Anda di halaman 1dari 12

REKLAMASI & REVEGETASI

LAHAN BEKAS TAMBANG

Penyusun : - Hari Aryanto


- Tito Irwan Guntoro

BAB I
Latar Belakang,Tahapan dan Prinsip Reklamasi

I. Latar Belakang

Dampak penambangan, terutama open pit mining, terhadap tanah dapat berupa perubahan
bentang alam, penurunan tingkat kesuburan tanah, terjadinya air asam tambang, peningkatan
erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah/longsoran,terganggunya flora dan fauna dan
perubahan iklim mikro. Dampak negatip tersebut harus ditangani untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut dan agar kegiatan penambangan tidak meninggalkan lahan tandus yang sukar
dimanfaatkan. Sesuai dengan kaidah penambangan berwawasan lingkungan yaitu kegiatan
penambangan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka dampak-dampak negatif dari
kegiatan penambangan harus dapat diminimalisasi. Untuk itu kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang mutlak harus dilakukan sejak awal, yaitu selama maupun setelah kegiatan
penambangan.
Reklamasi lahan bekas tambang merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan
dengan aktivitas penambangan. Oleh karenanya diperlukan perencanaan yang matang dan
akurat dalam menyusun kegiatan reklamasi lahan bekas tambang.
Reklamasi adalah suatu proses perbaikan/pengembangan lahan bekas tambang yang tidak
berguna menjadi suatu lahan yang mempunyai manfaat tertentu. Dalam hal ini reklamasi adalah
kegiatan penyiapan lahan bekas tambang untuk usaha restorasi dan rehabilitasi. Tujuan akhir
dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil dan
tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatan kembali untuk peruntukan lainnya.
Rehabilitasi lahan bekas tambang biasanya mencakup hal-hal berikut :
Mengembangkan rancangan (desain) bentuk lahan dan rekonstruksi permukaan yang stabil
Menciptakan bentuk-bentuk lahan yang akan berubah dan berkembang sesuai perkiraan, sejalan
dengan prinsip-prinsip rancangan yang telah ditetapkan;
Membangun suatu ekosistem lestari yang sesuai.
Kunci keberhasilan rehabilitasi terletak pada perencanaan. Rencana rehabilitasi harus
merupakan bagian dari rencana penambangan secara keseluruhan. Rehabilitasi yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan penambangan akan lebih baik daripada baru memulai rehabilitasi
setelah selesai kegiatan penambangan.

II. Tahapan reklamasi adalah sebagai berikut :


Penentuan tujuan reklamasi
Pembuatan perencanaan
Analisa material asam dan non asam (NAG Test)
Pembukaan lahan secara bertahap sesuai kebutuhan penambangan
Penanganan top soil/sub soil
Penyelamatan top/sub soil
Penentuan saat pengupasan
Pengembalian dan penimbunan
Pemeliharaan dan penambahan jasad-jasad renik
Pembentukan muka lahan
Rancangan dan rekonstruksi bentuk lahan
Pengendalian erosi
Penghijauan
Pemeliharaan

