Anda di halaman 1dari 34

BAB XII

REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

12.1. Reklamasi
Reklamasi memiliki berbagai definisi, tergantung pada perundangan yang
digunakan. Berikut definisi reklamasi dan pascatambangan berdasarkan peraturan
perundangan yang digunakan oleh PT. Viral Abadi Coal:
1. UU No. 4 Tahun 2009
“Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.”
2. Permen ESDM No. 7 Tahun 2014

“Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.”

12.1.1. Dasar Hukum yang Mendasari

Penutupan dan reklamasi dalam kegiatan pertambangan adalah hal wajib yang
harus dilakukan setiap perusahaan pertambangan. PT. Viral Abadi Coalyang
bergerak di bidang pertambangan batubara tak lepas pula dari kegiatan ini. Adapun
dasar hukum yang mendasari PT. Viral Abadi Coaldalam melakukan Reklamasi
dan Pascatambang adalah sebagai berikut :

272
273

1. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.


2. Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksana Reklamasi dan
Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

12.1.2. Tata Guna Lahan Sebelum dan Sesudah Penambangan


1. Sebelum Penambangan

Kondisi awal flora sebelum penambangan yaitu tumbuh merata di Desa Bukit Mulia
diantaranya tanaman padi, pohon rambutan, pohon jati, pohon kelapa, pohon
pisang, pohon melinjo, pohon mahoni dan singkong. Pohon - pohon tersebut akan
dilakukan ganti untung apabila dilakukan penebangan, terutama pohon jati yang
harganya tergantung umur dan diameter batang pohon tersebut. Fauna yang terdapat
di daerah penelitian antara lain kambing, sapi, ayam, dan kerbau. Umumnya fauna
di daerah penelitian merupakan peliharaan warga sekitar.

Gambar 12.1

Jenis Tanaman Budidaya (Pohon Kelapa)


274

Gambar 12.2

Jenis Tanaman Budidaya (Pohon Rambutan)

Gambar 12.3

Jenis Tanaman Produktif (Pohon Karet)


275

Gambar 12.4

Jenis Tanaman Produktif (Pohon Jati)

Gambar 12.5

Jenis Tanaman dilindungi (Pohon Ulin)


276

Sebagian besar lahan yang ada di wilayah IUP PT. Viral Abadi Coal tidak tertutupi
oleh hutan maupun lahan produksi lainnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar
bahan galian tersingkap di permukaan dan tidak tertutupi oleh tumbuhan. Dengan
demikian ganti rugi yang dilakukan PT. Viral Abadi Coal tidak terlalu besar
terhadap pepohonan yang di tebang dalam proses pembersihan lahan.

2. Setelah Penambangan

PT. Viral Abadi Coal sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan, membuat
rencana tata guna lahan setelah penambangan. Melihat kondisi top soil yang sedikit
maka PT. Viral Abadi Coal memutuskan untuk tidak menutup tapak bekas tambang,
melainkan dibiarkan sesuai bentuk akhir penambangannya. Adapun jenjang-
jenjang yang ada akan di tanami dengan pohon jati. Pohon jati dipilih sebab cara
penanaman dan perawatannya yang mudah. Untuk kegiatan reklamasi pada area
perkantoran, stockpile, dan setling pond sendiri, PT. Viral Abadi Coal melakukan
revegetasi dengan menanam pohon jambu kristal. Pohon jambu kristal dipilih
karena cara penanaman dan perawatannya yang mudah juga.

Gambar 12.6

Jambu Kristal
277

12.1.3. Rencana Pembukaan Lahan

Sebelum melakukan proses penambangan PT. Viral Abadi Coal terlebih dahulu
melakukan pengupasan tanah penutup. Oleh karena ketebalan tanah pucuk yang
kurang dari 20 cm maka pengupasan dilakukan sekaligus pada saat pembersihan
lahan. Pembersihan dilakukan pada puncak bukit yang akan ditambang, dan
beberapa lokasi yang akan di bangun perkantoran beserta sarana dan prasarana
penunjang lainnya. Tanah pucuk hasil pembersihan lahan ditempatkan kembali
pada stockpile yang telah disediakan karena akan digunakan kembali pada saat
reklamasi setelah penambangan berakhir.

Umur tambang PT. Viral Abadi Coal yaitu 5 tahun, dimana wilayah yang dimiliki
adalah seluas 168,2 Ha dengan peruntukan sebagai area perkantoran, stock yard dan
settling pond seluas 0,5 Ha dan lokasi penambangan seluas 150 Ha. Pada lahan
seluas 18,372 Ha ini akan direklamasi dengan melakukan revegetasi. Sisa dari luas
IUP PT. Viral Abadi Coal peruntukkan untuk area penambangan beserta jalan
tambang. Status tanah pada PT. Viral Abadi Coal ialah tanah sewaan dari pihak
Desa Bukit Mulia tempat tambang beroperasi. Tanah tersebut sudah melalui ganti
rugi tanaman yang ada pada wilayah IUP dan perjanjian sewa tanah sesuai peraturan
yang berlaku. Setelah tambang berakhir tanah yang disewa oleh pihak perusahaan
akan dikembalikan kembali ke pihak desa untuk dijadikan lahan yang dapat
dimanfaatkan kembali oleh masyarakat setempat.

