Guide :
Struktur
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
2. LANDASAN TEORI
3. METODE PENELITIAN
4. HASIL PENELITIAN
5. ANALISIS MASALAH
Analisis Masalah 1
Analisis Masalah 2
Analisis Masalah 3
6. SIMPULAN
7. SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA
Judul
Dalam judul penelitian, 2 teori utama yang akan digunakan harus dimunculkan.
eg: “Analisis Dampak Tekanan Sosial oleh <suatu hal> terhadap Perubahan
Perilaku Masyarakat di <tempat>.” (teori_01: Tekanan sosial, teori_02: Perubahan perilaku)
Latar belakang
Di isi paragraf tentang latar belakang penelitian (Minimal 1 halaman + Das sollen + Das
sein) Totalnya 1,5 halaman
Das sollen
Das sollen berisi peraturan perundang undangan yang seharusnya berlaku. Situasi ideal yang
diharapkan. Isi dari Das Sollen harus mengandung garis besar dari judul.
Untuk UAS, tidak wajibkan ada, namun jika ada, katanya ada poin plusnya :)
Das sein
Berisi kenyataan pahit yang terjadi di masyarakat. Hal hal negatif yang sedang terjadi. Harus
terlihat masalah yang terjadi seperti apa.
Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah itu isinya komplain / curhatan / permasalahan yang kamu alami, ibarat
pergi ke dokter, kamu tuh ngasih tau dokter masalahnya apa, ga nyamannya dimana.” - pak
dosen. Harus berisi kalimat negatif.
Rumusan masalah
Isi: 3 pertanyaan (apa mengapa bagaimana), urutan tidak boleh diubah.
1. Apa …
2. Mengapa …
3. Bagaimana …
Poin penting :
Pada pertanyaan “apa”, teori_01 (di judul) harus muncul kembali disini
eg: Apa bentuk dari tekanan sosial yang terjadi bla bla bla ?
Pada pertanyaan “mengapa” teori_02 (di judul) harus muncul kembali disini
eg: Mengapa terdapat kecenderungan perubahan perilaku masyarakat bla bla bla ?
Pada pertanyaan “bagaimana” teori_03 (tidak ada di judul) dimunculkan disini
eg: Bagaimana pengaruh budaya masyarakat terhadap perubahan bla bla.. ? (teori budaya)
Tujuan penelitian
Tujuan mirip mirip saja dengan rumusan masalah, umumnya kata tanya diganti ‘mengetahui’ saja.
Manfaat penelitian
Manfaat ini harus berbeda dengan tujuan. Manfaat ini maksudnya kalau orang baca penelitian
mu, apa yg bisa dia lakukan dengan penelitian ini ?.
Misal :
rumusan masalah : apa danusan favorit mahasiswa ? ..
manfaatnya : Lebih banyak mengadakan danus tsb agar cepat laku.
Landasan teori
Untuk masing masing rumusan masalah, diperlukan 2 teori.
Apa : teori_01 (muncul di judul) + teori lainnya
Mengapa : teori_02 (muncul di judul) + teori lainnya
Bagaimana : teori_03 (muncul di rumusan masalah) + teori lainnya
Disarankan kata kunci masing masing teori digaris bawahi / ditulis dengan warna lain (untuk
membantu pedoman wawancara, 1 kata kunci di jadikan 1 atau lebih pertanyaan nantinya).
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat berdasarkan kata kunci dalam teori. Jika memungkinkan, buatlah
lebih dari 1 jenis target wawancara. (misal : mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan masyarakat,
etc).
Untuk setiap jenis target wawancara, buatlah pertanyaaan dari ke 6 teori tsb. Satu teori
diharapkan jadi sekitar minimal 6 pertanyaan (sebanyak banyaknya) “Satu teori itu kalau panjang
bisa dibuat 8 pertanyaan lebih” - pak dosen.
