Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

MATERI KE-6
Konservasi Sumber Daya Air (Pengendalian Erosi dan Sedimen)

DOSEN : AMRULLAH MANSIDA


FARIDA GAFFAR
BAB 6 KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (PENGENDALIAN
EROSI DAN SEDIMENTASI)

Kompetensi dasar: Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang


konservasi sumber daya air untuk pengendalian erosi dan sedimentasi

sumber daya alam adalah milik generasi yang akan


datang merupakan tanggung jawab kita untuk
menjaga sumber daya alam untuk anak cucu kita

JANGAN TINGGALKAN AIR MATA TETAPI


TINGGALKAN MATA AIR

Hasil upaya Konservasi SDA merupakan upaya jangka


panjang, hasilnya tidak bisa dirasakan segera, tetapi
untuk generasi mendatang
6.1 Pengertian Erosi
• Erosi merupakan peristiwa berpindahnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alam, seperti: angin dan air.
Pada daerah beriklim tropika basah seperti di Indonesia proses erosi
umumnya disebabkan oleh air, sedangkan pada daerah yang beriklim
kering penyebab utama terjadinya erosi adalah angin.
• Proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor hidrologi terutama
intensitas hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup lahan, dan
tata guna lahan.
Menurut proses kejadiannya, maka erosi dibedakan yaitu : erosi geologi,
erosi dipercepat, erosi normal
Sedangakan menurut bentuknya, erosi terdiri dari: erosi percikan, erosi
lembar, erosi alur, Erosi parit, erosi tebing sungai, dan longsoran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi: iklim, sifat-sifat tanah, topografi dan
vegetasi penutup lahan
• Pemukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu
tempat akan terjadi pengikisansementara di tempat lain akan terjadi
penimbunan,sehingga bentuknya akan selalu berubah.
• Proses pengikisan kulit bumi secara alamiah disebut erosi alam atau
erosi geologi.
• Pada erosi geologi, alam akan mampu membentukkeseimbangan
dinamis, sehingga ketebalan tanah tetap stabil.
• Aktivitas manusia akan mempercepat laju erosi.
• Nilai batas erosi yang dapat diterima adalah nilai laju erosi yang tidak
melebihi laju pelapukan batuan. Untuk membentuk lapisan tanah setebal
25 mm pada lahan alami dibutuhkan waktu kurang lebih 300 tahun.
• Waktu yang diperlukan untuk membentuk lapisan tanah setebal 25 mm
dengan adanya campur tangan manusia hanya memerlukan waktu kurang
lebih 30 tahun
6.2 Pengendalian Erosi
Tindakan-tindakan praktis yang dapat dilakukan untuk mengendalikan erosi
antara lain sebagai berikut:
a) Pengaturan Penggunaan lahan
b) Usaha-usaha pertanian, antara lain:
1) Pengolahan tanah menurut kontur
2) Cocok tanam pias (strip cropping)
3) Memperkuat ujung alur sungai erosi atau polongan (gully)
4) Penutupan alur erosi
5) Sumuran Penampung air.
6. 2 Pengendalian Erosi
Pengendalian erosi dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain:
metode Agronomsi, metode mekanis, dan metode kimiawi.
• Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi untuk
membentuk menurunkan erosi lahan.
• Metode mekanis atau fisik adalah konservasi yang berkosentrasi pada
penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan
memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan
angin.
• Metode Kimia adalah Pemberian preparat-preparat kimia yang
secara umum yang di sebut pemantap tanah (soil conditioner).
Pemantapan tanah bertujuan untuk sifat fisik tanah dengan
menggunakan prepat-preparat kimia baik secara alami atau alami.
6.2.1 Konservasi Secara Agronomis
Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan ;
Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah
secara terus-menerus (permanent plant cover)
Pertanaman dalam strip (strip cropping)
Pertanaman berganda (multiple cropping)
Pertanaman bergilir (rotation cropping)
Pertanaman mulsa (residue cropping)
Sistem pertanian hutan (agroforestry)
Penanaman dalam strip (a) menurut garis kountur (countour strip
cropping), (b) lapangan (field strip cropping), dan (c) strip
berpenyangga (buffer strip cropping)
Penggunaan Mulsa
Konservasi tanah menggunakan
mulsa mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:

