Anda di halaman 1dari 24

Sosiologi Industri

Guide :

Struktur
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
2. LANDASAN TEORI
3. METODE PENELITIAN
4. HASIL PENELITIAN
5. ANALISIS MASALAH
 Analisis Masalah 1
 Analisis Masalah 2
 Analisis Masalah 3
6. SIMPULAN
7. SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA

Judul
Dalam judul penelitian, 2 teori utama yang akan digunakan harus dimunculkan.
eg: “Analisis Dampak Tekanan Sosial oleh <suatu hal> terhadap Perubahan
Perilaku Masyarakat di <tempat>.” (teori_01: Tekanan sosial, teori_02: Perubahan perilaku)
Latar belakang
Di isi paragraf tentang latar belakang penelitian (Minimal 1 halaman + Das sollen + Das
sein) Totalnya 1,5 halaman
Das sollen
Das sollen berisi peraturan perundang undangan yang seharusnya berlaku. Situasi ideal yang
diharapkan. Isi dari Das Sollen harus mengandung garis besar dari judul.
Untuk UAS, tidak wajibkan ada, namun jika ada, katanya ada poin plusnya :)
Das sein
Berisi kenyataan pahit yang terjadi di masyarakat. Hal hal negatif yang sedang terjadi. Harus
terlihat masalah yang terjadi seperti apa.
Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah itu isinya komplain / curhatan / permasalahan yang kamu alami, ibarat
pergi ke dokter, kamu tuh ngasih tau dokter masalahnya apa, ga nyamannya dimana.” - pak
dosen. Harus berisi kalimat negatif.
Rumusan masalah
Isi: 3 pertanyaan (apa mengapa bagaimana), urutan tidak boleh diubah.
1. Apa …
2. Mengapa …
3. Bagaimana …
Poin penting :
Pada pertanyaan “apa”, teori_01 (di judul) harus muncul kembali disini
eg: Apa bentuk dari tekanan sosial yang terjadi bla bla bla ?

Pada pertanyaan “mengapa” teori_02 (di judul) harus muncul kembali disini
eg: Mengapa terdapat kecenderungan perubahan perilaku masyarakat bla bla bla ?
Pada pertanyaan “bagaimana” teori_03 (tidak ada di judul) dimunculkan disini
eg: Bagaimana pengaruh budaya masyarakat terhadap perubahan bla bla.. ? (teori budaya)
Tujuan penelitian
Tujuan mirip mirip saja dengan rumusan masalah, umumnya kata tanya diganti ‘mengetahui’ saja.
Manfaat penelitian
Manfaat ini harus berbeda dengan tujuan. Manfaat ini maksudnya kalau orang baca penelitian
mu, apa yg bisa dia lakukan dengan penelitian ini ?.
Misal :
rumusan masalah : apa danusan favorit mahasiswa ? ..
manfaatnya : Lebih banyak mengadakan danus tsb agar cepat laku.
Landasan teori
Untuk masing masing rumusan masalah, diperlukan 2 teori.
Apa : teori_01 (muncul di judul) + teori lainnya
Mengapa : teori_02 (muncul di judul) + teori lainnya
Bagaimana : teori_03 (muncul di rumusan masalah) + teori lainnya
Disarankan kata kunci masing masing teori digaris bawahi / ditulis dengan warna lain (untuk
membantu pedoman wawancara, 1 kata kunci di jadikan 1 atau lebih pertanyaan nantinya).
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat berdasarkan kata kunci dalam teori. Jika memungkinkan, buatlah
lebih dari 1 jenis target wawancara. (misal : mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan masyarakat,
etc).
Untuk setiap jenis target wawancara, buatlah pertanyaaan dari ke 6 teori tsb. Satu teori
diharapkan jadi sekitar minimal 6 pertanyaan (sebanyak banyaknya) “Satu teori itu kalau panjang
bisa dibuat 8 pertanyaan lebih” - pak dosen.
Note : Misal 2 target, ada 6 teori, masing masing teori misal jadi 6 - 8 pertanyaan: 72 - 96 kalimat
tanya.. Siap siap nguli ~ :D
Analisis
Analisis merangkum hasil wawancara (gambaran kasarnya).
Setelah itu carilah 1 teori pendukung (hasil wawancara harus sejalan dengan teori pendukung)
untuk setiap rumusan masalah.
Gunakan hasil + teori pendukung untuk ‘melawan’ teori awal dari menjawab masing masing
rumusan masalah.
eg:
(hasil) Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan dengan
teori (teori pendukung) yang berisikan bahwa …. . Maka dari itu, <jawaban atas rumusan
masalah>.
Simpulan
Note: ingat … ‘simpulan’,,,bukan ‘kesimpulan’.. Tulis ‘kesimpulan’ => kertas mu dibuang
Simpulan menjawab rumusan masalah, singkat aja, yang penting intisari analisis (terutama
bagian <jawaban atas rumusan masalah> ada disini).
Daftar Pustaka
Di isikan kalo ada sumbernya
Tabel Teori
“Harus sinkron, teori 1 di judul, rumusan masalah, landasan sama pedoman harus nyambung
semua !” - pak dosen
Judul Rumusan Landasan teori Pedoman Analisis
wawancara