Note : Misal 2 target, ada 6 teori, masing masing teori misal jadi 6 - 8 pertanyaan: 72 - 96 kalimat
tanya.. Siap siap nguli ~ :D
Analisis
Analisis merangkum hasil wawancara (gambaran kasarnya).
Setelah itu carilah 1 teori pendukung (hasil wawancara harus sejalan dengan teori pendukung)
untuk setiap rumusan masalah.
Gunakan hasil + teori pendukung untuk ‘melawan’ teori awal dari menjawab masing masing
rumusan masalah.
eg:
(hasil) Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan dengan
teori (teori pendukung) yang berisikan bahwa …. . Maka dari itu, <jawaban atas rumusan
masalah>.
Simpulan
Note: ingat … ‘simpulan’,,,bukan ‘kesimpulan’.. Tulis ‘kesimpulan’ => kertas mu dibuang
Simpulan menjawab rumusan masalah, singkat aja, yang penting intisari analisis (terutama
bagian <jawaban atas rumusan masalah> ada disini).
Daftar Pustaka
Di isikan kalo ada sumbernya
Tabel Teori
“Harus sinkron, teori 1 di judul, rumusan masalah, landasan sama pedoman harus nyambung
semua !” - pak dosen
Judul Rumusan Landasan teori Pedoman Analisis
wawancara
Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam
proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dalam
situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung
dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan
dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens
bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi
di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens.
Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial.
Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar
manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung. Gagasan inti: Dunia
ini panggung sandiwara.
Teori Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman
manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori
feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan
pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan.
Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini
cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam
diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya
perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum
perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang
memarjinalkan kaum perempuan. Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan
Teori Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam
menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga
dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi pasar
global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik
globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi
kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori
sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau
hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa. Gagasan inti: Relasi timbal
balik antara lokal dan global
Teori Keamanan
Teori Keamanan adalah teori dari Sir Welsh Scott. Keamanan (Security) memiliki arti sebagai
kondisi atau kualitas yang aman. Secara khusus keamanan memiliki arti sebagai kebebasan
dari ketakutan, kecemasan dan perawatan. Rasa keamanan tersebut muncul dari kepercayaan
dari pengamanan. Munculnya rasa keamanan diakibatkan oleh adanya jaminan dan kepastian.
Rasa keamanan dapat dicapai secara pribadi maupun oleh pihak luar.
Teori Kebijaksanaan
Kebijaksanaan diyakini sebagai kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kelompok
masyarakat tertentu, yang terbentuk karena upaya-upaya yang sudah mereka jalankan bertahun-
tahun berdasarkan kemampuannya untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku. Sifat dari
kebijaksanaan adalah sebuah tindakan dalam pengambilan keputusan atau keefektifan
seseorang dalam mengambil keputusan. Kebijaksanaan mensyaratkan bahwa individu harus
memiliki pengalaman, memiliki informasi yang cukup, dan pengambilan keputusan yang
kompleks dan dialektis. Selanjutnya, konsep tersebut telah berkembang dalam literatur psikologi
untuk dimasukkan menjadi bagian dari emosi seseorang. Dalam hal ini, istilah keputusan
kontemporer dalam psikologi menunjukkan bahwa kecerdasan dan pengetahuan yang luas pada
diri seseorang tidak cukup untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana. Selain itu,
kebijaksanaan adalah sebuah penilaian yang baik dari perilaku yang ada. Penilaian baik yang
dimaksud adalah mempertimbangkan secara menyeluruh terkait sejumlah aspek pada situasi
tertentu ketika individu menghadapi masalah individu akan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan suatu hal, bagaimana pembawaan dan emosinya sekaligus kemampuan fisik ketika
mengambil sebuah keputusan serta mempertimbangkan situasi sosial dan budaya (Lerner,
Easterbrooks & Mistry, 2003). Menurut Birren dan Fisher (1990) kebijaksanaan adalah integrasi
dari aspek afektif, kognitif, dan reflektif yang membantu kehidupan seseorang dan juga
masyarakat dalam berinteraksi. Menurut Basri (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijaksanaan antara lain kondisi spiritual-moral, kemampuan hubungan antarmanusia,
kemampuan menilai dan mengambil keputusan, kondisi personal, dan kemampuan khusus
seperti kecerdasan, intuitif dan empati.
