Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

REKLAMASI LAHAN

Kelompok 11

1. Widya Puteri Syaida (1903016055)

2. Windri Nov' Riani (1903016041)

3. Yosua Kalimanto (1903016045)

4. Yulita (1903016119)

5. Yustiana Catherine (1903016115)

AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan penambangan batubara di Indonesia, memberikan pendapatan daerah yang besar


dan menyerap banyak tenaga kerja sehingga menjadi penyangga ekonomi terutama di
Kalimantan Timur. Namun selain memberikan dampak positif kegiatan penambangan ini juga
menimbulkan perubahan lingkungan sementara yang manghasilkan kodisi yang sangat berbeda
dengan kondisi sebelum ditambang. Perubahan lingkungan tersebut berupa terbukanya
penutupan vegetasi pada proses land clearing. Selanjutnya, proses penggalian menyebabkan
hilangnya hara dan kandungan bahan organik tanah, tanah menjadi sangat asam, perubahan
topografi dan bentang alam serta pencemaran air dan tanah. (Wardana, 2007).

Pada lahan bekas tambang batubara perubaha utama yang timbul pada lingkungan ada
perubahan kimia dan fisika. Perubahan kimia terutama berdampak terhadap air tanah dan air
permukaan, dan perubahan fisik berupa perubahan morfologi dan topografi lahan. Selain itu juga
terdapat perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat
biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi
tandus atau gundul. Perubahan ini bersifat sementara, perusahaan mempunyai kewajiban
mengembalikan minimal 80% menuju rona awal, salah satunya dengan reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah
overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas aira sam
tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi .Tahap reklamasi
penambangan yang dilakukan oleh perusahaan tambang adalah melakukan reklamasi terhadap
lahan timbunan overburden (Batuan Limbah). Kegiatan reklamasi penting dilakukan dalam
upaya mengembalikan lahan bekas tambang. Pada umumnya tanah di lahan bekas tambang
mengandung kadar unsur hara yang rendah. Reklamasi dan revegetasi merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki kondisi lahan pasca penambangan (Pujawati, 2009 dan Zulkarnain
2014).
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini yaitu : Untuk meninjau lahan-lahan bekas
tambang di daerah sekitar Samarinda yang telah dilakukan reklamasi atau dialih fungsikan
menjadi lahan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reklamasi Lahan di Lahan Bekas Tambang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, definisi pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Sektor pertambangan merupakan salah satu penggerak roda
perekonomian dan pembangunan nasional yang terbesar bagi Indonesia, namun pertambangan juga dapat
memberikan dampak negatif bagi kerusakan hutan. Kontribusi sektor pertambangan terhadap kerusakan
hutan di Indonesia mencapai 10% dan kini melaju mencapai dua juta hektar per tahun (Sitorus dkk.,
2008).

Pertambangan dilakukan untuk mengambil bahan tambang seperti batu bara, timah, semen, nikel,
emas, dan bahan tambang lainnya. Sistem pengambilan bahan tambang pun berbeda-beda, hal tersebut
juga mempengaruhi keadaan muka bumi dan lingkungan. Selain merusak kondisi awal tanah,
pertambangan juga dapat mempengaruhi kinerja fungsi hidrolisis dalam tanah dan dapat menurunkan
tingkat produktivitas tanah (Patiung, 2011). Degradasi lahan tambang meliputi perubahan bentang alam,
perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah, iklim mikro serta perubahan flora dan fauna (Siswanto
et. al., 2012). Kerusakan sifat fisika dan kimia tanah diakibatkan oleh penggalian top soil untuk mencapai
lapisan bahan tambang yang lebih dalam sehingga mengubah topografi dan komposisi tanah permukaan
(Herjuna, 2011).

Kontribusi sektor pertambangan terhadap kerusakan hutan di Indonesia mencapai 10% dan kini
melaju mencapai 2 juta ha per tahun. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan reklamasi
lahan bekas tambang. Keberhasilan reklamasi membutuhkan pengetahuan dasar tentang lingkungan biotik
dan abiotik dan juga tentang proses yang terjadi pada lingkungan pada setiap tingkatannya (Kurniawan,
2013).