Teori 01 Teori 01 Teori 01 Teori 04 Teori 01 Teori 04 Teori pendukung 01

Teori 02 Teori 02 Teori 02 Teori 05 Teori 02 Teori 05 Teori pendukung 02

Teori 03 Teori 03 Teori 06 Teori 03 Teori 06 Teori pendukung 03

Teori Asosiasi Diferensial


Edwin Sutherland (1947) memperkenalkan teori Asosiasi Diferensial. Menurutnya perilaku
menyimpang merupakan suatu perbuatan yang didapatkan setelah melalui proses belajar.
Proses belajar yang dimaksud adalah mempelajari dan memahami norma-norma yang
menyimpang dari subkultur. Jadi, penyimpangan perilaku adalah fenomena yang dipelajari oleh
seseorang dari orang lain atau kelompok.
Proses belajar norma penyimpangan ini persis dengan proses belajar konformitas (penyesuaian)
dimana ada sosialisasi atas nilai-nilai yang disepakati bersama oleh suatu kelompok masyarakat.
Namun, yang membedakannya adalah jika konformitas adalah proses belajar bagaimana
menyesuaikan diri dengan nilai dan norma bersama serta berperilaku terhadap orang lain sesuai
dengan harapan kelompok, maka penyimpangan justru sebaliknya. Penyimpangan adalah
proses belajar bagaimana mempelajari nilai dan norma yang menyimpang.
Teori Aspek-aspek Kinerja
Ada beberapa aspek-aspek kinerja. Menurut Hasibuan (dalam prabu Mangkunegara, 2006)
mengemukakan bahwa aspek-aspek kinerja mencakup sebagai berikut:
1. Kesetiaan
2. Hasil kerja
3. Kejujuran
4. Kedisiplinan
5. Kreativitas
6. Kerjasama
7. Kepemimpinan
8. Kepribadian
9. Prakarsa
10. Kecakapan dan tanggung jawab.
Teori Behavioural
Teori ini menganggap perilaku manusia membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap
aktor. Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan dan kemudian memengaruhi balik
perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor.
Lingkungan, baik sosial maupun fisik adalah di mana perilaku aktor eksis memengaruhi balik
perilaku aktor.
Teori Budaya
Menurut Koentjoroningrat (1985), budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia
dengan belajar. Richard Brisling (1990), mengemukakan pendapatnya bahwa budaya adalah
suatu hal yang mengacu pada cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan
penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar
tidak sadar diterima sebagai "benar" dan "benar" oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai anggota masyarakat. Nostrand (1989) mendefinisikan budaya sebagai sikap dan
kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas
tersebut.
Dalam perkembangannya, budaya tiap komunitas mengalami interaksi dan dari
interaksi tersebut akan terjadi fenomena-fenomena pertukaran budaya. Teori budaya yang umum
dan dapat diuji melalui penelitian ini adalah menurut Malinowski (1983) mengenai pengaruh
budaya yang lebih tinggi. Malinowski mengatakan bahwa budaya yang lebih tinggi dan aktif akan
mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya
Dampak budaya yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata menyangkut
berbagai aspek perubahan sosial, moral atau perilaku, agama, bahasa, dan kesehatan.
Perubahan sikap dan gaya hidup masyarakat terlihat pada perilaku mereka yang cenderung
menjadi konsumtif (Spillane,1994:39) dan materialistis (Mill and Morrison, 1989:28). Menurut
Soekadijo (1997:23) dampak sosial ekonomi yaitu dampak negatif atau dampak positif yang
timbul terhadap lingkungan sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat
perkembangan pariwisata terhadap perubahan pekerjaan dan pendapatan masyarakat, pola
pembagian kerja, kesempatan kerja dan berusaha. Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang
kompleks dan menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek seperti sosiologis,
psikologis, ekonomis, ekologis, dan lain-lain. Aspek yang mendapat pemrhatian paling besar dan
hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomi.

TEORI BUDAYA PERUSAHAAN


Budaya perusahaan dapat diartikan sebagai bagian dari lingkungan internal yang tidak terpisahkan
dari perusahaan yang terdiri dari seperangkat asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut
bersama oleh anggota organisasi dan digunakan untuk mengatur serta mengarahkan perilaku sesuai
dengan fungsi yang diharapkan (Gordon, 2002).

Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam
proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dalam
situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung
dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan
dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens
bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi
di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens.
Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial.
Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar
manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung. Gagasan inti: Dunia
ini panggung sandiwara.
Teori Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman
manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori
feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan
pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan.
Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini
cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam
diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya
perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum
perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang
memarjinalkan kaum perempuan. Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan

Teori Etos Kerja


Etos kerja diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau
sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu
bangsa.
Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan tingkah lakunya dalam
bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos kerja:
 Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja
adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan
betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus
merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu
tak akan pernah kembali kepadanya.
 Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral
yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan. Karena
ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa
ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga
input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang
bersih.
 Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu
yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur. Kejujuran
bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah
keterikatan.
 Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat
sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya.
Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan
bentuk vitalitas yang penuh gairah.
 Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan
untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu
mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang
membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola
emosinya secara efektif.

Teori Fungsionalisme Struktural
Menurut Emile Durkheim, teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau
hierarki sebagai sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang
terstratifikasi dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi
merupakan kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digaris bawahi bahwa stratifikasi bukan tentang
seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem.
Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya.
Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial
tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.

Teori Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam
menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga
dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi pasar
global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik
globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi
kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori
sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau
hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa. Gagasan inti: Relasi timbal
balik antara lokal dan global

Teori Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat


Dalam analisis Marx pada The German Ideology (1947, 7) terdapat ide bahwa teknologi
saling terkoneksi dengan masyarakat. Tujuan pembuatan teknologi adalah untuk tujuan
produksi. Sehingga hanya politik, budaya, dan masyarakat yang menjadi penyebab terbuatnya
teknologi atau penelitian. Pada The German Ideology (1947, 7), Marx juga berargumentasi
bahwa teknologi dapat menentukan pola pikir manusia.
Teori Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Masyarakat atau sering dipanggil STS
menyatakan bahwa terdapat keterhubungan antara politik, budaya, dan masyarakat dengan
penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi. Keterhubungan yang dimaksud adalah politik,
budaya, dan masyarakat itu mempengaruhi penelitian dan inovasi teknologi, lalu imbasnya juga
akan mempengaruhi politik, budaya, dan masyarakat.
Teori Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik merupakan cara pandang yang memperlakukan individu sebagai diri
sendiri dan diri sosial. Individu dalam interaksionisme simbolik, menurut Blumer dapat dilihat pada
tiga premis yang diajukannya, yaitu:
 manusia bertindak terhadap sesuatu berdasar makna-makna yang ada pada sesuatu bagi
mereka. Sesuatu yang dimaksud disini bermakna obyek fisik, orang lain, institusi sosial
dan ide-ide atau nilai-nilai yang bersifat abstrak
 makna tersebut berasal dan hasil interaksi sosial seseorang dengan orang lain
 makna tersebut disempurnakan dan dimodifikasi melalui proses penafsiran di saat proses
interaksi berlangsung.
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan
pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial.

Teori Interaksi Sosial


Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (2002) di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial
merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun
interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang
saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial
yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar
dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan
antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu
kontak sosial dan komunikasi.
1) Kontak Sosial
Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut:
● Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu
kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
● Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para
peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di
dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja
makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu
perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW
mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh
sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi
adalah kontak sekunder tidak langsung.
2) Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu
adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap)
dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu
sebagai berikut.
● Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak
lain.
● Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
● Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi,
instruksi, dan perasaan.
● Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan,
gambar, dan film.
● Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan
dari komunikator.

Teori Jejaring Aktor (Manuel Castells)


Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori
ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network dalam
memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih luas. Perlu
digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur
jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran
mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen
kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena
jejaring berperan lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring
aktor sebagai teori sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti
masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya.

