Meriview Jurnal
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reklamasi atau bisa disebut reklamasi daratan, merupakan sebuah proses pembuatan
daratan baru dari dasar laut atau juga dasar sungai. Tanah yang direklamasi disebut juga tanah
relamasi atau landfill. Umumnya reklamasi daratan dilakukan dengan bertujuan sebagai
perbaikan serta pemulihan sebuah kawasan berair yang rusak atau tak berguna untuk menjadi
lebih baik serta bermanfaat. Kawasan tersbut dapat dijadikan sebuah lahan pemukiman, objek
wisata serta kawasan niaga.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah luasan daratan
untuk suatu aktivitas yang sesuai di wilayah tersebut dan juga dimanfaatkan untuk keperluan
konservasi wilayah pantai. Reklamasi ini dilakukan bilamana suatu wilayah sudah tererosi
atau terabrasi cukup parah sehingga perlu dikembalikan seperti kondisi semula, karena lahan
tersebut mempunyai arti penting bagi negara.
Kegiatan penambangan rakyat telah memberikan dampak yang cukup luas bagi
negara-negara berkembang pada beberapa dekade terakhir. Penelitian di beberapa negara
berkembang menunjukkan bahwa kegiatan penambangan rakyat telah memberi dampak
positif di bidang ekonomi yakni dengan tersedianya lapangan pekerjaan, sumber penghasilan
bagi penduduk pedesaan dan meningkatkan pajak (Amankwah dan Sackey, 2003; Shen dan
Gunson, 2006; dan Mallo dkk., 2011). Selain dampak positif tersebut, ternyata penambangan
rakyat juga memicu terjadinya masalah lingkungan yang erat kaitannya dengan degradasi
lahan, khususnya di lokasi lubang tambang yang tidak direklamasi sehingga menyebabkan
terjadinya erosi (Centre for Development Studies, 2004). Degradasi lahan tambang yang
terjadi juga meliputi perubahan bentang alam, perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi
tanah, iklim mikro serta perubahan flora dan fauna (Siswanto dkk., 2012).
Metodelogi Penelitian
Pengambilan data kondisi biogeofisik dilakukan melalui pengambilan sampel tanah,
air, udara serta flora dan fauna di lokasi. Pengumpulan data mengenai kemauan (willingness)
penduduk terhadap jenis reklamasi dilakukan wawancara menggunakan kuisioner dengan
jenis pertanyaan terbuka dan tertutup. Kemudian, dilakukan kegiatan perancangan model
reklamasi yang didasarkan atas hasil analisis biogeofisik dan survey tersebut.
Landasan Teori
Reklamasi tambang adalah penting tidak hanya untuk fungsi lingkungan yang
berkelanjutan tetapi juga untuk kualitas estetika mereka. Sebagian besar aktivitas
penambangan di Inggris terjadi di atau dekat area yang diminati publik dengan nilai estetika
tinggi yang melekat padanya. Ini termasuk Situs Minat Ilmiah Khusus (SSSI) dan Area
Keindahan Alam Luar Biasa (AONB). Untuk menciptakan minat melalui keragaman bentuk
dan karakter, karena itu dapat bermanfaat untuk menggunakan teknik dalam kombinasi. Ini
dapat dicapai melalui perawatan selektif dari berbagai bagian lanskap tambang. Ini dapat
membantu dengan bijaksana menggunakan bahan langka yang digunakan dalam reklamasi.
Ketika kombinasi berbagai penggunaan setelah diimplementasikan dalam suatu situs, mis.
danau rekreasi dan pertanian, lereng yang berbeda dapat diterapkan ke bagian tambang yang
berbeda untuk mengakomodasi kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu sejumlah kecil bahan
pengisi dapat digunakan untuk membuat bentuk lahan yang diperlukan hanya dalam satu
bagian tambang (Konsultan Penggunaan Lahan, 1992a). Kehati-hatian harus dilakukan untuk
memastikan bahwa di mana penggunaan bersama setelah dikembangkan, mereka kompatibel
satu sama lain, untuk memastikan keberlanjutan skema.
