Anda di halaman 1dari 39

Bagaimana mencapai

keberhasilan reklamasi lahan


bekas tambang?
Pengelolaan Timbunan Batuan Penutup

Bentuk timbunan : Teras berjenjang/teras bangku.


Lebar bidang olah : 20 – 30 meter
Tinggi jenjang : 10 meter
Kemiringan lereng : 26 º
Elevasi tertinggi : Maksimum sama dengan elevasi
area original yang ada di
sekitarnya.
PAF material : Minimal 10 meter
dibawah permukaan
Pengelolaan Timbunan Batuan Penutup

Penempatan dan penataan batuan penutup pada lahan bekas tambang


Pemantauan Timbunan Batuan Penutup
a. Gerakan tanah/tanah longsor harus segera diperbaiki dan
diinvestigasi penyebab longsor.
b. Erosi tanah permukaan hendaknya segera diperbaiki
sebelum menjadi masalah yang lebih besar dan
mempengaruhi kondisi lahan timbunan.
c. Fungsi kolam pengendap harus dipelihara secara teratur
dan terencana.

Kualitas air buangan dari daerah timbunan akan mengalami


penurunan apabila poin a dan b tidak dipantau dengan baik.
Pengelolaan Air Asam Tambang
Oxygen

Water
H20
Pyrite

Bacteria

Sulfuric
Acid

Images: USGS, DeAtley Design - modified


Pengelolaan Air Asam Tambang
Enkapsulasi
Pengelolaan Air Asam Tambang
Penetralan pH pada kolam pengendap
Pengelolaan Erosi
Prinsip

1. Membuat rencana kendali erosi dan sedimentasi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat
mengganggu tanah.
2. Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami.
3. Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka.
4. Berupaya untuk menahan sedimen di lokasi/sumbernya.
5. Mengalirkan air limpasan menjauh dari daerah yang terganggu.
6. Menstabilkan daerah terganggu sesegera mungkin.
7. Berupaya memperlambat kecepatan air limpasan yang keluar dari lokasi kegiatan.
8. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap sarana kendali erosi secara berkala.
Pengelolaan Erosi

•Metoda vegetatif: penanaman dalam strip cropping,


pergiliran tanaman, saluran bervegetasi, mulsa,
hydroseeding
•Metoda mekanis: pembuatan teras, pembuatan saluran
pembuangan air, bendungan pengendali
Pengelolaan Erosi
Metode Vegetatif

Cover crop
Tumbuhan atau tanaman yang khusus di tanam untuk melindungi
permukaan tanah dari ancaman kerusakan erosi sekaligus untuk
memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah.

Saluran bervegetasi
Saluran air buatan atau alami yang ditanami dengan tanaman/
tumbuhan yang sesuai untuk menyalurkan aliran permukaan agar
aman dari aktivitas erosi.
Pengelolaan Erosi
Metode Vegetatif
Mulsa
untuk melindungi permukaan tanah atau areal terbuka yang
sulit atau tidak praktis untuk ditanami dan membantu
pertumbuhan tanaman dengan cara menjaga kelembaban tanah,
pengendalian gulma dan upaya perlindungan terhadap
perubahan panas atau dingin yang ekstrim.

Hydroseeding
cairan yang terdiri dari campuran bahan pemantap struktur tanah
(bahan kimia), dan biji-bijian yang disemprotkan ke permukaan
tanah dengan tujuan untuk melindungi permukaan tanah dari erosi,
biasanya dilakukan pada tebing-tebing
Pengelolaan Erosi
Kelebihan Metoda Vegetatif

• Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir


hujan yang jatuh
• Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di
atas permukaan tanah
• Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan
air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran
permukaan.
Pengelolaan Erosi
Metode Mekanis
Pengelolaan Sedimentasi
suatu proses pengendapan dari material halus maupun kasar yang dihasilkan oleh
suatu proses gabungan yaitu dari proses pemisahan tanah, penghamburan,
pengangkutan dan akhirnya pengendapan