Teori Kebutuhan
Menurut Maslow, pemuasan kebutuhan disorong oleh kekuatan motivasi yaitu motivasi
kekurangan (deficiency growth) dan motivasi perkembangan (motivation growth). Motivasi
kekurangan adalah upaya yang dilakukkan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami.
Sedangkan motivasi perkembangan adalah motivasi yang tumbuh dari dasar diri manusia untuk
mencapai suatu tujuan diri berdasarkan kapasitasnya dalam tumbuh dan berkembang. Kapasitas
atau kemampuan diri masing- masing orang berbeda- beda dan merupakan pembawaan.
Teori Kepedulian
Tronto (1993) mendefinisikan peduli sebagai pencapaian terhadap sesuatu diluar dari dirinya
sendiri. Peduli juga sering dihubungkan dengan kehangatan, positif, penuh makna, dan
hubungan (Phillips, 2007).
Swanson (1991) mendefinisikan kepedulian sebagai salah satu cara untuk memelihara hubungan
dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi →
kontekstualkan ke lingkungan (maksudnya “orang lain” kontekstualisasi ke “lingkungan”).
Noddings (2002) menyebutkan bahwa ketika kita peduli dengan orang lain, maka kita akan
merespon positif apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan mengekspresikannya menjadi sebuah
tindakan.
Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan
apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan kebutuhan dan
perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang
peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai,
berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan bagian dari
kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian
juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.
Kemudian, dalam kaitannya dengan lingkungan, terdapat teori yang dapat diuji
keabsahannya, yaitu teori kepedulian lingkungan oleh Sue (2003). Sue mengatakan bahwa
kepedulian lingkungan menyatakan sikap-sikap umum terhadap kualitas lingkungan yang
diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan
memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.
Oleh karena kepedulian dinyatakan dengan aksi-aksi, maka seseorang yang peduli lingkungan
tidak hanya pandai membuat karya tulis tentang lingkungan, tetapi hasil karya tulis itu diwujudkan
dalam tindakan yang nyata. Jika seseorang baru bisa menuangkan sikapnya dalam bentuk
tulisan, hal ini belum bisa dikatakan sebagai orang yang bersikap peduli terhadap lingkungan.
Teori Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerjasama adalah
suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing. Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikutip oleh Abdulsyani, Roucek
dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya kerjasama melibatkan
pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung
jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan
kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang
atau lebih tersebut yaitu:
1. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada komasi yang
komunikatif antara dua orang yang bekerjasama atau lebih.
2. Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapkan.
Sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-orang dalam suatu kelompok tidak
secara otomatis dapat bekerjasama. Sering kali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang di
harapkan penyebab adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu
organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang menghawatirkan hal-hal seperti kemungkinan
menjadi outsider, pergaulan dengan anggota lainnya, faktor pengaruh dan saling percaya antar
tim.
b. Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerjasama, mereka saling mengenal dan berhubungan. Untuk itu
dibutuhkan waktu bagi anggota nya untuk saling bekerjasama.
c. Identitas tim di dalam organisasi.
Faktor ini terdiri dari dua aspek: (1) kesesuaian atau kecocokan tim di dalam organisasi dan (2)
pengaruh keanggotaan tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota.
Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan didasarkan pada pandangan Marxis tentang dunia yang melihat globalisasi
dalam hal penyebaran kapitalisme pasar dan eksploitasi tenaga kerja murah dan sumber daya
dengan imbalan teknologi usang dari Barat. Pandangan dominan dari ahli teori ketergantungan
adalah bahwa ada sistem kapitalis dunia yang dominan yang bergantung pada pembagian kerja
antara negara-negara 'inti' kaya dan negara-negara 'periferal (sampingan)' yang miskin. Seiring
waktu negara-negara inti akan mengeksploitasi dominasi mereka di pinggiran yang semakin
terpinggirkan.
Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan juga mempunyai kelemahan yaitu hanya
menyalahkan kapitalisme sebagai penyebab ketergantungan, kurang mendefinisikan secara jelas
tentang konsep ketergantungan, dan pembicaraan tentang proses sebuah negara bisa keluar
dari ketergantungan juga sedikit, bahkan Frank hanya menawarkan Revolusi Sosialis sebagai
jalan keluarnya. Ketergantungan selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif, padahal teori
ketergantungan sangat menekankan konsep kepentingan kelompok, kelas dan negara.
Kepentingan antara negara pusat dan negara pinggiran tidak selalu bersifat zero-sum game (bila
satu menang maka lainnya kalah) karena bisa saja keduanya mendapat keuntungan. Teori
ketergantungan menganjurkan pendekatan ke dalam untuk pengembangan dan peningkatan
peran negara dalam hal memaksakan hambatan perdagangan, membuat investasi ke dalam
menjadi sulit dan mendorong nasionalisasi industri-industri kunci.
Teori kesadaran budaya
Teori kesadaran budaya dicetuskan oleh William Wunderle, yang menyebutkan bahwa terdapat
beberapa tingkatan kesadaran budaya, yaitu:
1. Data dan informasi. Data merupakan tingkat terendah dari tingkatan informasi
secara kognitif. Dalam tingkat ini, dimiliki memiliki data dan informasi untuk berkomunikasi satu sama
lain dan mulai berkegiatan bersama.
2. Culture consideration. Setelah memiliki data dan informasi yang jelas tentang
tatanan sosialnya,dapat diperoleh konsep secara umum terkait budaya yang berlaku dalam
masyarakat.
3. Cultural knowledge. Dalam tahap ini, masyarakat mengetahui dan paham lebih
detail terkait budayanya. Dalam tahap ini mungkin diperlukan penyadaran secara khusus terhadap
budaya terkait.
4. Cultural competence. Cultural competence merupakan tingkat tertinggi dari
kesadaran berbudaya. Dalam tahap ini,seharusnya masyarakat mampu mengambil tindakan dan
menentukan keputusan berdasarkan nilai-nilai budaya yang berlaku.
5.
Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan diambil dari kata ‘sejahtera’. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan
baik, kondisi manusia dimana keadaannya makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam
konteks ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sementara dalam
kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Konteks inilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
Arthur Dunham dalam Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-
kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui
pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa
bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian sosial, waktu senggang,
standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial
memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas,
dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau
perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari
konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu:
1. Rasa Aman
2. Kesejahteraan
3. Kebebasan
4. Jati diri
Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan pula oleh Friedlander dalam Sukoco
(1991) :
“Social welfare is the organized system of social services and institutions, designed to aid
individuals and grows to attain satisfying standards of life and health, and personal and social
relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in
harmony with the needs of their families and the community”
Yaitu bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan
kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan
perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan
meningkatkan kesejahteraan petani selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun
masyarakat.
Teori Komunikasi
Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka
kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori akan
membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan
tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat. Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara
tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah
perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi, perindustrian
dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit, rangkaian
komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah kesan perkembangan teknologi
komunikasi terhadap individu, masyarakat dan penduduk disebuah negara. Perkembangan politik
dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan
propaganda dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan
dan perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi tersebut. Aspek kedua
ialah dari sudut kajian di mana para pelajar berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang
berkaitan dengan komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji
penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan animasi kepada anak-anak , propaganda
dan dinamik kelompok. penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang
mampu mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya kajian awal
penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju kepada memenuhi keinginan
sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi dengan lebih dekat setelah pengiklanan
menunjukan kepentingannya. Oleh karena itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan maju
kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan
politik dunia serta kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi
bidang pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang menjadi
asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti sosiologi, pendidikan,
psikologi sosial, pengurusan, antropologi dan psikologi.