Penggunaan lahan pasca tambang yang cocok dan efektif yang berkelanjutan untuk generasi
mendatang sangat penting bagi keberhasilan dan keuntungan jangka panjang bisnis pertambangan dan
bagi manfaat ekonomi pemilik lahan di masa depan (Jeff dan Carl, 2014). Namun, dampak negatif
kegiatan tambang tersebut mengakibatkan kualitas lingkungan menurun. Oleh sebab itu, penggunaan
program revegetasi yang sesuai, yang membutuhkan pemilihan jenis tanaman yang tepat untuk digunakan
dan karakteristik lokasi, dapat meningkatkan stabilitas jangka panjang, baik secara mekanis dan ekologis.
Perencanaan pasca tambang yang tepat untuk diterapkan adalah reklamasi lahan tambang. Menurut
definisi, “reklamasi'' akan mengembalikan lahan ke kondisi yang sama dengan atau lebih besar dari
penggunaan sebelumnya tertinggi. Tanah tersebut setelah reklamasi, harus sesuai untuk penggunaan
sebelumnya atau harus memiliki penggunaan yang lebih ekonomis atau nilai sosial dari penggunaan
sebelumnya.

Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan
penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Vegetasi harus beradaptasi
dengan lingkungan alam dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan vegetasi dan spesiesnya yang
disesuaikan dengan fisiologis dan ekologis. Cara ini dapat dikelola dengan mudah dengan investasi
rendah dan memberi imbalan banyak. Ini sesuai dengan hukum suksesi alami tanaman dan bermanfaat
bagi stabilitas dan kelanjutan pengembangan vegetasi (Wang dan Yu, 2015). Spesies tanaman yang
dipilih harus memiliki kemampuan toleransi yang kuat seperti tahan kekeringan, tahan asam, ketahanan
kemiringan, ketahanan logam berat, tumbuh dengan cepat, mudah ditanam, dan tingkat kelangsungan
hidup yang tinggi (Zhu, 2015).

Reklamasi dinilai berhasil apabila telah memenuhi kriteria keberhasilan reklamasi yang ditetapkan.
Dalam hal ini, untuk kegiatan revegetasi perlu memperhatikan antara jenis tanaman yang dipilih dan
syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lahan agar kriteria keberhasilan reklamasi dapat tercapai. Apabila
pemilihan tanaman tepat dan sesuai terhadap kondisi lahan yang akan direklamasi, maka :

1. Tanaman dapat tumbuh dengan baik.


2. Persentase tumbuh tanaman yang diinginkan tercapai.
3. Jumlah tanaman tiap Hektar memenuhi target.
4. Kombinasi jenis tanaman sesuai dan kesehatan tanaman baik.

Jika hal tersebut terlaksana, maka keberhasilan reklamasi pada aspek revegetasi dapat dikatakan
berhasil karena telah sesuai dengan kriteria keberhasilan reklamasi yang ditetapkan (Parascita, 2015).
Dalam hal ini, menekankan bahwa untuk kegiatan revegetasi perlu memperhatikan antara jenis tanaman
yang dipilih dan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lahan agar kriteria keberhasilan reklamasi dapat
tercapai.

2.2 Peluang Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Untuk Pertanian

Ditinjau dari aspek teknis, areal bekas tambang dapat digunakan untuk budidaya pertanian jika telah
dilakukan perbaikan kondisi lahan dan selanjutnya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan produktif seperti
untuk pertanian. Dari aspek kualitas tanah, kendala utama rehabilitasi lahan adalah rendahnya kandungan
unsur hara dan bahan organik, toksisitas unsur tertentu, kemampuan tanah dalam menyerap hara dan air,
pH tanah, dan sifat fisik tanah yang sangat buruk.

Untuk mempercepat pemulihan kualitas tanah (fisik, kimia, dan biologi), juga dapat digunakan
bahan pembenah tanah atau amelioran, seperti bahan organik, kapur, tanah liat, dan abu terbang. Senyawa
humat dapat digunakan sebagai pengganti bahan organik (Iskandar, 2008). Zeolit merupakan bahan
pembenah mineral yang dapat meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah. Pupuk hayati dapat
digunakan untuk memperbaiki sifat biologi tanah, misalnya pemanfaatan fungi mikoriza sebagai pemicu
pertumbuhan tanaman (Sitorus dkk., 2008).

