Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beberapa potensi
sumber daya alam. Kekayaan alam tersebut menjadikan Indonesia sebagai
salah satu negara yang memiliki lahan pertambangan begitu luas. Lahan
pertambangan tersebut tersebar diberbagai pulau di Indonesia, dimana
kekayaan alam tersebut dieksplorasi untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sektor pertambangan merupakan salah satu penggerak roda perekonomian
terbesar bagi Indonesia termasuk batubara. Tambang batubara di Indonesia
umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka (open pit mining)
sehingga berdampak terhadap kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan dan keselamatan kerja dalam usaha
pertambangan di dunia ini selalu menjadi isu yang paling penting. Masalah
utama yang timbul pada wilayah bekas tambang antaraberupa perubahan
lingkungan, yang meliputi perubahan kimiawi, perubahan fisik dan
perubahan biologi. Perubahan kimiawi berdampak terhadap keberadaan air
tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik yaitu mengakibatkan
perubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah
perubahan iklim mikro yang disebabkan oleh perubahan kecepatan angin,
gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta adanya penurunan
produktivitas tanah dengan akibat tanah menjadi tandus atau gundul. Oleh
karena itu setiap perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan
wajib melakukan reklamasi.
Program reklamasi lahan bekas tambang merupakan program wajib
yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan baik swasta maupun non
swasta. Untuk mengindari kesalahan penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang, maka perlu dilakukan
kegiatan reklamasi lahan bekas tambang yang efektif. Secara umum,

`
reklamasi dapat dilakukan dengan 3 tahap, yaitu persiapan lahan,
penanaman dan pemeliharaan.
PT Adaro Indonesia merupakan salah satu unit bisnis PT Adaro
Energy, Tbk yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara.PT
Adaro Indonesia berada di wilayah Kabupaten Tabalong dan Kabupaten
Balangan.Dalam proses pertambangan meliputi pembersihan lahan (land
clearing), pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil), pengupasan
overburden, penggalian batubara, pengangkutan batubara, pengangkutan
dan pengapalan. Dari kegiatan penambangan tersebut tentunya
menyebabkan perubahan bentang alam sehingga dengan adanya peraturan
perundang-undangan harus dilakukan reklamasi pada areal lahan tambang
batubara yang sudah dimanfaatkan. Sehingga lahan tersebut dapat
difungsikan kembali sesuai peruntukannya. Sesuai dengan misi PT Adaro
Indonesia yaitu salah satunya mengutamakan keselamatan dan kelestarian
lingkungan. Jadi, dalam pengelolaan lingkungan dilakukan Reklamasi.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari kegiatan Praktik Kerja
Lapangan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum dari Kuliah Kerja Profesi ini antara lain :
a. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Yogyakarta.
b. Mendapatkan pengalaman dalam satu lingkungan kerja dan
mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam
perusahaan serta melakukan studi perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan penerapannya di perusahaan.
c. Menjalin hubungan kemitraan dan kerjasama antara dunia
pendidikan dengan dunia industri.
d. Mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia industri yang
modern.

`
2. Tujuan khusus dari Kuliah Kerja Profesi ini antara lain:
a. Mengetahui proses reklamasi lahan tambang di PT Adaro Indonesia
khususnya pada Mine Reclamation And Rehabilitation
Departement (MRRD) section NUREV.
b. Mengetahui teknik konservasi dan revegetasi pada lahan pasca
tambangdi PT Adaro Indonesia.

C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan Kuliah Kerja
Profesi bagi pihak-pihak terkait, antara lain :
1. Bagi Perguruan Tinggi
a. Meningkatkan kerjasama program studi yang baik antara
Universitas Pembangunan Nasioanal “Veteran“ Yogyakarta dengan
PT Adaro Indonesia.
b. Mempererat kerjasama dan mensinergikan visi misi perusahaan
serta universitas.
c. Terjalinnya kerjasama bilateral antara universitas dan perusahaan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat memahami proses reklamasi pasca tambang pada dunia
industri dan pengimplememtasianya di PT Adaro Indonesia.
b. Dapat berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim didunia kerja.
c. Menambah kemampuan, pengetahuan dan wawasan mengenai
implementasi Agroteknologi didunia kerja.
3. Bagi Perusahaan
a. Bertindak sebagai sarana untuk menjembatani antara instansi
dengan pihak Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Veteran Yogyakarta untuk membina hubungan kerjasama lebih
lanjut baik bersifat akademis maupun keorganisasian.
b. Instansi bertindak sebagai lembaga pendidik dalam proses
pembentukan jiwa kerja mahasiswa yang jujur, bertanggung jawab,
dan disiplin.

`
c. Sebagai bentuk tanggung jawab social perusahaan serta wujud
kepedulian perusahaan terhadap dunia pendidikan yang ada saat
ini.

`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertambangan dan Dampak Terhadap Lingkungan


Pertambangan adalah sebagian atau selurh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi, penyelidikan umum, ekplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta
kegiatan pasca tambang (Kepmen ESDM No. 1827/2018). Kegiatan pasca
tambang adala kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir
sebgaian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal diseluruh wilayah
pertambangan (Kepmen ESDM No. 1827/2018).
Perkembangan teknologi pengolahan batubara menyebabkan ekstrak
biji kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin
dalam mencapai lapisan jauh dibawah permukaan. Hal ini menyebabkan
kegiatan pertambangan menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar.
Sejalan dengan hal tersebut dan semakin berkembangnya teknologi untuk
mengelola alam, maka manusia yang merupakan faktor yang sangat penting
dan dominan dalam merestorasi lingkungan menjadi rusak.
Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak yang sangat
signifikan terutama pencemaran air permukaan dan air tanah, kondisi fisik,
kimia dan biologis tanah menjadi buruk seperti lapisan tanah tidak berprofil,
terjadi pemadatan, kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah,
pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta
penurunan populasi mikroba tanah.( Agustina, N. 2013)
Penambangan menyebabkan perubahan bentang lahan dan kualitas tanah
hasil penimbunan setelah penambangan.Tanah lapisan atas ini bercampur
ataupun terbenam dengan tanah di lapisan dalam. Tanah bagian atas digantikan
tanah dari lapisan bawah yang kurang subur, sebaliknya tanah lapisan atas yang
subur berada di lapisan bawah.Demikian juga populasi hayati tanah yang ada di

`
tanah lapisan atas menjadi terbenam, sehingga hilang/mati dan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Daya dukung tanah lapisan atas pasca penambangan
untuk pertumbuhan tanaman menjadi rendah (Subowo, 2011).
Kerusakan lahan selama ini sering diangkat kepermukaan masyarakat lebih
banyak disebabkan oleh penebangan liar dan kebakaran hutan, dan jarang
sekali diangkat karena pertambangan. Pembukaan lahan ini semata-mata untuk
kepentingan eksplorasi bahan tambang ini sebenarnya lebih parah keadaanya
dan akan lebih banyak memerlukan teknik dan biaya dalam rehabilitasinya
(Johan, 2010).
Dampak penting yang mungkin timbul pada kegiatan penambangan yaitu
pada tahap pra penambangan adalah terbukanya lahan akibat pembukaan lahan
(land clearing). Hal ini akan menimbulkan dampak lanjutan seperti
berkurangnya daya tahan lahan terhadap erosi, perubahan karakteristik
infiltrasi yang akan mempengaruhi pengisian (recharge) air tanah, perubahan
unsur/komponen neraca air, perubahan bentuk bentang lahan dan tata guna
lahan, serta penurunan kualitas akibat dari erosi. Pada tahap penambangan
dampak penting yang muncul adalah terjadinya perubahan bentang alam akibat
pengupasan atau penggalian tanah pucuk, tanah penutup dan batubara.
Kemungkinan terjadinya air asam tambang jika air limpasan bereaksi dengan
lapisan tanah penutup yang berpotensi membentuk asam, kemungkinan
terjadinya longsoran pada penimbunan tanah penutup baik diluar areal tambang
maupun bekas tambang (Ernawati, 2005).
Kegiatan pertambangan ini diketahui dapat menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai,
perubahan bentuk lahan dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk
ke lingkungan perairan (Adman, 2012). Selain itu, juga berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem permukaan tanah, menurunkan produktivitas tanah
serta mutu lingkungan.Itu juga, permukaan lahan menjadi tidak teratur,
kesuburan tanah rendah dan rawan erosi sehingga daya dukung tanah untuk
tanaman rendah. Tanah bagian atas digantikan tanah dari lapisan bawah yang
kurang subur, sebaliknya tanah lapisan atas yang subur berada di lapisan

`
bawah.Demikian juga populasi hayati tanah yang ada di tanah lapisan atas
menjadi terbenam, sehingga hilang/mati dan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya (Subowo, 2011).
Kondisi kerusakan lahan pasca tambang menjadi kerusakan fisik, kimia
dan biologi.Kondisi fisik lahan tanah normal terganggu akibat pengerukan,
penimbunan dan pemadatan alat-alat berat. Hal ini mengakibatkan buruknya
sistem tata air dan aerasi yang secara langsung mempengaruhi fase dan
perkembangan akar. Tesktur dan struktur tanah menjadi rusak sehingga
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menampung air dan nutrisi. Lapisan
tanah tidak berprofil sempurna, sehingga akan berpengaruh dalam membangun
pertumbuhan tanaman yang kondusif. Pengaruh angin cukup serius pada
permukaan tanah yang tidak stabil, di mana tanah dapat diterbangkan, tertutup
oleh tanah, biji-bijian terbang dan dipindahkan ke areal tumbuh yang tidak
diinginkan. Bahan material yang digunakan selama pertambangan akan
membatasi infiltrasi air sehingga akan mengurangi produksi asam dan erosi.
Akibat pemadatan tanah menyebabkan pada musim kering tanah menjadi padat
dan keras. Pada tanah yang bertekstur padat ini, penyerapan air ke dalam tanah
berlangsung lambat karena pori-pori tanah sangat kecil, sehingga akan dapat
meningkatkan laju aliran air permukaan yang berdampak pada peningkatan laju
erosi. Kondisi tanah yang keras dan padat sangat berat untuk diolah yang
secara tidak langsung berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja
(Kustiawan, 2001).
Kondisi kimia lahan bekas pertambangan juga menunjukkan bahwa
kesuburan tanah, pH dan keberadaan nutrisi dalam tanah rendah sedangkan
keberadaan metal logam berat tinggi karena larutan dari metal sulfida. Di
beberapa lahan pasca tambang kandungan logam berat seperti Cu, Al, Zn dan
Fe dapat juga menjadi toksik dan membahayakan pertumbuhan tanaman.
Kemudian terkikisnya lapisan topsoil dan seresah sebagai sumber karbon untuk
menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial merupakan salah satu
penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang
berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak

`
langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Rendahnya aktifitas mikroba
tanah karena pengaruh berbagai faktor lingkungan mikroba tersebut seperti
penurunan pH tanah, kelembapan tanah, kandungan bahan organik, daya
pegang tanah terhadap air dan struktur tanah.Adanya mikroba tanah sangat
potensial dalam perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman.Aktifitas
mikroba tidak hanya terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga berperan
dalam mendekomposisi seresah dan secara bertahap dapat memperbaiki sifat
struktur tanah (Adman, B. 2012).

B. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan
peruntukannya (Kepmen ESDM No. 1827/2018). Upaya reklamasi pada
lahan pertambangan yang masuk dalam Kawasan Budidaya Kehutanan
(KBK) mengacu pada aturan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian
Kehutanan yang mensyaratkan penanaman jenis pohon lokal (Kepmen ESDM
No. 1827/2018) tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
yang baik. Karena jika menggunakan jenis pohon non lokal akan merubah
ekosistem dari kondisinya semula sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan
hilangnya sebagian jenis tumbuhan maupun hewan. Sementara reklamasi
menggunakan jenis lokal dapat mendukung masuknya jenis-jenis lain dan
cenderung dapat memulihkan lingkungan ekosistem mendekati kondisi
aslinya (Rahmawati, 2002).
Secara ekologis revegetasi merupakan bagian dari program reklamasi
lahan tambang.Dalam pelaksanaannya revegetasi lahan tambang seringkali
mengalami kesulitan akibat sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya.Tidak adanya
tanah pucuk merupakan gambaran yang umum pada lahan tambang.Kalaupun
ada, kandungan nitrogennya sangat rendah sehingga tidak memenuhi
kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman.Keadaan ini akibat tidak adanya
bahan organik tanah yang disediakan oleh pelapukan material tanaman yang

`
telah mati. Selain itu kurangnya mikroflora tanah membatasi pembusukan
material tanaman. Kondisi ini juga diperburuk oleh lapisan permukaan lahan
yang berbatu sehingga mempersulit perkembangan vegetasi akibat rendahnya
laju infiltrasi dan retensi air (Alam, 2011).
Bradshaw & Chadwick (1980) mengemukakan bahwa akibat
penambangan keseimbangan hara tanaman menjadi terganggu, sementara
kelarutan unsur-unsur yang meracuni meningkat dan ketersediaan hara N
pada tanah galian tambang pada umumnya sangat rendah, walaupun pada
beberapa tempat memiliki jumlah N total yang tinggi. Namun demikian, N
tetap tidak cukup tersedia untuk usaha revegetasi.Dalam program revegetasi
di lahan pasca penambangan harus memilih jenis tanaman yang sesuai dan
didukung oleh beberapa variabel ekologis, seperti kapasitasnya dalam
menstabilkan tanah, meningkatkan bahan organik tanah, dan penyediaan hara
tanah. Pada tahap awal revegetasi, tanaman makanan ternak merupakan jenis
tanaman yang disarankan untuk ditanam, hal ini akan memperbaiki hara dan
kandungan bahan organik tanah (Badri, 2003).
Salah satu bagian dari ilmu ekologi yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia adalah ekologi restorasi.Sebagaimana kita ketahui bahwa
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk
hidup dengan lingkungannya, sedangkan restorasi berarti sebagai suatu
perbaikan atau pemulihan. Jadi ekologi restorasi dapat diartikan sebagai suatu
penerapan ilmu ekologi yang berupaya untuk memperbaiki atau memulihkan
suatu ekosistem rusak atau mengalami gangguan sehingga dapat pulih atau
mencapai suatu ekosistem yang mendekati kondisi aslinya. Untuk merestorasi
ekosistem rusak, prinsip dan pengetahuan ekologi merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk diperhatikan karena hal mendasar yang harus diketahui
dalam memahami berbagai masalah dalam merestorasi suatu ekosistem yang
rusak. Hal mendasar tersebut seperti: pengetahuan tentang spesies, komunitas
dan ekosistem, substitusi spesies, interaksi antar individu spesies dan
ekosistem serta suksesi. Merestorasi ekosistem rusak bertujuan untuk: (1).
Protektif, dalam hal ini memperbaiki stabilitas lahan, mempercepat penutupan

`
tanah dan mengurangi surface run off dan erosi tanah, (2). Produktif, yang
mengarah pada peningkatan kesuburan tanah (soil fertility) yang lebih
produktif, sehingga bisa diusahakan tanaman yang tidak saja menghasilkan
kayu, tetapi juga dapat menghasilkan produk non-kayu (rotan, getah, obat-
obatan, buah-buahan dan lain-lain) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
di sekitarnya, dan (3) Konservatif; yang merupakan kegiatan untuk membantu
mempercepat terjadinya suksesi secara alami kearah peningkatan
keanekaragaman hayati spesies lokal; serta menyelamatkan dan pemanfaatan
jenis-jenis tumbuhan potensial lokal yang telah langka (Rahmawaty, 2002).

C. Revegetasi
Revegetasi merupakan kegiatan penanaman areal pasca tambang
dengan tanaman terpilih. Revegetasi dimulai dengan penanaman cover crops
dan pohon, serta pemeliharaan tanaman (Adman, B. 2012).Keberhasilan
Revegetasi pada lahan bekas tambang sangat ditentukan oleh banyak hal
diantaranya adalah aspek penataan lanskap, kesuburan media tanam dan
penanaman dan perawatan tanaman. Penataan lanskap sangat berkaitan
dengan aspek konservasi tanah dan air serta rencana penggunaan lahan bekas
tambang.Sementara itu dalam kesuburan media sangat ditentukan oleh sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Mas’ud, 1993).
Penanggulangan lahan yang telah mengalami kerusakan akibat aktivitas
penambangan diperlukan beberapa teknik yang perlu diterapkan untuk
mengatasi hal tersebut. Teknik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan Ruang Tumbuh
Pada umumnya lahan pasca tambang mengalami pemadatan akibat
dari penggunaan peralatan berat. Hal ini menjadi sulit untuk diolah,
biasanya mempunyai sistem drainase dan aerasi yang buruk, sehingga akan
mempengaruhi proses perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.
Penggalian batu apung meningkatkan permukaan tanah yang rusak, oleh
karena penggalian yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat
sehingga meninggalkan lubang-lubang yang dalam.Sebaliknya pada areal

`
penambangan batu kapur, paska penambangan umumnya meninggalkan
bekas tapak yang terbiar. Permukaan areal sebagai ruang tumbuh
didominasi dengan batu gamping.Bagian tanah hanya terdapat pada
cekungan dan retakan batuan sehingga ruang tumbuh menjadi sempit.
Akibatnya vegetasi yang tumbuh pasca penambangan terbatas hanya pada
titik-titik tertentu. Proses pertumbuhan pun dapat terhambat akibat
rusaknya struktur tanah serta hilangnya nutrisi tanah (Mas’ud, 1993).
Untuk melakukan reklamasi dengan vegetatif pada kondisi lahan-
lahan seperti ini maka disarankan untuk membuat lubang tanam dengan
ukuran minimal 40 x 40 x 40 cm pada solum tanah dalam dan ringan atau
60 x 60 x 60 cm bahkan lebih besar pada tanah yang padat dan sulit dalam
pengolahannya. Dari beberapa percobaan di lapangan ditemukan bahwa
lubang yang dibuat di bawah 40 cm memberikan pengaruh buruk pada
pertumbuhan tanaman yang dicobakan. Tanaman umumnya mengalami
perlambatan dalam pertumbuhannya dan pada fase tertentu akan
mengalami stagnase pertumbuhan yang ditandai dengan keadaan tanaman
tetap seperti pada kondisi semula (Herlina, 2004).
2. Pemberian Topsoil dan Bahan Organik
Upaya untuk memperbaiki areal penanaman pada lahan pasca
tambang batu kapur adalah menutupi lapisan permukaannya dengan
timbunan yang berasal dari topsoil. Ketebalan yang diperlukan antara 30
cm atau lebih tergantung pada kondisi kepadatan batuan yang terdapat
pada areal tersebut atau besarnya tingkat kerusakan lapisan permukaan.
Hal ini dilakukan untuk merangsang lingkungan areal penanaman menjadi
ruang yang lebih kondusif sebagai areal yang siap tanam. Penyediaan
unsur-unsur yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dapat terbentuk
dalam waktu tertentu lalu lubang-lubang tanaman pun dipersiapkan. Jika
topsoil akan diberikan per lubang tanaman maka pada setiap lubang tanam
yang telah dibuat harus dikeluarkan tanah asalnya lalu dicampur dengan
topsoil 1/2 hingga 2/3 dari volume lubang tanam. Topsoil menjadi penting
oleh karena disamping sebagai sumber unsur hara makro dan mikro, bahan

`
organik dan sumber mikroba potensial juga dapat berfungsi sebagai bahan
untuk memperbaiki struktur tanah sehingga dapat merangsang
perkembangan akar pada tahap awal pertumbuhan. Pada tahap ini dapat
pula ditambahkan bahan-bahan organik yang telah dikomposkan terlebih
dahulu untuk penambahan unsur hara dalam tanah.
3. Tanaman Penutup Tanah (Cover Crop)
Pada lahan pasca tambang yang memiliki sifat fisik dan kimia
buruk maka jenis tanaman penutup tanah (cover crop) dapat dimanfatkan
sebagai tanaman awal.Hal ini dilakukan dalam rangka pembentukan ruang
tumbuh sebelum dilakukan penanaman dengan jenis tanaman pilihan.
Fungsi jenis tanaman ini adalah melindungi permukaan tanah dari
tumbukan butir-butir hujan yang memiliki kemampuan sebagai pemecah
dan penghancur agregat tanah, memperlambat aliran permukaan, serta
menambah besarnya porositas tanah. Tanaman penutup tanah yang
sekaligus dapat berfungsi sebagai pupuk hijau sudah banyak digunakan
untuk memperbaiki lahan yang telah mengalami degrdasi. Hal ini karena
kemampuan untuk recycling hara tanaman, perbaikan kelembaban tanah,
regulasi temperatur tanah, perbaikan struktur tanah dan pengontrolan erosi
jenis tanaman kering dipakai adalah jenis legum kacang-kacangan karena
kemampuannya dalam menghasilkan hijauan, kandungan N tinggi dan
mudah lapuk. Perakarannya pun tidak memberikan kompetisi yang berat
terhadap tanaman pokok.Dari beberaa jenis tanaman cover crop yang
memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah ialah Centrosema
pubescen (CP) dan Calopogonium mucunoides (CM). Di lahan pasca
tambang kapur salah satu jenis tanaman legum yang efektif adalah kacang
koro benguk (Mucuna sp) yang bersifat cepat tumbuh 3-4 bulan dapat
menutup tanah dengan sempurna memiliki budidaya yang lebih sederhana
dapat beradaptasi pada lahan tandus, daun dan batangnya bila dibenamkan
dalam tanah dapat meningkatkan unsur hara dan produktivitas tanah
meningkat 3-4 kali setelah ditanami dengan jenis tanaman ini (Herlina,
2004).

`
Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan pada reklamasi
lahan tambang adalah dengan menanam tanaman penutup (cover crop)
seperti Pueraria javanica dan Calopogonium mucunoides adalah jenis
pupuk hijau dimana ketersediaannya cukup banyak kita temui di lapangan.
Leguminosa ini merupakan tanaman dengan kemampuan menghasilka
bahan organik tinggi dan dapat meningkatkan kesuburan tanah karena
dapat memfiksasi nitrogen melalui bakteri bintil akar tanaman. Pupuk
hijau berfungsi sebagai sumber dan penyangga unsur hara melalui proses
dekomposisi dan perannya terhadap penyedia bahan organik tanah dan
mikroorganisme tanah. Bahan organik ini mempunyai peranan penting
dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Untuk
meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan melalui pemberian
beberapa bahan seperti: kapur, pupuk, bahan organik, penerapan teknik
lorong, terasering, drainase dan pengolahan tanah. Pengelolaan dengan
bahan organik tanah merupakan salah satu kegiatan utama (Iskandar.
2008).
Usaha perbaikan produktivitas ultisol dengan pupuk anorganik tidak
selamanya memberikan efek positif tanpa diikuti perbaikan sifat fisika dan
biologi tanah.Oleh karenanya, penggunaan pupuk hijau dapat digunakan
untuk meningkatkan efesiensi penggunaan air serta sebagai sumber sebagian
hara tanaman. Penambahan pupuk hijau Pueraria javanica dan
Calopogonium mucunoides dapat diartikan pula sebagai penambahan unsur
hara karena pupuk hijau mempunyai pengaruh terhadap pengawetan hara
tanah karena bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan
dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada di dalam tanah dan selanjutnya
didekomposisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut.
Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus
(Subardja, 2009).
Pemberian input dalam bentuk pupuk organik pada tanah dapat
mengubah dan memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisik, kimia dan biologi
tanah. Beberapa sifat kimia tanah seperti kemasaman tanah, kekurangan unsur

`
hara dan sifat fisik tanah yang jelek dengan sendirinya dapat diimbangi
dengan pemberian jumlah kecil pupuk organik terutama dalam bentuk pupuk
kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau (Arsyad dkk, 2010).
Tanaman Legume Cover Crop bisa menambat nitrogen dari udara jika
bersimbiose dengan bakteri rhizobium.Aktivitas rhizobium ini
menguntungkan tanaman legum. Selain itu juga menguntungkan tanaman
yang tumbuh di sekitar legum tersebut baik melalui pengeluaran nitrogen dari
bintil akar maupun dekomposisi bintil akar dan bagian-bagian tumbuhan
legum oleh mikroba. Tinggi tanaman legum yang diinokulasi meningkat
berarti ada peningkatan pertumbuhan karena pada akar legum tersebut
terdapat nodul efektif yang berisi bakteri rhizobium. Aktivitas Rhizobium
pada nodul bisa menambat N2 dari udara yang selain dipakai sendiri oleh
bakteri juga dipakai legum menjadi inangnya.Adanya sumbangan nitrogen
inilah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman (Djalaluddin,
2007).