Teori Konflik
Menurut Suprihanto (2003), konflik adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus
menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama, atau menjalankan kegiatan
bersama-sama, atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang
berbeda. Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang
memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat. Teori konflik adalah satu perspektif di
dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-
bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, dimana
komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya. Pada dasarnya pandangan
teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori
funsionalisme struktural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai satu
sistem yang tediri dari bagian-bagian.
Teori Konsistensi
Seseorang dikatakan akan lebih nyaman dengan sesuatu yang tetap(konsisten) daripada yang
tidak tetap (inkonsisten). Teori konsistensi kognitif memandang manusia sebagai pemroses
yang aktif yang mencoba memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan dan
berbuat di mana mereka secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk
membuat kecocokan terhadap inkonsistensi yang biasa terjadi di antara dan dalam sikap-sikap
Teori Konsumsi
Selain itu, permasalahan ini juga sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Jean Baudrillard yaitu
teori konsumsi. Teori tersebut menyatakan bahwa manusia akan sampai pada tahap digital
dimana manusia menjadi lebih konsumtif dan laju produksi dan konsumsi menjadi tidak terbatas.
Dinyatakan pula bahwa implikasi dari teori ini adalah menurunnya analisis sosial pada aspek
produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Lebih lanjut lagi, kelas sosial dalam
perspektif ilmu sosiologi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, serta
kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup.
Teori Konsumerisme
Budaya konsumsi dilatarbelakangi oleh masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Max.
Kapitalisme ini bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan cara
mengeksploitasi pekerjanya. Keuntungan tersebut direalisasikan dalam bentuk uang, dimana
hasil produksi yang ada dijual dan dipasarkan kepada masyarakat sebagai komoditas. Menurut
Karl Max, komoditas memiliki dua aspek; yaitu aspek use value yang merupakan kegunaan suatu
objek dalam pemenuhan kebutuhan tertentu, serta aspek exchange value yang menekankan nilai
tukar yang terkait dengan nilai produk atau objek yang dijual di pasar (Lechte, 2001).
Berbeda dengan Baudrillard yang menyatakan bahwa komoditas tidak hanya memiliki use dan
exchange value, tetapi juga memiliki symbolic dan sign value yang artinya adalah seseorang tidak
lagi mengonsumsi sebuah objek berdasarkan kegunaan dan nilai tukarnya; tetapi terdapat unsur
nilai simbolik dan nilai tanda yang bersifat abstrak. Masyarakat pada akhirnya mengonsumsi citra
yang melekat pada suatu objek, bukan lagi karena kegunaannya; sehingga masyarakat tidak
pernah merasa puas dan terpicu untuk terus menerus melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini pun
dapat mempengaruhi gaya hidup seorang individu (Murti, 2005). Baudrillard menyimpulkan
bahwa produksi bukanlah inti dari ekonomi, melainkan konsumsilah yang menjadi intinya.
Konsumsi membuat manusia melakukan perbedaan yang menjadi acuan dalam gaya hidup dan
nilai; bukan hanya kebutuhan ekonomi dan menurut Baudrillard, hal inilah yang terjadi pada
masyarakat kita saat ini dengan sebutan masyarakat konsumeris. Masyarakat konsumeris
mengonsumsi tanda dari suatu produk; dimana tanda ini berupa pesan dan citra yang pada
umumnya dikomunikasikan (dipromosikan) melalui iklan. Hal ini menunjukkan seberapa
pentingnya peran media, terutama iklan, dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat bahkan
dapat mengubahnya. Melalui iklan, sebuah produk dikenalkan kepada masyarakat dengan
bahasa yang persuasif sehingga masyarakat membeli produk tersebut.(Lechte, 2001).