III . Prinsip Prinsip Reklamasi


Penambangan terbuka mengakibatkan kerusakan vegetasi dan penampang tanah yang ada.
Penggalian lapisan penutup di atas lapisan bahan tambang (overburden) dan batu-batu buangan
serta pemindahannya ke lokasi disposal atau untuk mengisi kembali lubang bekas tambang
dapat mengubah secara berarti topografi dan kestabilan lansekap. Beberapa lapisan penutup
yang dipindahkan dapat mengeluarkan garam, atau mengandung bahan berbelerang yang dapat
menimbulkan drainase asam tambang, Untuk itu perlu dilakukan penanganan khusus agar tidak
menimbulkan masalah.
Hal-hal berikut merupakan prinsip-prinsip dasar reklamasi yang harus diikuti :
Menyiapkan rencana reklamasi sebelum kegiatan penambangan dimulai.
Membuat kesepakatan mengenai tujuan reklamasi yang disesuaikan dengan rencana umum
tata ruang dari pemerintah setempat atau keinginan masyarakat
Melaksanakan reklamasi lahan secara bertahap seiring dengan arah dan kemajuan
penambangan
Mencegah masuknya gulma atau hama dari luar.
Pembatasan areal yang dibuka hanya untuk keperluan penambangan dan fasilitas lain yang
diperlukan.
Menata kembali lahan yang terganggu oleh penambangan sehingga menjadi stabil, cukup aliran
airnya dan layak untuk tataguna lahan jangka panjang.
Lansekap bekas penambangan dibuat serasi dengan sekelilingnya.
Memulihkan pola aliran alami yang terganggu oleh penambangan.
Meminimasi terjadinya erosi selama dan setelah penambangan selesai.
Memindahkan atau mengendalikan sisa-sisa B3. Menandai timbunan tanah buangan yang
terpapar oleh limbah B3 dan dikelola untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Menyelamatkan dan memanfaatkan top/sub soil dan segera ditebarkan atau
ditimbun pada lokasi stok dan dipelihara.
Permukaan tanah yang padat digaru dalam-dalam untuk membantu peresapan air, dan
memungkinkan tumbuhnya akar tanaman.
Pastikan bahwa tanah sedalam 1 atau 2 meter mampu mendukung pertumbuhan tanaman.
Segera melakukan penghijauan
Memastikan bahwa areal bekas tambang aman
Membongkar seluruh bangunan dan peralatan yang tidak dapat dimanfaatkan bagi masyarakat
atau pemerintah setempat.
BAB II
Tahapan Reklamasi

1. Tujuan Reklamasi
Menjaga hilangnya top soil/sub soil dalam kegiatan penggalian dan penimbunan overburden.
Menjaga top soil/sub soil terkontaminasi oleh overburden (blue clay) dan reject batubara.
Menjaga timbunan top soil/sub soil tererosi.
Menghemat biaya rehandle pengangkutan kembali (top soil/sub soil) dari lokasi stok.

2. Pembuatan Perencanaan
Untuk melakukan reklamasi diperlukan suatu perencanaan yang baik dan akurat agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus
diarahkan menuju restorasi atau rehabilitasi yang disesuaikan dengan rencana umum tata ruang
daerah atau keinginan masyarakat setempat. Perencanaan penambangan dan perencanaan
reklamasi, harus sudah disiapkan sebelum melakukan penambangan dan merupakan program
yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Sebelum dilakukan penambangan dan atau
pembukaan lahan maka perlu menyiapkan :
Peta lokasi penambangan dan lokasi penimbunan, termasuk lokasi settling pond dan aliran
drainase dari buangan air tambang.
Perencanaan dan design penambangan dan penimbunan overburden.
Untuk disposal dan atau in pit dump yang sudah berjalan dilakukan review planning dan design
penimbunan OB
Perhitungan volume soil (top soil dan sub soil) yang akan dipindahkan, termasuk penentuan
lokasi disposal dan atau in pit dump serta lokasi yang akan dijadikan stok timbunan soil
Perhitungan material balance dari overburden yang mencakup estimasi volume sebelum
penambangan, estimasi volume areal yang akan ditimbun dan arah pemindahan overburden (dari
lokasi penambangan ke lokasi penimbunan).
Kebutuhan alat-alat yang akan digunakan untuk penambangan, yang mencakup alat gali, alat
angkut dan alat penunjang lain seperti dozer, water truck, grader dan pompa untuk pengeringan
tambang. Perhitungan masing-masing peralatan penambangan harus proporsional sehingga
pelaksanaan penambangan tidak jauh berbeda dengan perencanaannya serta design tambang
dan disposal/in pit dump tidak banyak berubah dari rencana awal.

3. Analisa Material Asam dan Non Asam

Penentuan material asam dan non asam yang mudah dan cepat dilakukan di lapangan adalah
dengan melakukan tes NAG (Nett Acid Generating), yaitu dengan cara mengekstrak sample
tanah dengan larutan hidrogen peroksida (H2O2) dan dibiarkan selama 24 jam kemudian diukur
nilai pH-nya. Jika nilai pH < 4 maka termasuk matrial asam, sebaliknya jika nilai pH-nya > 4 maka
termasuk material non asam.