Teori Jaminan Sosial


Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013), ketimpangan sosial merupakan perbedaan-
perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resource), kekuasaan (power), dan status
di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang
berkuasa melalui institusi dan proses-proses sosial. Ketimpangan sosial ditandai ketidaksetaraan
peluang dan penghargaan untuk posisi sosial yang berbeda atau status dalam kelompok atau
masyarakat. Ini termasuk pola terstruktur dan berulang dan tidak merata dari distribusi barang,
kekayaan, kesempatan, penghargaan dan hukuman.
Teori Jejaring Aktor
Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori
ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network dalam
memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih luas. Perlu
digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur
jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran
mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen
kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena
jejaring berperan lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring
aktor sebagai teori sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti
masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya. Gagasan ini: Individu adalah komponen
jejaring yang saling terkoneksi
Teori Jaringan (Mizruchi)
Teori ini berfokus kepada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi membentuk norma dan
nilai dalam suatu kelompok sosial dan pada tahap selanjutnya setiap individu yang menjadi
anggotanya terinternalisasi oleh norma dan nilai tersebut. Interaksi tersebut dipengaruhi kuat
lemahnya relasi sosial antar individu dengan individu lainnya.

Teori Kapital Sosial


Bourdieu mendefinisikan kapital sosial adalah kumpulan sejumlah sumberdaya, baik aktual
maupun potensial yang terhubung dengan kepemilikan jaringan atau relasi, yang sedikit banyak
telah terinstitusionalisasi dalam pemahaman dan pengakuan bersama.
Secara lebih sederhana, Turner mendefinisikan kapital sosial sebagai suatu posisi atau relasi
dalam suatu kelompok serta jaringan-jaringan sosial (Turner, 1997:512). Sedangkan Coleman
(1988) mendefinisikan kapital sosial sebagai sesuatu yang memiliki dua ciri yaitu merupakan
aspek dari struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut.
Dalam pengertian ini, bentuk-bentuk kapital sosial berupa kewajiban dan harapan, potensi
informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas, serta organisasi sosial yan
g bisa digunakan secara tepat.
Selain itu, menurut Putnam (1993) mendefinisikan kapital sosial sebagai suatu nilai mutual trust
(kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Kapital sosial
didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan networks (jaringan), norms (norma-norma),
dan social trust (kepercayaan sosial) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi
dan kooperasi) untuk tercapai kepentingan maupun tujuan bersama.\

Teori Keamanan
Teori Keamanan adalah teori dari Sir Welsh Scott. Keamanan (Security) memiliki arti sebagai
kondisi atau kualitas yang aman. Secara khusus keamanan memiliki arti sebagai kebebasan
dari ketakutan, kecemasan dan perawatan. Rasa keamanan tersebut muncul dari kepercayaan
dari pengamanan. Munculnya rasa keamanan diakibatkan oleh adanya jaminan dan kepastian.
Rasa keamanan dapat dicapai secara pribadi maupun oleh pihak luar.
Teori Kebijaksanaan
Kebijaksanaan diyakini sebagai kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kelompok
masyarakat tertentu, yang terbentuk karena upaya-upaya yang sudah mereka jalankan bertahun-
tahun berdasarkan kemampuannya untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku. Sifat dari
kebijaksanaan adalah sebuah tindakan dalam pengambilan keputusan atau keefektifan
seseorang dalam mengambil keputusan. Kebijaksanaan mensyaratkan bahwa individu harus
memiliki pengalaman, memiliki informasi yang cukup, dan pengambilan keputusan yang
kompleks dan dialektis. Selanjutnya, konsep tersebut telah berkembang dalam literatur psikologi
untuk dimasukkan menjadi bagian dari emosi seseorang. Dalam hal ini, istilah keputusan
kontemporer dalam psikologi menunjukkan bahwa kecerdasan dan pengetahuan yang luas pada
diri seseorang tidak cukup untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana. Selain itu,
kebijaksanaan adalah sebuah penilaian yang baik dari perilaku yang ada. Penilaian baik yang
dimaksud adalah mempertimbangkan secara menyeluruh terkait sejumlah aspek pada situasi
tertentu ketika individu menghadapi masalah individu akan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan suatu hal, bagaimana pembawaan dan emosinya sekaligus kemampuan fisik ketika
mengambil sebuah keputusan serta mempertimbangkan situasi sosial dan budaya (Lerner,
Easterbrooks & Mistry, 2003). Menurut Birren dan Fisher (1990) kebijaksanaan adalah integrasi
dari aspek afektif, kognitif, dan reflektif yang membantu kehidupan seseorang dan juga
masyarakat dalam berinteraksi. Menurut Basri (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijaksanaan antara lain kondisi spiritual-moral, kemampuan hubungan antarmanusia,
kemampuan menilai dan mengambil keputusan, kondisi personal, dan kemampuan khusus
seperti kecerdasan, intuitif dan empati.

Teori Kebutuhan
Menurut Maslow, pemuasan kebutuhan disorong oleh kekuatan motivasi yaitu motivasi
kekurangan (deficiency growth) dan motivasi perkembangan (motivation growth). Motivasi
kekurangan adalah upaya yang dilakukkan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami.
Sedangkan motivasi perkembangan adalah motivasi yang tumbuh dari dasar diri manusia untuk
mencapai suatu tujuan diri berdasarkan kapasitasnya dalam tumbuh dan berkembang. Kapasitas
atau kemampuan diri masing- masing orang berbeda- beda dan merupakan pembawaan.