D. Konservasi
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang
terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki
pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what
you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh
Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi (Arsyad , 2011)
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk
evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk
daripada saat sekarang.  Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi
dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba
mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi
ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan
masa yang akan dating (Ambodo, 2004)

`
Paradigma pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi
telah memacu pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan sehingga
eksploitasi sumberdaya alam semakin meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk dan kebutuhan manusia.Akibatnya, sumberdaya alam
semakin langka dan semakin menurun kualitas dan kuantitasnya. Tanah yang
rusak/kritis sangat sulit untuk dimanfaatkan menjadi lahan yang bermanfaat,
karena keterbatasan-keterbatasan dari lahan kritis itu sendiri.Tanah yang
rusak dengan kekurangannya sulit untuk menjaga lengas tanah, yang
berakibat pada sulitnya mendapatkan pada saat musim kemarau.Sementara
itu, tanah rusak tidak dapat menyimpan air di waktu musim penghujan,
sehingga hujan yang terjadi sebagian besar menjadi aliran permukaan yang
dapat menyebabkan erosi permukaan (Pattimahu, 2004).
Metode konservasi ada dua yaitu metode vegetatif dan metode sipil
teknis.Metode vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai
jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras,
penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupuk organik
dan mulsa.Sedangkan metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi
dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah
(Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi
dengan metoda sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan
konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan
guludan, teras, dan saluran air (Arif, 2007).
1. Mertode vegetatif
a. Tanaman Penutup Tanah
Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan
dengan tanaman  pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1)
menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik
tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)
melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan
tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan

`
dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan
dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi
erosi (Mansyur, 2005).
b. Mulsa
Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-lain)
yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan
tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta
melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan
mengurangi kepadatan tanah. Macam Mulsa dapat berupa, mulsa sisa
tanaman, lembaran plastik dan mulsa batu.Mulsa sisa tanaman ini
terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung),
pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman.Bahan
tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5
cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna (Mansyur, 2005).
Thamrin dan Hanafi (1992) telah melakukan penelitian pengaruh
mulsa terhadap tanah di lahan kering.Mulsa yang digunakan adalah
seresah tanaman.  Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian mulsa
dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan, sehingga
kebutuhan tanaman akan lengas tanah terutama musim kering dapat
terjamin. Selain itu, pemberian mulsa dapat menghambat pertumbuhan
gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah
(Mansyur, 2005).
c. Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat
dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan
dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air
yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut
akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air
irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman,
sehingga air dapat dihemat.Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam

`
pemberian air irigasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat
hemat air (Mansyur, 2005).
d. Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah
Teknik konservasi air ini dilakukan dengan cara mengembangkan
kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai
dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah.
Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali
padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk
antisipasi kekeringan pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah
yang berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas
utama (Mansyur, 2005).
e. Penentuan pola tanam yang tepat
Penentuan pola tanam yang tepat, baik untuk areal yang datar
ataupun berlereng.Pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan
setempat untuk mengurangi defisit air pada musim kemarau. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam
Purwono et al, (2003) menunjukkan bahwa pada lahan dengan
kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung
akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan
dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi.Besarnya kebutuhan
air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola
tanam yang optimal (Mansyur, 2005).

2. Pendekatan Sipil Teknis


a. Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang berfungsi
mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan volume aliran permukaan, dan memungkinkan air lebih
banyak terinfiltrasi, sehingga erosi berkurang (Arsyad, 2010).

`
Teras gulud umumnya dibuat pada lahan yang berkemiringan 10 –
15 yang biasanya dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang
tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir pada waktu
hujan sehingga erosi dapat dicegah dan penyerapan air dapat
diperbesar. Teras Bangku adalah teras yang dibuat dengan cara
memotong lereng dan meratakan dengan di bidang olah sehingga
terjadi deretan menyerupai tangga. Bermanfaat sebagai pengendali
aliran permukaan dan erosi. Diterapkan pada lahan dengan lereng 10-
40%, tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak
mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi
tanaman seperti aluminium dan besi. Guludan adalah suatu sistem di
mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman
pagar.Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan
dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N
untuk tanaman lorong (Arsyad, 2010).
b. Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga
mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman
selama irigasi (evapotranspirasi).
c. Pemanenan Air hujan
Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam
menyimpan air  hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat
digunakan pada musim kemarau. Teknik pemanenan air yang telah
dilakukan di Indonesia, antara lain embung dan channel reservoir.
Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk
kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di
lahan sawah tadah hujan berdrainase baik.Teknik konservasi air dengan
embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah
(Suprapto, 2008).
d. Dam Parit

`
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air
pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan,
sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam
parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.

Keunggulan:
1) Menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya
aliran air di saluran/parit.
2) Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang produktif.
3) Mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri di seluruh
daerah aliran sungai (DAS).
4) Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi
erosi dan hilangnya lapisan  tanah atas yang subur serta
sedimentasi.
5) Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam tanah di
seluruh wilayah DAS,  sehingga mengurangi risiko kekeringan
pada musim kemarau.
6) Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat dijangkau petani
(Arsyad, 2010).

`
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini berlangsung dalam waktu dua
bulan dari mulai tanggal 22 Agustus 2019 hingga 18 Oktober 2019, mahasiswa
bekerja selama lima (5) hari dalam seminggu dan dalam seharinya bekerja
selama sembilan (9) jam yang bertempat di PT Adaro Indonesia.

B. Ruang Lingkup Kerja Profesi


1. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini meliputi tahap dimana mahasiswa melakukan tahap
adaptasi dengan lingkungan yang ada di PT Adaro Indonesia. Dalam tahap
ini mahasiswa akan diberi pembekalan materi induksi tambang, induksi
mess oleh perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan Kuliah Kerja Profesi
yang akan dilakukan.
2. Tahap pelaksanaan
Serangkain kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja
Profesi selama melaksanakan praktek adalah mengikuti kegiatan yang ada di
PT Adaro Indonesiayaitu berkaitan dengan proses reklamasi yang ada di
perusahaans. Kegiatan ini merupakan salah satu metode pelaksanaan dalam
pengumpulan data yang diperlukan untuk penyusunan laporan kegiatan
Kuliah Kerja Profesi yang dilakukan. Data yang dibutuhkan diperoleh

`
dengan cara terjun langsung ke lapangan dan melaksanakan semua kegiatan
yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan.
3. Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil peninjauan langsung selama masa kerja
ke lapangan maupun dari beberapa literature yang berkaitan dengan tema
kuliah kerja profesi yang dilakukan.

C. Metodologi Pelaksanaan
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode–metode
sebagai berikut:
1. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
kegiatan reklamasi di lapangan.
2. Metode Interview
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
karyawan dan staff yang berkaitan dengan lingkup kerja praktek.
3. Diskusi langsung dengan pembimbing berkaitan dengan ruang lingkup
kerja praktek.
4. Melakukan dokumentasi hasil praktek dilapangan untuk laporan kerja
kuliah profesi.

`
BAB IV
HASIL KEGIATAN KULIAH KERJA PROFESI

A. Kondisi Umum Tempat Kerja Profesi


1. Sejarah PT Adaro Indonesia
Sejarah PT Adaro Indonesia dimulai pada tahun 1970-an dari
guncangan minyak dunia. Pemerintah Indonesia merevisi
kebijakan energi yang berfokus pada minyak dan gas untuk
mengikutsertakan batubara sebagai bahan bakar. Tahun 1976
Department membagi Kalimantan Timur dan Selatan menjadi 8
blok batubara dan membuka blok-blok tersebut. Keberadaan blok 8
berada di wilayah Tanjung diketahui dari singkapan yang telah
dipetakan oleh ahli geologi Belanda pada 1930-an serta dari
perpotongan pada sumur minyak yang telah di bor oleh Pertamina
pada 1960-an.
Nama “Adaro” dipilih oleh Enadimsa untuk menghormati
keluarga Adaro yang terkenal dan berperan besar dalam
pertambangan di Spanyol. Pada 2 November 1982 ditandatangani
perjanjian Kerjasama Batubara Adaro. Enadimsa melakukan
eksplorasi dari 1983-1989 ketika konsorsium yang terdiri dari
perusahaan Australia dan Indonesia membeli 80% kepemilikan
Adaro Indonesia dari Enadimsa. Awal tahun 1990-an Adaro

`
menguji kelayakan dasar pembangunan proyek. Pembangunan rute
transportasi untuk pengangkutan batubara yaitu, pembangunan 80
km jalan angkut batubara di sebelah barat Sungai Barito yang
dinilai lebih baik daripada membangun 130 km di sebelah timur
dari Adang Bay di pesisir Kalimantan. Produksi batubara dimulai
dari tambang Paringin karena memiliki nilai panas yang lebih
tinggi dan memiliki lapisan menutup yang mengandung batu
lumpur dari pada tambang Tutupan.
Pertama kali Adaro memulai usaha batubaranya yaitu
pengembangan deposit batubara dengan cara mengumpulkan dana.
Konstruksi jalan angkutan batubara dimulai pada bulan september
1990. Konstruksi sistem penghancuran, stockpiling dan pemuatan
tongkang sebesar 2 juta ton per tahun di sungai kelanis dimulai
pada bulan maret 1991. Pit paringin dibuka di bulan Maret 1991.
Batubara yang pertama kali diuji coba dikirim ke Australia. Hasil
uji pembakaran menunjukkan potensi yang baik dari penggunaan
batubara pada pemanas komersial. Tambang paringin diresmikan
pada bulan Agustus 1991.
Program pemasaran berfokus pada pasar potensial karena
barubara yang dimiliki Adaro mengandung sulfur dan abu yang
sangat rendah. Agar batubara Adaro mudah untuk dikenali oleh
pasar maka diputuskan untuk mengadopsi merek dagang yang
menggambarkan kualitas batubara tersebut yaitu “aquacoal”
namun setelah berdiskusi nama tersebut di tolak, sehingga
“envirocoal” yang terpilih dan diputuskan sebagai merek batubara
Adaro sampai sekarang. Karakter ramah lingkungan yang dimiliki
batubara Adaro dibeli pertama kali oleh Krupp Industries dari
Jerman. Kapal perusahan yang memiliki peralatan roda gigi dan
pengeruknya sendiri berlayar ke Eropa pada 22 Oktober 1992
dengan 68,75 ton Envirocoal. Sejak itu, tambang Adaro Indonesia
telah tumbuh menjadi lokasi tambang tunggal terbesar di bumi

`
bagian selatan. Produksi tumbuh dari awal mula 1 juta ton menjadi
34,4 juta ton pada tahun 2006.

