangan tanah pucuk, tanah tidak subur secara kimia, fisik dan
biologi, lereng curam, erosi dan sedimentasi tinggi, dan lain-lain. Selain hambatan
teknis akibat kondisi alam, sering juga ditemukan kesalahan teknis akibat
pemahaman berbeda. Sebagai contoh, target penataan lahan adalah lereng landai
dan rata
Pemeliharaan tanaman, terutama pada awal-awal masa pertumbuhan, perlu
dilakukan dengan seksama. Bibit mati harus segera disulam, pupuk diberikan
sesuai dosis dan waktu, penyemprotan untuk membasmi hama dan penyakit
tanaman, dan bila perlu disediakan irigasi, terutama pada musim kemarau
Daftar Pustaka

https://www.google.com/search?
q=pengertian+reklamasi&oq=pengertian+reklamasi&aqs=chrome..69i57j0i512l9.9637j0j15&
sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.academia.edu/19528879/REKLAMASI_TAMBANG_MAKALAH_1
https://docplayer.info/46127329-Reklamasi-dan-pengelolaan-lahan-bekas-tambang-1-
iskandar.html

Anda mungkin juga menyukai