Dampak:
• terjadi pendangkalan sungai di bagian hilir, danau dan kolam
• menurunnya produktivitas lahan
• rusaknya habitat air
• keruhnya air, merugikan bagi daerah-daerah pariwisata.
• menurunnya kualitas air yang ada
• meningkatnya biaya untuk penjernihan
• sedimen sebagai pembawa bahan pencemar
• sebagai pembawa bakteri dan virus
Pengelolaan Tanah Pucuk
Untuk menjamin ketersedian
tanah pucuk pada kegiatan
rehabilitasi lahan/reklamasi sejak
tambang mulai beroperasi sampai
pascatambang (mine closure),
sangat diperlukan suatu sistem
pengelolaan tanah pucuk (top soil
management) yang baik dan tepat
sasaran
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam
Pengelolaan Tanah Pucuk
Mengidentifikasi profil tanah dan sistem perlapisan tanah

Pengupasan tanah dilakukan berdasarkan atas perlapisannya dan ditempatkan


pada tempat yang sama sesuai tingkat lapisannya

Perlu adanya perlakuan khusus pada tanah yang terkontaminasi

Pengupasan tanah tidak dilakukan pada kondisi basah

Bila tanah pucuk tipis terbatas/sedikit, perlu dilakukan langkah-langkah tertentu

77
Penanganan Tanah Pucuk
Pada Lampiran II Kepmen 1827.K/30/MEM/2018 dijelaskan :

pengupasan tanah pucuk dilakukan setiap akan melakukan pengupasan batuan


penutup;

dalam rangka pemanfaatan tanah pucuk dilakukan pendataan ketersedian


• tidak boleh ditempatkan di
dan kebutuhan setiap tahun
area yang terdapat cadangan
mineral atau batubara, kecuali
penempatan tanah pucuk dilakukan dengan cara: dimanfaatkan sebelum
penggalian pada area tersebut
• tidak menimbulkan longsor
Dalam hal pelaksanaan penimbunan tanah pucuk pada area cadangan • material dasar tempat
mineral atau batubara maka menyampaikan kajian teknis kepada KAIT penyimpanan memiliki daya
dukung yang memadai
saluran penyaliran dan/atau pengelolaan air tambang tersedia dalam area
penanganan dan penempatan tanah pucuk

78
Penanganan Tanah Pucuk
Pada Lampiran V Kepmen 1827.K/30/MEM/2018 dijelaskan :

• Tanah zona pengakaran sedapat mungkin langsung digunakan untuk revegetasi


• Dalam hal tanah zona pengakaran tidak dapat langsung digunakan, maka
dilakukan penyimpanan pada lokasi yang dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan
lingkungan untuk menghindari terjadinya kontaminasi, erosi dan genangan,serta
dilakukan upaya untuk menjaga kualitas tanah zona pengakaran yang disimpan.

Perencanaan untuk menentukan lokasi penempatan tanah pucuk :


✓Lokasi yang datar
✓Jarak dengan Waste Dump Area
✓Kemudahan melakukan monitoring
✓Rencana pengelolaan air permukaan
✓Perhitungan dan pencatatan volume tanah pucuk yang disimpan
79
Perencanaan Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk
Perencanaan Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk
Perawatan Tanah Pucuk
✓ Tanaman penutup yang umum digunakan adalah jenis polong-
polongan (legume)
✓ Jenis legume selain mampu mencegah erosi juga dapat
membantu mempercepat peningkatan kesuburan tanah
melalui pengikatan N oleh bintil akar dan penambahan bahan
organik. (Centrosema pubescens, Calopoginium mucunoides,
Calopogonium caeruleum, Psopocarphus polustris, Desmodium
ovalifolium, Mucuna conchinchinensis, Pueraria javanica, dan
Pueraria phascoloides.)
✓ Sisa-sisa tanaman atau bahan-bahan lain yang tidak mudah
terurai seperti serpihan/potongan kayu, ranting, batang, dll
dapat digunakan sebagai mulsa
Pengelolaan Bibit di Nursery
Mengapa perlu persemaian?
• Modal besar, waktu lama
• Banyak benih yang ukurannya kecil
• Daya kecambah rendah

Berapa kebutuhan bibit di persemaian?