Teori Kepedulian
Tronto (1993) mendefinisikan peduli sebagai pencapaian terhadap sesuatu diluar dari dirinya
sendiri. Peduli juga sering dihubungkan dengan kehangatan, positif, penuh makna, dan
hubungan (Phillips, 2007).
Swanson (1991) mendefinisikan kepedulian sebagai salah satu cara untuk memelihara hubungan
dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi →
kontekstualkan ke lingkungan (maksudnya “orang lain” kontekstualisasi ke “lingkungan”).
Noddings (2002) menyebutkan bahwa ketika kita peduli dengan orang lain, maka kita akan
merespon positif apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan mengekspresikannya menjadi sebuah
tindakan.
Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan
apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan kebutuhan dan
perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang
peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai,
berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan bagian dari
kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian
juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.
Kemudian, dalam kaitannya dengan lingkungan, terdapat teori yang dapat diuji
keabsahannya, yaitu teori kepedulian lingkungan oleh Sue (2003). Sue mengatakan bahwa
kepedulian lingkungan menyatakan sikap-sikap umum terhadap kualitas lingkungan yang
diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan
memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.
Oleh karena kepedulian dinyatakan dengan aksi-aksi, maka seseorang yang peduli lingkungan
tidak hanya pandai membuat karya tulis tentang lingkungan, tetapi hasil karya tulis itu diwujudkan
dalam tindakan yang nyata. Jika seseorang baru bisa menuangkan sikapnya dalam bentuk
tulisan, hal ini belum bisa dikatakan sebagai orang yang bersikap peduli terhadap lingkungan.
Teori Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerjasama adalah
suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing. Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikutip oleh Abdulsyani, Roucek
dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya kerjasama melibatkan
pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung
jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan
kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang
atau lebih tersebut yaitu:
1. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada komasi yang
komunikatif antara dua orang yang bekerjasama atau lebih.
2. Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapkan.
Sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-orang dalam suatu kelompok tidak
secara otomatis dapat bekerjasama. Sering kali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang di
harapkan penyebab adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu
organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang menghawatirkan hal-hal seperti kemungkinan
menjadi outsider, pergaulan dengan anggota lainnya, faktor pengaruh dan saling percaya antar
tim.
b. Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerjasama, mereka saling mengenal dan berhubungan. Untuk itu
dibutuhkan waktu bagi anggota nya untuk saling bekerjasama.
c. Identitas tim di dalam organisasi.
Faktor ini terdiri dari dua aspek: (1) kesesuaian atau kecocokan tim di dalam organisasi dan (2)
pengaruh keanggotaan tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota.

Teori Kesadaran Sosial


Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak
dicapai atau in order to motive. Interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan
sebagai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses yang melibatkan aktor dalam
pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dipilih. Tindakan tersebut meliputi semua jenis perilaku manusia yang ditujukan kepada
perilaku orang lain baik yang sudah berlalu, sekarang, dan diwaktu yang akan datang.
Tindakan sosial (social action) adalah tindakan yang memiliki makna subjektif (a subjective
meaning) bagi dan dari aktor pelakunya. Tindakan sosial seluruh perilaku manusia memiliki arti
subjektif dari yang melakukannya baik yang terbuka maupun yang tertutup, yang diutarakan
secara langsung maupun diam-diam, yang kemudian oleh pelakunya diarahkan pada tujuannya.
Oleh karena itu, tindakan sosial itu bukanlah perilaku yang kebetulan tetapi perilaku yang memiliki
pola, struktur, dan makna tertentu.

Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan didasarkan pada pandangan Marxis tentang dunia yang melihat globalisasi
dalam hal penyebaran kapitalisme pasar dan eksploitasi tenaga kerja murah dan sumber daya
dengan imbalan teknologi usang dari Barat. Pandangan dominan dari ahli teori ketergantungan
adalah bahwa ada sistem kapitalis dunia yang dominan yang bergantung pada pembagian kerja
antara negara-negara 'inti' kaya dan negara-negara 'periferal (sampingan)' yang miskin. Seiring
waktu negara-negara inti akan mengeksploitasi dominasi mereka di pinggiran yang semakin
terpinggirkan.
Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan juga mempunyai kelemahan yaitu hanya
menyalahkan kapitalisme sebagai penyebab ketergantungan, kurang mendefinisikan secara jelas
tentang konsep ketergantungan, dan pembicaraan tentang proses sebuah negara bisa keluar
dari ketergantungan juga sedikit, bahkan Frank hanya menawarkan Revolusi Sosialis sebagai
jalan keluarnya. Ketergantungan selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif, padahal teori
ketergantungan sangat menekankan konsep kepentingan kelompok, kelas dan negara.
Kepentingan antara negara pusat dan negara pinggiran tidak selalu bersifat zero-sum game (bila
satu menang maka lainnya kalah) karena bisa saja keduanya mendapat keuntungan. Teori
ketergantungan menganjurkan pendekatan ke dalam untuk pengembangan dan peningkatan
peran negara dalam hal memaksakan hambatan perdagangan, membuat investasi ke dalam
menjadi sulit dan mendorong nasionalisasi industri-industri kunci.
Teori kesadaran budaya
Teori kesadaran budaya dicetuskan oleh William Wunderle, yang menyebutkan bahwa terdapat
beberapa tingkatan kesadaran budaya, yaitu:
1. Data dan informasi. Data merupakan tingkat terendah dari tingkatan informasi
secara kognitif. Dalam tingkat ini, dimiliki memiliki data dan informasi untuk berkomunikasi satu sama
lain dan mulai berkegiatan bersama.
2. Culture consideration. Setelah memiliki data dan informasi yang jelas tentang
tatanan sosialnya,dapat diperoleh konsep secara umum terkait budaya yang berlaku dalam
masyarakat.
3. Cultural knowledge. Dalam tahap ini, masyarakat mengetahui dan paham lebih
detail terkait budayanya. Dalam tahap ini mungkin diperlukan penyadaran secara khusus terhadap
budaya terkait.
4. Cultural competence. Cultural competence merupakan tingkat tertinggi dari
kesadaran berbudaya. Dalam tahap ini,seharusnya masyarakat mampu mengambil tindakan dan
menentukan keputusan berdasarkan nilai-nilai budaya yang berlaku.
5.
Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan diambil dari kata ‘sejahtera’. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan
baik, kondisi manusia dimana keadaannya makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam
konteks ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sementara dalam
kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Konteks inilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
Arthur Dunham dalam Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-
kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui
pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa
bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian sosial, waktu senggang,
standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial
memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas,
dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau
perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari
konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu:
1. Rasa Aman
2. Kesejahteraan
3. Kebebasan
4. Jati diri
Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan pula oleh Friedlander dalam Sukoco
(1991) :
“Social welfare is the organized system of social services and institutions, designed to aid
individuals and grows to attain satisfying standards of life and health, and personal and social
relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in
harmony with the needs of their families and the community”
Yaitu bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan
kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan
perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan
meningkatkan kesejahteraan petani selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun
masyarakat.

Teori Ketimpangan Sosial


Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013), ketimpangan sosial merupakan perbedaan-
perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resource), kekuasaan (power), dan status
di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang
berkuasa melalui institusi dan proses-proses sosial. Ketimpangan sosial ditandai ketidaksetaraan
peluang dan penghargaan untuk posisi sosial yang berbeda atau status dalam kelompok atau
masyarakat. Ini termasuk pola terstruktur dan berulang dan tidak merata dari distribusi barang,
kekayaan, kesempatan, penghargaan dan hukuman.