12.1.4. Rencana Penambangan

Untuk penambangan batubara dilakukan pada daerah perbukitan dari elevasi 475
mdpl sampai dengan elevasi 335 mdpl, dimana sistem penambangan yang
digunakan yaitu Tambang Terbuka dengan metode Back Filling.
Tabel 12.1

Volume Batuan yang di bongkar Selama Penambangan

Rencana Penambangan Batubara PT. Viral Abadi Coal


Produksi Luas Pit Limit Overburden Batubara Insitu Sriping Top Soil Tebal Tebal Tebal
Ratio
Per Blok Ha (m) (M3) Per (M3) Pertahun BCM Top Soil OB (m) BB (m)
Tahun (m)
Blok A 7,10 18,32 1040000,00 260.000 4;1 31200,00 0,44 14,65 0,37
Blok B 8,56 27,80 1904000,00 476.000 4;1 57120,00 0,67 22,24 0,56
Blok C 10,30 23,11 1904000,00 476.000 4;1 57120,00 0,55 18,49 0,46
Blok D 5,66 42,08 1904000,00 476.000 4;1 57120,00 1,01 33,67 0,84
Blok E 6,72 35,40 1904000,00 476.000 4;1 57120,00 0,85 28,32 0,71
Jumlah 38,34 146,71 8656000,00 2164000,00 259680,00

278
272
12.1.5. Program Reklamasi

Kegiatan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

Program reklamasi ini merupakan keberlanjutan dari kegiatan penambangan dari


satu subblokke subblok lainnya atau pada saat lahan bekas tambang sudah
ditinggalkan. Adapun lahan yang akan direklamasi meliputi:lahan bekas
penggalian batubara, disposal top soil, dan disposal OB dengan jadwal
pelaksanaan dimulai ketika kegiatan penambangan berlangsung hingga
pascatambang.Metode Reklamasi pada area penelitian menggunakan Metode
Teras Individu.

Gambar 12.7

Desain Jenjang

Pemilihan metode ini dikarenakan rata-rata persentase kemiringan lereng yang


akan direncankan sebesar 50%, dengan rata-rata tinggi lereng yang sebesar 45 m
dengan rata-ratadumping face anglesebesar 27º, rata-ratacatch bench 22,5 m dan

272
281

rata-rata Ramp 40 m. Pengaturan ini diterapkan untuk mencapai overall oalslope


yang di tentukan oleh PT.Viral Abadi Coal.

Tabel 12.2

Program Kegiatan Reklamasi

KEGIATAN REKLAMASI TAHAP PRODUKSI


Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun
Pertama A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah
2. Pemupukan
Disposal
3. Biaya Penanaman Cover Crop 3,58
Soil
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase
Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun Kedua A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah
2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop Pit Blok A 7.10
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
282

1. Pembuatan Drainase

Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun Ketiga A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah
2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop Pit Blok B 8,56
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase
Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun
Keempat A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah
2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop Pit Blok C 10,3
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase
Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun Kelima A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
Pit Blok D 5,66
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
283

1. Analisa Kualitas Tanah


2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase
Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun
KeEnam A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah
2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop Pit Blok E 6,72
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
2. Pembuatan Instalasi Pengendalian
Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase
Luas
Area
Tahun Kegiatan (Ha)
Tahun
KeTujuh A. Tata Guna Lahan
1. Reconturing
2. Penebaran Tanah Penutup
B. Revegetasi
1. Analisa Kualitas Tanah Disposal
10.30
OB
2. Pemupukan
3. Biaya Penanaman Cover Crop
4. Pemeliharaan
C. Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi
1. Pembuatan Runoff
284

2. Pembuatan Instalasi Pengendalian


Erosi
D. Pekerjaan Sipil
1. Pembuatan Drainase

12.1.5.1 Penatagunaan Lahan

Kegiatan penataan lahan dimaksudkan untuk menyiapakan lahan yang akan


direklamasi agar terbentuk lahan yang aman , stabil dan media penanaman yang
baik.