• Memelihara temperatur
dan kelembaban tanah
• Meningkatkan
kemantapan struktur
tanah, kandungan bahan
organik tanah
Penghutanan kembali (Reboisasi)
Reboisasi merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran
permukaan, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air
untuk mengatur banjir. Menghutankan kembali tanah yang mengalami
kerusakan fisik, kimia, maupun biologis; baik secara alami maupun oleh ulah
manusia.
6.2.2 Konservasi Secara Mekanis
Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah
yang hilang akibat erosi, sedangkan prinsip konservasi air adalah
memanfaatkan air hujan yang jatuh ke tanah se-efisien mungkin,
mengendalikan kelebihan air di musim hujan, dan menyediakan air yang
cukup di musim kemarau.
Konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara
lain meliputi :
 Pengolahan tanah;
 Pengolahan tanah menurut garis kontur ;
 Pembuatan terras;
 Pembuatan saluran air (waterways);
 Pembuatan dam pengendali (check dam)
Pengolahan tanah menurut kontour
• Pengolahan tanah dengan kontur adalah untuk penghambat
aliran permukaan dan terjadinya penampung air sementara
sehingga memungkinkan penyerapan air sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadi erosi. Untuk daerah yang
hujan kurang, sistem ini sekaligus sangat efektif untuk
konservasi air
Guludan (contour bunds)
Guludan adalah
tumpukan tanah
(gelengan) yang dibuat
memanjang memotong
kemiringan lahan
(lereng). Untuk
menghambat aliran
permukaan,
menyimpan air di
bagian atasnya, dan
untuk memotong
panjang lereng

Sketsa penampang (a) Guludan, dan (b) Guludan bersaluran


Terras
• Berdasarkan fungsinya, terras dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu (1) terras pengelak (diversion
terrace), (2) terras retensi (retention terrace), dan (3)
terras bangku (bench terrace).

Sketsa terra bangku berlereng ke dalam (atas) dan terras bangku datar
Saluran pembuang air

Untuk menghindari terkonsentrasi


aliran permukaan di sebarang
tempat, yang akan
membahayakan dan merusak
tanah yang dilewatinya, maka
perlu dibuat jalan khusus berupa
saluran pembuang air (waterways)