Teori Kontrol Sosial
Social Control Theory lahir pada peradaban dua puluhan, e.A.ros salah seorang Bapak sosialog
Amerika berpendapat bahwa system keyakinan lah yang membimbing apa yang dilakukan oleh
orang-orang dan yang secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli apapun bentuk
keyakinan yang dipilih. Salah satu. Social Control Theory sebagaimana disebutkan oleh Travis
Hirschi dalam “Social Bond Theory”, sebagai berikut:
• Attachment
Attachment atau kasis saying adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam
kelompok primernya (misal: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk
patuh terhadap aturan
• Commitment
Tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan kerangka kesadaran mengenai
masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan
suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang
• Involvement
Keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku partisipatif dan terlibat di dalam
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas keterlibatan seseorang
terhadap aktivitas-aktivitas normative konvensional dengan sendirinya akan mengurangi peluang
seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hokum
• Beliefs
Kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-norma social atau aturan masyarakat
akhirnya akan tertanam kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan social telah self-
enforcing dan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.
Teori Kritis
Teori kritis dicetuskan oleh kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan
nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus
mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis
mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis
juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap
marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena
menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial
kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang
tidak kalah penting yaitu kultural.
Gagasan inti: Kritik teori atas teori
Teori Marxian
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang
terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk
menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa
menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian
adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar,
menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori
marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang
lebih kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.
Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama
Teori Modernisme
Jurgen Habermas melalui teori modernisme, menyatakan bahwa manusia yang hidup dalam
modernisme tentu harus mampu mengimbangi kebudayaan modern yang ada di sekitarnya
selaras dengan kemajuan zaman. Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan
apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Akibatnya
dampak yang terjadi adalah berubahnya pola pikir masyarakat khususnya para siswa yang
menganggap bahwa membawa kendaraan bermotor untuk anak di bawah umur adalah hal yang
lumrah dan biasa.
Teori Motivasi
yang dikemukakan oleh Herzberg dan kelompoknya. Teori ini sering disebut dengan M – H atau
teori dua faktor, bagaimana manajer dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat menghasilkan
kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja. Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua
kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi, yaitu ”motivasi”. Disebut
bahwa motivasi yang sesungguhnya sebagai faktor sumber kepuasan kerja adalah prestasi,
promosi, penghargaan dan tanggung jawab.
Kelompok faktor kedua adalah ”iklim baik” dibuktikan bukan sebagai sumber kepuasan kerja
justru sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor ini adalah kondisi kerja, hubungan antar
pribadi, teknik pengawasan dan gaji. Perbaikan faktor ini akan mengurangi ketidakpuasan kerja,
tetapi tidak akan menimbulkan dorongan kerja. Faktor ”iklim baik” tidak akan menimbulkan
motivasi, tetapi tidak adanya faktor ini akan menjadikan tidak berfungsinya faktor ”motivasi”.
Teori Neomarxian
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari
teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori
neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori
kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori
neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga
menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya.
Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat
masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas
dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar
bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai
produk komoditas. Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori Marxian
Teori Partisipasi
Partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, keterlibatan keikutsertaan warga masyarakat
dalam berbagai kegiatan pembangunan. Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan
partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information. Dengan definisi ini,
partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan langsung
dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat
memberikan respon positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap
program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun dapat juga menolak kebijakan.
Menurut pendapat Mubyarto (1997:35) bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan
untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa
berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial mengemukakan bahwa proses belajar muncul sebagai fungsi dari
pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain
Teori Pembangunan
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada
tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat
tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor
ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai
kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori
pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-
negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di
negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar
ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi kuncinya. Gagasan inti: Pertumbuhan
ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial
Teori Pengambilan Keputusan
Menurut G.R. Terry, pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Menurut G.R. Terry, ada beberapa dasar
dari pengambilan keputusan, antara lain : intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional
Teori Perlindungan
Menurut Edi Suharto, Ph.D, Perlindungan Sosial merupakan seperangkat kebijakan dan
program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan
melalui perluasan pasar kerja yang efisien, pengurangan resiko-resiko kehidupan yang
senantiasa mengancam manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi
dirinya dari berbagai bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau
hilangnya pendapatan.
Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia
sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat.
Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu
bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang
lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori
sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem,
dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang
membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem
ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem
ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada
dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas. Gagasan inti: Dunia berada
dalam sebuah kompleksitas sistem
Teori Sosioekonomi
Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam
rangka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan (Richard G Lipsey dan Pete O Steiner,
1991:9). Tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri status sosial ekonomi seseorang
berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, pekerjaan, bahkan pendidikan. Menurut Polak
(Abdulsyani, 2007:91) status (kedudukan) memiliki dua aspek yaitu aspek yang pertama yaitu
aspek struktural, aspek struktural ini bersifat hierarkis yang artinya aspek ini secara relatif
mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya terhadap status-status lain, sedangkan aspek
status yang kedua yaitu aspek fungsional atau peranan sosial yang berkaitan dengan status-
status yang dimiliki seseorang. Kedudukan atau status berarti posisi atau tempat seseorang
dalam sebuah kelompok sosial. Makin tinggi kedudukan seseorang maka makin mudah pula
dalam memperoleh fasilitas yang diperlukan dan diinginkan.
Teori Strukturalisme;
Menurut Karl Marx, teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam
memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat
mata yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya
struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada
pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan
nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi
linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan
struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan
sosial.
Teori Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu
tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), 45 biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau
menguntungkan. Teori ini dahulu digagaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.
Teori Utopianisme teknologi
Teori Konflik
Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan.
Masing-masing kelompok atau kelas memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan
kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif
terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang
mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan
potensi konflik interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya
konfliktual.
Teori pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini,dimana perilaku manusia
(aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia disambut
reaksi dari lingkungan yang kemudian mempengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi,
hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau
fisik dimana perilaku aktor eksis, mempengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa
positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa
depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah
perilakunya.
Teori Modernisme
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat
modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dankesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi
pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih
baik. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju
modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Modernisme membawa peradaban umat
manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era
’modernisme tingkat lanjut.
Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan
menentukan tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur
tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada.
Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang
mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai.
Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi
linguistik.Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu
dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan
dari tindakan sosial.
Teori Psikososial
Teori psikososial menurut Erikson menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan manusia
lainnya dan lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi perkembangan psikososialnya.
Krisis yang dialami setiap individu akan mempengaruhi kondisi psikososialnya tergantung
penyelesaiannya: penyelesaian yang baik akan memberikan output yang baik, berlaku
sebaliknya.
Teori Stress
Lazarus Lazarus (1976)berpendapat Stress terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini berarti bahwa
kondisi Stress terjadi jika terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan konsekuensi
yang tidak menyenangkan bagi individu. Jadi Stress tidak hanya bergantung pada kondisi
eksternal melainkan juga tergantung mekanisme pengolahan kognitif terhadap kondisi yang
dihadapi individu bersangkutan. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam 2 bentuk,
yakni: 1) Tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan biologis. Berupa kebutuhan-kebutuhan,
nilai-nilai, dan kepuasan yang ada pada diri individu 2) Tuntutan eksternal yang muncul dalam
bentuk fisik dan sosial. Tuntutan eksternal dapat merefleksikan aspek-aspek yang berbeda dari
pekerjaan seseorang, seperti tugas-tugas yang diberikan dan bagaimana cara menyelesaikan
tugas tersebut, lingkungan fisik, lingkungan psikososial dan kegiatan-kegiatan di luar lingkungan
kerja.
Teori peran
Teori peran menurut Kozier Barbara adalah tingkahlakuyangdiharapkandariseseorang sesuai
dengan kedudukan atau statusnya dalam situasi sosial tertentu. Peran akan menjadi bermakna
jika dikaitkan dengan orang lain atau kedudukan lain dan terdapat hubungan yang jelas antara
peran-peran tersebut.