a. Recountouring
Kegiatan reklamasi tahun peratampada area Top Soil dimulai dengan kegiatan
penataan timbunan batuan penutup yang telah final atau siap untuk direklamasi
dengan mengubah dumping face anglesebelumnya 24omenjadi 27º dengan tinggi
vertikal timbunan (lift height) maksimal 45 meter. Setelah tercapai lift height 45
meter, kemudian dibuat bidang olah (catch bench) dengan lebar 22,5 meter dengan
sudut kemiringan bidang olah (catch bench crossfall) sebesar 2º.Jalan akses (ramp)
akan dibuat dengan lebar 40 meter dengan kemiringan maksimal 2º. Hal ini
direncanakan dengan faktor kestabilan dan keamanannya bertujuan agar dapat
meminimalisir terbentuknya lereng terjal yang dapat menimbulkan terjadinya
longsoran dan daya erosi yang tinggi. Dengan penambahan fasilitas tersebut,
keseluruhan sudut kemiringan lereng reklamasi menjadi 22º Karena lereng
timbunan sebelumnya menggunakan pengaturan yang sama.

Gambar 12.8
Desain Lereng
285

Tabel 12.3

Jumlah luasan kegiatan recounturing pertahunya :

Luas Area Luas


Bukaan Rencana Luas Area Luas Area Rencana Rencana

Tambang Reklamasi Bukaan Bukaan


Tahun (Ha) PIT (Ha) Disposal Disposal Reklamasi Reklamasi

Disposal
Top Soil Disposal Top Soil
OB (Ha) (Ha) OB (Ha) (Ha)

I 0 0 0 3,58 0 3,58

II 7,10 0 7,10 0 7,10 0

III 8,56 7,10 1,46 0 1,46 0

IV 10,30 8,56 1,74 0 1,74 0

V 9,66 10,30 -0,64 0 -0,64 0

VI 8,72 9,66 -0,94 0 -0,94 0

VII 2,96 8,72 -5,76 0 -5,76 0

Jumlah 48,30 47,3 1,01 3,58 1,01 0

b. Penyebaran tanah
Berikut adalah teknik yang digunakan dalam penyebaran tanah:

Tahap penempatan Topsoil


Proses penempatan Topsoil dimulai dengan pengangkutan material dari stocksoil
menuju area disposal menggunakan haul truck, kemudian topsoil tersebut di
286

turunkan (dumping) melalui crest. Tanah tersebut disebar lagi secara merata ke
seluruh bagian lahan dengan menggunakan dozer sampai ketebalan 2.25 m. Proses
selanjutnya adalah melakukan pemadatan (kompaksi) terhadap tanah yang disebar
tersebut dengan menggunakan Compactor JV25DW-2.

Gambar 12.9

Penebaran Top Soil

Tabel 12.4

Jumlah kebutuhan topsoil pertahunya

No Blok Topsoil (m3)

1 Blok A 31200,00

2 Blok B 57120,00

3 Blok C 57120,00

4 Blok D 57120,00

5 Blok E 57120,00

Jumlah 259.680
287

Kebutuhan tanah untuk kegiatan penyebaran topsoil di dapatkan dari disposal soil
yang berada pada area PT. Viral Abadi Coal. Dari data soil inventory Tahun I
sampai Tahun ke VII diketahui persediaan topsoil yang ada sebesar 259.680 m3.

12.1.5.2 Revegetasi

Pemilihan jenis tumbuhan adalah salah satu tahap dalam upaya revegetasi lahan
bekas tambang. Pemilihan ini bertujuan untuk memilih spesies tanaman yang
disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan direvegetasi. Kunci utama
keberhasilan revegetasi adalah pemilihan jenis pohon yang tepat.

Tahapan-tahapan dalam proses revegetasi:

A) Seleksi tanaman local yang potensial

Melakukan survey pada wilayah IUP PT. Viral Abadi Coal mengenai tanaman
yang potensial dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sebelum dilakukan
penambangan didaerah ini yaitu di Desa Bukit Mulia, Kecamatan Kintap,
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Kalimantan, Indonesia
merupakan kawasan hutan produksi, dimana terdapat perkebunan kelapa
Sawit dan hutan Jati. Dengan demikian tanah didaerah ini bagus untuk di
jadikan hutan produksi lagi dengan di tanami Jati atau dijadikan perkebunan
sawit kembali.Tanaman inilah yang digunakan untuk kegiatan reklamasi.

B) Pengadaan bibit tanaman

a. Pengadaan bibit cover crop


Jenistanaman penutup (cover crop) merupakan, CM (Calopogonium
Muconoides).
288

Gambar 12.10
Calopogonium Muconoides

b. Pengadaan bibit pohon Jati


Tanaman yang cocok di tanam pada reklamasi ini adalah pohon Jati, dimana
pohon Jati mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan juga sesuai dengan
daerah sekitar. Nantinya pohon Jati akan ditanam di daerah pit, disposal ob,
disposal soil, dan sattling pont. Bibit pohon Jati itu sendiri dibeli dari toko
pertanian.