Kegiatan reklamasi perlu kolaborasi pemerintah dan perusahaan. Pemerintah harus membangun
kebijakan perlindungan lingkungan yang sesuai dan perencanaan jangka panjang, memainkan peran
membimbing, dan berinvestasi dalam pekerjaan perlindungan dasar lingkungan, sedangkan perusahaan
tambang menetapkan konsep bahwa manfaat lingkungan harus menjadi bagian dari manfaat perusahaan,
memperhatikan perlindungan lingkungan dari tahap desain, dan konstruksi dalam pengembangan dengan
perlindungan lingkungan secara bersamaan. Dengan harapan area pasca tambang yang telah direklamasi
dapat membantu mengatur iklim lokal mereka yang dapat digunakan untuk produksi bahan baku dan
bioenergi, untuk rekreasi atau untuk mendorong keanekaragaman hayati (Peter et. al., 2018).
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum pengamatan pada lahan reklamasi pasca tambang yang telah
dilakukan, adapun hasil pengamatan dapat diketahui pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Lahan Reklamasi Pasca Tambang

Lahan Reklamasi Pasca TambangYang Ditanami Tanaman Jagung

Lahan Reklamasi Pasca Tambang Yang Ditanami TanamanJagung

Lahan Reklamasi Pasca Tambang Yang Ditanami Tanaman Jagung


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa lahan bekas tambang tersebut sudah direklamasi
menjadi sebuah lahan budidaya tanaman pangan yaitu tanaman jagung (Zea mays L.). Awal
penanamannya dilakukan pada tahun 2019. Jenis varietas tanaman jagung yang ditanam dilahan yang
sudah direklamasi tersebut adalah jenis Bonanza dan Hibrida. Pupuk yang digunakan berupa pupuk
kandang dari kotoran ayam dan pengapurannya dengan menggunakan dolomik. Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dan strategis
dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk
konsumsi langsung, sebagai bahan baku utama industri pakan dan industri pangan, dan bahkan dibanyak
negara sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Penanaman jagung pada lahan pasca tambang
batubara diharapkan menjadi alternatif sumber diversifikasi pangan selain padi dan kedelai dalam
menunjang ketahanan pangan. Selain dijadikan lahan budidaya tanaman, lahan yang direklamasi tersebut
juga menjadi lahan pengembangan ekosistem fasilitas peternakan.

Mini Ranch Jayatama, yang berada di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur, sebuah program pemanfaatan lahan pasca tambang milik PT Bramasta Sakti, diatas
lahan pasca tambang seluas 2.400 hektar, PT Bramasta Sakti menyulapnya menjadi lahan pengembangan
ekosistem fasilitas peternakan dan perkebunan terintegerasi. Mini Ranch Jayatama merupakan hasil upaya
Yayasan Life After Mine (YLAM) selaku pemrakarsa program, yang disponsori PT Multi Harapan
Utama (MHU), yang menggelar program pemanfaatan lahan pasca tambang di kawasan Kutai
Kartanegara. PT Bramasta Sakti saat ini mengelola 2.400 hektar lahan yang ditujukan untuk
pembangunan ekosistem fasilitas peternakan dan perkebunan yang terintegrasi.

Seluas 200 hektar di antaranya dimanfaatkan untuk peternakan dan selebihnya sekitar 2.200 hektar
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman jagung. Ini merupakan program kemitraan yang dilaksanakan
bersama dengan kelompok peternak di sekitar kawasan Desa Jonggon, dimana para peternak sapi
menitipkan ternaknya di fasilitas di Mini Ranch Jayatama dan nantinya dapat menikmati hasilnya
bersama. Dengan sistem full mekanisasi, kebun jagung akan terintegrasi dan diharapkan dapat menunjang
kebutuhan silase para kelompok ternak, baik di Mini Ranch Jayatama ataupun di daerah sekitar. Hal itu
merupakan aksi nyata dari upaya Yayasan Life After Mine bersama dengan PT Multi Harapan Utama
untuk mewujudkan program peternakan dan perkebunan yang sustainable (berkelanjutan) di lahan pasca
tambang.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