2. Profil PT Adaro Indonesia


PT Adaro Indonesia merupakan salah satu unit bisnis PT
Adaro Energy, Tbk yang bergerak dibidang industri pertambangan
batubara. PT Adaro Indonesia memiliki Izin Usaha Pertambangan
yang terbagi dua, yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi.
PT Adaro Indonesia melakukan kegiatan eksplorasi, penambangan
dan pemasaran batubara di Kabupaten Balangan dan Kabupaten
Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan berdasarkan kontrak No.
J2/J.i.DU/52/82 tertanggal 16 Nopember 1982 dan memperoleh
Izin Lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia sesuai SK No 246 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 175 Tahun
2012.
PT Adaro Indonesia memiliki 3 tambang yakni Tutupan,
Paringin dan Wara di Kalimantan Selatan dalam naungan
Perjanjian Karya Pengusaan Pertambangan Batubara (PKP2B).
Ketiga tambang ini menghasilkan batubara subbituminus dengan
nilai kalor 4000 kkal/kg hingga 5000 kkal/kg. Adaro memproduksi
50,77 juta ton dan menjual 52,85 juta ton pada tahun 2017. Adaro
menambahkan portofolio produknya dengan memasukkan produk
Envirocoal 4200 (E4200) yang telah menciptakan pasar baru untuk
kategori batubara bernilai kalor lebih rendah. Adaro
mempekerjakan 3 kontraktor jasa pertambangan yang diberikan
alokasi area produksi dan bertanggungjawab untuk menyediakan
peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja. Prinsip praktek
pertambangan yang baik terus diterapkan oleh kontraktor sehingga
operasi dan produksi berjalan dengan aman, efektif dan efisien.

`
Adaro menggunakan lebih dari 300 trailer ganda dengan
kapasitas 130 ton. Untuk meningkatkan waktu edar pengiriman
batubara, Adaro tetap berkomitmen untuk berinvestasi pada
peningkatan dan pemeliharaan jalan angkutan. Fasilitas
penerimaan, peremukan, penimbunan dan pemuatan tongkang
untuk batubara di Terminal Khusus Batubara Kelanis menjaga
tingkat ketersediaan yang tinggi disepanjang tahun. Batubara
diremukkan dan dimuat ke tongkang untuk diangkut melalui
Sungai Barito menuju pelabuhan lepas pantai di Taboneo, untuk
pengiriman domestik langsung ke lokasi para pelanggan. MBP
merupakan kontraktor utama yang menangani kegiatan pemuatan
kapal untuk AI ke pelabuhan lepas. MBP memiliki 5 floating crane
di pelabuhan lepas pantai Taboneo dengan kapasitas pemuatan
kapal gabungan 120.000 ton per hari.
3. Visi dan Misi PT Adaro Indonesia
a. Visi
Menjadi grup perusahaan tambang dan energi Indonesia yang
terkemuka
b. Misi
Bergerak di bidang tambang pertambangan dan energi untuk :
1) Memuaskan kebutuhan pelanggan
2) Mengembangkan karyawan
3) Menjalin kemitraan dengan pemasok
4) Mendukung pembangunan daerah dan negara
5) Mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan
6) Memaksimalkan nilai bagi pemengang saham
4. Lokasi dan Tata Letak PT Adaro Indonesia
Secara geografis, PT Adaro Indonesia terletak pada koordinat
115033’30’’BT-115036’10’’BT dan 207’30’’LS-2025’30’’LS.
Secara administratif, PT Adaro Indonesia terletak di dua provinsi
dan empat kabupaten, yaitu:

`
a) Kecamatan Murung Pudak, Tanta, tanjung, Muara Harus,
Kelua, Haruai, Upai terletak di Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan,
b) Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan,
Kalimantan Tengah,
c) Kecamatan Banua Lima dan Dusun Timur, Kabupaten Barito
Timur, Kalimantan Tengah.
d) Kecamatan Banua Lima dan Dusun Timur, Kabupaten Barito
Timur, Kalimantan Tengah.

Tambang Tutupan, meliputi :


a) Desa Padang Panjang Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong
Provinsi Kalimantan Selatan.
b) Desa Buntu Karau Kecamatan Juai Kabupaten Balangan
Provinsi Kalimantan Selatan.
c) Desa Lamida Atas Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan
Provinsi Kalimantan Selatan.
Tambang Paringin, meliputi :
a) Desa Lasung Batu Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan
Provinsi Kalimantan Selatan.
b) Desa Sungai Ketapi Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan
Provinsi Kalimantan Selatan.

`
c) Desa Dahai Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Provinsi
Kalimantan Selatan.

Gambar 4.1 Lokasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan

PT Adaro Indonesia berjarak 215 km dari kota Banjarmasin


dan 15 km dari kota Tanjung dengan kondisi jalan telah diaspal,
untuk jalan menuju lokasi penambangan berupa tanah yang
diperkeras dengan skoria, sedangkan jalan angkut batubara
(hauling road) sepanjang ± 84 km dengan lebar 16 meter berupa
aspal dengan chip seal menuju pelabuhan khusus batubara di
daerah Kelanis yang terletak di Kabupaten Barito Selatan yang
termasuk kedalam Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 4.1).
Lokasi pengolahan dan pelabuhan dapat ditempuh melalui jalur
Sungai Barito, sedangkan lokasi pengapalan terletak di laut lepas
Taboneo berjarak ± 210 km dari lokasi pengolahan.

`
Gambar 4.2 Nursery KM 69, PT Adaro Indonesia
Kuliah Kerja Profesi di Mine Reclamation And
Rehabilitation Departemen (MRRD) pada sectionNursery and
Revegetation (NUREV) section. Nursery berada di km 69 Jalan
Hauling Road untuk denah dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nursery
office ini seluas 12 hektar dengan kapasitas bibit sebanyak
+100.000 – 160.000 Bibit. Sedangkan produksi bibit 151.267 pada
bulan Oktober 2019 untuk bibit siap tanam (Tabel 4.1). Untuk
rata-rata produksi bibit di Nursery sebanyak + 10.000 - 20.000
bibit/bulan.

Disini terdapat beberapa vendor yang berkaitan dengan


proses reklamasi khususnya penanaman dan pembibitan, yaitu GPI
(Green Planet Indonesia), BPM (Budi Putra Mandiri), ABP
(Alkatara Bintang Perwira) dan RLI (Reklamasi Lingkungan
Indonesia). Masing-masing vendor bekerja sesuai permintaan dari
perusahaan. Khusus untuk GPI juga melakukan pekerjaan
hidroseeding, kemudian sama seperti vendor yang lain menangani

`
bagian penanaman, perawatan, dan sensus tanaman lahan yang
diserahkan ke GPI untuk lahan-lahan reklamasi.
Tabel 4.1 Ketersediaan Bibit siap tanam di Nusery Office
Nama Jumla Nama Jumlah Nama Jumlah
Tananaman h Tananaman Tananaman
Angsana 5179 Ketapang 2420 Rambutan 217
Asam Jawa 120 Kesambi 425 Salam 1175
Beringin 713 Langsat 126 Sawo 97
Beringin 3 Mahoni 11802 Sengon 15902
dolar
Blangiran 510 Malapari 992 Sengon 5483
buto
Cemara 285 Mangga 130 Spatudea 1537
Laut
Durian 204 Mentega 45 Sungkai 17821
Flamboyan 1132 Meranti 2619 Terap 519
Gaharu 114 Nangka 30 Trambesi 11658
Jambu Biji 80 Pulai 100 Turi 4665
Jengkol 100 Palm 80 Ulin 1885
Johar 32242 Palm Putri 80
Kayu Putih 1170 Pucuk 29607
merah
Total 41852 Total 48456 Total 60959
Total keseluruhan 151267
Sumber : Nursery PT Adaro Indonesia (Update Oktober 2019)

Beberapa fasilitas yang terdapat di Nursery yaitu antara lain


Musholla, Gedung Aula, Green House, Hardening, Workshop
media, Office, Tanki Penampungan Air, Ruang Listrik, Shade Net,
Nursery Office, Kantin Nursery, GPI Office, Shade Net GPI, RELP
Office, Gudang Material, Gudang Pupuk, Fitness centre, Pos
Satpam. Sehingga di kantor ini berguna memproduksi beberapa
bibit yang nantinya akan ditanam di lahan, khususnya untuk
tanaman fast growing. Beberapa benih juga memproduksi sendiri
seperti pucuk merah sedangkan benih-benih yang di beli seperti
benih sengon, johar, ulin, flamboyan, turi dan lain-lain. Selain itu,
terdapat Arboretum yaitu semacam kebun botani yang
mengkoleksi pepohonan. Dalam taman botani, tumbuhan koleksi

`
dipelihara dan diberi keterangan nama dan beberapa informasi
lainnya yang berguna bagi pengunjung. Di arboretum ini terdapat
35 jenis tanaman yang dikoleksi (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Jenis-Jenis Koleksi Tanaman di Arboretum


Nama Tananaman
Ebonia Kelapa Pongamea
Eukalyptus Kenanga Pucuk Merah
Cemara Kepu Pulai
Cemara Laut Ketapang Salam
Flamboyan Kesambi Sengon Buto
Gaharu Halaban Sengon Laut
Gamal Mahang Spatudea
Jambu Monyet Mangga Sungkai
Jenitri Meranti Terembesi
Kalangkala Nyamplung Ulin
Kayu Putih Pelawan Waru Gunung
Kecapi Pinus
Sumber : Arboretum PT Adaro Indonesia (Oktober 2019)

`
5. Kegiatan Harian Kuliah Kerja Profesi
Tabel 4.3 Kegiatan Harian Kuliah Kerja Profesi di PT Adaro Indonesia

No Tanggal Kegiatan
1. 21 Agustus 2019 Induksi Mine Permit
1. Syarat mine permit
2. K3LH (Kesehatan Keselamatan
Kerja dan Lingkungan Hidup)
3. APD (Alat Perlindungan Diri)
4. Rambu-rambu di areal tambang
5. Ketentuan P2H (Pelaksanaan
Pemeriksaan Harian)
6. Tes evalusi Mine Permit
2. 22 Agustus 2019 1. Pengenalan Kantor Adaro
Indonesia Wara km 73
2. Pengenalan struktur organisasi
3. Pengarahan dari pembimbing
lapangan
3. 23 Agustus 2019 Pemahaman UU terkait reklamasi
1. UU No 4 Tahun 2009
2. Kepmen ESDM 1827/2018
3. PP No 55/2010
4. PP No 78/2010
5. Permen ESDM No 26/2018
4. 26 Agustus 2019 Kunjungan ke nursery office
1. Pengenalan lingkup kerja di
nursery
2. Pengenalan fasilitas-fasilitas di
Nursery office

`
No Tanggal Kegiatan
5. 27 Agustus 2019 Pengenalan business process di nursery
1. Pembuatan media tanam
2. Mencampur media tanam untuk
persemaian
3. Mengisi polybag
6. 28 Agustus 2019 Pengenalan business process di nursery
1. Penyapihan tanaman pucuk merah
2. Penyapihan tanaman trembesi
3. Penyapihan tanaman johar
7. 29 Agustus 2019 Pengenalan jenis - jenis tanaman yang
ada di nursery
1. Tanaman fast growing
2. Tanaman slow growing
8. 30 Agustus 2019 Kunjungan ke lapangan HW 4
1. Serah terima lahan disposal
bersama tim penataan lahan
kepada ABP dan GPI seluas 3 ha
2. Pengamatan proses penyisipan
tanaman oleh BPM di HW 4
9. 2 September 2019 Pengenalan business process di nursery
1. Penyapihan tanaman pucuk
merah
10. 3 September 2019 Kunjungan ke areal jaminan reklamasi
di E 1 2 dan T 1 2
1. Mengamati areal reklamasi yang
sudah ditanam
2. Pengamatan ABP melakukan
perawatan tanaman di areal E 1 2
11. 4 September 2019 General Morning Talk di kantor Adaro
Wara Km 73
1. Jalan Sehat bersama
Pengenalan business process di nursery