Teori Komunikasi
Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka
kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori akan
membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan
tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat. Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara
tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah
perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi, perindustrian
dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit, rangkaian
komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah kesan perkembangan teknologi
komunikasi terhadap individu, masyarakat dan penduduk disebuah negara. Perkembangan politik
dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan
propaganda dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan
dan perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi tersebut. Aspek kedua
ialah dari sudut kajian di mana para pelajar berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang
berkaitan dengan komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji
penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan animasi kepada anak-anak , propaganda
dan dinamik kelompok. penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang
mampu mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya kajian awal
penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju kepada memenuhi keinginan
sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi dengan lebih dekat setelah pengiklanan
menunjukan kepentingannya. Oleh karena itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan maju
kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan
politik dunia serta kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi
bidang pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang menjadi
asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti sosiologi, pendidikan,
psikologi sosial, pengurusan, antropologi dan psikologi.
Teori Konflik
Menurut Suprihanto (2003), konflik adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus
menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama, atau menjalankan kegiatan
bersama-sama, atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang
berbeda. Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang
memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat. Teori konflik adalah satu perspektif di
dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-
bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, dimana
komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya. Pada dasarnya pandangan
teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori
funsionalisme struktural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai satu
sistem yang tediri dari bagian-bagian.

Teori Konflik Sosial


Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota atau kelompok dalam masyarakat
yang bersifat menyeluruh. Konflik sosial disebabkan karena adanya perbedaan antar
kelompok masyarakat, seperti pola budaya, status sosial, dan kepentingan. Menurut Soerjono
Soekanto (1989), konflik adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan dan terkadang disertai dengan
ancaman serta kekerasan.

Teori Konsistensi
Seseorang dikatakan akan lebih nyaman dengan sesuatu yang tetap(konsisten) daripada yang
tidak tetap (inkonsisten). Teori konsistensi kognitif memandang manusia sebagai pemroses
yang aktif yang mencoba memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan dan
berbuat di mana mereka secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk
membuat kecocokan terhadap inkonsistensi yang biasa terjadi di antara dan dalam sikap-sikap

Teori Konstruksi Sosial


Menurut Peter L, teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui
interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan
tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam
sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-
individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut
eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa
pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang
telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh
karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.

Teori Konsumsi
Selain itu, permasalahan ini juga sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Jean Baudrillard yaitu
teori konsumsi. Teori tersebut menyatakan bahwa manusia akan sampai pada tahap digital
dimana manusia menjadi lebih konsumtif dan laju produksi dan konsumsi menjadi tidak terbatas.
Dinyatakan pula bahwa implikasi dari teori ini adalah menurunnya analisis sosial pada aspek
produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Lebih lanjut lagi, kelas sosial dalam
perspektif ilmu sosiologi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, serta
kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup.
Teori Konsumerisme
Budaya konsumsi dilatarbelakangi oleh masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Max.
Kapitalisme ini bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan cara
mengeksploitasi pekerjanya. Keuntungan tersebut direalisasikan dalam bentuk uang, dimana
hasil produksi yang ada dijual dan dipasarkan kepada masyarakat sebagai komoditas. Menurut
Karl Max, komoditas memiliki dua aspek; yaitu aspek use value yang merupakan kegunaan suatu
objek dalam pemenuhan kebutuhan tertentu, serta aspek exchange value yang menekankan nilai
tukar yang terkait dengan nilai produk atau objek yang dijual di pasar (Lechte, 2001).
Berbeda dengan Baudrillard yang menyatakan bahwa komoditas tidak hanya memiliki use dan
exchange value, tetapi juga memiliki symbolic dan sign value yang artinya adalah seseorang tidak
lagi mengonsumsi sebuah objek berdasarkan kegunaan dan nilai tukarnya; tetapi terdapat unsur
nilai simbolik dan nilai tanda yang bersifat abstrak. Masyarakat pada akhirnya mengonsumsi citra
yang melekat pada suatu objek, bukan lagi karena kegunaannya; sehingga masyarakat tidak
pernah merasa puas dan terpicu untuk terus menerus melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini pun
dapat mempengaruhi gaya hidup seorang individu (Murti, 2005). Baudrillard menyimpulkan
bahwa produksi bukanlah inti dari ekonomi, melainkan konsumsilah yang menjadi intinya.
Konsumsi membuat manusia melakukan perbedaan yang menjadi acuan dalam gaya hidup dan
nilai; bukan hanya kebutuhan ekonomi dan menurut Baudrillard, hal inilah yang terjadi pada
masyarakat kita saat ini dengan sebutan masyarakat konsumeris. Masyarakat konsumeris
mengonsumsi tanda dari suatu produk; dimana tanda ini berupa pesan dan citra yang pada
umumnya dikomunikasikan (dipromosikan) melalui iklan. Hal ini menunjukkan seberapa
pentingnya peran media, terutama iklan, dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat bahkan
dapat mengubahnya. Melalui iklan, sebuah produk dikenalkan kepada masyarakat dengan
bahasa yang persuasif sehingga masyarakat membeli produk tersebut.(Lechte, 2001).
Teori Kontrol Sosial
Social Control Theory lahir pada peradaban dua puluhan, e.A.ros salah seorang Bapak sosialog
Amerika berpendapat bahwa system keyakinan lah yang membimbing apa yang dilakukan oleh
orang-orang dan yang secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli apapun bentuk
keyakinan yang dipilih. Salah satu. Social Control Theory sebagaimana disebutkan oleh Travis
Hirschi dalam “Social Bond Theory”, sebagai berikut:
• Attachment
Attachment atau kasis saying adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam
kelompok primernya (misal: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk
patuh terhadap aturan
• Commitment
Tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan kerangka kesadaran mengenai
masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan
suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang
• Involvement
Keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku partisipatif dan terlibat di dalam
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas keterlibatan seseorang
terhadap aktivitas-aktivitas normative konvensional dengan sendirinya akan mengurangi peluang
seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hokum
• Beliefs
Kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-norma social atau aturan masyarakat
akhirnya akan tertanam kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan social telah self-
enforcing dan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.
Teori Kritis
Teori kritis dicetuskan oleh kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan
nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus
mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis
mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis
juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap
marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena
menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial
kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang
tidak kalah penting yaitu kultural.
Gagasan inti: Kritik teori atas teori

Teori Marxian
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang
terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk
menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa
menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian
adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar,
menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori
marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang
lebih kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.
Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama

Teori Modernisme
Jurgen Habermas melalui teori modernisme, menyatakan bahwa manusia yang hidup dalam
modernisme tentu harus mampu mengimbangi kebudayaan modern yang ada di sekitarnya
selaras dengan kemajuan zaman. Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan
apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Akibatnya
dampak yang terjadi adalah berubahnya pola pikir masyarakat khususnya para siswa yang
menganggap bahwa membawa kendaraan bermotor untuk anak di bawah umur adalah hal yang
lumrah dan biasa.