Sketsa tata letak saluran pembuang air dalam sistem konservasi tanah
dan air (dari Morgan, 1986)
Sumur resapan
• Konsep pengisian buatan, misalnya dengan genangan buatan dengan sumber air
dari sungai (Todd, 1980), membuat kolam-kolam di sekitar rumah (Seaburn, 1970),
pemanfaatan pipa jaringan-jaringan drainase yang porous guna meresapkan air
hujan di sekitar rumah (Dune et.al. 1978);
6.2.3.Konservasi Secara Kimiawi
• Perkembangan penggunaan bahan pemantap tanah pada awal cukup baik, tetapi
berhubungan mahalnya preparat-preparat yang dipasarkan, penggunaanya semakin
terbatas, khusus hanya pada lahan-lahan sempit
• Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Seta,
1987):
Mempunyai sifat yang adhesif serta dapat bercampur dengan tanah secara merata;
Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang dengan demikian dapat
merubah kurva penahan air tanah;
Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempengaruhi
kemampuan tanah dalam menahan air;
Daya tahan sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan tidak
terlalu lama;
Tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau (murah)
6.3 Pengendalian sedimen
Cara pengendalian sedimen yang terbaik adalah pengendalian sedimen yang
dimulai dari sumbernya yang berarti merupakan pengendalian erosi. Upaya
pengendalian sedimen untuk memperkecil akibat-akibatnya antara lain berupa :
a) Pengendalian sungai (river training)
b) Perencanaan bangunan inlet yang baik untuk penyadapan air ke saluran
c) Pemilihan lokasi bendungan yang tepat
d) Pembangunan Bangunan Pengendali Sedimen (chekdam) di hulu waduk
e) Membuat alur pintas atau sudetan
f) Perencanaan outlet waduk yang baik
g) Perencanaan bangunan (structures) yang baik (Sumber : Soemarto, 1995)
Secara umum, teknik konservasi lahan seperti penataan lahan
pertanian dengan terassering dan reboisasi lebih disarankan sebagai
langkah penanganan erosi dan sedimentasi
Perkuatan lereng
• Perkuatan lereng (revetments)
adalah bangunan yang ditempatkan
pada permukaan suatu lereng guna
melindungi suatu tebing aIur sungai
atau permukaan lereng tanggul dan
secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur sungai
atau tubuh tanggul yang
dilindunginya.
Jenis Perkuatan Lereng
Perkuatan lereng tanggul
• Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap
gerusan arus sungai dan konsdtruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-
tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur sungai atau apabila
diperkirakan terjadi pukulan air (water hammer).
 Perkuatan tebing sungai, Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing
alur sungai, guna melindungi tebing tersebut terhadap gerusan arus sungai
dan mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu harus
diadakan pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan
terhadap bangunan semacam ini, karena disaat terjadinya banjir bangunan
tersebut akan tenggelam seluruhnya.
 Perkuatan lereng menerus, Perkuatan lereng menerus dibangun pada
lereng tanggul dan tebing sungai seeara menerus (pada bagian sungai
yang tidak ada bantarannya).
Pemilihan Tipe Perkuatan Lereng.
• Pemilihan tipe perkuatan lereng yang cocok untuk suatu sungai haruslah dipilih dari beberapa
tipe yang ada dengan memperbandingkan satu dengan lainnya serta dengan memperhatikan sulit
tidaknya keadaan lapangan ditinjau dari pelaksanaan. Tipe perkuatan lereng yang pernah
dibangun dengan hasil yang cukup baik adalah:
• Tipe pondasi rendah
• Tipe pondasi tinggi
• Tipe turap pancang baja
• Tipe turap papan
• Tipe turap beton
• Tipe turap pancang beton
Bendung penahan (check dam)
Bendung-bendung penahan dibangun
di sebelah hulu yang berfungsi
memperlambat gerakan dan
berangsur-angsur mengurangi
volume banjir lahar. Untuk
menghadapi gaya-gaya yang
terdapat pada banjir lahar maka
diperlukan bendung penahan yang
cukup kuat
Kantong lahar
• Bahan-bahan endapan hasil letusan
gunung berapi atau hasil pelapukan
batuan lapisan atas permukaan
tanah yang oleh pengaruh air hujan
bergerak turun dari lereng-lereng
gunung berapi atau pegunungan
memasuki bagian hulu alur sungai
arus deras. Oleh aliran air sungai
arus deras ini bahan-bahan endapan
ini bergerak turun baik secara
massa maupun secara fluvial dengan
konsentrasi yang tinggi memasuki
bagian sungai di sebelah hilirnya
Bendung Konsolidasi (Consolidation Dam)
• Peningkatan agradasi dasar sungai di
daerah kipas pengendapan dapat
dikendalikan dan dengan demikian alur
sungai di daerah ini tidak mudah
berpindah-pindah. Guna lebih
memantapkan serta mencegah
terjadinya degradasi alur sungai di
daerah kipas pengendapan ini, maka
dibangun bendung-bendung
konsolidasi (consolidation dam). Jadi
bendung konsolidasi tidak berfungsi
untuk menahan atau menampung
sedimen yang berlebihan.
Ambang (Ground Sill)
• Bangunan ini direncanakan berupa ambang atau
lantai dan berfungsi untuk mengendalikan ketinggian
dan kemiringan dasar sungai, agar dapat mengurangi
atau menghentikan degradasi sungai. Bangunan ini
juga dibangun untuk menjaga agar dasar sungai
tidak turun terlalu berlebih.
Tipe dan bentuk ambang
Ada dua buah tipe umum ambang
Ambang datar (bed gindle work)
Bangunan ini hampir tidak mempunyai terjunan dan
elevasi mercunya hampir sarna dengan permukaan
dasar sungai, dan berfungsi menjaga agar permukaan
dasar sungai tidak turnn lagi.
Ambang pelimpah (head work). Bangunan ini
mempunyai terjunan, hingga elevasi permukaan dasar
sungai di sebelah hilimya dan tujuannya adalah untuk
lebih melandaikan kemiringan dasar sungai.
Kesimpulan
• Pengendalian erosi dan sedimen merpakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan karena sedimen tergantung dari erosi, sehingga
pengendalian erosi berarti mengendalikan sedimen juga.
• Pengendalian erosi dengan metode granomis, makanis dan kimiawi
harusnya menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat dari
desa sampai pusat untuk mendapatkan senergitas antara satu dengan
lainnya untuk salin mendukung, sehingga permasalahan erosi dapat
di atasi secara berkelanjutan.
• Pengendalian sedimen dengan yang bersifat konstruktif tidak
menyelesaikan permasalahan sedimen sepenuhnya tanpa
pengendalian erosi yang berkelanjutan secara massif.
Latihan 5
1) Tuliskan dan jelaskan metode pengendalian erosi
2) Tuliskan dan jelaskan pengendalian sedimen!
3) Tuliskan dan jelaskan mengapa erosi dan sedimen diperlukan
pengendalian!
4) Tuliskan dan jelaskan penyebab terjadinya erosi dan sedimen!
5) Tuliskan dan jelaskan dampak terjadinya erosi dan sedimen yang
berlebihan!
6) Tuliskan dan jelaskan pengaruhnya terhadap erosi dan angkutan
sedimen terhadap tampungan waduk!
Referensi
• Muh. Indrus Ompo, 2018. Pengelolaan dan Pengembangan Sumber
Daya Air
• Agus Moryono, 2020. Reformasi Pengelolaan Sumber Daya Air,
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
• Sudar,adji, Pramono Hadi, M. Widyastuti, (2019). Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
• Robert J. Kodoatie, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta
Upaya pelestarian lingkungan hidup harus
dimulai dari setiap individu dengan
kesadaran bahwa dengan menjaga
lingkungan hidup, berarti menjaga dan
menyelamatkan pula air dan sumber daya
air yang sangat penting bagi kehidupan
kita.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
BILA KITA TIDAK BISA MENJAGA DAN
MEMPERBAIKI LINGKUNGAN…, PALING
TIDAK KITA TIDAK MELAKUKAN HAL-HAL
SELAMAT BELAJAR
YANG DAPAT MEMBEBANI DAN MEMBUAT
KONDISI LINGKUNGAN MENJADI LEBIH SUKSESki SEMUA
BURUK

Anda mungkin juga menyukai