Berdasarkan luas areal rencana penanaman di tambah 20
% untuk sulaman
Syarat lokasi persemaian
• Dekat tenaga kerja
• Topografi datar, maks 15 %
• Aksesibilitas baik
• Tanah subur, drainase baik
• Dekat dengan sumber air tawar yang cukup sepanjang tahun (Foto: Wilarso 2013)
Pengelolaan Bibit di Nursery
Inventarisasi jenis dan koleksi bibit dari areal yang tidak terganggu
Pengelolaan Bibit di Nursery
Revegetasi
• Penanaman
Dalam kegiatan penanaman di areal tambang, terdapat tiga jenis tanaman yang harus ditanam,
yaitu tanaman penutup, tanaman pionir, dan tanaman lokal.
• Pemeliharaan
Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan tanaman revegetasi pada areal revegetasi maka perlu
dilakukan kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan tahun I dilaksanakan 1 tahun setelah penanaman,
meliputi:
(1) penyulaman 20%,
(2) pendangiran,
(3) penyiangan,
(4) pemupukan, dan
(5) penanggulangan hama dan penyakit.
Revegetasi
Selanjutnya kegiatan pemeliharaan tahun II, dilaksanakan 2 tahun setelah penanaman, meliputi:
(1) pendangiran,
(2) penyiangan,
(3) pemupukan,
(4) penyulaman, dan
(5) penanggulangan hama dan penyakit.
Pemeliharaan tahun III dilaksanakan 3 tahun setelah penanaman, meliputi:
(1) penyulaman,
(2) pemupukan, dan
(3) penanggulangan hama dan penyakit.
Pemantauan dan Perawatan Reklamasi

88
Pemantauan dan Perawatan Reklamasi

89
Pemantauan dan Perawatan Reklamasi

90
Reklamasi Bentuk Lain
Program Reklamasi tahap
Operasi Produksi dapat
dilaksanakan dalam bentuk
revegetasi dan/atau
peruntukan lainnya yang
terdiri atas:
a. area permukiman;
b. pariwisata;
c. sumber air; atau
d. area pembudidayaan.
Pengelolaan lubang bekas tambang
• Luasan/jumlah void mengacu pada dokumen Lingkungan Hidup dan dokumen Rencana
1 Pascatambang

• Pemanfaatan void harus sesuai kesepakatan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang
dituangkan dalam surat permintaan dari masyarakat/ warga atau Berita Acara Konsultasi Rencana
2 Pascatambang

• Perusahaan pertambangan wajib berupaya melakukan pengamanan terhadap void yang


3 ditinggalkan

• Penyerahan lahan bekas tambang baik berupa area revegetasi/ lubang tambang/ bentuk lainnya
4 harus melalui mekanisme pelaksanaan pascatambang yang disetujui oleh pemberi izin.
Pengelolaan lubang bekas tambang
Wajib membuat rencana pengelolaan dalam rangka pemanfaatan
lubang bekas tambang meliputi:
a. Stabilisasi lereng
b. Pengamanan lubang bekas tambang (void)
c. Pemulihan atau pemantauan kualitas air serta pengelolaan air
dalam lubang bekas tambang (void) sesuai dengan
peruntukkannya
d. Pemeliharaan lubang bekas tambang (void)
Pemanfaatan lubang bekas tambang

Sarana olahraga air-PT Semen Indonesia tambang Gresik

Pariwisata-PT Arutmin Indonesia Budidaya perikanan-ITM Group


Pemanfaatan lubang bekas tambang

Pariwisata-PT Galuh Cempaka

Floating solar cell-Chili Sarana olahraga air-PT Timah Tbk


Sumber: https://eandt.theiet.org/content/articles/2019/03/floating-solar-panel-island-deployed-to-greenify-mining-operations/
Budidaya pertanian

2018,
September
September
2018 2019, February
Budidaya perkebunan

PT Gunungbayan Pratamacoal
Budidaya perkebunan

PT Gunungbayan Pratamacoal
Budidaya peternakan

PT Kaltim Prima Coal


Pariwisata

PT Timah Tbk Tebing Breksi

Anda mungkin juga menyukai