Teori Motivasi
yang dikemukakan oleh Herzberg dan kelompoknya. Teori ini sering disebut dengan M – H atau
teori dua faktor, bagaimana manajer dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat menghasilkan
kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja. Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua
kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi, yaitu ”motivasi”. Disebut
bahwa motivasi yang sesungguhnya sebagai faktor sumber kepuasan kerja adalah prestasi,
promosi, penghargaan dan tanggung jawab.
Kelompok faktor kedua adalah ”iklim baik” dibuktikan bukan sebagai sumber kepuasan kerja
justru sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor ini adalah kondisi kerja, hubungan antar
pribadi, teknik pengawasan dan gaji. Perbaikan faktor ini akan mengurangi ketidakpuasan kerja,
tetapi tidak akan menimbulkan dorongan kerja. Faktor ”iklim baik” tidak akan menimbulkan
motivasi, tetapi tidak adanya faktor ini akan menjadikan tidak berfungsinya faktor ”motivasi”.

Teori Motivasi Prestasi dari Mc. Clelland


Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia
adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang dianggap mempunyai apabila dia
mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi Mc. Clelland
menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 85) yaitu :
1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung
jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat
memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.
2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.
3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai
pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba
menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan
kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

Teori Neomarxian
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari
teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori
neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori
kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori
neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga
menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya.
Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat
masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas
dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar
bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai
produk komoditas. Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori Marxian

Teori Partisipasi
Partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, keterlibatan keikutsertaan warga masyarakat
dalam berbagai kegiatan pembangunan. Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan
partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information. Dengan definisi ini,
partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan langsung
dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat
memberikan respon positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap
program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun dapat juga menolak kebijakan.
Menurut pendapat Mubyarto (1997:35) bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan
untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa
berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial mengemukakan bahwa proses belajar muncul sebagai fungsi dari
pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain

Teori Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau
penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan
sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-
alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014).
Menurut Suharto(2005:60), pemberdayaan masyarakat juga dimaknai sebagai sebuah proses
dan tujuan, dengan penjelasan sebagai berikut: (1)Sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan; (2) Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk
pada keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti kepercayaan diri, menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya

Teori Pembangunan
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada
tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat
tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor
ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai
kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori
pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-
negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di
negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar
ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi kuncinya. Gagasan inti: Pertumbuhan
ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial
Teori Pengambilan Keputusan
Menurut G.R. Terry, pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Menurut G.R. Terry, ada beberapa dasar
dari pengambilan keputusan, antara lain : intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional

Teori Peran (Mead, Moreno, dan Linton)


Teori ini berbunyi dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan
menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu
yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam
masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di
dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.

Teori Perilaku Sosial


Teori perilaku berusaha menjelaskan perilaku manusia dengan menganalisis masa lalu dan
konsekuensi yang ada pada lingkungan individu dengan kumpulan pelajaran yang telah ia
peroleh pada pengalaman sebelumnya. Informasi ini dapat menggambarkan pandangan individu
tersebut dalam berbagai kebiasaan perilakunya.
Menurut Krech, Crutrchfield dan Ballachev (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial
seseorang tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal
balik antar pribadi. Perilaku sosial adalah keadaan saling ketergantungan untuk menjamin
keberadaan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perilaku sosial identik dengan reaksi
seseorang pada sekitarnya. Perilaku ini dapat ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial bersifat relatif dan
berbeda-beda tiap orangnya.
Baron dan Bryrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku
sosial seseorang, yaitu:
1)Perilaku Dan Karakteristik Orang Lain
Perilaku dan karakteristik orang lain menjadi guru yang dapat mempengaruhi pembentukan sosial
individu. Perilaku dan karakteristik orang lain akan membentuk keadaan sosial yang
mempengaruhi perilaku sosial seorang individu.
2)Proses Kognitif
Proses kognitif didapatkan dari pengalaman dan pemikiran seorang individu yang menjadi dasar
kesadaran sosial yang berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Proses kognitif akan selalu
berkembang selama individu itu terus mengembangkan pemikirannya dan terus mendapat
pengalaman baru.
3)Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat terjadinya aktivitas perilaku sosial
seorang individu. Faktor lingkungan ini akan mempengaruhi perilaku sosial individu secara tidak
langsung. Seperti misalnya seseorang yang tinggal di gunung dan seseorang yang tinggal di
pantai akan memiliki perilaku sosial yang berbeda. Atau orang yang tinggal di perkotaan atau
perdesaan akan memiliki perilaku sosial yang berbeda.
4)Tatar Budaya
Budaya menjadi penting karena budaya merupakan dasar perilaku sosial seorang individu,
karena budaya adalah suatu cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang yang diwariskan
dari generasi ke generasi. Sehingga budaya sifatnya sangat beragam dan melekat erat di tiap
individunya.

Teori Perlindungan
Menurut Edi Suharto, Ph.D, Perlindungan Sosial merupakan seperangkat kebijakan dan
program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan
melalui perluasan pasar kerja yang efisien, pengurangan resiko-resiko kehidupan yang
senantiasa mengancam manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi
dirinya dari berbagai bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau
hilangnya pendapatan.