A. Pengadaan Peralatan dan Tempat


Peralatan yang digunakan dalam tes NAG pH adalah :
- Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 30%
- Larutan Aquades
- Botol reaksi
- pH meter
- Penghalus tanah porselen
- Palu geologi
- Ember
- Plastik sampel
- Spidol permanen
- Oven (pengering sample)
- Kompor gas
- Tabung gas
- Minilab ukuran 4 x 6 meter2

B. Prosedur Tes NAG

Pengambilan Sample Tanah


a. Pengambilan Sample pada Kegiatan Drilling
Pada saat kegiatan drilling diambil sample tanah pada kedalaman 0 meter sampai kedalaman
pengeboran
Pengambilan sample tanah dilakukan pada setiap 1 meter sebanyak 0,5 kg/sample
Sample-sample tanah dimasukan ke dalam plastik sample serta diberi kode titik bor dan
kedalaman sample
Sample-sample tanah dikirim ke minilab untuk dilakukan uji NAG

b. Pengambilan Sample Tanah pada Kegiatan Bore Blasting


Pada saat dilakukan pengeboran blasting, debu tanah diambil dengan menggunakan kain atau
karung plastik
Pengambilan sample tanah/debu dialkukan pada setiap kedalaman 1 meter sebanyak 0,5 kg
Sample tanah/debu dimasukan kedalaman plastik sample dan diberi kode lokasi pengambilan
dan kedalaman sample
Sample tanah dikirim ke minilab untuk dilakukan uji NAG

c. Pengambilan Sample Tanah pada Bukaan Tambang


Pengambilan sample tanah pada bukaan tambang dilakukan sesuai dengan arah dan kemajuan
tambang
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan palu geologi mulai dari kedalam 0 sampei
ke bagian dasar permukaan bukaan tambang
Pengambilan sample tanah dilakukan pada setiap kedalaman 1 meter sebanyak 0,5 kg/sample
Sample-sample tanah dimasukan ke dalam plastik sample serta diberi kode lokasi pengambilan
dan kedalaman sample
Sample-sample tanah dikirim ke minilab untuk dilakukan uji NAG

Preparation Sample dan Uji NAG

Sample-sample tanah dari lapangan dimasukan ke oven (kecuali sample dari bore blasting) untuk
dikeringkan
Sample yang telah kering ditumbuk dengan penghalus sample porselen sampai menjadi bubuk
Sample tanah yang telah menjadi bubuk diambil sebanyak 25 mg secara acak
25 mg bubuk sample tanah dimasukan ke dalam tabung reaksi serta diekstraksi/ditambah larutan
H2O2 30% sebanyak 125 ml dan larutan aquades sebanyak 125 ml. Larutan sample dibiarkan
selama 24 jam
Setelah itu dilakukan pengukuran pH ekstraksi sample dengan menggunakan pH-meter
pH ekstraksi sample < 4 menunjukkan material asam dan pH ekstraksi sample > 4 menunjukkan
material non asam. Hasil pengujian NAG test dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
penggalian dan penimbunan overburden.

4. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan hanya dilakukan pada areal seluas yang diperlukan. Pembukaan lahan hanya
boleh dilakukan pada wilayah pinjam pakai. Jika lahan yang akan dibuka dikuasai/dimiliki oleh
penduduk sekitar tambang dan ada tanaman budi daya maka harus dikoorrdinasikan dengan
masyarakat sekitar tambang untuk dilakukan pembebasan terlebih dahulu.
Prosedur Pembukaan Lahan
Setelah lahan yang akan dibuka untuk penambangan sudah dibebaskan dari kepemilikan
masyarakat setempat dan dipastikan masih di dalam areal pinjam pakai, maka batas-batas lahan
yang akan dibuka harus ditandai dengan jelas.
Sarana-sarana pengendali sedimen (settling/sediment pond) yang telah disetujui sudah harus
dibuat sebelum pelaksanaan pembukaan lahan.
Penebangan dan pengangkutan kayu yang bernilai ekonomis harus diatur agar dapat dilakukan
secara aman oleh pemegang HPH.
Tanaman yang tidak bernilai ekonomis dapat dirobohkan.
Pohon-pohon yang bernilai ekonomis harus dipindahkan dan dikumpulkan ke daerah
pengumpulan aman dan harus memastikan bahwa penebangan dan pembukaan lahan dilakukan
pada daerah yang sudah dibatasi.
Pohon-pohon kecil yang tidak bernilai ekonomis dipotong-potong sepanjang 1 2 meter untuk
memudahkan pengangkutan. Potongan-potongan pohon kecil tersebut diangkut bersamaan
dengan soil ke daerah rehabilitasi.
Tidak diijinkan membakar tetumbuhan sesuai dengan peraturan yang ada.