Gambar 12.11

Bibit Pohon Jati


289

C) Penanaman bibit
Penanaman bibit pada area reklamasi bertujuan untuk membentuk vegetasi
baru dan mengembalikan kondisi lahan mendekati kondisi semula. Tujuan
lainya adalah untuk menjaga kestabilan lahan dan mecegah terjadinya
aliran run off yang tinggi terhadap permukaan lahan.
a. Luas area penanaman
Luas penanaman pada area tambang adalah 45,34 Ha. Dan fasilitas
lainya seperti disposal ob dengan luas 23,59 Ha, disposal soil 3,57 Ha,
dan settlindpond dengan luas 4,32 Ha.

b. Jumlah tanaman per hektar


Jumlah tanaman per hektar yang dibutuhkan dengan jarak tanam 3m
x 3m karena jarak yang efektif untuk menenam pohon tersebut adalah
dengan jarak seperti itu, sedangkan lubang tanam dibuat dengan
ukuran lubang 30cm x 30cm dikarenakan bibit yang guanakan sudah
burukuran 50cm dan ditananam dipoli back yang berukuran sedang.
Seperti ditabel berikut.

Tabel 12.5

Pembibitan Pohon Jati

PEMBIBITAN

Luas
No Blok jarak (3x3) m2 Ha Jumlah Pohon
(Ha)

1 Blok A 7,10 9 0,0009 7885

2 Blok B 8,56 9 0,0009 9514

3 Blok C 10,30 9 0,0009 11441

4 Blok D 5,66 9 0,0009 10728

5 Blok E 6,72 9 0,0009 9692


290

8 DISPOSAL OB 10,30 9 0,0009 11444

9 DISPOSAL TOP SOIL 3,58 9 0,0009 3975

Total Luas Area (Ha) 62,19 69089

c. Komposisi jenis tanaman


Komposisi jenis tanaman dibagi 2 yang terdiri dari :
a. Jenis tanaman penutup (cover crop) diperlukan jumlah benih
100kg/Ha.
Tabel 12.6

Pembibitan Cover Crop

Pembibitan Tanaman Luas


Blok Bibit/Ha (kg) Bibit (kg)
Cover Crop (Ha)

CM (Calopogonium
Blok A 7,1 10 71
Muconoides)

CM (Calopogonium
Blok B 8,56 10 85,6
Muconoides)

CM (Calopogonium
Blok C 10,3 10 103
Muconoides)

CM (Calopogonium
Blok D 5,66 10 96,6
Muconoides)

CM (Calopogonium
Blok E 6,72 10 87,2
Muconoides)

DISPOSAL CM (Calopogonium
10,30 10 103
OB Muconoides)

DISPOSAL CM (Calopogonium
3,58 10 35,8
SOIL Muconoides)

Jumlah 62,19 621,9


291

d. Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada PT.Viral Abadi untuk melakukan reklamasi
adalah jenis pupuk urea yang didatangkan langsung dari pabrik pupuk
yang berada di Kabupaten Tanah Laut. Pemilihan pupuk ini dikarenakan
cocok dengan tanaman cover crop yang digunakan.

Tabel 12.7

Jumlah kebutuhan pupuk

Pit II 8,56 100 856

Pit III 10,3 100 1030

Pit IV 9,66 100 966

Pit V 8,72 100 872

Pit VI 2,96 100 296

DISPOSAL OB 23,6 100 2360

DISPOSAL SOIL 3,58 100 358

JUMLAH 74,48 7448

12.1.5.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman hasil vegetasi merupakan serangkaian perlakuan yang


diberikan terhadap tanaman sejak benih atau bibit yang ditanam dilapangan sampai
tanaman dapat hidup secara mandiri. Pemeliharaan lahan reklamasi bertujuan unuk
menjaga kondisi tanaman maupun tanah yang telah direklamasi sehingga efektifitas
proses reklamasi yang telah dilakukan dapat tercapai.

Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhnaya dipengaruhi oleh berbagai faktor


lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa faktor biotik dan abiotik.
292

Faktor biotik meliputi semua komponen lingkunagan berupa organisme hidup yang
dapat menmpengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain parasit, serangga,
tumbuhan liar seperti gulma. Faktor abiotik meliputi semua kondisi lingkuangan
yang berupa benda mati yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti
iklim dan kesuburan tanah. Untuk meningkatkan peran positif dan menekan peran
negatif dari semua faktor lingkangan tersebut, maka pemeliharaan tanaman sangat
diperlukan agar keberhasilan hidup dan pertumbuhan tanaman menjadi baik.

