Anda di halaman 1dari 13

PREPARASI SAMPEL ANALISIS

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Analisis Zat Gizi

Dosen Pengampu: Nanang Nasrullah, STP, M.Sc.

Disusun oleh:
Andi Ummu Aulia A. T. NIM 1710714088

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Analisis Zat
Gizi yang berjudul “Preparasi Sampel Analisis” dapat selesai sepeti waktu yang telah kami
rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materiil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak.

Taka ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis membuka pintu
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam
makalah ini terdapat hal-hal tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Depok, 25 Februari 2019

Penulis
PEMBAHASAN

1.1 Pendahuluan
Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai “suatu proses
pengambilan sebagian kecil contoh dari suatu material sehingga karakteristik contoh
material tersebut mewakili keseluruhan material”
Dalam penetuan bahan makanan diperlukan preparasi sampel agar sampel
tersebut berhasil. Analisis suatu bahan hasil makanan hanya akan dicapai secara baik
jika pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan representatif.
Pengambilan perlu memperhatikan homogenitas sampel yaitu efek ukuran dan berat
partikel sangat berpengaruh terhadapa homogenitas bahan. Bahan dengan ukuran dan
berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bahan yang lebih kecil dan ringan
(Segregasi).
1.2 Pengertian Preparasi Sampel
Preparasi sampel adalah proses persiapan sampel agar layak untuk di uji di
laboratorium. Tujuan reparasi disini yaitu untuk menyiapkan suatu zat yang akan di
analisis di laboratorium. Hal ini karena dalam analisis kimia ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi sebelum sampel tersebut di uji, antara lain ukuran sampel harus sekian
mesh atau mikrometer. Jadi, sampel yang akan di analisa harus memiliki ukuran yang
sesuai dengan standar yang menjadi metode dalam analisa tersebut, sehingga hasil
analisa menjadi akurat dan presisi.
1.3 Tujuan dilakukannya Preparasi Sampel
Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan
analit dari matriks sampel yang sangat komplek, memekatkan analit sehingga
diperoleh analit dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari semula, dan mengubah
analit menjadi senyawa lain yang dapat dianalisis dengan instrumentasi yang tersedia.
Proses yang terakhir ini disebut derivatisasi. Pengubahan senyawa menjadi senyawa
lain dimaksudkan untuk:
- Meningkatkan sensitivitas pengukuran, misalnya pengukuran secara
spektrofotometri ion besi secara spektrofotometri tentu menghasilkan
hasil yang lebih sensitif jika ion besi diubah menjadi ion Fe(II) dan
direaksikan dengan orto fenantroline atau jika ion besi (III) direaksikan
dengan ion tiosianat. Hal ini disebabkan reaksi antara ion besi dengan
pengomplek tersebut akan menghasilkan senyawa komplek baru yang
berwarna.
- Menghasilkan senyawa yang lebih volatil, misalnya asam lemak yang
berantai panjang tentunya lebih sulit dianalisis dengan kromatografi gas
(GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk menurunkan titik didihnya
maka asam lemak tersebut direaksikan dengan alkohol (metano atau
etanol) sehingga terbentuk metil ester atau etil ester yang titik didihnya
lebih rendah.
- Menghasilkan senyawa yang lebih termo stabil, misalnya analisis
senyawa dengan GC memungkinkan terjadinya degradasi senyawa oleh
pemanasan di injection port. Karena itu, analit harus direaksikan dengan
senyawa lain sehingga terbentuk senyawa baru yang termo stabil.
1.4 Preparasi Sampel
1) Perencanaan analisis
Sebelum melakukan analisis kuantitatif, maka perlu memperhati-kan dua hal
berikut ini;
- Informasi analisis apa yang diperlukan
Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketepatan dan ketelitian hasil
analisis yang diperlukandan tipe sampel yang akan dianalisis
- Metode analisis yang harus digunakan
Untuk mendapatkan hasil analisis dengan tingkat ketepatan dan ketelitian
tertentu memerlukanmetode analisis tertentu. Selain itu untuk memilih
metode analisis, diperlukan bahan kimia danperalatan tertentu
2) Tahap Pengambilan Sampel
Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan melakukan
analisis dengan metode kuantitatif. Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus
mewakili keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah titik pengambilan sampel,
jarak antara titik pengambilan sampel, dan penghomogenan terhadap sampel hasil
sampling
3) Persiapan Sampel sebelum di Analisis
Sampel di ambil dari lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya
pengambilan sampel daun dapat dilakukan di hutan. Sampel yang di ambil
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Untuk pengambilan sampel
daun bisa dilakukan dengan cara biasa yaitu menggunakan tas plastik sebagai