Ada sejumlah tantangan dalam reklamasi tambang termasuk ketersediaan tanah lapisan atas
yang terbatas serta bahan pengisi. Ini dapat memengaruhi tingkat di mana tanah dapat
direklamasi. Ini mempengaruhi jumlah dan jenis vegetasi yang dapat dibentuk serta bentuk
permukaan tanah. Ini memiliki dampak tinggi pada kualitas visual serta kemampuan
fungsional tanah. Tantangan umum lainnya adalah stabilitas batuan pada tambang-tambang
yang direklamasi yang berpengaruh pada keamanan situs sehingga ketersediaannya untuk
penggunaan umum.
Biogeofisik
Lingkungan biotik dan abiotik dan juga tentang proses yang terjadi pada lingkungan
pada setiap tingkatannya. Hasil penelitian Subardja (2009) menunjukkan bahwa lahan bekas
penambangan rakyat sistem terbuka yang ada di Indonesia pada umumnya akan menyebabkan
perubahan lingkungan yang dicirikan dengan permukaan lahan menjadi tidak teratur,
kesuburan tanah rendah dan rawan erosi, sehingga daya dukung tanah untuk tanaman menjadi
rendah.
Kualitas Tanah
Dari hasil pengujian laboratorium dapat dikatakan bahwa pada tanah bekas tambang
batu apung telah terjadi penurunan tingkat kesuburan tanah. Penurunan kandungan hara
makro (N, P, K), C-organik, dan nilai KTK disebabkan oleh penyingkiran lapisan
tanah atas dan munculnya lapisan bawah yang bertekstur lebih kasar. Akibat pembongkaran
dan pemindahan lapisan atas tersebut maka tanah bekas penambangan batu apung
mengandung fraksi pasir lebih besar dari pada tanah yang tak ditambang.
Kualitas Air
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, sebagian besar parameter yang
menentukan kualitas air sudah memenuhi baku mutu seperti yang dipersyaratkan sesuai
peraturan tersebut. Sedangkan pada beberapa parameter nilainya melebihi ambang batas yang
telah ditentukan seperti Total Padatan Terlarut (TDS) dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) di
lokasi tertentu. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan nilai TDS sumur penduduk
sebesar 1765 mg/L yang melebihi baku mutu. Nilai TDS yang melampaui ambang batas di
lokasi sumur penduduk kemungkinan disebabkan oleh limpahan limbah rumah tangga dan
bahan organik yang berasal dari kegiatan pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya
kadar nitrat (19 mg/L) yang juga melebihi baku mutu.
Kualitas Udara
Hasil pengukuran kualitas udara ambien yang meliputi SO2, NO2, dan debu di
lapangan, dibandingkan dengan baku mutu sesuai dengan PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien.
Quarry Landform
Sebagian besar kuari memiliki tiga komponen utama yang membentuk bentuk lahan
kuari. Mereka semua membutuhkan perawatan berbeda selama reklamasi. Ini adalah lantai
tambang, wajah, dan bangku. Dalam banyak situasi, lantai kuari menjadi fokus untuk setiap
tujuan setelah penggunaan. Ini bisa banjir atau kering tergantung pada kedalaman muka air
dan kedalaman ekstraksi (Departemen Lingkungan, 1989).
The choice of any one or a combination of the techniques is dependent on the following
factors:
1. Yang dimaksud setelah penggunaan,
2. Karakter lanskap sekitarnya,
3. Ketersediaan tanah lapisan atas,
4. Ketersediaan bahan pengisi,
5. Biaya menggunakan teknik tertentu,
6. Pentingnya dan karakter lanskap regional,
7. Nilai akhir situs yang dimaksud,
8. Ketersediaan keahlian teknis.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Perlunya peningkatan komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antara
pemerintah dan masyarakat tambang. Pemerintah perlu lebih proaktif melibatkan berbagai
komponen masyarakat seperti LSM, akademisi, peneliti untuk menjalankan peran
pendampingan masyarakat tambang dan monitoring pada kualitas lingkungan di sekitar
tambang. Perlu dikaji lebih jauh dan diversifikasi ragam reklamasi yang sesuai dengan kondisi
sosioekonomi masyarakat dan lingkungan setempat dengan penerapan kaidah kelestarian
lingkungan dan peningkatan sisi ekonominya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 165 –
174, Model of Environmentally Sound Small-Scale Mining Reclamation : A Case Study of
Pumice Mining Reclamation Area at Ijobalit East Lombok Regency West Nusa Tenggara
Province, ALI R. KURNIAWAN dan WULANDARI SURONO