1) Pada Jenjang

Jika dijumpai adanya jenjang longsoran taupun banyak


erosi,pemeliharaan yang dilakukan dengan memperbaiki dan
memantau system draina seserta daerah yang longsor.Proses erosi
permukaan di daerah reklamasi umumnya terjadi di awal musim hujan
Longsoran permukaan terjadi akibat munculnya bidang luncur yang
disebabkan oleh jenuhnya lapisan tanah akibat curah hujan yang tinggi
serta kemampuan evapotranspirasi tanaman yang belum optimal.
Longsoran yang terjadi biasanya bersifat lokal, terjadi pada lapisan
topsoil (50 cm dari permukaan tanah) dimana persentase material
debu/liat lebih tinggi dibanding pasiran serta pada daerah reklamasi
baru (tanaman masih berumur muda).

2) Pemeliharaan tanaman yang dilakukan yaitu kegiatan :

Penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran,


pemupukan, serta penyemprotan hama penyakit.

a. Penyulaman
Kemungkinan tanaman yang tidak hidup adalah 10% sehingga di
butuhkan tanaman penyulaman adalah 10% dari total jumlah
tanaman yang dibutuhkan. Penyulaman dilakukan untuk
293

mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang masih


seumur. Dalam kegiatan ini dilakukan penggantian terhadap
tanaman mati atau tanaman sakit dengan tanaman baru yang baik
dan sehat. penyulaman pertama dilakukan satu bulan setelah
penanaman dan kegiatan penyulaman ke-dua dilakukan satu tahun
setelah penanama. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat,
seumur dan berasal dari persemaian yang sama dengan bibit yang
ditanam sebelumnya.

b. Pengendalian Gulma
Pengendali angulma, bertujuan untuk mengurangi atau
memperkecil persaingan akar antara tanaman pokok dengan
tanaman pengganggu. Pengendali tangul dapat dilakukan secara
manual berupa penyiangan dan pendangiran atau kimiawi berupa
penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi
lapangan,keadaan tanah, jenis gulma dan jenis tanaman.

1. Penyiangan
Kegiatan penyiangan bertujuan untuuk membebaskan tanaman dari
tumbuhan pengganggu agar ruang tumbuh menjadi lebih luas,
terutama untuk memperoleh kandungan hara, moneral dan cahaya
matahari yang dibutuhkan. Penyiangan dilakukan dengan cara
membersihkan gulma dan tanaman pengganggu secara total diareal
tanaman denggan cara manual dengan menggunakan alat cangkul
atau parang. kegiatan penyiangan dapat dilakukan pada musim
kemarau atau musim hujan dengan frekwensi 3-4 bulan sekalai
dalam setahun untuk tanaman umur 1-2 tahun. Frekwensi 6-12
bulan sekali untuk tanaman umur lebih dari 2 tahun. Sedangkan
pada tahun ketiga cukup satu kali penyiangan dengan cara
menebasperdu/pohon yang dianggap mengganggu tanaman pokok.
294

2. Pendangiran
Pendangiran dilakukan apabila pertumbuhan tanaman terhambat
oleh kondisi tanah yang padat atau drainase jelek atau merupakan
kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman dalam upaya
memperbaiki sifat fisik tanah. Pendangiran dilakukan secara
manual menggunakan cangkul pada tanah disekitar tanaman
dengan radius 25 -50 cm. Kegiatan ini dilakukan selama tiga kali
dalam satu tahun berjalan, yaitu pada umur 4 bulan, 8 bulan dan 12
bulan.

c. Pemupukan
Dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan
peningkatan tiap. Dalam menentukan jenis,dosis dan waktu
pemupukan perlu pertimbangan jenis tanaman dan kesuburan
tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan analisa tanah.Untuk
pemupukan menggunakan pupuk cair dengan cara disemprotkan
pada lahan atau dicor kelubang tanam dan pupuk NPK dengan cara
dimasukkan pada lubang yang digalidi sekitar tanaman setiap 6
bulan. Proses pemupukan ini berlanjut untuk seterusnya.
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada
media tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yng
diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman. Cara melakukan
pemupukan dengan cara meletakan pupuk dalam lubang pada area
tanam. Kegiatan pemupukan pada tahun pertama pada tahun 1
dilakukan bersamaan dengan kegiatan persiapan lapangan lahan

12.1.5.4 Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi

Agar tanah pucuk yang telah di tebar tidak hanyut terangkut oleh air (erosi) maka
bersamaan dengan kegiatan penataan lahan harus pula bangun instalasi
295

pengendalian erosi dan sedimentasi. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu


mengkombinasikan cara teknik sipil dan vegetatif.

a. Pembentukan saluran air larian (runoff)