wadah.
Teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan benar. Jika tidak tepat
dalam pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat
menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan
dari bahan yang akan dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa parameter sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas
bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar cenderung
akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Oleh
karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur secara merata
atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar,
tengah, atau bagian atas sehingga diperoleh sampel yang representatif.
b. Cara Pengambilan Sampel
Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-
selektif adalah pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan
tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut.
Misalnya dalam pengambilan sampel rumput gajah, sampel diambil dari
seluruh bagian rumput, baik daun maupun batang, kemudian dipotong-
potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang homogen.
Selektif artinya sampel diambil secara acak dari bagian tertentu suatu
bahan. Misalnya sampel rumput gajah tadi dipisahkan pengambilan
sampel batang dan daun.
c. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil
tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil
sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10%
dari jumlah bahan.
d. Penanganan Sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau
berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda. Misalnya terjadi
penguapan air, pembusukan ataupun tumbuhnya jamur. Sampel yang
mempunyai kadar air rendah (< 15%) terjadinya kerusakan sampel
kemungkiannya sangat kecil. Sampel lalu dapat langsung dimasukkan ke
kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Sampel dengan kadar air
tinggi seperti silase, maka kemungkinan terjadinya penguapan air sangat
besar, sehingga untuk mengontrol penguapan air, maka sampel yang telah
diambil harus segera ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik
kedap udara, dibawa ke laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan
keringnya. Jika tidak dianalisis segera maka sampel yang telah diambil
segera timbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan.
Kemudian baru dibawa ke laboratorium.
e. Prosesing Sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan
biologis, semua sampel harus digiling sehingga diperoleh sampel yang
halus.
f. Penentuan Kadar Air Sampel Segar
Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuahan seperti rumput-rumputan,
biji-bijian, buah-buahan, hasil produksi pertanian dan pangan maupun
yang berasal dari hewan. Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-
potong untuk mendapatkan partikel yang leih kecil agar cepat kering.
Contoh:
Sejumlah sampel ditimbang sebanyak A gram kemudian dijemur
hingga kering di bawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven
dengan temperature 50 - 60°C sekitar ±24 jam. Setelah kering, sampel
tadi ditimbang dan diperoleh berat sebesar B gram. Sampel kemudian
digiling atau diperhalus lagi bentuknya untuk analisis lebih lanjut.
Selisih antara bobot sampel sebelum dan sesudah dikeringkan
merupakan kadar air (KA) sampel segar dan selanjutnya dapat
ditentukan bahan kering (BK) udara sampel. Untuk mengetahui bahan
kering sesungguhnya untuk mengetahui bahan kering sesungguhnya,
maka bahan kering udara dikali dengan bahan kering oven.
4) Tahap preparasi
Preparasi sampel adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel
sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di laboratorium.
Tahap-tahap preparasi sampel adalah sebagai berikut :
a. Pengeringan udara (air drying)
Pengeringan udara pada gross sampel dilakukan jika sampel tersebut
terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangnya moisture atau yang
menyebabkan timbulnya kesulitan pada crusher atau mill. Pengeringan
udara dilakukan pada suhu ambient hingga suhu maksimum yang dapat
diterima, yaitu 400oC. waktu yang diperlukan untuk pengeringan ini
bervariasi tergantung dari tipikal sampel yang akan dipreparasi, hanya
prinsipnya sampel dijaga agar tidak mengalami oksidasi saat pengeringan.
b. Pengecilan ukuran butir
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan ukuran atas sampel
tanpa menyebabkan perubahan apapun pada massa sampel.
Contoh alat mekanis untuk pengecilan ukuran butir adalah :
 Jaw Crusher
Digunakan untuk
mengurangi ukuran atau
mengubah bentuk bahan
tambang sehingga dapat
diolah lebih lanjut.
Crusher sendiri
merupakan alat yang
digunakan dalam proses
crushing. Sedangkan
Crushing merupakan
proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral yang
diinginkan dari mineral pengotornya.
 Roll Crusher