`
No Tanggal Kegiatan
1. Proses pemeliharaan tanaman
dinursery
2. Penyiraman tanaman di nursery
12. 5 September 2019 Pengenalan business process di nursery
1. Proses pemeliharaan tanaman di
nursery
2. Penyiangan gulma tanaman-
tanaman di shade net
13. 6 September 2019 Kunjungan lapangan ke HW 5
1. Serah terima lahan bersama tim
penataan lahan kepada ABP dan
GPI
2. Senam rutin nursery km 69
14. 9 September 2019 Kunjungan lapangan ke areal jaminan
reklamasi
1. Pengamatan proses perawatan
tanaman di areal E 1 2 yang
dilakukan oleh ABP
15. 10 September 2019 Penyusunan projek perbandingan
pencampuran media tanam di kantor
Adaro Indonesia km 73
16. 11 September 2019 Kunjungan ke laboratorium tanah PT
Adaro Indonesia di Paringin
1. Pengambilan sampel tanah pucuk
yang digunakam di nursery
2. Pengambilan sampel tanah
campuran yang digunakan di
nursery
17. 12 September 2019 Membantu perawatan project
Pembimbing Lapangan
18. 13 September 2019 Pengukuran projek pembimbing
lapangan
19. 16 September 2019 Melakukan penyiangan disekitar project

`
No Tanggal Kegiatan
pembimbing lapangan
20. 17 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Membuat papan informasi project
21. 18 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Pemupukan tanaman dan
penyiangan di sekitar project
22. 19 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Kunjungan ke area Jamrek
3. Membantu Penyemaian benih
johar pada media semai
23. 20 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Penyiraman media semai dan
media polibag
3. Senam sehat
24. 23 September 2019 Penyiraman media semai
25. 24 September 2019 Kunjungan lapangan ke HW 4 bersama
ABP
1. Mengamati pemasangan ajir
2. Mengamati pembuatan lubang
tanam
3. Mengamati pemberian pupuk
26. 25 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Pendataan jumlah bibit pucuk
merah yang sudah disapih
3. Penyiraman media semai
27. 26 September 2019 1. Penyiraman tanaman pagi dan sore
hari
2. Penyapihan tanaman flamboyan ke

`
No Tanggal Kegiatan
media polibag
3. Penyapihan tanaman sengon ke
media polibag
4. Penyapihan tanaman johar ke
media polibag
5. Penyiraman tanaman
28. 27 September 2019 1. Membantu Penyiraman tanaman
pagi dan sore hari
2. Pengukuran diameter pohon

29. 30 September 2019 1. Penyiraman tanaman


2. Perawatan tanaman di nursery
3. Penyemprotan tanaman dengan
pupuk daun gandasil
30. 1 Oktober 2019 1. Penyiraman tanaman
2. Kunjungan ke lapangan untuk
analisis TSS
3. Pengecekan pH air
4. Pengecekan kadar lumpur
31. 2 Oktober 2019 1. General Morning Talk
2. Senam pagi bersama
3. Penyiraman tanaman
32. 3 Oktober 2019 1. Safety talk
2. Penyiraman tanaman
3. Penyusunan laporan
33. 4 Oktober 2019 1. Kunjungan lapangan penanaman
menggunakan metode
hidroseeding di areal HW 4
2. Penyusunan Laporan
34. 7 Oktober 2019 1. Pengamatan tanaman flamboyan
2. Penysunan laporan
35. 8 Oktober 2019 Kunjungan lapangan bersama tim
penataan lahan

`
No Tanggal Kegiatan
1. Pengawasan pembentukan saluran
drainase di HW 4
2. Pengangkutan top soil di HW 4
3. Penghamparan top soil di HW 4
4. Pengamatan lokasi stok top soil
5. Penyusunan laporan
36. 9 Oktober 2019 Kunjungan lapangan pembuatan
bangunan pengendali air dari bronjong
di OPCC areal
1. Pengamatan pembuatan bronjong
secara langsung
2. Penyusunan Laporan
37. 10 Oktober 2019 Kunjungan lapangan ke HW 1 bersama
GPI untuk survey lokasi bersama tim
survey
1. Mengamati penggunaan GPS
Rover Trimble R5
2. Penyusunan Laporan
38. 11 Oktober 2019 1. Kunjungan lapangan ke Paringin
bersama GPI perawatan tanaman,
meliputi penyemprotan roundup,
pembuatan piringan, pelubangan,
dan penanaman tanaman sisipan
2. Pengamatan sensus tanaman
3. Penyusunan Laporan
39. 14 Oktober 2019 Penyusunan Laporan
40. 15 Oktober 2019 Basic Life Support Training
1. Pelaporan
2. Prinsip dasar menolong
3. Resusitasi Jantung Paru
4. CVR
5. Pemakaian AED

`
No Tanggal Kegiatan
6. penanganan luka bakar
7. Pengannan tersedak
8. Penanganan luka dan pendarahan
9. Penanganan pingsan
10. Penanganan syok
11. Evaluasi
41. 16 Oktober 2019 Senam pagi
Basic Fire Fighter training
1. Kelas - kelas api
2. Pengelompokkan Bahan Bakar
3. Tahap-tahap perkembangan Api
4. Metode pemadaman
5. Backdraft
6. Evaluasi
42. 17 Oktober 2019 Penyusunan Laporan
43. 18 Oktober 2019 1. Presentasi kegiatan kuliah kerja
profesi
2. Penutupan Kuliah Kerja Profesi
bersama karyawan dan staff
MRRD

`
6. Struktur Organisasi Mine Reclamation and Rehanilitation Departement
Organisasi perusahaan PT. Adaro Indonesia di Tanjung dipimpin oleh Kepala Teknik Tambang yang dibantu
oleh beberapa divisi. Setiap divisi memiliki beberapa department untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Struktur
organisasi dari MRR Department adalah sebagai berikut (Gambar 4.3):

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Mine Reclamation and Rehanilitation Departement PT. Adaro Indonesia

`
B. Topik Khusus Kerja Profesi
1. Reklamasi Lahan Batubara
Aktivitas pertambangan dapat mengubah lahan dari morfologi
sebelumnya, kegiatan pengalihan fungsi setelah tidak aktif lagi ditambang
menjadi fungsi lain adalah tahapan terakhir yang menjadi sangat penting
bagi setiap aktivitas penambangan (Purnomo, dkk. : 2017 dalam Laporan
Bulanan Reklamasi Tambang PTSI Februari 2017). Salah satu cara
merealisasikan Good Mining Practice yaitu dengan mengubah lahan
selesai tambang menjadi lahan yang berbeda dengan asalnya karena sifat
dari bahan galian yang tidak mungkin mengubah lahan bekas tambang
kembali seperti asalnya. Penataan lahan pada areal tambang berupa
aktivitas penaburan tanah pucuk di jenjang dan di lahan bekas tambang
dengan rangkaian pekerjaan berupa mengisi kembali lubang bukaan
dengan melakukan penebaran top soil dan dipupuk dengan bahan organik.
Tanah penutup akan digali dengan backhoe dan diangkut dengan
dumptruck, kemudian disebar (Purnomo,dkk. 2013 dalam Dokumen
Rencana Reklamasi Tambang Batu Kapur Daerah Temandang PTSI).
Pelaksanaa nreklamasi dilakukan secara terencana, mulai dari tahap
pra-penambangan serta sepanjang tahapan usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Kegiatan
reklamasi akan terus dilakukan sampai pada tahap pasca tambang,yaitu
pada bekas kuari penambangan, atau pada akhir penambangan dalam
semua luasan Blok, sehingga dapat dibudidayakan. Kegiatan ini juga
merupakan upaya pengembalian fungsi lahan, sebagai lahan hutan
produksi. Pertanian maupun kegunaan lainnya, untuk meningkatkan
produktivitas lahan.

`
2. Tahapan Reklamasi PT Adaro Indonesia
Reklamasi di PT Adaro Indonesia dimulai dari Pembentukan
disposal dan pengaturan permukaan, kemudian pengaturan top soil
meliputi pengupasan top soil dan penghamparan top soil. Untuk langkah
selanjutnya yaitu pembuatan bangunan pengendali air, yang berguna untuk
menimalisir erosi lahan. Kemudian disisi lain proses pembibitan mulai
dilakukan untuk memperoleh bibit yang siap tanam untuk berlanjut ke
proses selanjutnya yaitu penanaman. Sebelum penanaman dilakukan, perlu
ditanami tanaman penutup (cover crop) penanaman tanaman penutup ini
dengan metode hidroseeding. Lalu, psetelah penanaman ialah hal yang
harus diperhatikan ialah perawatan untuk selanjutnya memastikan
keberhasilan reklamasi dilakukan sensus tanaman (Gambar 4.4).
Pembentukan dan pengaturan permukaan

Pengelolaan top soil

Bangunan PengendaliAir

Persemaian /Pembibitan

Hydroseedingdan Penanaman

Pemeliharaan serta Monitoring Evaluasi

Reklamasi

Gambar 4.4 Bagan Alir Kegiatan Reklamasi PT Adaro Indonesia

a) Pembentukan dan Pengaturan Permukaan


Disposal adalah tempat/lokasi yang dirancang/direncanakan untuk
menampung material buangan overburden dari tambang. Kelongsoran

`
pada lereng disposal dapat menyebabkan banyak kerugian yaitu
terhambatnya jalan angkut utama maupun instalasi penting yang
berada disekitar disposal serta korban jiwa yang akan menyebabkan
gangguan pada proses produksi batubara. Kendala yang lainnya
adalah lahan untuk tempat disposal cenderung terbatas akibat
kesulitan dalam perijinan lahan kosong sekitar daerah pertambangan.
Tantangan yang diperlukan adalah mendesain lereng disposal
sedemikian agar tetap stabil serta mencukupi kebutuhan penimbunan
tanah dan batuan. Oleh karena itu, pembentukan disposal perlu
diperhatikan.
Ketentuan dalam pembentukan disposal di PT Adaro Indonesia
yaitu lahan disposal lebar bench dibuat minimum 30 m dengan tinggi
jenjang maksimal 12 m, kemiringan jenjang yang dibentuk maksimal
20° , setiap bidang datar terdapat backslope 1% - 2%. Pemukaan area
dalam kondisi rata, tidak ada retakan dan tidak undulasi atau
maksimal undulasi 30 cm. Area penimbunan pada jarak 100 m dari
sisi crest frame final disposal bebas dari stockpile lunak seperti spoil,
lumpur dan bebas material PAF, serta bebas dari fine coal.
Kemiringan area penimbunan secara keseluruhan mengarah sesuai
drainase dalam desain 1 years plan serta desain drainase Terarah
(Gambar 4.5).