Untuk mengendalikan debit air larian pada lahan reklamasi, dibuat saluran
drainase (roadside channel) yang berfungsi sebagai suatu instalasi penyalur air
larian (run off) dan sebagai media penangkap sedimen. Disain saluran darinase
dibuat sesuai kontur lahan yang yang telah dibentuk dan dipasang pada
sepanjang kaki lereng dari lahan yang dibentuk danganlebar 3m (B) dan
kedalaman 1m (V) dengan kemiringan saluran 60º. saluran drainase tersebut
dialirkan ke saluran utama yang berakhir di kolam penampung. Pemilihan jenis
trapesium dikarenkan pembuatanya mudah, tidak terjadi pengendapan pada
dasar aliran, dapat mengalirakan volume air lebih besar. Perhitungan saluran
terbuka dapat dilihat pada (Lampiran C)

Gambar 12.12
Dimensi saluran terbuka

b. Pembuatan instalasi pengendali erosi


Instalasi pengendali erosi dibuat pada lahan yang sedang dalam tahap awal
reklamasi dengan tujuan mencegah terjadinya erosi pada lahan yang sedang
dikelola dengan memperkecil run-off dan menghancurkan partikel sedimen
yang terbawa bersama run-off

Salah satu metode yang dapat mengurangi terjadinya erosi pada area reklamasi
baru adalah denggan menggunakan kombinasi antara tanaman kayu jawa
296

(Lanneacorromandelica) dan lapisan ijuk (ijuk blankets). Cara kerja metode


ini dengan menanam stek tanaman kayu jawasecara berbaris (row sprigging)
mengikuti alur kontur lereng dengan jarak tanam sekitar 15 cm dan interval
baris 15 yang berfungsi untuk mengurangi atau memecah energi aliran air
permukaan agar tidak terkonsentrasi pada satu aliran saja. Kemudian
dikombinasikan dengan pemasangan lapisan ijuk (ijuk blankets) pada seluruh
area lahan reklamasi baru yang berfungsi sebagai pengikat tanah dan sebagai
mulsa penutup permukaan tanah. Lapisan ijuk merupakan bentuk bahan olahan
dari serabut kelapa yang berbentuk kotak dan seperti jarring-jaring yang sangat
cocok dengan pola reklamasi lahan tambang dengan kemiringan lereng yang
diterapkan, karena bisa menahan laju erosi dan menjadi pupuk bagi tanaman
reklamasi karena sifatnya yang biodegrable dan kuat, mampu mempermudah
tumbuhnya tanaman baru pada lahan bekas tambang.

Tahap-tahap pembuatan instalasi pengendali erosi:

1. Penanaman batang-batang kayu jawa (Lanneacorromandelica)dengan


metode stek yang ditanam berbaris (row sprigging) pada interval dengan
lebar masing-masing 15m dengan jarak tanam 15 cm
2. Pemasangan ijuk secara horizontal yang dimulai pada jarak 15 m dari batas
tertinggi lahan pada deretan stek kayu jawa sepanjang jalur kayu jawa yang
ditanam.
3. Pemasangan ijuk yang dimulai pada jarak 30m dari batas tertinggi lahan
dengan dipasang menutupi permukaan lahan. Untuk melekatkan jaring
pada permukaan lahan, digunakan patok-patok kayu yang dipasang pada
permukaan jaring dengan jarak pasang 1x1m
4. Penanaman rumput vetiver, yang ditanam secara berbaris menyerupai
penanaman kayu jawa dengan jarak tanam 15 -20 cm di tengah-tengah
interval pemasangan kayu jawa. Fungsi penanaman rumput vetiver adalah
untuk mengurangi energy run off pada lahan yang baru serta sebagai
297

penahan struktur tanah, dimana akar rumput vetiver dapat mencapai


kedalaman 2m.

12.1.5.5 Pekerjaan sipil

Untuk pekerjaan sipil diantranya reklamasi sarana dan infrastruktur


pendukung,tetapi pada pekerjaan ini difokuskan pada pengerjaan drainase pada
area disposal untuk penyaliran AAT menuju setlling pond.

a. Pembuatan drainase Penentuan Dimensi Saluran Penyaliran


Perhitungan Desain Drainase ada pada (Lampiran C)

Gambar 12.13

Desain Saluran Terbuka

b. Pembuatan saluran penyaliran AAT


Tipe dinding saluran adalah dari tanah biasa atau tanah asli di lokasi tersebut,
saluran AAT akan di buka pada sepanjang boundery area disposal dengan

volume tanah yang harus digali sebesar 801.444,574m 2, panjang saluran adalah

982 m dengan luas penampangsaluran 1.2m2 Selain pembuatan setlind pond


juga dilakukan penyebaran kapur tohor pada area setlind pond
298

12.1.5.6 Peralatan Yang Digunakan untuk Kegiatan Rencana Reklamasi

Alat yang digunakan dalam pekerjaan reklamasi adalah dump truck, excavator,
bulldozer.

1. Peralatan yang digunakan untuk penggalian dan pemuatan OB


a. Excavator
Dipergunakan untuk penggalian dan pemuatan tanah Overburden
Merk : Komatsu
Type : PC 450
Kapasitas bucket : 2,1
Produktifitas : 235,58 m3 / jam (Ada pada lampiran F)
Jumlah alat : 2 unit
Target penutupan overburden : 421,98 M3/Jam

b. Dump Truck
Dipergunakan untuk pengangkutan Topsoil dan Overburden
Merk : Hino
Type : DT Hino 260 JD
Kapasitas : 21,38 m3
Produktifitas : 45,27 m3 / jam (Ada pada lampiran F)
Jumlah Alat : 10 unit
Target penutupan topsoil : 421,98 M3/Jam

Target penutupan Overburden : 23.869.950,874 LCM

c. Bulldozer
Dipergunakan untuk penimbunan dan penebaran Topsoil dan Overburden
Merk : Caterpillar
Type : D8R
Kapasitas : 6.1 bcm
299

Produktifitas : 421,98m3/jam (Ada pada lampiran F)


Target penutupan topsoil : 511.498,9473 BCM

Target penutupan Overburden : 23.869.950,874 LCM

12.1.6. Rencana Biaya Reklamasi

Rencana biaya yang diperlukan untuk mereklamasi lahan, dirinci setiap tahun untuk
seluruh daerah prospek yang akan ditambang. Perhitungan biaya reklamasi terdiri
dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Perhitungan biaya Reklamasi terdiri
atas:

12.1.6.1 Biaya langsung


Uraian mengenai biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya
Reklamasi yang meliputi:

1) Biaya penatagunaan lahan, terdiri atas biaya:


1) Reconturing
2) Penebaran tanah pucuk
2) Biaya revegetasi, terdiri atas biaya:
1) Analisis kualitas tanah
2) Biaya pemupukan
3) Biaya penanaman
4) Biaya pemeliharaan
c. Biaya pengendalian erosi dan sedimentasi, terdiri atas biaya:

1) Biaya pembuatan runoff (Rp)


2) Biaya pembuatan instalasi pengendalian erosi
d. Biaya penanganan air asam tambang, terdiri atas biaya:

1) Biaya penebaran kapur tohor (CaO)

2) Biaya Penebaran tanaman eceng gondok


300

e. Biaya pekerja sipil

1) Biaya pembuatan drainase

12.1.6.2 Biaya tidak langsung

Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan Reklamasi dan
sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan yang ditentukan
sebagai berikut:

a. biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% (dua koma lima persen)
dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan;
b. biaya perencanaan Reklamasi sebesar 2% (dua persen) sampai dengan 1 0% (
sepuluh persen) dari biaya langsung;

c. biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksana


Reklamasi tahap Operasi Produksi sebesar 3% (tiga persen) dari biaya
langsung;

d. biaya supervisi sebesar 2% (dua persen) dari biaya langsung.

12.1.6.3 Total Biaya Rencana Reklamasi

Uraian mengenai total biaya rencana reklamasi ialah biaya langsung ditambah
dengan biaya tidak langsung dan biaya tersebut sudah harus memperhitungkan
pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah. Rincian total biaya rencana
reklamasi dapat dilihat pada (Lampiran H)

11.1.7. Jaminan Reklamasi

Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh perusahaan pertambangan


sebagai uang jaminan untuk melakukan reklamasi di bidang pertambangan umum.
301

Dengan umur tambang 7 tahun yang dimiliki PT. VIRAL ABADI COAL, maka
penempatan jaminan reklamasi PT. VIRAL ABADI COALditempatkan ditahun ke-
1 sampai dengan tahun ke-4 sesuai dengan aturan yang telah telah diatur pada
Permen ESDM no.7 tahun 2014 tentang tata cara penempatan jaminan reklamasi.

Tabel 12.8

Tata Cara Penempatan Jaminan Penutupan Tambang

Tabel 12.9

Biaya Jaminan Reklamasi

12.2. Rencana Pascatambang


Pascatambang memiliki berbagai definisi, tergantung pada perundangan yang
digunakan. Berikut definisi reklamasi dan pascatambangan berdasarkan peraturan
perundangan yang digunakan oleh PT. Viral Abadi Coal:
302

1. UU No. 4 Tahun 2009


“Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir,
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
pertambangan.”
2. Permen ESDM No. 7 Tahun 2014
“Pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
pertambangan.”

12.2.1. Tataguna Sarana dan Prasarana Pascatambang

Sesuai dengan Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat 4 yang mengatakan
bahwa program reklamasi dapat dilakukan dengan revegetasi dan/atau peruntukan
lainnya, dengan demikian PT. Viral Abadi CoaL memutuskan dengan tidak
melakukan reklamasi melainkan melakukan kegiatan tata guna lahan sarana
prasarana tambang, pemeliharaan, perawatan, dan pemantauan. Kegiatan
pascatambang dilakukan setelah semua kegiatan operasi produksi selesai. Kegiatan
pascatambang mengubah rona awal yang berupa fasilitas penunjang kegiatan
operasi produksi menjadi rona akhir sesuai peruntukkannya yang disetujui bersama
oleh pihak perusahaan, masyarakat, dan pemerintah daerah.