Teori Pertukaran Sosial


Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John
Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson(1962), dan
Peter Blau (1964).
Teori ini dikemukakan oleh George C. Homans yang kemudian dikembangkan oleh Peter Blau.
Teori ini menjelaskan bahwa di dalam hubungan sosial ada unsur timbal balik, reward, atau
ganjaran, dan juga keuntungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Teori ini juga
menganalisis tentang bagaimana hubungan manusia dengan orang lain dalam sebuah aktivitas
yang menghasilkan hubungan timbal balik.
Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari
padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain
akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita.
Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku
dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena
lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut terdapat
unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional, kadang disebut teori pilihan atau teori tindakan rasional, adalah kerangka
pemikiran untuk memahami dan merancang model perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar
teori pilihan rasional adalah seluruh perilaku sosial disebabkan oleh perilaku individu yang
masing-masing membuat keputusannya sendiri. Teori ini berfokus pada penentu pilihan individu
(individualisme metodologis).
Teori pilihan rasional juga berasumsi bahwa seseorang memiliki preferensi di antara beberapa
pilihan alternatif yang memungkinkan orang tersebut menyatakan pilihan yang diinginkannya.
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan
“preferensi”. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi hasil
alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. Pilihan rasional individu
memilih alternatif yang akan memberi mereka kepuasan terbesar.
Teori Pola Pikir
Carol S. Dweck, seorang psikolog di fakultas di Stanford University, mengusulkan teori pola pikir
sebagai cara untuk memahami efek dari keyakinan yang dimiliki individu untuk sifat kecerdasan.
Ini pada gilirannya berimplikasi pada pembelajaran dan pendidikan. Dalam teori keputusan dan
teori sistem umum, pola pikir adalah seperangkat asumsi, metode, atau notasi yang dipegang
oleh satu atau lebih orang atau sekelompok orang. Pola pikir juga bisa dilihat sebagai insiden
pandangan dunia atau filosofi kehidupan seseorang. Pola pikir dapat begitu mantap sehingga
menciptakan insentif yang kuat di dalam orang-orang atau kelompok-kelompok ini untuk terus
mengadopsi atau menerima perilaku, pilihan, atau alat sebelumnya.
Kata kunci: pola pikir, kecerdasan, sifat, mindset tetap, mindset berkembang

Teori Post Modernisme


Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan
disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang
berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir
dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori
postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era
baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini
keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering
diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan
modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang
lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan
ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme. Gagasan inti: Modernisme telah mati

Teori Post Strukturalisme


Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori
poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme
berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi.
Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa
tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh
bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungn dengan pengetahuan. Ada
pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya
sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya. Gagasan inti: Diatas
struktur ada relasi kuasa

Teori Pranata Sosial


Pranata Sosial (social institution) merupakan sistem norma yang bertujuan untuk mengatur
tindakan maupun kegiatan anggota masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok
manusia. Menurut Harry M. Johnson, pranata sosial adalah seperangkat aturan yang telah
melembaga dan memenuhi kriteria sebagai berikut.
1.Diterima oleh sebagian anggota masyarakat.
2.Diterima dan ditanggapi secara konsekuen.
3.Diwajibkan dan terdapat sanksi bagi pelanggarnya.
Setiap pranata sosial diciptakan untuk mengatur dan membatasi tingkah laku anggota
masyarakat agar dapat tertib, aman dan damai. Tanpa pranata sosial manusia tidak dapat
melakukan aktivitas hidupnya. Hal ini disebabkan karena melalui pranata sosial tercipta
keamanan, ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat yang memudahkan anggotanya
melakukan berbagai aktifitas. Menurut Koentjaraningrat, pranata sosial mewujudkan aturan main
dalam kehidupan manusia.

Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia
sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat.
Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu
bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang
lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori
sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem,
dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang
membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem
ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem
ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada
dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas. Gagasan inti: Dunia berada
dalam sebuah kompleksitas sistem

Teori Sistem Sosial


Sistem social merupakan suatu sinergi antara berbagai subsistem social yang saling mengalami
ketergantungan dan keterkaitan. Adanya hubungan yang saling keterkaitan, interaksi dan saling
ketergantungan. Contoh keterkaitan antara Hukum, agama, Pendidikan, budaya, ekonomi, politik
social yang tak dapat dipisahkan dan saling berinteraksi
Menurut Talcott Parson, kehidupan masyarakat merupakan suatu sistem yang saling terkait yang
terdiri dari ada 4 subsistem, yaitu:
1. Sub-sistem ekonomi; berfungsi sebagai penyesuaian secara sistematis terhadap semua
proses kehidupan masyarakat (ekonomi,politik, sosial dan budaya)
2. Sub-sistem politik; berfungsi untuk mencapai tujuan yaitu mendorong masyarakat untuk
menghormati kaidah dan nilai-nilai hukum.
3. Sub-sistem sosial; berfungsi sebagai integrasi yaitu menciptakan hubungan yang serasi
antara proses hukum dengan sistem sosial masyarakat.
4. Sub-sistem budaya; berfungsi untuk mempertahankan pola perilaku dengan nilai-nilai
kehidupan masyarakat yang positif.

Teori Sosioekonomi
Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam
rangka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan (Richard G Lipsey dan Pete O Steiner,
1991:9). Tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri status sosial ekonomi seseorang
berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, pekerjaan, bahkan pendidikan. Menurut Polak
(Abdulsyani, 2007:91) status (kedudukan) memiliki dua aspek yaitu aspek yang pertama yaitu
aspek struktural, aspek struktural ini bersifat hierarkis yang artinya aspek ini secara relatif
mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya terhadap status-status lain, sedangkan aspek
status yang kedua yaitu aspek fungsional atau peranan sosial yang berkaitan dengan status-
status yang dimiliki seseorang. Kedudukan atau status berarti posisi atau tempat seseorang
dalam sebuah kelompok sosial. Makin tinggi kedudukan seseorang maka makin mudah pula
dalam memperoleh fasilitas yang diperlukan dan diinginkan.

Teori Strategi Sosial


Teori ini melihat hubungan antara perilaku dengan lingkungan hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal). Pada umumnya, hubungan sosial terdiri dari pada masyarakat, maka
kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan
tersebut, yang terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia layaknya sebuah transaksi ekonomi anda
mencoba untuk memaksimalkan manfaat dan memperkecil biaya. Sehingga perilaku sosial terdiri
atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi.

Teori Strukturalisme;
Menurut Karl Marx, teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam
memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat
mata yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya
struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada
pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan
nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi
linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan
struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan
sosial.

Teori Tekanan Sosial


Teori ini dikemukakan oleh Adam smith. Teori ini bertolak dari anggapan yang menyatakan
bahwa bahasa manusia muncul karena manusia primitif (hominoid) dihadapkan dengan
kebutuhan untuk saling memahami. Ketika mereka ingin mengungkapkan sesuatu, mereka
mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu. Tekanan sosial atau tekanan sejawat adalah dampak
langsung rekan-rekan sejawat terhadap seorang individu yang membuat mereka mengikuti rekan
mereka dengan mengubah perilaku, nilai, dan sikap, agar mereka dapat menyesuaikan diri
dengan kelompok atau individu yang mempengaruhi mereka. Tekanan ini berbeda dari tekanan
masyarakat pada umumnya karena dapat membuat seorang individu mengubah dirinya apabila
mereka merasa ditekan atau dipengaruhi oleh rekan atau kelompok sejawatnya. Kelompok-
kelompok sosial yang dapat mempengaruhi seorang individu dapat berupa "kelompok dengan
keanggotaan" yang diikuti oleh seseorang "secara resmi" (seperti partai politik atau serikat
dagang) atau sebuah clique yang tidak menetapkan keanggotaan secara jelas. Namun,
seseorang tetap dapat terkena dampak tekanan sejawat tanpa harus menjadi anggota atau ingin
menjadi anggota.