`
Gambar 4.5 Pembentukan Desain Disposal di areal HW 4

Pembentukkan dan pengaturan permukaan untuk desain yang


dibuat yaitu sesuai dengan kemiringan lereng serta dibuat untuk dapat
meminilisir erosi. Tujuan adanya pembentukan disposal yaitu
menciptakan tempat penimbunan lapisan tanah penutup yang stabil,
menyediakan lokasi penanaman kembali yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, eminimalisir erosi. Pengaturan Permukaan
Lahan (regreding) melalui pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk
mengurangi kecepatan limpasan air, erosi, sedimentasi, dan longsor.
Dengan adanya erosi mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah
terjadinya endapan lumpur.
Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konservasi tanah
meliputi kegiatan Pengendalian keasamandan membatasi/ mengurangi
kecepatan dengan cara pembuatan teras serta pembuatan saluran
pembuangan. Pada tahapan ini PT. Adaro Indonesia tidak melakukan
kegiatan pengendalian keasaman, biasanya kegiatan ini dilakukan
dengan melakukan analisa tanah. Menganalisa tanah sebaiknya
dilakukan karena bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan air
asam tanah (Potencial Acid Formation), yang berpengaruh pada
tingkat kesuburan tanaman dan pemilihan jenis tanaman yang sesuai

`
dengan ketentuan pada kandungan tanah yang akan ditanam pada
lahan disposal yang ditata.
Alat-
alat yang

digunakan untuk pembentukan lahan disposal yaitu bulldozer dan


excavator setelah desain pembentukan disposal maka penyiapan lahan
disposal siap digarap dengan tahapan yaitu recountouring yaitu
membentuk contour tanah dengan kemiringan yang telah ditentukan.
Setelah terbentuk, contour tersebut ditimbun dengan tanah dan
dipadatkan. Tanah yang dipakai untuk menimbun berasal dari tanah
yang pada saat awal penambangan dikeruk dan disimpan pada
stockpile (tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk untuk
diambil, diolah, dipasarkan atau dimanfaatkan kemudian), dan di
kemudian hari akan dipakai setelah proses penambangan berakhir.
Bulldozer dengan type Komatsu PC 200 melakukan recontouring
sekaligus pemadatan tanah (Gambar 4.6).

Gambar 4.6 Pembentukan Areal Disposal menggunakan bulldozer


di areal HW 4

`
Apabila pembetukan disposal telah selesai dikerjakan maka lahan
tersebut dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya reklamasi yaitu
penghamparan top soil namun, sebelum itu perlu dilakukan serah
terima terlebih dahulu. Serah terima lahan disposal diawali dengan
pengecekan disposal oleh PT Adaro Indonesia dengan pihak
kontraktor dan di hadiri juga oleh tim dari vendor bidang revegetasi.
Pada kegiatan serah terima disposal ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu terdapat batas area serah terima yang jelas, material
permukaan gembur/fresh, tidak ada boulderi pada permukaan
disposal.

b. Pengelolaan Top Soil


Tanah pucuk (top soil) merupakan tanah lapisan atas yang
mengandung atau memiliki kandungan unsur hara yang bagus untuk
tumbahan dan yang merupakan media tumbuh bagi tanaman serta
merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasilan suatu proses
revegetasi. Dalam pengelolaan top soil terdiri atas empat tahap (Gambar
4.7) yaitu, pengupasan (pengambilan tanah pucuk), penyimpanan tanah
pucuk dengan tujuan mengamankan lapisan top soil yang kaya dengan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman dan kaya
dengan benih-benih tanaman lokal. Selanjutnya jika akan digunakan
maka tanah tersebut perlu dilakukan pemindahan dari lokasi stock top
soil. Selanjutnya yaitu tahapan penghamparan dengan meratakan lapisan
tanah pucuk menggunakan excavator.

PengupasanTop Soil

Penyimpanan Top Soil

Pemindahan Top Soil

`
Penghamparan

Lahan Siap Tanam

Gambar 4.7 Bagan Alir Kegiatan Pengelolaan Top Soil

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penataan lahan yaitu alat


angkut dump truck, alat penghampar bulldozer. Excavator berfungsi
sebagai alat pemindah tanah pucuk (top soil) dan juga mengambil tanah
pucuk dalam pengupasan tanah pucuk yang kemudian ditumpahkan oleh
dump truck setelah pemindahan, Bulldozer berfungsi untuk meratakan
tanah, Dump truck dengan type Mitsubishi fuso 220 ps dan UD trucks
CWE 280 berfungsi sebagai pemuat tanah pucuk (top soil) dan
memindahkan ke lokasi penimbunan sebelum reklamasi (Gambar 4.8).

Gambar 4.8 Pengangkutan Top Soil dari stok top soil menuju HW 4

Dalam pengupasan Top Soil, mengupas top soil pada lokasi yang
akan digunakan untuk operasional, ketebalan pengupasan sampai pada
zona pengakaran tanaman dengan kedalaman tanah maksimal 100 cm.

`
emudian memindahkan top soil ke lokasi penyimpanan sementara atau
penghamparan pada area yang telah siap. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penyimpanan tanah pucuk ialah, tanah pucuk biasanya disimpan
pada areal yang mudah dijangkau. Untuk selanjutnya tanah pucuk perlu
adanya perlakuan khusus, yaitu ditanami tanaman penutup untuk
mencegah erosi. Tatacara penimbunan top soil di tempat penyimpanan
sementara, dengan mempertimbangkan beberapa factor yaitu aman dari
banjir atau terganggu untuk operasional, dimensi penimbunan tinggi
timbunan per layer 3 meter, maksimum tinggi timbunan 6 meter, lebar
jenjang 8 meter, kemiringan slope maksimum 21 derajat. Kemudian areal
tersebut menjadi areal stok Top Soil.

Gambar 4.9 Penghamparan Top Soil dan perataan top soil di HW 4

Langkah selanjutnya ialah pemindahan Top Soil pada area yang


akan ditanami. Untuk syarat jarak area dari tempat stok Top Soil yaitu
maksimal 2 km. Pengangkutan tanah menggunakan Dump truck.Tanah
pucuk diangkut oleh dump truck dari tempat asalnya tanah pucuk

`
tersebut menuju lahan disposal yang ditata.Kemudian tanah pucuk
tersebut dihampar pada lahan disposal yang ditata rata dengan
menggunakan bulldozer (Gambar 4.9). Penggunaan bulldozer digunakan
sesuai dengan kondisi tanah dan kondisi yang ada di lapangan. Ketebalan
tanah pucuk yang dihampar pada lahan disposal yang ditata dengan
ketabalan sekitar 20 cm.Pada kegiatan penataan lahan, area yang telah
ditebar tanah pucuk (top soil) kemudian dilakukan recountouring
diratakan permukaannya agar memudahkan proses penanaman nantinya.

c. Bangunan Pengendali Air


Bangunan pengendali air adalah bangunan yang dibangun dengan
tujuan untuk meminimalkan erosi sepanjang aliran air. Dimensi saluran
mempertimbangkan debit air. Jenis konstruksi yang dibuat menyesuaikan
lokasi serta dalam pelaksaannya perlu dilakukan perawatan. Pembuatan
bangunan pengendali air (drainase) menggunakan excavator.
Pengendalian erosi dan sedimentasi dibuat agar tanah pucuk yang telah
ditebar tidak hanyut terangkut oleh air (erosi) maka bersamaan dengan
kegiatan penataan lahan harus pula dilakukan yaitu mengkombinasikan
cara vegetatif dan sipil teknis dan ini sudah diterapkan pada saat
penambangan sehingga jenjang yang aman, saluran drainase, sudah
terbentuk sehingga tinggal menanaman tanaman penutup tanah (cover
crops).
Metode Pendekatan Dalam Penanggulangan Erosi, yaitu:
a. Metoda kimia (penggunaan bahan pemantap tanah/soil
conditioner).
b. Metoda mekanik yaitu dengan pembuatan Terasering, Gabion,
Geotube, Drop structure (ban bekas), dll.
c. Metoda vegetasi (tanaman).
Penyebab terjadinya erosi yaitu adanya perubahan topografi karena
aktivitas tambang, kondisi disposal yang tidak sesuai dengan design
menyebabkan arah drainage tidak terarah, tahapan penimbunan

`
material yang tidak sesuai dgn SOP atau WI yang berlaku, adanya
gully erosion pada lereng (slope) disposal atau tambang serta tidak
adanya vegetasi (tanaman) pada saat tahap pembentukan disposal atau
vegetasi yang tertimbun kembali.
Macam - macam bangunan pengendali air antara lain:
1. Drainase Permanen
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari
suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. drainase
dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai
dengan kepentingan. Sedangkan pembuatan Saluran Pembuangan
Air (SPA) berfungsi untuk mengalirkan air limpasan. Seperti air
hujan yang mengalir di permukaan lahan timbunan perlu
dikendalikan agar tidak menyebabkan erosi berat. Pada, bidang
datar dibuatkan saluran pembuangan air (SPA) yang terus turun ke
bidang lereng sampai ke teras bawah.Jarak antar SPA tergantung
kondisi di lapangan.SPA yang dipilih oleh PT. Adaro Indonesia
adalah SPA berjenis trapesium.
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya membentuk jalan air yang permanen seperti sungai .
(Gambar 4.10).

`
Gambar 4.10 Bangunan pengendali air menggunakan drainase
permanen di Wara Km 73

2. Drop Structure
Bangunan terjunan (Drop Structures) adalah bangunan yang
dibuat di tempat tertentu memotong saluran, dimana aliran air
setelah melewati bangunan tersebut akan merupa terjunan.
Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana
kemiringan saluran dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Selain
itu pada saluran terbuka bangunan tersebut berfungsi untuk
mengubah kemiringan saluran yang pada awalnya cukup curam
agar menjadi landai, dimana pada keadaan tersebut kecepatan
aliran akan berubah menjadi kecepatan aliran tidak kritis.
Fungsi dari Bangunan terjunan yaitu mengurangi energi dan
kecepatan aliran air yang tinggi yang mengalir melalui saluran
yang miring. Kegunaan menahan arus dan menghindari kerusakan
dasar saluran Cara mengatasi kemiringan saluran yang cukup tajam
adalah Pembuatan bangunan terjunan (drop structures) dapat
mengurangi kecepatan aliran air yang cukup besar, yang bahannya
dapat dari konstruksi bambu, batu atau pipa (pipe drops). Untuk
saluran yang berkapasitas besar, maka sebaiknya bangunan
terjunan dikonstruksi menggunakan konstruksi beton dengan
desain yang cukup baik.
Bronjong adalah anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng
atau galvanis. Anyaman kawat baja ini membentuk sebuah kotak
atau balok. Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu berukuran
besar untuk mencegah erosi. Biasanya dipasang pada area tebing
atau tepi sungai yang menjalani pekerjaan normalisasi serta untuk
mengatasi gerusan akibat arus sungai. Karena kekuatan kawat baja
ini cukup tinggi, maka untuk menganyam dan membentuknya
membutuhkan tenaga mesin. Anyaman kawat baja ini dibuat

`
dengan teknik lilitan ganda yang membentuk lubang-lubang
berbentuk segi enam. Anyaman ini diikat secara kuat di antara sisi-
sisinya sehingga tidak mudah terurai. Ikatan anyaman inilah yang
membuat bronjong mampu menahan tanah sehingga tidak terjadi
longsor atau erosi (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Pembuatan dan Pemasangan Bronjong di OPCC areal


Dibandingkan dengan konstruksi penahan lainnya seperti yang
terbuat dari beton, bronjong memiliki beberapa keunggulan
tersendiri. Pertama, bronjong bersifat fleksibel sehingga bisa
mengikuti pergerakan tanah yang ada di bawahnya tanpa harus
merusak konstruksi dasar. Kedua, tumpukan batu-batu di dalam
bronjong ini memungkinkan air untuk mengalir di sela-selanya
sehingga tekanan tanah akan berkurang dan mengurangi resiko
tanah longsor. Khususnya untuk bangunan yang berada di sekitar
tebing. Ketiga, harga bronjong jauh lebih ekonomis dibandingkan
dengan penahan dari beton. Kemudian untuk kawatnya mudah
didapatkan, begitu juga dengan batu-batu pengisinya. Harga yang
ekonomis ini juga dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan biaya
pengiriman karena bobot kawat sangat ringan dibandingkan
dengan beton. Kekurangan bronjong adalah jika menggunakan

`
kawat yang berbahan baja berlapis galvanis, maka bronjong  tidak
cocok untuk digunakan pada area yang memiliki air dengan kadar
garam tinggi atau kadar asam tinggi seperti tepi laut. Kekurangan
berikutnya adalah konstruksi bronjong yang terkadang harus dibuat
di lahan yang berukuran lebar karena jika dibuat dalam ukuran
kecil, seringkali bronjong tidak bisa berfungsi untuk menahan
longsor atau erosi dengan baik.

Gambar 4.12 Sekatan Ban Sebagai bangunan pengendali air di


OPCC Areal
Pembuatan sekatan ban menggunakan prinsip pengalaman
pembangunan dari Inggris. Mereka mengusulkan untuk
memperkuat parit di dacha dengan bantuan ban mobil bekas. Ada 2
opsi untuk penggunaannya yaitu, Ban ditumpuk dalam baris dan
tersambung dengan kuat satu sama lain (Gambar 4.12). Untuk
kekuatan ekstra, taruhan didorong ke tengah. Kemudian ruang di
dalam ban diisi dengan material lokal, seperti tanah, atau pasir.
Bahan yang sama mengisi rongga antara ban di dekatnya. Ban
ditumpuk dalam baris, menggeser setiap baris di atasnya dengan

`
setengah diameter ban. Ban sendiri di sepanjang barisan dilapisi
dengan bahan yang tersedia yang sama (pasir atau tanah).

d. Persemaian /Pembibitan
Proses Pembibitan merupakan awal dari sebelum proses revegetasi.
Tanaman yang ditanam pada proses revegetasi telah mengalami proses
pembibitan sebelumnya hingga tanaman tersebut siap untuk ditanam.
Pembibitan adalah proses pertumbuhan tanaman dari bijih hingga
menjadi bibit yang siap untuk ditanam. PT Adaro Indonesia melakukan
pengelolaan bibit ini sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan bibit
secara mandiri yang setiap saat dibutuhkan untuk mempermudah dan
mempercepat kebutuhan revegetasi. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan pembibitan dilakukan di greenhouse, selanjutnya pencatatan /
inventarisasi bibit secara mingguan.
Jenis – jenis tanaman yang dibududidayakan di Nursery dibedakan
berdasarkan 3 jenis yaitu:

1) Tanaman Fast growing


Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat
tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang
dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable
hardwoods. Kelebihan dari valuable hardwoods yaitu mempunyai
nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik
dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas, mempunyai nilai
produk akhir yang tinggi, bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood
atau veneer. Tanaman Fast Growing antara lain yaitu sengon, johar
dan lainnya (Tabel 4.4) (Gambar 4.14).
Tabel 4.4 Tanaman Fast growing yang dibudidayakan di PT Adaro
Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode

`
Tanaman Tanaman Tanaman
Ampupu AM Gempol GL Flamboyan F
Anggrung AG Grandis GR Pongamea PO
Angsana A Jambu Biji JB Pucuk merah PM
Caribia CR Johar J Pulai P
Cemara CP Kalangkala KK Salam SL
payung
Dahu/ D Kaliandra KL Sengon S
Sengkuang
Ekaliptus E Karet KR Tabebuya TB
Gamalina GL Kayu Putih KP Trembesi T
Makaranga MK Ketapang K
Sumber : Nursery PT Adaro Indonesia (Update Oktober 2019)

2) Multipurpose Tree Species (MPTS)


Multipurpose Tree Species (MPTS) adalah sistem pengelolaan
lahan dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk
menghasilkan kayu, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang
dapat digunakan sebagai bahan makanan ataupun pakan ternak. MPTS
merupakan salah satu teknologi agroforestry yang diterapkan. Tanaman-
tanaman yang digunakan dalam MPTS adalah jenis tanaman buah
-buahan yang mempunyai fungsi ganda dan mempunyai persyaratan
tertentu antara lain: cocok dengan tempat tumbuh dan mempunyai nilai
ekonomi/pasar yang tinggi, serta dapat dipungut hasil/buahnya tanpa
menebang pohonnya. Contohnya melinjo, manggis, karet dan lain-lain.

3) Tanaman Slow growing


Tanaman Slow Growing Species (FSS) merupakan tanaman lambat
tumbuh. Jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari
30 tahun. Umumnya kayu pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran
termasuk dalam jenis tumbuh lambat. Contoh tanaman Slow Growing
yaitu Mahoni, Ulin (Tabel 4.5)

`
Tabel 4.5 Tanaman Slow growing yang dibudidayakan di PT Adaro

Jenis Tanaman Kode


Alaban L
Beringin B
Cempedak C
Durian D
Ketapi KT
Mahoni MH
Meranti M
Nangka N
Sungkai/kayu lurus S
Ulin / kayu besi / U
Bulian
Sumber : Nursery PT Adaro Indonesia (Update Oktober 2019)
Langkah pembibitan di nursery yaitu:
a. Perendaman
Fungsi perendaman yaitu untuk mempercepat proses imbisisi air
sehingga memacu perkecambahan serta mematahkan dormansi.
Cara kerja dalam proses perendaman yaitu, Benih yang akan
direndam dimasukkan dalam wadah dengan air dengan suhu 50 ⁰ C
-70 ⁰ C selama 1 x 24 jam. Untuk hasil yang terlihat setelah
perendaman ialah kulit muai mengelupas dan benih sedikit
mengembang (Gambar 4.15).

`
Gambar 4.15 Perendaman Bibit Pucuk Johar, Sengon, dan Flamboyan
di Greenhouse, Nursery km 69

b. Penyiapan media semai


Media semai yang digunakan yaitu pasir sungai. Pasir digunakan
karena dalam proses berkecambah tidak memerlukan energy yang
banyak. Pasir juga sebagai media tumbuh benih yang mampu
meloloskan air dengan mudah. Serta yang dibutuhkn benih dalam
proses penyemaian ialah air dan pasir sangat mudah meloloskan air.
Alat yang digunakan dalam penyiapan media semai yaitu baki, sekop
dan saringan (Gambar 4.16). Dalam penyiapan media semai pasir
disekop, kemudian diletakkan ke dalam saringan. Tanah disaring
dipisahkan dari batu-batu dan pasir diisi penuh dalam baki.

`
`
Gambar 4.16 Penyiapan Media Semai di Nursery km 69
c. Persemaian
Dalam proses persemaian benih akan mulai tumbuh akar,batang,

3
serta daun. Baki diisi pasir diisi bagian, kemudianBenih yang
4
sudah direndam ditebar dipasir. Lalu, ditutup pasir kembali untuk
menutupi benih. Baki ditutup agar kelembaban udara
optimalsehingga cepat berkecambah. Siram setiap hari dengan air

secukupnya (Gambar 4.17).

`
Gambar 4.17 Persemaian Benih Johar di Greenhouse, Nursery

d. Pengisian polybag
Untuk polybag yang digunakan ukurannya beragam. Biasanya yang
sering digunakan yaitu berukuran 15 cm x 8 cm. untuk media yang
digunakan yaitu terdiri dari tanah Top Soil, pupuk Subur ijo dan
Arang Sekam. Perbandingan campuran media yang digunakan di PT
Adaro Indonesia yaitu perbandingan tanah, sekam, dan pupuk 3:1:1.
Untuk pencampuran media, ketiga campuran diaduk secara rata
menggunakan cangkul (Gambar 4.18). Top soil yang digunakan
yaitu dari stock top soil daerah Paringin. Pengisian polibag
dilakukan satu persatu kemudian setelah terisi semua ditata pada rak
rak meja yang berada pada paranet.

Gambar 4.18 Pencampuran Media Tanam Tanah Pucuk, Arang


Sekam Dan Pupuk Subur Ijo di Nursery km 69

e. Penyapihan
Penyapihan ialah kegiatan pemindahan tanaman hasil semai ke
polybag. Fungsi adanya penyapihan yaitu mempercepat
pertumbuhan, menyesuaikan bibit dengan lingkungan, mengurangi

`
tingkat kematian bibit. Untuk kriteria bibit yang siap disapih yaitu
Tumbuh sehat, Struktur perakaran baik, Daun 2 – 3 helai, Umur
biasanya 1 minggu setelah semai

f. Penanaman
Penanaman tanaman dilakukan pada awal musim hujan. Tujuannya
ialah supaya tanaman yang sudah ditanam tidak mati karena
kekurangan air, sebab pada musim hujan kebutuhan air dapat
terpenuhi. Sebelum ditanam, maka lahan yang sudah dipasang ajir
dilubangi dan diberi pupuk sebanyak 2kg yaitu pupuk subur ijo dan
dolomit dengan perbandingan 2:1. Kemudian untuk bibit yang sudah
siap tanam dilepas polibagnya dan ditanam pada lubang tanam
tersebut dan ditutup tanah kembali (Gambar 4.20). Untuk
selanjutnya tanaman harus dilakukan perawatan.

Gambar 4.20 Penanaman Tanaman Johar di HW 5

g. Perawatan
Pemeliharaan yang dilakukan PT. Adaro Indonesia, meliputi
penyiraman, penyulaman tanaman, pembersihan gulma yang

`
mengganggu menghambat pertumbuhan tanaman, pemberantasan
hama dan penyakit, dan pemupukan.

1) Penyiraman
Setelah semua proses penanaman selesai, tahap yang terakhir
adalah penyiraman tanaman yang telah ditanam yang dilakukan
sehari sekali pada sore hari. Apabila pada musim hujan, tanaman
tidak perlu disiram (Gambar 4.21).

Gambar 4.21 Penyiraman Tanaman di nursery km 69

2) Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk mengganti bibit yang mati atau
sakit dengan tanaman yang kondisinya masih baik. Penyulaman
yang dilakukan bersifat kondisional, apabila ada tanaman yang
sakit atau mati segera dilakukan aktivitas penyulaman.
3) Penyiangan
Penyiangan tanaman merupakan kegiatan mengurangi kepadatan
populasi gulma atau tanaman pengganggu agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Pengadiran
merupakan kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman
untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Penyiangan dan pengadiran
dilakukan disekeliling tanaman
4) Pemberantasan hama dan penyakit

`
Pada umumnya tanaman hasil revegetasi PT Adaro Indonesia,
tidak terserang hama dan penyakit. Pengendalian hama dan
penyakit yang menyerang dapat ditanggulangi dengan
menyemprotkan pertisida, pertisida yang digunakan yaitu
Gandosil D dan Desil (Gambar 4.22).

Gambar 4.22 Penyemprotkan Pertisida Tanaman Trembesi


Menggunakan Gandasil

e. Hydroseeding dan Revegetasi


Hydroseeding berasal dari kata "Hydro" yang artinya air dan
"seeding" berarti benih. hydroseeding adalah metode revegetasi dengan
mencampurkan biji benih tanaman, fiber, dan nutrient yang di formulasi
khusus dicampur dan diaduk sedemikian rupa didalam tank hydroseeding
bersama dengan media air sehingga campuran menjadi homogen, dan
selanjutnya disemprotkan kepermukaan lahan revegetasi sehingga
material dan biji tersebar secara merata (Gambar 4.23). Jenis biji
tanaman yang diaplikasikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
peruntukan area yang akan di aplikasi.

`
Gambar 4.23 Hidroseeding di HW 4 tim GPI (Green Planet Indonesia)

Jenis-jenis benih yang digunakan dalam hidroseeding, yaitu untuk


lahan jamrek yaitu Rhodes, Winkasia, Bermuda, Sorgum, Milet
(Panicum Miliaceum). Sedangkan untuk lahan non jamrek biasanya
benih yang digunakan diantaranya CM (Calopogonium Mucunoides),CP
(Centrosema Pubescens), Signal Grass (Brachiaria Decumbens), Rhodes
(Chloris Gayana), PJ (Pueraria Javanica).
Dalam satu unit truck hidroseeding dengan muatan 7000 L, isinya
meliputi, Volume 5000 L air, Pupuk kandang 30 karung, Pupuk subur ijo
1 karung, Perekat 2 liter, Serbuk Gergaji 10 karung, Campuran Benih 10
kg. Untuk airnya diperoleh dengan memasang mesin dan pipa untuk
disalurkan dilubang truck bagian atas. Pencarian sumber air sangat
penting untuk proses hidroseeding, oleh karena itu lokasi hidroseeding
harus terdapat sumber air. Perekat digunakan agar benih yang sudah
disebar tidak mudah terbawa air ketika hujan. Pupuk sebagai tambahan
nutrisi untuk benih supaya benih dapat tumbuh dengan maksimal dan
subur.
Truck hidroseeding tersebut dalam satu hari bekerja sebanyak 5 kali
isi, untuk jangkauan pipa yaitu sejauh 15 meter. Biasanya pekerja yang
dikerahkan sebanyak 8 orang dalam 1 tim (Gambar 4.24). Untuk satu kali
beroperasi truck hidroseeding luasan area yang tersemprot sekitar 2000
meter atau 0,2 ha. Tingkat keberhasilan hidroseeding sangat dipengaruhi
oleh iklim. Jika hujan dalam 1 bulan sudah tumbuh dengan tingkat

`
keberhasilan lebih dari 90 %. Jika kering banyak benih yang mati. Untuk
lahan yang flat (datar) hidroseeding sebanyak 1 truck untuk 0.2 ha,
sedangkan pada areal yang slope (miring) dalam 1 truck hanya 0.1
ha saja.

Gambar 4.24 Hidroseeding Di HW 4 Bersama Tim GPI (Green Planet


Indonesia

Dalam tahapan penanaman, maka perlu diperhatikan hal- hal berikut:


a. Pemasangan ajir
Pemasangan ajir di PT Adaro Indonesia dilakukan tujuannya ialah
untuk mengatur jarak tanam. Pengaturan jarak tanam merupakan satu
tahapan sebelum penanaman yang penting. Pengaturan jarak tanam
diperlukan agar tanaman yang ditanam nantinya dalam formasi lurus
dan tidak terlalu rapat. PT. Adaro Indonesia, menetapkan bahwa
tanaman yang ditanam dalam kegiatan reklamasi memakai pola mato
limo, yaitu pola yang apabila ditarik garis akan terlihat lurus ke
semua sisi. Fungsi pengajiran yaitu, Sebagai penopang tanaman,
Sebagai tanda untuk ditanami, Sebagai tanda jenis tanamanyang
akan ditanam. Jarak tanam yang ditetapkan oleh PT Adaro
Indonesia, pada umumnya yaitu 4 x 4 meter dengan keterangan pita
kuning adalah tanaman fast growing sedangkan pita merah yaitu
tanaman slow growing (Gambar 4.25).

`
Gambar 4.25 Pemasangan ajir dan pola pemasangan ajir dengan
sistem matalimo di HW 4
b. Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang dimaksudkan untuk peletakan media tanam dan
bibit tanaman. Pembuatan lubang dilakukan dengan tenaga manusia
dan dengan peralatan konvensional yaitu cangkul. Lubang dibuat
dengan geometri 40 x 40 x 40 cm (Gambar 4.26).

Gambar 4.26 Pembuatan lubang dan pemasangan ajir dengan sistem


matalimo di HW 4

`
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menjaga ketersediaan unsur hara
didalam tanah. Pupuk yang digunakan disini ialah pupuk subur ijo
dan kapur dengan perbandingan 2 : 1 (Gambar 4.27). Untuk dosis
pemberian pupuk yaitu 2kg/lubang. Fungsi pupuk subur ijo yatu
Memperbaiki struktur tanah, Memperbaiki sifat fisika, kimia dan
biologi tanah, Menyediakan unsur hara. Pada pupuk Subur Ijo juga
mengandungk N, P dan K yang tinggi. Sedangkan fungsi kapur yaitu
menetralkaan pH dikarenakan tanah di lingkungan tambang
cenderung asam.

Gambar 4.27 Pemupukan pupuk subur ijo dan kapur dengan


perbandingan 2 : 1 di HW 5
d. Penanaman
Penanaman merupakan tahapan utama dalam kegiatan reklamasi ini.
Bibit-bibit dari ruang pembibitan yang telah berumur ± 3 bulan dan
telah mencapai tinggi minimal 50 cm dibawa ke area penanaman
yang telah siap. Penanaman dilkaukan pada musim penghujan, jika

`
ditanam saat musim kemarau tanaman banyak yang mati karena
kekurangan air. Tanaman yang sangat adaptif dilingkungan batubara
yaitu sengon dan johar. Untuk jenis tanaman yang ditanam
disesuaikan dengan warna pitayang sudah terpasang di ajir. Dalam
lahan 1 ha terdapat 1100 tanaman yang akan ditanam dengan
komposisi 60% tanaman fast growing dan 40% tanaman slow
growing.
e. Perawatan dan Monitoring Evaluasi
Perawatan atau pemeliharaan tanaman dilakukan setelah penanaman
hingga tanaman dapat tumbuh dengan sendirinya dan dilakukan secara
berkelanjutan.Biasanya perawatan dilakukan setelah 6 bulan tanam,
untuk kegiatanperawatan yang dilakukan yaitu penyemprotan roundup,
penyiangan, kemudian penyulaman.

Gambar 4.28 Tim ABP Hendak melakukan Penyemprotan Sekeliling


Tanaman Menggunakan Roundup Untuk Membasmi Gulma
di HW 1
Untuk penyemprotan Roundup yaitu dengan system pembasmian
gulma secara sistemik (langsung membunuh ke sel tanaman). Alat yang
digunakan yaitu knapsack sprayer dengan daya tamping 15L. 250 cc
roundup kemudian dicampur air sebanyak 15L dalam satu tanki.
Semprotkan disekeliling tanaman dengan membentuk piringan
berdiameter 1 meter (Gambar 4.28). Hasil akan dapat terlhat dengan

`
tanda tanda gulma mulai kuning kemudian mongering. Waktu tang
dibutuhkan untuk hasil optimal biasanya 1 bulan.
Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara dicangkul
disekitar tanaman yang sedang dilakukan perawatan. Fungsi penyiangan
yaitu Mengurangi gangguan gulma serta mengurangi persaingan
perebutan hara, sinar dan air antara tanaman pokok dan tanaman lain.
Penyiangan juga dilakukan pada gulma yang merambat dibabat
menggunakan parang. Penyulaman sangat perlu dilakukan yaitu untuk
memenuhi standar tanaman yang harus ada di suatu areal.
Monitoring ialah kegiatan pemantauan setalah penanaman sudah
dilakukan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan revegetasi, dilakukan
sensus tanaman (Gambar 4.29). Dalam sensus tanaman dalam suatu luas
area penanaman dihitung tanaman yang berhasil tumbuh dan tidak
tumbuh dan sehat kemudian serta jenis tanamannya dituliskan dengan
kode tanaman yang terdapat ditabel jenis tanaman. Biasanya sensus
tanaman dilakukan 1 tahun sekali. Sehingga areal yang sudahpernah
disensus diberi sebutan t1 (terawat 1).

Gambar 4.29 Tim ABP Hendak Melakukan Penyensusan Tanaman di


Paringin

`
3. Kegiatan Akhir Kuliah Kerja Profesi di PT Adaro Indonesia

Gambar 4.30 Presentasi Akhir Kuliah Kerja Profesi di PT Adaro


Indonesia
Pada kegiatan akhir Kuliah Kerja Profesi di PT Adaro Indonesia,
saya melakukan presentasi akhir terkait kegiatan reklamasi di PT Adaro
Indonesia yang dilaksanakan mulai tanggal 21 Agustus 2019 hingga 18
Oktober 2019 (Gambar 4.30). Materi yang saya presentasikan meliputi
profil perusahaan, kemudian pengenalan awal tentang nursery di PT
Adaro Indonesia. Selanjutnya materi khusus yang diperoleh disini yaitu
tahapan proses Reklamasi lahan Batubara di PT Adaro Indonesia.

`
Gambar 4.31 Perpisahan dengan Karyawan dan Staff dari BA dan BPM
Presentasi akhir dihadiri oleh Bapak Arif Abidin selaku
pembimbing lapangan. Selain itu, dihadiri oleh rekan-rekan
sepermagangan yaitu Ibu Ratnasari dan Wendy Krisnata. Untuk
pembimbing lapangan saya sendiri berhalangan hadir pada saat
presentasi dikarenakan ada acara diklat di Bogor. Kemudian setelah
dilakukan presentasi akhir yaitu acara Penutupan dan Perpisahan kuliah
kerja Profesi bersama staff dan Karyawan di nursery yang telah
menemani dan membagi ilmunya kepada saya selama ini (Gambar 4.31).

`
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembentukan Areal Disposal
Ketentuan dalam pembentukan disposal di PT Adaro Indonesia yaitu
lahan disposal lebar bench dibuat minimum 30 m dengan tinggi jenjang
maksimal 12 m, kemiringan jenjang yang dibentuk maksimal 20°, setiap
bidang datar terdapat backslope 1% - 2%. Pemukaan area dalam kondisi
rata, tidak ada retakan dan tidak undulasi atau maksimal undulasi 30 cm.
2. Pengelolaan Top Soil
Dalam pengelolaan top soil terdiri atas empat tahap yaitu, pengupasan
(pengambilan tanah pucuk), penyimpanan tanah pucuk dengan tujuan
mengamankan lapisan top soil yang kaya dengan unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman dan kaya dengan benih-benih
tanaman lokal. Selanjutnya jika akan digunakan maka tanah tersebut
perlu dilakukan pemindahan dari lokasi stock top soil. Selanjutnya yaitu
tahapan penghamparan dengan meratakan lapisan tanah pucuk
menggunakan excavator.
3. Bangunan Pengendali Air
Pengendalian erosi dan sedimentasi dibuat agar tanah pucuk yang telah
ditebar tidak hanyut terangkut oleh air (erosi) maka bersamaan dengan
kegiatan penataan lahan harus pula dilakukan yaitu mengkombinasikan
cara vegetatif dan sipil teknis dan ini sudah diterapkan pada saat
penambangan sehingga jenjang yang aman, saluran drainase. Di PT
Adaro menggunakan Bangunan Pengendali Air berupa Bangunan
terjunan, drainase permanen, bronjong, sekatan ban.
4. Pembibitan
PT Adaro Indonesia melakukan pengelolaan bibit ini sebagai upaya
untuk menjaga ketersediaan bibit secara mandiri yang setiap saat

`
dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat kebutuhan
revegetasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pembibitan
dilakukan di greenhouse, selanjutnya pencatatan / inventarisasi bibit
secara mingguan.
5. Hidroseeding dan Revegetasi
Pada teknik revegetasi dilakukan dengan tahapan awal hidroseeding
kemudian, pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, pemupukan,
penanaman, perawatan lalu monitoring dan evaluasi.
6. Perawatan
Pemeliharaan yang dilakukan PT. Adaro Indonesia, meliputi
penyiraman, penyulaman tanaman, pembersihan gulma yang
mengganggu menghambat pertumbuhan tanaman, pemberantasan hama
dan penyakit, dan pemupukan.
7. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring untuk mengetahui tingkat keberhasilan revegetasi, dilakukan
sensus tanaman. Dalam sensus tanaman dalam suatu luas area
penanaman dihitung tanaman yang berhasil tumbuh dan tidak tumbuh
dan sehat kemudian serta jenis tanamannya dituliskan dengan kode
tanaman yang terdapat ditabel jenis tanaman

`
`

Anda mungkin juga menyukai