dapat di simpulkan bahwa lahan bekas tambang yang berlokasi di Mini Ranch Jayatama,
yang berada di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
ini sudah direklamasi menjadi sebuah lahan budidaya tanaman pangan yaitu tanaman jagung
(Zea mays L.) dengan sistem tanaman monokultur. Selain dijadikan lahan budidaya tanaman,
lahan yang direklamasi tersebut juga menjadi lahan pengembangan ekosistem fasilitas
peternakan sapi.

Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik
tanah overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas aira sam
tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi .

Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak
melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan.
Vegetasi harus beradaptasi dengan lingkungan alam dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan
vegetasi dan spesiesnya yang disesuaikan dengan fisiologis dan ekologis.

5.2 Rekomendasi

Setiap lahan bekas tambang wajib dilaksanakan reklamasi sesuai dengan undang-undang
yang berlaku. Jika lahan tersebut tidak dapat direklamasi dan revegetasi, maka lahan dapat
diperuntukkan atau dialih fungsikan menjadi lahan pertanian, pertenakan, atau wisata.
DAFTAR PUSTAKA

Herjuna, S. 2011. Pemanfaatan Bahan Humat dan Abu Terbang untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Iskandar. 2008. Rekayasa Perbaikan Kualitas Tanah pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Tambang.
Makalah disampaikan dalam Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan
Tambang Pasca Penutupan Tambang. Pusat Studi Reklamasi Tambang. LPPM-Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Jeff, Skousen and Carl, E.Z. 2014. Post-Mining Policies and Practices in the Eastern USA Coal
Region.Int Journal Coal Sci Technol. 1(2): 135-151.

Kurniawan, Ali. 2013. Model Reklamasi Tambang Rakyat Berwawasan Lingkungan: Tinjauan Atas
Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batu Apung Ijobalit, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. 9(3): 165-174.

Parascita, L. 2015. Rencana Reklamasi Pada Lahan Bekas Penambangan Tanah Liat di Kuari Tlogowaru
PT. SEMEN Indonesia (Persero) Tbk, Pabrik Tuban, Jawa Timur. Jurnal Teknologi
Pertambangan Volume 1 Periode Maret-Agustus. UPN Veteran. Yogyakarta.

Patiung. 2011. Pengaruh Umur Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara Terhadap Fungsi Hidrolis.
Jurnal Hidrolitan. 2(2): 60-73.

Peter, W., Jiang, C., Ralf, U.S., Wolfgang, W., and Tinghao, H. 2018. Green Infrastructure: a Planning
Concept for the Urban Transformation of Former Coal-Mining Cities. Int J. Coal Sci Technol.
5(1): 78-91.

Siswanto, B., Krisnayani, B.D., Utomo, W.H., and Anderson, C.W.N. 2012. Rehabilitation of Artisanal
Gold Mining Land in West Lombok, Indonesia: Characterization of Overburden and The
Surrounding Soils. Journal of Geology and Mining Research. 4(1): 1-7.

Sitorus, S.R.P., E. Kusumastuti, dan L. Nurbaeti Badri. 2008. Karakteristik dan Teknik Rehabilitasi
Lahan Pasca Penambangan Timah. Jurnal Tanah dan Iklim. (27): 57-74.

Wang, Y. and Yu, H.T. 2015. The Revegetation of South Dump in Yuanbaoshan Open Pit Coal Mine.
Technology and Practice of Mine Land Reclamation. Taylor and Francis Group. London.

Zhu, Y.B. 2015. Study on Assessment System of Rehabilitation on Acid Mine Waste Rock Dump.
Technology and Practice of Mine Land Reclamation. Taylor and Francis Group. London.
LAMPIRAN

Hasil dokumentasi lahan bekas tambang yang sudah direkalamasi. Mini Ranch Jayatama, yang
berada di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur,:

Anda mungkin juga menyukai