5. Pengelolaan Tanah

Tanah (top soil/sub soil) adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi yang relatif subur dan
menjadi tempat tumbuhnya tanaman. Kandungan hara dan sifat tanah lainnya dalam tanah jauh
lebih baik dibandingkan dengan lapisan dibawahnya. Secara visual di lapangan tanah dicirikan
dengan warna merah/merah kekuningan, dan warna lapisan tanah dibawahnya biasanya kuning
keputihan atau abu-abu. Secara fisik biasanya dicirikan dengan masih terdapatnya akar tanaman
pada lapisan tanah dan kandungan liatnya tinggi (lengket).
Ketersediaan tanah (top soil/subsoil) yang diperlukan untuk rehabilitasi dan restorasi lahan bekas
tambang sangat terbatas. Oleh karena itu pengelolaan tanah yang baik sangat penting untuk
keberhasilan restorasi dan rehabilitasi. Penyelamatan tanah sangat mutlak dilakukan untuk
menghindari terjadinya kehilangan tanah karena kontaminasi pada saat penggalian, tanah
tertimbun lagi oleh overburden atau karena timbunan tanah yang terlalu tebal sehingga luasan
lahan bekas tambang yang tercover tanah menjadi berkurang. Pemulihan kembali, penanganan
dan pemakaian tanah yang benar dapat menjamin pemeliharaan struktur tanah, unsur hara dan
persediaan benih.

Tujuan dari pengelolaan tanah adalah :


Menjaga hilangnya tanah dalam kegiatan penggalian dan penimbunan overburden.
Menjaga tanah terkontaminasi oleh overburden (blue clay) dan reject batubara
Menjaga timbunan tanah tererosi
Menghemat biaya rehandle/pengangkutan kembali dari lokasi stok tanah
Prosedur Kerja
1. Penggalian top soil/sub soil
Ketebalan lapisan tanah pada lahan asli dibatasi sekitar 2,0 2.5 meter.
Dilakukan pengambilan sample tanah kuning/merah kekuningan pada bukaan tambang dari
ketebalan 0 5 meter pada beberapa lokasi, sample-sample tersebut kemudian Laboratorium
Tanah untuk dianalisa tingkat kesuburan tanahnya. Hasil analisa sample tersebut digunakan
untuk menentukan standar ketebalan top soil/sub soil
Dilakukan pengambilan sample tanah kuning/merah kekuningan pada bukaan tambang dari
ketebalan 0 5 meter pada beberapa lokasi, sample-sample tersebut kemudian Laboratorium
Tanah untuk dianalisa tingkat kesuburan tanahnya. Hasil analisa sample tersebut digunakan
untuk menentukan standar ketebalan top soil/sub soil
Penggalian top soil/sub soil harus dipisahkan dengan penggalian overburden dan kedalaman
penggalian harus sesuai dengan standar
Lapisan tanah dibawah lapisan top soil/sub soil dianggap sebagai overburden, tetapi sebaiknya
ditimbun dibawah top soil/sub soil.
2. Penimbunan Tanah
Areal disposal atau in pit dump yang akan dilapisi top soil/sub soil harus dalam kondisi sudah rata
dan tidak ada reject batubara pada permukaannya (Penimbunan reject batubara harus dibawah
lapisan blue clay).
Timbunan disposal/in pit dump dilakukan berjenjang/berteras dan miring ke dalam
(kemiringannya 1 - 5%) serta pada kaki lereng setiap teras dibuat paritan untuk mengalirkan
aliran permukaan. Paritan tersebut dialirkan ke lokasi saluran pembuangan air.
Ketebalan lapisan timbunan top soil/sub soil adalah 1 1,5 meter dan dijaga dari kontaminanasi
blue clay dan reject batubara.
Jika terjadi kontaminasi harus dibersihkan.
Segera dilakukan penanaman setelah pelapisan top soil/sub soil selesai dengan tanaman cover
crop dan tanaman pokok.
3. Pemeliharaan stok timbunan top soil/sub soil
Lokasi stok timbunan top soil/sub soil diupayakan dekat/diantara lokasi disposal dan in pit dump,
sehingga memudahkan kegiatan pengangkutan kembali ke lokasi disposal dan atau in pit dump.
Timbunan stok top soil/sub soil ditanami cover crop dari jenis kacang-kacangan untuk
meningkatkan kesuburan dan menjaga dari erosi.
Aliran air permukaan pada areal timbunan stok tanah harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi genangan dan erosi yang terjadi tidak besar agar tidak terjadi kehilangan soil.
Ketebalan lapisan tanah pada areal stok tidak boleh melebihi ketebalan 5 meter
BAB III
Revegetasi Lahan Pasca Tambang