Teori Tindakan Sosial


Teori tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu yang mempunyai
makna bagi dirinya sendiri yang diarahkan pada orang lain. Tindakan individu yang diarahkan
pada benda mati, tidak disebut sebagai tindakan sosial, jadi objeknya haruslah orang dan orang
tersebut memberikan respon terhadap tindakan yang kita lakukan. Tindakan sosial dapat
diklasifikasikan menjadi rasional instrumental, rasional nilai, afektif, dan tradisional.

Teori Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu
tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), 45 biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau
menguntungkan. Teori ini dahulu digagaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.
Teori Utopianisme teknologi

Teori Utopianisme teknologi


(sering disebut techno-utopianisme atau technoutopianism) mengacu pada teori didasarkan
pada keyakinan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan
membawa utopia, atau setidaknya membantu untuk memenuhi satu atau lain yang ideal utopis.
Oleh karena itu masyarakat yang ideal hipotetis, di mana undang-undang, pemerintah, dan
kondisi sosial yang hanya beroperasi untuk kepentingan dan kesejahteraan semua warga
negaranya, diatur dalam, dekat-atau jauh-masa depan ketika maju ilmu pengetahuan dan
teknologi akan memungkinkan standar-standar hidup yang ideal untuk eksis, misalnya,
kelangkaan pos, transformasi di alam manusia, penghapusan penderitaan dan bahkan akhir
kematian.

Teori Konflik
Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan.
Masing-masing kelompok atau kelas memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan
kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif
terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang
mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan
potensi konflik interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya
konfliktual.

Teori pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini,dimana perilaku manusia
(aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia disambut
reaksi dari lingkungan yang kemudian mempengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi,
hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau
fisik dimana perilaku aktor eksis, mempengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa
positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa
depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah
perilakunya.

Teori Modernisme
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat
modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dankesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi
pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih
baik. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju
modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Modernisme membawa peradaban umat
manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era
’modernisme tingkat lanjut.

Teori konstruksi sosial


Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal
balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut
dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem
yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu
melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi
hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan
dan konsepsi manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan.
Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori
konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
Teori Fungsionalisme Struktural
Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah
keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya
berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari
sebuah sistem. Perlu digaris bawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati
’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan
organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya.Semua organ bekerja memenuhi
kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi,sistem sosial akan
kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.

Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan
menentukan tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur
tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada.
Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang
mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai.
Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi
linguistik.Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu
dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan
dari tindakan sosial.

Teori Psikososial
Teori psikososial menurut Erikson menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan manusia
lainnya dan lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi perkembangan psikososialnya.
Krisis yang dialami setiap individu akan mempengaruhi kondisi psikososialnya tergantung
penyelesaiannya: penyelesaian yang baik akan memberikan output yang baik, berlaku
sebaliknya.

Teori Konstruksi Sosial


Dalam teori konstruksi sosial dikatakan, bahwa manusia yang hidup dalam konteks sosial tertentu
melakukan proses interaksi secara simultan dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam
dimensi-dimensi dan realitas objektif yang dikonstruksi melalui momen eksternalisasi
dan objektivasi dan dimensi subjektif yang dibangun melalui momen internalisasi. Baik
momen eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi tersebut akan selalu berproses secara
dialektik dalam masyarakat. Dengan demikian, yang dimaksud dengan realitas sosial adalah
hasil dari sebuah konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.

Teori Stress
Lazarus Lazarus (1976)berpendapat Stress terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini berarti bahwa
kondisi Stress terjadi jika terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan konsekuensi
yang tidak menyenangkan bagi individu. Jadi Stress tidak hanya bergantung pada kondisi
eksternal melainkan juga tergantung mekanisme pengolahan kognitif terhadap kondisi yang
dihadapi individu bersangkutan. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam 2 bentuk,
yakni: 1) Tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan biologis. Berupa kebutuhan-kebutuhan,
nilai-nilai, dan kepuasan yang ada pada diri individu 2) Tuntutan eksternal yang muncul dalam
bentuk fisik dan sosial. Tuntutan eksternal dapat merefleksikan aspek-aspek yang berbeda dari
pekerjaan seseorang, seperti tugas-tugas yang diberikan dan bagaimana cara menyelesaikan
tugas tersebut, lingkungan fisik, lingkungan psikososial dan kegiatan-kegiatan di luar lingkungan
kerja.

Teori Kebutuhan Penghargaan dan Aktualisasi Diri


Teori kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang merupakan bagian dari teori hierarki
kebutuhan oleh Maslow menyatakanbahwaterdapatlimatingkatkebutuhandasar,yaitu: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang,
kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Teori Perubahan Sosial


Teori perubahan sosial menurut William F. Ogburn menyatakan bahwa perubahan sosial
menekankan pada kondisi teknologis yangmenyebabkanterjadinyaperubahanpadaaspek-
aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat Perubahan diperlukan karena kelompok sosial
tidak cocok lagi dengan situasi dan kondisi yang berlaku. Melalui interaksi, dengan manusia lain
dan lingkungan sekitarnya, manusia sadar dan menemukan sesuatu yang baru hingga harus
mengubah dan memperbarui hidupnya.Perubahan ini juga harus disesuaikan dengan
perkembangan pola pikir dan kemampuan yang dimilikinya. Masyarakat yang memiliki pola pikir
yang maju dan tingkat kemampuan yang tinggi cenderung ingin terus berkembang ke arah
yang lebih baik.

Teori peran
Teori peran menurut Kozier Barbara adalah tingkahlakuyangdiharapkandariseseorang sesuai
dengan kedudukan atau statusnya dalam situasi sosial tertentu. Peran akan menjadi bermakna
jika dikaitkan dengan orang lain atau kedudukan lain dan terdapat hubungan yang jelas antara
peran-peran tersebut.

Teori Pengambilan Keputusan


Menurut S.P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.

Anda mungkin juga menyukai