Digunakan sebagai crusher


sekunder atau crusher terseier
setelah. Roll crusher terdiri
dari single roll dan double roll.
Single roll digunakan untuk
memecahkan batuan yang
lembap dan tidak
menguntungkan jika
digunakan untuk memecahkan
batuan yang abrasive.

 Swing Hammer Mills

Hammer mill merupakan mesin yang berperan penting dalam


menjaga keseimbangan proses produksi sebagai pengolah sisa-sisa
hasil produksi tepung.
Jaw Crusher atau Roll Crusher biasa digunakan untuk mengurangi ukuran
butir dari 50 mm sampai 11,2 mm; 4,75 mm atau 2,36 mm. roll Crusher
lebih direkomendasikan untuk jumlah/massa sampel yang besar. Swing
Hammer Mill digunakan untuk menggerus sampel sampai ukuran 0.2 mm
yang akan digunakan untuk sampel yang akan dianalisa di Laboratorium.

c. Pencampuran (mixing)
Mixing/pencampuran adalah proses pengadukan sampel agar diperoleh
sampel yang homogen.
Pencampuran dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
 Metode manual : menggunakan riffle atau dengan membentuk dan
membentuk kembali timbunan berbentuk kerucut.

Gambar: Riffle Splitter

 Metode mekanis : menggunakan alat Rotary Sample Divider (RSD)

Gambar: Rotary Sample Divider

d. Pembagian (dividing)
Proses untuk mendapatkan sampel yang representative dari gross
sampel tanpa memperkecil ukuran butir.
e. Metode
Untuk menentukan kadar mineral dalam suatu sampel makanan,
digunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan bentuk fisik
(padatan, cairan, gas) dan kandungan matriks sampel yang berbeda.
Oleh karena itu, digunakan suatu metode yang tepat untuk menganalisis
suatu sampel makanan. Untuk saat ini, metode standar dari SNI (Standar
Nasional Indonesia) digunakan sebagai acuan dalam menentukan kadar
mineral dalam sampel makanan. Kemudian dari setiap metode terdapat
perbedaan-perbedaan baik dalam teknik:
 Pengambilan sampel
 Preparasi sampel
 Pengujian/analisis sampel