Dalam bab ini akan dibahas mengenai revegetasi yang menyajikan spesifikasi, strategi, metode
dan tata cara revegetasi di areal tambang. Tujuannya adalah untuk membantu tercapainya
standar-standar revegetasi di lokasi tambang yang diharapka :
Konsisten di seluruh lokasi tambang
Memenuhi praktek revegetasi lahan pasca tambang yang bernilai tambah secara ekonomi dan
budidaya lahan dalam jangka pendek maupun panjang
Kesesuaian strategi revegetasi dengan pelaksanaan di lapangan akan dinilai sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan dan progres kemajuan yang dicapai.
Penentuan strategi-strategi ini didasarkan pada pengalaman uji coba-uji coba yang sudah
dilakukan maupun pengalaman langsung proses revegetasi di lokasi tambang PT Mahakam
Sumber Jaya.
Strategi Revegetasi yang dibahas dalam buku ini adalah :
1. Strategi Revegetasi 1 : Kebun Multi Produktif
2. Strategi Revegetasi 2 : Kebun Tanaman Komoditi
3. Strategi Revegetasi 3 : Revegetasi Lereng Soil & OB
4. Strategi Revegetasi 4 : Revegetasi Lahan Datar OB
5. Strategi Revegetasi 5 : Revegetasi Tanaman Sisipan
6. Strategi Revegetasi 6 : Revegetasi Tanaman Hias
7. Strategi Revegetasi 7 : Revegetasi Tanaman Rawa

1. Strategi Revegetasi untuk Kebun multi Produktif


Kebun multi produktif merupakan konsep penanaman dengan keseluruhan jenis tanaman dapat
hidup tanpa naungan awal
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam sesuai dengan standard kesiapan lahan tanam dengan tebal soil
setinggi 125cm dan untuk hasil yang sesuai dengan perencanaan maka penanaman dimulai
pada awal musim hujan. Adapun jenis tanaman untuk kebun multi produktif terdiri dari 4 jenis
yaitu :
a. Tanaman pioneer
Angsana, gmelina, gamal, sengon buto, johar, ketapang, Macaranga gigantea,
Macaranga triloba, Dillenia, johar, lamtoro dan jabon (salah satu atau lebih)
b. Tanaman Pokok / Perkebunan
Sirsak, petai, mangga, jengkol, kemiri, minyak kayu putih, nangka (salah satu atau lebih)
c. Tanaman Kehutanan
Banggeris, kahoi, meranti; beringin, jati super,sungkai,kapur, bengkirai (salah satu atau
lebih)
d. Tanaman Pertanian / Musiman (alternatif sebagai mulsa)
Padi, jagung, cantel, pisang, ketela pohon dan rumput gajah (salah satu atau lebih)
Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi kebun multi produktif adalah :
Untuk cover crop ditanam pada awal tahun I yaitu jenis : oro-oro
Inokulasi micoriza dilakukan pada tanaman pioneer : sengon buto dan johar.
Perawatan tanaman pioneer/tanaman pokok hanya pada tahun I, kecuali penyulaman
Kompos ditambahkan diseluruh lubang tanam
Pupuk NPK/TSP/Urea digunakan di seluruh tanaman pokok
Tanaman musiman dikelola secara intensif dengan pemupukan per2 minggu, kecuali ketela
pohon, rumput gajah dan pisang
Cara penanaman sesuai dengan intruksi kerja penanaman
Lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman adalah 5 x 5 meter dengan perselingan antara tanaman pokok dan tanaman
kehutanan
Tanaman pioneer ditanam di sekeliling tanaman pokok dengan jarak tanam 5 x 20 m.
Tanaman gamal ditanam di sekeliling tanaman pokok dengan cara tugal jarak 1 x 1 m
Bibit : tanaman pioneer (dari nursery), tanaman pokok, kehutanan (dari penduduk dan
perusahaan bibit, sebagian dari nursery), tanaman musiman (dari perusahaan bibit)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk NPK/TSP/Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

2. Strategi Revegetasi Untuk Tanaman Komoditi


Kebun tanaman komoditi merupakan konsep penanaman dengan jenis tanaman yang bernilai
komuditi / ekonomis
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam sesuai dengan standard kesiapan lahan tanam dengan tebal soil setinggi
125cm . Penanaman pada tahun pertama ditanami tanaman pioneer terlebih dahulu , kemudian
dilanjutkan dengan menanam tanaman komoditi ditanam tahun 2 dan pada tahun 3 dan
penanaman dimulai pada awal musim penghujan.
Jenis tanaman untuk kebun tanaman komoditi terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. Tanaman pioneer
Angsana, gmelina, gamal, sengon buto, johar, ketapang, M gigantea, M triloba,
dillenia, johar, lamtoro, jabon (salah satu atau lebih)
b. Tanaman komoditi
Vanili, lada, kopi, coklat, kelapa sawit, pisang (salah satu atau lebih)
c. Tanaman pertanian / musiman (alternatif sebagai mulsa)
Padi, jagung, cantel, ketela pohon dan rumput gajah (salah satu atau lebih)

Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi kebun komoditi adalah :
Cover crop ditanam pada tahun pertama yaitu jenis :oro-oro
Inokulasi micoriza dilakukan pada tanaman pioneer : sengon buto, johar.
Perawatan tanaman pioneer hanya pada tahun I
Kompos ditambahkan diseluruh lubang tanam
Pupuk NPK/TSP/Urea dipakai di seluruh tanaman pokok
Tanaman musiman dikelola secara intensif dengan pemupukkan per 2 minggu, kecuali ketela
pohon, rumput gajah dan pisang
Cara penanaman sesuai dengan intruksi kerja penanaman
Lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman pioneer adalah 5 x 5 m
Tanaman gamal ditanam secara tugal dengan jarak tanam 5 x 5 m ditengah tanaman pioneer
Tanaman komoditi ditanam tahun ke II dengan jarak tanam 5 x 5 m di pertengahan tanaman
pioneer menggganti tanaman gamal.
Tanaman komoditi dirawat dengan intensif : 2x pemupukan/tahun, pemulsaan, penyemprotan
hama, pembersihan gulma.
Bibit : tanaman pioneer ( dari nursery), tanaman komoditi (dari perkebunan komoditi)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk NKP/TSP/Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

3. Strategi Revegetasi Lereng Soil/Normal


Revegetasi Lereng normal adalah revegetasi di lereng-lereng lahan siap tanam dengan
ketebalan soil normal 125cm
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam sesuai dengan standard kesiapan lahan tanam dengan tebal soil
setinggi 125cm dan untuk hasil yang sesuai dengan perencanaan maka penanaman dimulai
pada awal musim hujan. Lahan tanam di seluruh Area lereng Over burden / mine out
Jenis tanaman terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. Tanaman pioneer
Gamal, johar, jabon, macaranga (salah satu atau lebih)
b. Tanaman alternatif
Akar wangi
c. Tanaman cover crop
CP, CM, Cover crop lokal, rumput gajah, rumput lokal (salah satu atau lebih)

Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi lereng normal adalah :
Perawatan tanaman terfokus pada penyuburan tanaman pioneer pada tahun I
Kompos dan inokulasi micoriza serta pupuk Urea digunakan diseluruh lubang tanam
Cara penanaman sesuai dengan intruksi kerja penanaman
Lubang tanam tanaman gamal 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman gamal adalah 1 x 1 m
Setiap lubang diisi 4 batang gamal
Panjang tanaman gamal 50 cm
Cover crop ditanan dengan sistim jalur
Rumput ditanam dengan sistim tempel
Johar/pioneer lokal ditanam dalam lubang tanam 1 x 1 x 1 meter
Bibit : gamal dan johar ( dari nursery dan dari masyarakat), rumput gajah / akar wangi /
nanas / aren (dari perkebunan)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

4. Strategi Revegetasi Lahan Datar Over Burden


Revegetasi lahan datar OB adalah revegetasi di lahan datar dengan keadaan yang sangat miskin
soil.
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam di areal yang mempunyai jumlah soil sangat terbatas, kegiatan
penanaman dimulai pada awal musim hujan.
Jenis tanaman terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. Tanaman pioneer
gamal, johar, sengon buto, jabon, macaranga (salah satu atau lebih)
b. Tanaman alternatif
Akar wangi
c. Tanaman cover crop
CM, Cover crop lokal, rumput gajah, rumput lokal (salahsatu atau lebih)

Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi lahan datar miskin soil adalah :
Perawatan tanaman terfokus pada penyuburan tanaman pioneer pada tahun 1
Kompos dan inokulasi micoriza serta pupuk Urea digunakan diseluruh lubang tanam
Cara penanaman sesuai dengan intruksi kerja penanaman
Lubang tanam tanaman gamal 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman gamal adalah 1 x 1 m
Setiap lubang diisi 4 batang gamal
Panjang tanaman gamal 50 cm
Cover crop ditanan dengan sistim spot
Rumput ditanam dengan sistim spot
Johar/pioneer lokal ditanam dalam lubang tanam 1 x 1 x 1 meter
Bibit : gamal dan johar ( dari nursery dan dari masyarakat), rumput gajah / akar wangi
/ nanas / aren (dari perkebunan)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

5. Strategi Revegetasi Tanaman Sisipan


Revegetasi tanaman sisipan adalah revegetasi di area revegetasi yang berumur > 3 tahun
dengan jenis tanaman yang perlu naungan
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam di areal revegetasi berumur > 3 tahun, penanaman dimulai pada awal
musim hujan
Jenis tanaman terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Tanaman perkebunan
Durian, lahong, rambutan, sawo kecik, langsat, kelapa sawit, lada, kopi dan coklat
b. Tanaman kehutanan
Meranti, ulin, kapur, banggeris, sungkai, sono keling, gaharu, ebony dan cendana
Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi tanaman sisipan adalah :

Perawatan tanaman intensif


Kompos digunakan diseluruh lubang tanam
Pupuk NPK/TSP/Urea dipakai di seluruh tanaman pokok
Lubang tanam 1 x 1 x 1 m
Jarak tanaman adalah 10 x 10 m
Pemeliharaan tanaman s/d 3 tahun : 2x pemupukan setiap tahun, penyiangan,
pemangkasan, penyemprotan hama.
Bibit : tanaman perkebunan dan kehutanan (dari penduduk dan perusahaan bibit,
sebagian dari nursery)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk NKP/TSP/Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

6. Strategi Revegetasi Tanaman Hias


Revegetasi tanaman hias adalah revegetasi untuk perindang,penyejuk dan hiasan dengan
menggunakan tanaman perindang/hias seperti di area tanggul jalan ,perkantoran, crushing dan
stock pile
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam di areal tersebut diatas,dan penanaman dimulai pada awal musim hujan
Jenis tanaman terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Tanaman hias
Palem-paleman , sawo kecik, sungkai, angsana dan kelapa sawit (salah satu atau lebih)
b. Cover crop
Seruni rambat, rumput lokal / rumput hias (salah satu atau lebih)
Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi tanaman hias/perindang adalah :
Kompos digunakan diseluruh lubang tanam
Pupuk NPK/Urea dipakai di seluruh tanaman hias
Pemeliharaan intensif seperti pemangkasan cabang serta pemupukkan
Lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman adalah 5x 5 m
Cover crop ditanam dengan sistim jalur
Bibit : tanaman hias dan cover crop (nursery/pembibitan)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk : NKP / TSP / Urea
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

6. Strategi Revegetasi Tanaman Rawa


Revegetasi tanaman rawa adalah revegetasi di areal basah dan tergenang
Strategi Penanaman
Penyiapan lahan tanam di areal rawa dan penanaman dapat dilakukan kapan saja.
Jenis tanaman terdiri dari satu jenis saja,yaitu tanaman pokok yaitu perupuk dan kedemba
Metode Penanaman
Tata cara/metode penanaman dalam strategi tanaman rawa adalah :
Kompos ditambahkan diseluruh lubang tanam
Pupuk NPK/Urea ditambahkan di seluruh tanaman
Pemeliharaan intensif seperti pemangkasan cabang
Lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
Jarak tanaman adalah 5x 5 m
Bibit : prupuk &kedemba (inhutani /pembibitan/masyarakat sekitar)
Kompos (dari masyarakat sekitar), Pupuk NPK
Tenaga penanaman : borongan oleh kelompok masyarakat

Anda mungkin juga menyukai