12.2.2 Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial Pascatambang

Berakhirnya kegiatan pertambangan di PT. Viral Abadi Coal akan sangat


berpengaruh pada lingkungan sekitar. PT. Viral Abadi Coal melakukan beberapa
kegiatan guna mengantisipasi dampak tersebut. Mulai dari lingkungan hidup sekitar
tambang hingga karyawan PT. Viral Abadi Coal yang nantinya akan di PHK.
303

1. Status Tanah
Tanah yang digunakan PT. Viral Abadi Coal statusnya adalah tanah sewaan. Tanah
tersebut milik pemerintah desa yang telah melalui kesepakatan disewa untuk jangka
waktu 7 tahun. Setelah selesainya kegiatan penambangan maka tanah tersebut
dikembalikan kepada pemerintah desa untuk dimanfaatkan sesuai kehendak
pemerintah desa.

2. Karyawan
Seluruh karyawan PT. Viral Abadi Coal akan di PHK dikarena habisnya masa
operasi dari PT. Viral Abadi Coal. Agar taraf hidup karyawan tetap sejahtera
sebagaimana pada saat PT. Viral Abadi Coal masih beroperasi maka perusahaan
mengambil langkah untuk mengadakan pelatihan selama 1 tahun sebelum tambang
di tutup. Dengan keterampilan yang diberikan kepada seluruh karyawan,
diharapkan dapat menggunakan keterampilan tersebut nantinya terutama setelah
tambang tutup.

3. Sarana Prasarana
Terdapat 2 sarana prasarana dan jalan tambang yang terdapat di PT. Viral Abadi
Coal. Semua sarana dan prasarana serta jalan tambang tersebut tidak di bongkar
melainkan direnovasi dan di alih fungsikan agar warga sekitar dapat menikmati dan
memanfaatkannya.

4. Pemantauan
PT. Viral Abadi Coal melakukan pemantauan terhadap semua hal yang ditinggalkan
setelah Pascatambang. Hal ini dilakukan agar dapat meminimalisir dampak yang
terjadi, dan pemantauan ini dilakukan selama 2 tahun setelah tambang ditutup.

12.2.3. Rencana Biaya Pascatambang

Perhitungan biaya pasca tambang terdiri dari : biaya langsung dan tidak langsung.
304

1. Biaya Langsung

Uraian mengenai biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya
Reklamasi yang meliputi:

a. Aspek fisik:
1) Perawatan bekas saluran terbuka
b. Fasilitas Penunjang:
1) Pemeliharaan bangunan kantor
2) Pemeliharaan bangunan pos satpam
3) Pemeliharaan checkpoint
4) Pemeliharaan Settling Pont
5) Pemeliharaan bangunan bengkel
c. Sosial dan ekonomi:
1) Pelatihan bagi bekas karyawan yang di PHK (khusus lulusan SD, SMP dan
SMA)
2) Pelatihan bagi masyarakat sekitar sebagai pengganti usaha
d. Non Fisik:
1) Analisis air
2) Analisis tanah
3) Analisis udara

(rincian biaya langsung dapat dilihat pada Tabel 11.16)

2. Biaya Tidak Langsung

Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan Pascatambang


dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan tandar acuan yang
ditentukan sebagai berikut:

1. Mobilisasi dan demobilisasi (2,5% dari biaya langsung).


2. Perencanaan kegiatan pascatambang (2-10% dari biaya langsung).
305

3. Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksanaan


penutupan tambang (3-14% dari biaya langsung).

4. Supervise (2 -7 % dari biaya langsung).

(rincian biaya tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 12.10)

3. Total Biaya

Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan
biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku dan
dibuat dalam mata uang Rupiah

Tabel 12.10
Biaya Pascatambang

12.5. Jaminan Pascatambang

Jaminan pasca tambang adalah dana yang disediakan oleh perusahaan sebagai
jaminan untuk melaksanakan kegiatan pasca tambang. Perhitungan penenmpatan
jaminan pasca tambang.
306

Sesuai dengan aturan yang ada pada Permen ESDM no.7 tahun 2014 Lampiran IV
(table 12.11). Maka penempatan jaminan pascatambang PT. Viral Abadi Coal
adalah sebagai berikut:

Tabel 12.11

Tata Cara Penempatan Jaminan Penutupan Tambang

Tabel 12.12

Biaya Jaminan Pascatambang

Anda mungkin juga menyukai