Metode Kjeldahl
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang
ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar
(crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein.
Metode ini merupakan metode sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Metode ini terdiri dari memanaskan sampel dengan asam sulfat,
yang menguraikan zat organik dengan oksidasi untuk membebaskan
nitrogen yang berkurang seperti amonium sulfat. Pada langkah ini kalium
sulfat ditambahkan untuk meningkatkan titik didih medium. Penguraian
kimia dari sampel selesai saat medium warna awalnya sangat gelap
menjadi jelas dan tidak berwarna.
Larutannya kemudian disuling dengan sejumlah kecil natrium
hidroksida, yang mengubah garam amonium menjadi amonia. Jumlah
amonia hadir, dan dengan demikian jumlah nitrogen yang ada dalam
sampel, ditentukan oleh titrasi balik. Selanjutnya, ujung kondenser
Liebig dicelupkan ke dalam larutan asam borat. Amonia bereaksi dengan
asam dan sisa asam kemudian dititrasi dengan larutan natrium
karbonat dengan cara indikator pH metil jingga.
Metode ini cocok digunakan secara semi-mikro, karena hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa
yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein
total dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis
dengan cara ini adalah kadar nitrogennya.
Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu
cara makro dan semimikro.
 Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan dalam ukuran besar (1-3 gram)
 Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil
yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen.
Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina,
vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut
teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara
ini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar
protein dalam bahan makanan.
f. Pengabuan
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung
dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit
sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau
bersenyawa dengan ion-ion negatif.
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan pada pengabuan, yaitu cara
kering (langsung) dan cara basah (tidak langsung). Cara kering digunakan
untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam.
Sedangkan cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral.
g. Penggerusan
Proses penggerusan merupakan cara untuk mendapatkan sampel yang
homogen dan mudah dilarutkan. Apalagi jika sampel adalah padatan yang
memiliki ukuran besar.
h. Pelarutan
Sampel yang berupa padatan dilarutkan dengan pelarut tertentu sesuai
dengan sifat kelarutan sampel.
i. Pengenceran
Penggunaan instrumen seperti spektrofotometer, HPLC, dan GC
membutuhkan konsentrasi sampel yang kecil untuk pemeriksaan. Oleh
karena itu, pengenceran dilakukan dilakukan menggunakan pelarut
hingga didapatkan konsentrasi yang dapat terbaca oleh instrumen.
j. Penambahan pereaksi
Asam lemak berantai panjang lebih sulit dianalisis dengan kromatografi
gas (GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk menurunkan titik
didihnya, asam lemak tersebut direaksikan dengan alkohol (metanol atau
etanol) sehingga terbentuk metil ester atau etil ester yang titik didihnya
lebih rendah.
k. Penyaringan
Kebanyakan metode analisis bersifat selektif. Pada metode yang bersifat
non-selektif, noise (unsur pengganggu) harus dipisahkan dari sampel agar
tidak mempengaruhi data analisis. Karena itu, filtrasi bertujuan pemurnian
dengan menghilangkan pengotor pada sampel. Metode yang paling mudah
untuk pemisahan unsur/senyawa pengganggu adalah endapan, ekstraksi
pelarut, dan atau kromatografi.
5) Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran
adalah sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia
maupun sifat fisikanya. Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis
volumetri (volum) atau analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan
pengukuran dengan menggunakan instrumen laboratorium yang lebih canggih.
6) Perhitungan, Pelaporan, dan Evaluasi Hasil Analisis
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadar analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat
dalam bentuk tertulis dengan mencantumkan hasil analisisnya.
1.5 Perlakuan Umum Preparasi Sampel
1) Ekstraksi
Perlakuan ini bisa dikerjakan dengan berbagai cara, baik secara fisik maupun
secara kimiawi. Secara fisik dapat dilakukan dengan pengepresan (pengempaan),
penggilingan, pengendapan fisik (kristalisasi), pengendapan kimiawi
(penggumpalan), dan distilasi. Secara kimiawi dilakukan dengan cara pelarutan
dengan pelarut. Metode distilasi merupakan ekstraksi dan pemisahan atas dasar
perbedaan titik uapnya. Distilasi dapat dilakukan dengan cara sederhana,
misalnya distilasi air, distilasi uap, distilasi uap dan air, dapat pula dilakuan dengan
teknik fraksinasi (distilasi fraksinasi), atau distilasi vakum. Cara ekstraksi lainnya
yang relatif merupakan teknologi barn adalah penggunaan teknik superkritik (super
critical extraction).
2) Filtrasi
Cara untuk memisahkan dua komponen yang berbeda sifatnyaatau ukurannya
melalui sebuah membran permiabel yang poreus. Filtrasi dapat dilakukan dengan
teknik penyaringan. Penyaringan lazim digunakan untuk memisahkan padatan dan
cairan yang bercampur menjadi satu dan tidak lazim untuk memisahkan campuran
dua macam cairan yang berbeda berat jenisnya. Dalam praktek penyaringan
dikerjakan dengan menggunakan bahan penyaring yang berupa membran.
3) Sentrifugasi
Tujuan utama sentrifugasi adaiah memisahkan partikel-partikel padatan dari
cairan yang bercampur menjadi terpisah satu dengan yang lainnya. Jadi pada
hakekatnya seperti filtrasi, tetapi pemisahan dengan sentrifugasi didasarkan pada
perbedaan berat jenis partikel. Dalam hal ini gaya sentrifugasi sangat berpengaruh
paa hasil. Makin tinggi gaya sentrifugasi makin teijadi pemisahan dengan baik.
4) Lisis
Biasanya dikerjakan untuk merusak atau memecah dinding sel tanaman, hewan,
atau mikroba. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara fisik misalnya dengan
penggilingan, penggerusan, atau dengan sonikasi.
5) Dialisis
Perlakuan ini merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan membran semi-
permiabel. Dialisis dapat berfungsi sebagai penyaring molekuler karena yang dapat
melalui membran umumnya adalah melekul yang ukurannya relatif kecil. Dialisis
bekerja atas dasar peristiwa osmosis. Partikel-partikel (molekul) yang kecil dapat
melalui membran sampai terjadi keseimbangan. Keseimbangan tercapai jika
konsentrasi partikel dalam larutan pada sisi-sisi yang bersebelahan dengan
membran sudah mencapai rasio yang seimbang dengan volume masing-masing
larutan.
6) Inaktivasi Enzim
Terdapatnya enzim dapat mengganggu hasil karena enzim yang masih aktif dapat
mengadakan perubahan-perubahan kimiawi. Misalnya pada elektroforesis, enzim
protease dapat menguraikan protein atau peptida-peptida selama proses elektroforesis
berlangsung.
7) Modifikasi Kimiawi dan Enzimatik
Perlakuanini bertujuan untuk mengubah struktur kimiawi sampel untuk suatu
tujuan tertentu yang memudahkan analisis.
Daftar Pustaka

Akun, Farahdila. ____. Prosedur Analisis dan Teknik Sampling dalam Kimia Anilitik.
[Online].
https://www.academia.edu/8394830/Prosedur_Analisis_dan_Teknik_Sampling_dalam_kim
ia_anilitik?auto=download diakses pada 25 Februari 2019

Ansyari, Isya. ____. Pengertian dan Cara Kerja Jaw Crusher. [Online].
https://learnmine.blogspot.com/2014/11/pengertian -dan-cara-kerja-jaw-
crusher.html diakses pada 25 Februari 2019.

Anonim. 2012. Teknik Preparasi Sampel (Bagian 1). [Online]. http://ganden-


fst.web.unair.ac.id/artikel_detail-67282-Ilmiah-
Teknik%20preparasi%20sampel%20(bagian%201).html diakses pada 25 Februari 2019

Anonim. ____. Penentuan Kadar Protein metode Kjeldahl dan Lowry. Bandung.
Politeknik Negeri Bandung

Anonim. ____. Metode Kjeldahl. [Online].


https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_Kjeldahl diakses pada 25 Februari 2019

Anonim. ____. Tahapan dalam Analisis Kimia. [Online].


https://biasamembaca.blogspot.com/2016/07/tahapan-dalam-analisis-kimia.html diakses
pada 25 Februari 2019

Christina, dkk. 2012. Teknik Preparasi Sampel untuk Bahan Makanan. Bogor.
Akademi Kimia Analisis

Domas. ____. Roll Crusher. [Online]. http://domas09.blogspot.com/2013/02/roll-


crusher.html diakses pada 25 Februari 2019

Mantiq, Ahmad. 2016. Bagaimana Cara Preparasi Sample. [Online].


https://bisakimia.com/2016/12/03/bagaimana-cara-preparasi-sample/ diakses pada 25
Februari 2019

Nugroho, dkk. 2015. Karakterisasi Blade Hammer Mill Type Swing. Semarang.
Universitas Diponegoro.

Sugiarto, Djaja. 2017. Preparasi Sampel. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai