Anda di halaman 1dari 46

Kopling Tak Tetap dan Rem 58

BAB 3. KOPLING TAK TETAP DAN REM

Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dlam keadaan diam maupun
berputar.
Rem adalah alat untuk menghentikan putaran suatu poros dengan perantara gesekan.
Berbeda dengan kopling tak tetap yang membuat kedua poros berputar dengan kecepatan
sama, maka rem berfungsi untuk menghentikan poros atau benda yang sedang berputar.
Sering kali penghentian ini harus dilakukan dalam waktu singkat hingga berhenti sama
sekali, dengan cara yang aman. Kadang-kadang rem juga dipergunakan untuk mengatur
putaran suatu poros dengan mengurangi atau membatasi putaran.

3.1 Macam-macam Kopling Tak Tetap

Kopling tak tetap mencakup macam-macam berikut ini.

(1) Kopling Cakar


Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu
kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.

(2) Kopling Plat


Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan demikian
pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan dapat
dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip, maka kopling ini sekaligus juga dapat
berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual,
cara hidrolik dan cara maknetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek tersebut
bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan
minyak.

(3) Kopling Kerucut


Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut.

(4) Kopling Friwil


Kopling ini hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran, sehingga
putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah atau tidak diteruskan. Cara kerjanya
dapat berdasarkan atas efek baji dari bola atau rol.
Kopling Tak Tetap dan Rem 59

(5) Kopling Macam Lainnya


Termasuk dalam golongan ini adalah misalnya kopling fluida kering atau
kopling serbuk, yang meneruskan momen dengan perantaraan gaya sentrifugal pada
butiran-butiran baja di dalam suatu rumah dan kopling fluida bekerja atas dasar
gaya sentrifugal pada minyak pengisinya. Karena kopling tersebut tidak dapat
dilepaskan hubungannya pada waktu berputar, maka dapat digolongkan dalam
kopling tetap.

3.2 Kopling Cakar


Konstruksi kopling ini adalah yang paling sederhana dari antara kopling tak
tetap yang lain (Gambar 3.1). Kopling cakar dapat meneruskan momen dalam dua
arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar. Dengan
demikian tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tak tetap yang
sebenarnya. Sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar, tetapi hanya baik untuk satu arah putaran saja. Namun demikian, karena
timbulnya tumbukan yang besar jika dihubungkan dalam keadaan berputar, maka
cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros penggerak
mempunyai putaran kurang dari 50 rpm.

Gbr. 3.1 Dua macam kopling tak tetap

Jika daya yang akan diteruskan adalah P (kW) dan putaran poros adalah n1
(rpm), serta faktor koreksi fc dan bahan poros dipilih, maka diameter poros dapat
dihitung menurut tata cara Diagram 1. Sebuah alur pasak untuk menggeserkan cakar
tentu saja harus disediakan.
Diameter dalam D1 (mm), diameter luar D2 (mm) dan tinggi h (mm) dari cakar
untuk suatu diameter poros ds (mm) dapat ditentukan secara empiris (Gambar 3.2).

Gbr. 3.2 Lambang-lambang untuk kopling cakar


Kopling Tak Tetap dan Rem 60

D1 = 1,2ds + 10 (mm)
D2 = 2ds + 25 (mm)
(3.1)
h = 10,5ds + 8 (mm)

Momen puntir yang diteruskan adalah


T = 9,74 x 105 x fcP/n1 (kg.mm) (3.2)

dan jika gaya tangensial Ft (kg) bekerja pada jari-jari rata-rata rm (mm), maka
rm = (D1 + D2)/4
(3.3)
Ft = T/ rm (3.4)

Jika luas akar dari cakar adalah dari (/4)( D22 D12 ), maka tegangan geser
(kg/mm2) yang timbul pada cakar adalah
= (8/)Ft/( D22 D12 ) (3.5)

Momen lentur yang bekerja pada cakar adalah (Ft/n). h, jika Ft dikenakan pada
ujung cakar, dimana n adalah jumlah cakar.
Alas dari penampang cakar segi empat adalah ( D22 D12 )/2 dan tingginya
adalah [( D22 D12 )/4](/n), sehingga momen tahan lenturnya adalah
1 (D D1 ) (D1 D2 )
2

Z= 2 (3.6)
6 2 4n

Besarnya tegangan lentur b (kg/mm2) adalah


Fh
b = t (3.7)
nZ

Tegangan geser maksimum max (kg/mm2) adalah


max = ( 2
b )
+ 4 2 2 (3.8)

Jika harga ini lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka dapat diterima.
Tetapi jika lebih besar, maka D1, D2, h, dsb. harus disesuaikan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa menghubungkan dan melepaskan kopling
harus dilakukan dalam keadaan berhenti.
Kini akan dicoba membuat diagram aliran untuk suatu contoh perhitungan (lihat
Diagram 8).

[Contoh 3.1] Sebuah kopling cakar untuk putaran dua arah akan dihubungkan
dengan sebuah poros baja liat untuk meneruskan daya sebesar 1,5 kW pada 120
rpm. Tentukan diamaeter luar, diameter dalam dan tinggi cakar dengan mengambil
jumlah cakar 3 buah.
Kopling Tak Tetap dan Rem 61

8. Diagram aliran untuk merencanakan kopling cakar


Kopling Tak Tetap dan Rem 62

[Penyelesaian]
(1) P = 1,5 kW, n1 = 120 rpm
(2) Dengan menganggap kadar karbon poros liat sebesar
0,20 %, B = 40 kg/mm2
Ambil mis. Sf1 = 6, Sf2 = 2,5 (dengan alur pasak)
a = 40/96 x 2,5) = 2,67 kg/mm2
(3) fc = 1, Pd = P = 1,5 kW
T = 9,74 x 105 (1,5/120) = 12175 kg.mm
(4) Kt = 2,5, Cb = 1
ds = [(5,1/2,67) x 2,5 x 1 x 12175]1/3 = 38,7 mm 40 mm
(5) Dengan menganggap kadar karbon baja liat sebagai bahan cakar sebesar 0,25
%
B = 45 kg/mm2, Sf1 = 10, Sf2 = 5
a = 45/(10 x 5) = 0,9 kg/mm2
(6) D1 = 1,2 x 40 + 10 = 58 mm
D2 = 2 x 40 + 8 = 105 mm
h = 0,5 x 40 + 8 = 28 mm
(7) rm = (58 + 105)/4 = 41 mm
(8) Ft = 12175/41 = 297 kg
8 297
(9) = = 0,099 kg/mm2
( )
105 2 58 2
1 (105 58) (105 + 58)
2

(10) Z = = 7141 mm3


6 2 4x3
297 x 28
b = = 0,388 kg/mm2
3 x 7141
(11) max = 0,388 2 + 4 x 0,099 2 / 2 = 0,218 kg/mm2
(12) 0,218 kg/mm2 < 0,9 kg/mm2 , baik
(13) ds = 40 mm, D1 = 58 mm, D2 = 105 mm, h = 28 mm
Bahan cakar : baja liat (C = 0,25 %)

3.3 Kopling Plat


Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Konstruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan
berputar. Karena itu kopling ini sangat banyak dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak,
yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga dapat dibagi atas
kopling basah dan kering, serta atas dasar cara pelayanannya (manual, hidrolik,
pneumatic dan elektromagnitis). Macam mana yang akan dipilih tergantung pada
tujuan, kondisi kerja, lingkungan dan sebagainya.
Bentuk kopling plat yang paling sederhana diperlihatkan dalam gambar 3.4.
Badan A dipasang tetap pada poros sebelah kiri dan badan B dipasang pada poros di
Kopling Tak Tetap dan Rem 63

sebelah kanan serta dapat bergeser secara aksial pada poros tersebut sepanjang
pasak luncur. Bidang C pada badan B didorong ke badan A hingga terjadi penerusan
putaran dari poros penggerak di sebelah kiri ke poros yang digerakkan di sebelah
kanan. Pemutusan hubungan dapat dilakukan dengan meniadakan gaya dorong
hingga gesekan akan hilang.

Gbr. 3.3 Bagan kopling plat

Gbr. 3.4 Lambang-lambang untuk kopling plat (satu bidang gesek)

D1 adalah diameter dalam, dan D2 adalah diameter luar bidang gesek. Karena
bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai
pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka besarnya perbandingan
D1/D2 jarang lebih rendah dari 0,5.
Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak rata pada seluruh
permukaan tersebut ; makin jauh dari sumbu poros, tekananya semakin kecil. Jika
dalam gambar 3.4 besarnya tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p (kg/mm2)
maka besarnya gaya yang menimbulkan tekanan ini adalah

F=
4
(D 2
2 )
D12 p (3.9)
Jika koeffisien gesekan adalah dan seluruh gaya dianggap bekerja pada keliling
rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah
D + D2
T = F 1 (3.10)
4
Harga dan harga tekanan yang diizinkan pa (kg/mm2) diberikan dalam table 3.1.
Harga-harga koefisien gesek dalam table tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya
karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang
diizinkan yang dianggap baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula GD2 dari poros yang digerakkan yang harus
dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling harus
Kopling Tak Tetap dan Rem 64

dihitung dengan memperhatikan macam penggerak mula yang dipakai, variasi


beban, besarnya GD2 dan ada tidaknya tumbukan.

Tabel 3.1 Harga dan pa

Bahan permukaan kontak pa (kg/mm2)


Kering Dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,08-0,12 0,09-0,17
Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08
Besi cor dan asbes (ditenun) 0,35-0,65 - 0,007-0,07
Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03
Besi cor dan kayu - 0,10-0,35 0,02-0,03

Kerja penghubungan yang diizinkan dibatasi menurut banyaknya penghubungan


dalam suatu jangka waktu tertentu. Kenaikan temperature juga dibatasi. Umur plat
gesek juga harus dihitung.
Sekalipun untuk kopling plat yang sederhana, sebanyak mungkin segi yang
penting harus diperlihatkan, agar kopling dapat bekerja dengan halus dan aman,
karena kopling adalah suatu bagian yang penting. Suatu contoh perhitungan
sederhana akan diberikan di bawah ini tanpa suatu diagram.

[Contoh 3.2] Rencanakan sebuah kopling plat tunggal untuk meneruskan daya
sebesar 7,5 kW pada 100 rpm. Anggaplah besarnya perbandingan diameter D1/D2 =
0,8 koefisien gesekan = 0,2 dan tekanan yang diizinkan pada bidanfg gesek pa =
0,02 kg/mm2.
[Penyelesaian]
(1) P = 7,5 kW, n1 = 100 rpm
(2) Dengan menganggap daya nominal motor sebesar 7,5 kW, fc = 1,0
(3) Pd = 1 x 7,5 = 7,5 kW
(4) T = 9,74 x 105 x 7,5/100 = 73050 kg.mm
(5) F = (/4)( D22 - D12 )pa = (/4)(1 0,82) D22 x 0,02 = 0.00565 D22
(6) rm = (D1 + D2)/4 = (0,8 + 1)D2/4 = 0,45D2
(7) T = F.rm = 0,2 x 0,00565 D22 x 0,45D2 = 0,0005085 D23 = 508,5 x 10-6 D23
(8) 73050 = 508,5 x 10-6 D23
73050
D2 = 3 = 523,7 mm 530 mm
508,5 x 10 6
(9) D2 = 530 mm
D1 = 0,8 x 530 = 424 mm

Dalam contoh ini, ukuran kopling hanya ditentukan dari perhitungan momen
saja. Tetapi dalam praktek karena percepatan dll. Turut menentukan, maka
perhitungan seperti di atas tidak cukup. Di bawah ini akan diberikan cara yang lebih
lengkap.
Kopling Tak Tetap dan Rem 65

1) Mula-mula ditentukan cara pelayanan pada mesin yang akan dipakai seperti :
manual atau otomatik, langsung atau jarak jauh serta macam pelayanan seperti :
manual, hidrolik, pneumatic atau magnetic. (gamabr 3.5(a), (b), (c).
2) Tentukan macam kopling menurut besarnya momen yang akan diteruskan
plat tunggal atau banyak.
3) Pertimbangan macam dan karakteristik momen dari penggerak mula. Jika
variasi momennya besar, suatu kopling kering dapat dipakai dengan plat luar
macam roda gigi atau kopling basah tanpa bentuk plat luar yang demikian. Jika
kopling akan dikenai beban tumbukan berat ada baiknya dipakai kopling pneumatic.

Gbr. 3.5 Penggolongan kopling menurut cara kerjanya.

4) Untuk jangka waktu penghubungan sebesar 0,2 sampai 1 detik (s), kopling
macam apa saja dapat dipakai. Namun untuk 0,2 (s) atau kurang, kopling basah
hanya dapat dipakai untuk kapasitas kecil. Terutama kopling dengan pelayanan
hidrolik harus dihindari karena kerjanya lebih lambat dari pada yang lain.
Kopling Tak Tetap dan Rem 66

5) Untuk jumlah penghubungan kurang dari 20 kali/menit, semua macam dapat


dipakai, tetapi untuk lebih dari 20 kali/menit, kopling basah tidak cocok.
6) Jika lingkungan kerja tidak baik, pakailah kopling basah dan jika pemakaian
kopling kering tak dapat dihindari, pasanglah kopling tersebut di dalam kotak yang
tertutup rapat dan kedap.
7) Untuk penempatan yang menyulitkan pemeriksaan dan pemeliharaan, lebih
cocok jika dipakai cara pelayanan hidrolik, pneumatic atau elektro magnetic.
8) Jika diingini umur yang panjang, pemakaian kopling basah sangat sesuai.
Dari petunjuk-petunjuk di atas dapat dibuat suatu diagram pemilihan kopling
plat (diagram 9), dengan rumus-rumus untuk perhitungan seperti diberikan di bawah
ini. Lambang-lambang untuk rumus-rumus tersebut dapat dilihat di dalam diagram.
Rumus-rumus tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima : 1. Momen puntir, 2.
Kerja penghubungan, 3. Jangka waktu kerja, 4. Perhitungan panas dan 5. Umur plat
gesek.
(1) Momen Puntir
i) Momen yang dihitung dari daya mula. Jika daya penggerak mula adalah P
(kW), factor koreksi fc, dan putaran poros kopling n1 (rpm) maka momen puntir T
(kg.m) pada poros kopling adalah
f P
T = 974 c (3.11)
n1
Jika P adalah daya nominal motor, fc = 1 dapat dipandang karena sudah
mencakup beberapa tambahan.
ii) Momen yang dihitung dari beban. Jika gaya yang ditimbulkan oleh beban
adalah F (kg), kecepatan beban adalah V (m/min), putaran poros kopling adalah n1
(rpm) dan efisiensi mekanis adalah , maka beban Tl (kg.m) dapat dinyatakan oleh
FV
Tl = 974 (3.12)
6120.n1 .
Momen ini mencakup dua macam beban : pertama, beban berat sejak dari
permulaan seperti pada konveyor dan kedua, beban ringan pada permulaan seperti
pada pemutaran cekam mesin bubut bersama benda kerjanya dan kemudian beban
penuh setelah pemotongan oleh pahat bubut dimulai.
Jika beban berat sudak bekerja permulaan dan harganya tidak diketahui, maka
momen T (kg.m) yang dihitung dari daya motor nominal dapat dipakai secara
efektif. Jika momen start adalah Tl1 (kg.m), maka
Tl1 T
Momen maksimum pada kecepatan penuh kemudian dapat dianggap Tl2 (kg.m).
Jika efek total gaya terhadap poros kopling adalah GD2 (kg.m2), kecepatan
relative adalah nr = n1 n2 (rpm), dimana beban berputar dengan n2 (rpm) dan
jangka waktu penghubungan (dari saat kopling dihubungkan hingga kedua poros
mencapai putaran yang sama) adalah ta (s), maka persamaan gerak dari seluruh
benda yang berputar adalah
GD 2 f 0
T = J = (3.14)
4g ta
Kopling Tak Tetap dan Rem 67

9. Diagram aliran untuk memilih kopling electro magnit


Kopling Tak Tetap dan Rem 68
Kopling Tak Tetap dan Rem 69

dimana T = momen dari dari luar (kg.m), J = momen inersia (kg.m.s2), g = 9,8
(m/s2), 0 = kecepatan sudut awal (rad/s).
Jika momen percepatan yang diperlukan untuk mencapai jangka waktu
penghubungan yang direncanakan te (s) adalah Ta (kg.m), maka karena momen luar
T = Ta Tl1

GD 2 2m1 2n2 1 GD 2 (n1 n2 )


Ta Tl1 = = (3.15)
4 x 9,8 60 60 t e 375t e
GD nr
2
Ta = + Tl1 (3.16)
375t e

Bila GD2 dan momen beban adalah kecil pada penghubungan dan momen beban
berat dikenakan setelah terjadi hubungan serta jika momen beban maksimum adalah
Tl2 dimana
GD 2 nr 1
Ta = + Tl1 < Tl 2 (3.17)
375t e 2

Maka kopling dapat dianggap bekerja dengan momen gesekan statis. Dalam
keadaan demikian, pilihlah kopling dengan Ts0 sebagai kapasitas momen gesekan
statis dalam daerah berikut :
Ts0 > Tl2 . f (3.18)

Sebaliknya, meskipun beban berat dikenakan kemudian jika


GD 2 nr 1
Ta = + Tl1 > Tl 2 (3.19
375t e 2

dan bila momen beban berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling
dengan Td0 sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut :
Td0 > Ta . f (3.30)

Untuk kopling elektromagnit plat tungga kering (Gambar 3.6) momen gesekan
statisnya diberikan dalam table 3.2 dan momen gesekan dinamisnya dalam gambar
3.7. Faktor f diberikan dalam table 3.3.

(2) Kerja Penghubungan


Setelah pemilihan kapasitas momen, perlu dibahas panas gesekan atau kerja
penghubungan oleh slip pada waktu berlangsung proses penghubungan. Untuk
kopling dengan kapasitas momen yang dipilih, kerja penghubungan yang diizinkan
diberikan menurut jumlah penghubungan dalam jangka waktu tertentu. Jika kerja
untuk sekali penghubungan lebih kecil daripada kerja penghubungan yang
diizinkan, maka dapat diterima.
Kopling Tak Tetap dan Rem 70

i) Pada waktu percepatan. Sekarang akan dicari kerja yang dilakukan bila beban
yang telah berputar dengan putaran n2 (rpm) dipercepat menjadi n1 (rpm) setelah
dihubungkan dengan poros penggerak yang mempunyai putaran n1 (rpm) dalam
arah yang sama. Kerja untuk satu kali hubungan dapat dinyatakan dengan satuan
(kg.m/hb).

Gbr. 3.6 Kopling elektromagnit dengan plat tungga kering

Tabel 3.2 Contoh momen puntir gesek statis untuk kopling elektromagnit plat tunggal
kering (gambar 3.6)

Kerja yang dilakukan dalam jangka waktu penghubungan yang sesungguhnya tae
(s) dari percepatan sudut 2 (rad/s) menjadi 1 (rad/s) dengan kapasitas momen Td0
(kg.m) adalah perkalian antara sudut yang ditempuh oleh putaran poros dalam
jangka waktu tae sebesar (1 - 2)/2 kali tae dengan Td0 . Jadi
2 2m1 2n2 t ae Td 0 nr
E = Td 0 1 t ae = t d 0 = t ae (3.21)
2 60 60 2 19,1
Karena Ta dalam persamaan (3.16) menjadi Td0, maka
GD 2 2
t ae = (n1 n2 ) = GD . nr (3.22)
Td 0 Tl1 19,6 x 60 375(Td 0 Tl1 )
Dari kedua persamaan di atas,
Kopling Tak Tetap dan Rem 71

Gbr. 3.7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis terhadap putaran relative dari kopling
elektromagnit dengan plat tunggal kering (Gbr. 3.6).

Tabel 3.3 Faktor keaman untuk memilih kopling tak tetap

Watak pembebanan Macam penggerak mula


(frekwensi penghubungan,
Macam mesin
inersia, variasi beban, Motor listrik Motor bensin Motor Diesel 4-6
tumbukan) Turbin 4 -6 silinder silinder. Motor
bensin 1-2 silinder
Frekwensi dan inersia Blower, kipas
rendah, bebas variasi 1,5 1,7 2,1 angin, mesin
beban. kantor.

Frekwensi dan inersia Mesin perkakas


rendah. 1,7 2,0 2,4 kecil, mesin pintal,
pompa kecil
kecepatan tinggi,
mesin kayu kecil.
Frekwensi rendah Mesin perkakas
2,0 2,3 2,8 besar, pres kecil,
pengerek, mesin
pintal, pompa kecil,
kompresor.
Variasi beban besar, inersia Pres sedang, kran,
besar. 2,4 2,8 3,4 pengaduk, mesin
tap, penumbuk.
Beban tumbukan,beban Rolling mill berat,
berat. 3,4 4,0 4,7 pres besar, mesin
serut, mesin tusuk
gerigi.
Kopling Tak Tetap dan Rem 72

Td 0 nr GD 2 nr
E=
19,1 375(Td 0 Tl1 )
GD 2 n Td 0
E= (kg.m/hb) (3.23)
7160 Td 0 Tl1

Bila beban dalam keadaan diam, maka nr = n1


ii) Jika sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak.
Jika jangka waktu yang diperlukan untuk perlambatan dari n2 (rpm) menjadi nol
adalah t1 (s) dan jangka waktu untuk percepatan dari nol menjadi n1 (rpm) adalah t2
(s), maka persamaan gerak dari benda yang berputar adalah
GD 2 (0 0 )
(Td 0 Tl1 ) = (3.24)
4g tl
GD 2 (1 0)
(Td 0 Tl1 ) = (3.25)
4g tl

Maka,
GD 2 n2 GD 2 . nr
tl = ; t2 = (3.26)
375(Td 0 + Tl1 ) 375(Td 0 Tl1 )

Besar sudut yang ditempuh adalah ((2/2)t1 + 1t1 + (1/2)t2 , sehingga


2 1 Td 0 (2n1 + n2 )n2 Td 0 n12
E = Td 0 t1 + 1t1 + t2 = +
2 2 7160(Td 0 + Tl1 ) 7160(Td 0 Tl1 )
Td 0 (2 1 + n 2 )n 2 n12
E= + (3.27)
7160 Td 0 + Tl1 Td 0 Tl1

Jika kerja penghubungan yang diizinkan adalah Ea (kg.m/hb), maka haruslah


E Ea (3.28)
Jumlah penghubungan terhadap kerja penghubungan yang diizinkan untuk
kopling elektromagnit plat tunggal kering diperlihatkan dalam gamabr 3.8.

(3) Waktu Pelayanan dan Penghubungan (Waktu Kerja)


Pada permulaan perhitungan, momen percepatan yang diperlukan untuk
memenuhi waktu penghubungan te yang direncanakan dicari lebih dahulu dan
momen puntir serta nomor kopling ditentukan. Kemudian momen percepatan oleh
kopling dan waktu penghubungan yang sesungguhnya tae dapat dihitung. Karena Td0
menjadi lebih besar maka tae menjadi lebih kecil dari pada te . Meskipun demikian
perlu diperiksa untuk menyakinkannya.
Rumus yang diperoleh dalam (2) dapat disusun sebagai berikut.
i) Pada percepatan
GD 2 n2
t ae = (3.29)
375(Td 0 + Tl1 )
Kopling Tak Tetap dan Rem 73

Gbr. 3.8 Kerja penghubungan yang diperoleh untuk kopling elektromagnit dengan plat tunggal
kering (Gbr. 3.6)

ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak
GD 2 n2 n1
t ae = + (3.30)
375 Td 0 + Tl1 Td 0 + Tl1
Waktu yang diambil sejak dari permulaan pelayanan hingga tercapai hubungan
adalah waktu penghubungan yang sesungguhnya tae seperti tersebut di atas
ditambah waktu to yang diambil sejak operator memulai pelayanan sampai saat
mulai bekerja pada badan kopling. Waktu to mencakup semua waktu di dalam
pelayanan yang tergantung pada macam kopling dan perbedaan diantara operator
dalam hal kopling manual. Besarnya waktu tersebut adalah penting, meskipun
harganya tidak tetap.

(4) Perhitungan Panas


Kerja penghubungan pada kopling akan menimbulkan panas karena gesekan
hingga temperature akan naik. Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik
sampai 200C dalam sesaat. Tetapi untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar
suhunya tidak lebih tinggi dari pada 80C.
Jika kerja penghubungan untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada kerja penghubungan yang diizinkan, pada dasarnya temperature tidak
diperlukan lagi.

(5) Umur Plat Gesek


Umur plat gesek kopling kering adalah lebih rendah daripada kurang lebih
sepersepuluh umur kopling basah. Karena laju keausan plat gesek sangat tergantung
Kopling Tak Tetap dan Rem 74

pada macam bahan geseknya, tekanan kontak, kecepatan keliling, temperatur, dll.,
maka agak sukar untuk menentukan umur secara teliti. Sekalipun demikian, taksiran
kasar dapat diperoleh dari rumus berikut ini.
L3
N mL = (3.31)
Ew

dimana E = kerja penghubungan untuk satu kali hubungan (kg.m/hb), w = laju


keausan permukaan bidang gesek (cm2/(kg.m)) (table 3.4) dan L3 = volume keausan
yang diizinkan dari plat gesek (cm3) (table 3.5).

Tabel 3.4 Laju keausan permukaan plar gesek

Bahan permukaan w [cm3/(kg.m)]

Paduan tembaga sinter (3-6) x 10-7


Paduan sinter besi (4-8) x 10-7
Setengah logam (5-10) x 10-7
Damar cetak (6-12) x 10-7

Tabel 3.5 Batas keausan rem dan kopling elektromagnit plat tunggal kering

Nomor kopling/rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Batas keausan
permukaan (mm) 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5

Volume total pada


batas keausan (cm3) 7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210

[Contoh 3.3] Sebuah mesin yang memberikan beban penuh sejak dari awal,
digerakkan oleh sebuah motor dengan daya nominal sebesar P = 1 PS dengan
putaran poros motor n1 = 1450 rpm dan putaran poros kopling sebesar 600 rpm.
Dimisalkan efek roda gaya terhadap poros kopling GD2 = 3,0 kg.m2 dan frekwensi
penghubungan N = 6 hb/min. Pilihlah sebuah kopling plat tunggal kering yang
cocok untuk poros ini. Taksirlah juga umur plat geseknya, jika kopling dianggap
bekerja 6 jam sehari.

[Penyelesaian]
(1) P = 1,0 PS = 0,735 kW ; nM = 1450 rpm, n1 600 rpm
(2) fc = 1
(3) Pd = 1 x 0,735 = 0,735 kW
(4) T1 = 974 x 0,735/1450 = 0,494 kg.m
T2 = 974 x 0,735/600 = 1,19 kg.m
(5) Tl1 = T2 = 1,19 kg.m = Tl2
(6) GD2 = 3 kg.m2, nr = 600 0 = 600 rpm
Kopling Tak Tetap dan Rem 75

(7) te = 0,3 (s), f = 1,7


3 x 600
(8) Ta = + 1,19 = 17,19 kg.m
375 x 0,3
Ta . f = 17,19 x 1,7 = 29,2 kg.m
(9) Kopling plat tunggal kering dengan pelayanan elektromagnetik (untuk
pengendalian otomatik)
# 40, Td0 = 32 kg.m > 29,2 kg.m
(10) # 40, 6 (hb/min) = 360 (hb/h) Ea = 200 kg.m
3 x 600 2 32
(11) E = = 156,7 kg.m
7160 32 1,19
(12) E/Ea m= 156,7/200 = 0,784 < 1, baik
3 x 600
(13) t ae = = 0,156 (s)
375(32 1,19)
(14) 0,156 (s) < 0,3 (s), baik
(15) L3 = 91 cm3
Jika dammar cetak dipilih sebagai bahan gesek, w = 8 x 10-7 (cm3/kg.m)
91
(16) N mL = = 7,26 x 105 = 726000 hb
156,7 x 8 x 10 7
(17) 6 x 60 x 6 = 2160 hb/hari
Dengan 300 hari tiap tahun, 2160 x 300 = 648000 hb
NmL = 726000/648000 = 1,12 tahun kurang lebih setahun.
(18) Kopling plat tunggal kering elektromagnetik, No. 40. Plat gesek harus diganti
tiap tahun.
(Catatan) : Dalam hal rem cakera yang mirip dengan kopling plat, dipergunakan
konsep yang sama seperti pada penurunan persamaan (3.24), dimana Tl1
ditambahkan pada Td0 . Rumus-rumus momen, kerja penghubungan dan waktu
penghubungan dan pelayanan, yang diperlukan untuk penurunan adalah rumus-
rumus kopling dengan tanda Tl1 yang dibalik.

3.4 Kopling Kerucut


Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhana dan
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan
momen yang besar (Gambar 3.9). Kopling macam ini dahulu banyak dipakai, tetapi
sekarang tidak lagi karena daya yang diteruskan tidak seragam. Meskipun demikian
dalam keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki dan ada kemungkinan terkena
minyak, kopling kerucut sering lebih menguntungkan.

Gbr. 3.9 Kopling kerucut


Kopling Tak Tetap dan Rem 76

Jika daya yang diteruskan dan putaran poros kopling diberikan, maka daya
rencana dan momen rencana dihitung dengan menggunakan faktor koreksi.
Misalkan momen dikenakan pada diameter rata-rata Dm (mm) dari permukaan
kopling. Sudut kerucut tidak boleh lebih kecil dari 8 derajat dan lebih besar dari
15 derajat.
Jika gaya tekan normal pada permukaan kontak adalah Q (kg), maka
T = Q x (Dm/2) (3.32)

Sehingga
Q = 2T/(Dm) (3.33)

Jika tekanan kontak yang diizinkan adalah pa (kg/mm2) (Tabel 3.1), maka
permukaan kontak yang diperlukan A (mm2) adalah
A = Q/pa (3.34)

Lebar yang diperlukan b (mm) adalah


b = A/(Dm) (3.35)

Gaya dorong aksial F (kg) adalah sama dengan jumlah dari komponen
horizontal dari gaya tekan normal Q (kg) dan komponen horizontal tahanan gesek
yang ditimbulkan oleh gaya Q seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.10.
Tata cara perhitungan kopling kerucut diberikan dalam Diagram 10 sesuai
dengan contoh perhitungan di bawah ini.

Gbr. 3.10 Hubungan antara gaya-gaya dalam kopling kerucut

[Contoh 3.4] Rencanakan sebuah kopling kerucut untuk meneruskan daya sebesar
37 kW pada 1440 rpm dengan gaya dorong kurang dari 350 kg serta diameter luar
tidak lebih dari 250 mm.
Jika permukaan gesek terdiri atas baja dan besi cor, sudut kerucut antara 10 dan
15 derajat, koefisien gesek adalah 0,3 dan tekanan yang diizinkan adalah 0,03
kg/mm2, berapakah besarnya jari-jari kerucut, sudut kerucut, lebar kerucut dan gaya
dorong ?

[Penyelesaian]
(1) P = 37 kW, n1 = 1440 rpm, F0 = 350 kg
Kopling Tak Tetap dan Rem 77

10. Diagram aliran untuk merencanakan kopling kerucut


Kopling Tak Tetap dan Rem 78

(2) fc = 1,0 (untuk daya nominal motor)


(3) Pd = 1 x 37 = 37 kW
(4) T = 9,74 x 105 x 37/1440 = 25000 kg.mm
(5) Dm = 240 mm
= 15 , = 0,3, pa = 0,03 kg/mm2
(6) Q = 2 x 25000/(0,3 x 240) = 695 kg
(7) A = 695/0,025 = 27800 mm2
b = 27800/( x 240) = 37 mm 40 mm
(8) F = 695 (sin 15 + 0,3 cos 15) = 695 (0,259 + 0,3 x 0,966) = 375 kg
(9) 375 < 350, tidak baik
(5) = 12
(8) F = 695 (sin 12 + 0,3 cos 12) = 695 (0,208 + 0,3 x 0,978) = 348 kg
(9) 348 < 350, baik
(10) = 12
Permukaan gesek : baja dan besi cor
Diameter rata-rata 240 mm x lebar kontak 40 mm

3.5 Kopling Friwil


dalam permesinan sering kali diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan dari poros yang digerakkan. Kopling friwil adalah kopling yang
dikembangkan untuk maksud tersebut.
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.11(a), bola-bola atau rol-rol dipasang
dalam ruangan yang bentuknya sedemikian rupa hingga jika poros penggerak
(bagian dalam) berputar searah jarum jam, maka gesekan yang timbul akan
menyebabkan rol atau bola terjepit di antara poros penggerak dan cincin luar,
sehingga cincin luar bersama poros yang digerakkan akan berputar meneruskan
daya.

Gbr. 3.11 Kopling friwil


Kopling Tak Tetap dan Rem 79

Jika poros penggerak berputar berlawanan arah jarum jam atau jika poros yang
digerakkan berputar lebih cepat dari pada poros penggerak, maka bola atau rol akan
lepas dari jepitan hingga tidak terjadi penerusan momen lagi. Kopling ini sangat
banyak gunanya dalam otomatisasi mekanis.
Suatu bentuk lain dari kopling semacam ini, menggunakan bentuk kam (nok)
sebagai pengganti bola atau rol dan disebut kopling kam (Gambar 3.11(b)).

3.6 Klasifikasi Rem


Fungsi utama rem adalah menghentikan putaran poros, mengatur putaran poros
dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki, seperti telah dikemukakan di
muka. Efek pengereman secara mekanis diperoleh dengan gesekan dan secara listrik
dengan serbuk magnit, arus pusar, fasa yang dibalik, arus searah yang dibalik atau
penukaran kutup, dll.
Rem gesekan dapat diklasifikasikan lebih lanjut atas :
(a) Rem blok, yang dapat dibagi atas rem blok tunggal dan ganda
(b) Rem drum
(c) Rem Cakram
(d) Rem pita
dan beberapa macam lain yang kurang penting.

3.7 Rem Blok Tunggal


Rem blok tunggal yang paling sederhana terdiri dari satu blok rem yang ditekan
terhadap drum rem, seperti diperlihatkan dalam gambar 3.12. Biasanya pada blok
rem tersebut pada permukaan geseknya dipasang lapisan rem atau bahan gesek yang
dapat diganti bila telah aus. Dalam gambar 3.13(a), jika gaya tekan blok terhadap
drum adalah Q (kg), koefisien gesek adalah dan gaya yang ditimbulkan pada rem
adalah f (kg), maka
f = /Q (3.36)
Momen T yang diserap oleh drum rem adalah
T = f . (D/2) atau T = Q . (D/2) (3.37)
Jika panjang tuas rem adalah l1, jarak engsel tuas garis kerja Q adalah l2, dan
gaya yang diberikan kepada tuas adalah F, dan jika garis kerja gaya f melalui engsel
tuas, maka dari keseimbangan momen,

Gbr. 3.12 Rem blok tunggal


Kopling Tak Tetap dan Rem 80

Gbr. 3.13 Macam-macam rem blok tunggal

Ql2 Fl1 = 0
l fl
F =Q 2 = 2 (3.38)
l1 l1

Dalam hal pelayanan manual, besarnya gaya F kurang lebih 15 sampai 20 (kg).
Gaya tekan pada blok rem dapat diperbesar dengan memperpanjang l1.
Suatu hal yang kurang menguntungkan pada rem blok tunggal adalah gaya tekan
yang bekerja dalam satu arah saja pada drum, sehingga pada poros timbul momen
lentur serta gaya tambahan pada bantalan yang tidak dikehendaki. Demikian pula
untuk pelayanan manual jika diperlukan gaya pengereman yang besar, tuas perlu
dibuat sangat panjang sehingga kurang ringkas. Karena alasan-alasan inilah rem
blok tunggal tidak banyak dipakai pada mesin-mesin yang memerlukan momen
pengereman yang besar.
Jika engsel tuas terletak di luar garis kerja gaya f, maka persamaan di atas
menjadi agak berbeda. Dalam hal ini engsel digeser mendekati sumbu poros sejauh
c seperti dalam gambar 3.13(b), maka untuk putaran searah jarum jam, persamaan
keseimbangan momen pada tuas berbentuk sebagai berikut :
Ql2 Fl1 + fc = 0
( f )l 2 + f c l + c
F= = f 2 (3.39)
l1 l1

Untuk putaran berlawanan dengan jarum jam,


l c
F= f 2 (3.40)
l1

Bila engsel menjauhi garis kerja gaya f dengan jarak c dalam arah menjauhi
sumbu poros, maka untuk arah putaran sesuai dengan jarum jam,
l c
F= f 2 (3.41)
l1
Untuk putaran berlawanan dengan jarum jam,
Kopling Tak Tetap dan Rem 81

l 2 + c
F= f (3.42)
l1
Dari hasil-hasil di atas dapat dilihat bahwa mendapatkan gaya pengereman yang
sama, besarnya gaya F berbeda dan tergantung pada arah putaran. Perlu diketahui
pula, bahwa untuk putaran searah jarum jam pada (b), bila rem bekerja, bl;ok rem
akan tertarik kearah drum, sehingga dapat terjadi gigitan secara tiba-tiba.
Dalam perencanaan rem, persyaratan terpenting yang harus dipenuhi adalah
besarnya momen pengereman yang harus sesuai dengan yang diperlukan. Di
samping itu, besarnya energi yang di rubah menjadi panas harus pula diperhatikan,
terutama dalam hubungannya dengan bahan gesek yang dipakai. Pemanasan yang
berlebihan bukan hanya akan merusak bahan lapisan rem tetapi juga akan
menurunkan koefisien gesekannya.
Jika gaya tekan rem per satuan luas adalah p (kg/mm2) dan kecepatan keliling
drum rem adalah (m/s), maka kerja gesekan per satuan permukaan gesek per
satuan waktu, dapat dinyatakan dengan p (kg.m/(mm2.s)). Besaran ini disebut
kapasitas rem. Bila suatu rem terus-menerus bekerja, jumlah panas yang timbul
pada setiap 1 (mm2) permukaan gesek per detik adalah sebanding dengan besarnya
p/860 (Kcal/(mm2.s)). Bila besarnya p pada suatu rem lebih kecil daripada
harga batasnya, maka pemancaran panas akan berlangsung dengan mudah dan
sebaliknya akan terjadi bila harga tersebut melebihi batas yang dapat
mengakibatkan rusaknya permukaan gesek.
Harga batas yang tepat dari p tergantung pada macam dan konstruksi rem
serta bahan lapisannya. namun demikian pada umumnya kondisi kerja juga
mempunyai pengaruh seperti berikut :
0,1 [kg.m/(mm2.s)] atau kurang, untuk pemakaian jarang dengan pendinginan
radiasi biasa,
0,06 [kg.m/(mm2.s)] atau kurang, untuk pemakaian terus-menerus,
0,3 [kg.m/(mm2.s)] atau kurang, jika radiasi panas sangat baik.
Drum rem biasanya dibuat dari besi cor atau baja cor. Blok rem merupakan
bagian yang penting. Dahulu biasanya dipakai besi cor, baja liat, perunggu,
kuningan, tenunan asbes, pasta asbes, serat, kulit, dll., untuk bahan gesek, tetapi
akhir-akhir ini banyak dikembangkan bahan gesek dari dammar, serbuk logam dan
keramik. Bahan yang menggunakan tenunan atau tenunan istimewa terdiri dari
tenunan asbes sebagai kerangka dengan plastic cair atai minyak kering yang diserap
sebagai perekat dan dikeraskan dengan cetak panas atau perlakuan panas. Damar
cetak dan setengah logam umumnya hanya berbeda dalam hal kadar serbuk
logamnya. Keduanya dibuat dengan mencampurkan serat pendek dari asbes, plastic
serbuk dan bahan tambahan berbentuk serbuk, kemudian dibentuk. Cara ini
mempunyai keuntungan karena susunannya dapat dirubah sesuai dengan keperluan.
Bahan gesek logam, logam keramik dan keramik tidak mengandung asbes sama
sekali. Cara membuatnaya adalah dengan mengepres dan membentuk satu macam
atau lebih serbuk logam atau serbuk keramik dan mengeraskannya pada temperatur
di bawah titik cair bahan yang bersangkutan.
Bahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan dan dapat
mengerem dengan halus. Disamping itu juga harus mempunyai koefisien gesek
Kopling Tak Tetap dan Rem 82

yang tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan drum dan dapat
menyerap getaran. Karakteristik gesekan dari beberapa macam bahan gesekl
diperlihatkan dalam gambar 3.14.

1: Damar cetak A ( tinggi)


2: Setengah logam ( sedang)
3: Logam ( rendah
4: Tenunan (tekstil) khusus
5: Damar cetak B ( rendah)
6: Karet cetak

Gbr. 3.14 Karakteristik gesekan yang tergantung Gbr. 3.15 Blok rem
pada bahan gesek.

Dari gambar 3.15, tekanan kontak p (kg/mm2) dari permukaan blok rem adalah
p = Q/(bh) (3.43)
Daerah tekanan yang diizinkan p (kg/mm2) untuk bahan-bahan yang bersangkutan
diperlihatkan dalam table 3.6. Sudut kontak dapat diambil diantara 50 sampai 70
derajat, Jarak diameter drum adalah D (mm), maka
h D sin (/2) (3.44)
Pada rem dengan sudut besar, tekanan sebuah blok pada permukaan drum tak
dapat terbagi secara merata. Namun demikian harga p dalam persamaan (3.43)
dapat diambil sebagai harga rata-rata untuk sementara. Dari tekanan kontak rencana
yang diberikan pd ditentukan ukuran rem, dan kemudian dihitung tekanan kontak
yang sesungguhnya.
Dalam Diagram 11, diperlihatkan contoh tata cara perencanaan rem blok
tunggal.
Tabel 3.6 Koefisien gesek dan tekanan rem
Kopling Tak Tetap dan Rem 83

11. Diagram aliran untuk merencanakan rem blok tunggal


Kopling Tak Tetap dan Rem 84

[Contoh 3.5] Sebuah drum rem dengan diameter 300 mm dipasang pada sebuah
poros yang mempunyai putaran sebesar 250 rpm dengan daya 1,6 kW. Ukuran yang
diberikan terdapat dalam gambar 3.16. Berapakah panjang tuas yang diperlukan
untuk menghentikan putaran poros dengan gaya 20 kg pada ujungnya ? Berapakah
ukuran blok rem untuk menjamin keamanan terhadap panas ? Bahan gesek adalah
asbes (pasta) dan panjang tuas tidak lebih dari 1 meter.

Gbr. 3.16 Contoh 3.5 untuk rem blok


[Penyelesaian]
(1) P = 1,6 kW ; n1 = 250 rpm, radiasi biasa, perbandingan alamiah
(2) fc = 1,2
(3) Pd = 1,6 x 1,2 = 1,92 kW 2 kW dianggap sebagai daya motor nominal
(4) T = 9,74 x 105 x 2/250 = 7792 kg.m
(5) Asbes (pasta) ; bahan drum : besi cor, = 0,3
(6) 7792 = 0,3Q x (300/2), Q = 173 kg
(7) f = 0,3 x 173 = 51,9 kg
(8) F = 20 kg
51,9 100 + 0,3 x 30
(9) 20 = , l1 = 943 950 mm
0,3 l1
(10) 950 mm < 1000 mm, baik
(11) Misalkan tekanan kontak rencana dari asbes pasta pd = 0,03 kg/mm2 dan sudut
kontak 50
(12) 0,03 = 173/bh, bh = 5767 mm2
h = 300 sin (50/2) =127 mm
b = 5767/127 = 45,4 mm 50 mm
(13) p = 173/(127 x 50) = 0,027 kg/mm2
(14) 0,003 < 0,027 < 0,18, baik
(15) Diameter keliling drum rem D (mm)
(16) Kecepatan keliling drum rem
Dn1 x 300 x 250
= = = 3,93 m/s
60 x 1000 60000
(17) p = 0,3 x 0,027 x 3,93 = 0,032 [kg.m/(mm2.s)]
(18) 0,032 < 0,1 (pendinginan alamiah), 0,06 (pemakaian terus-menerus)
Pemakaian terus-menerus dengan p = 0,32 [kg.m/(mm2.s) adalah cukup
lama
(19) Asbes (pasta)
l1 = 950 mm, b = 50 mm, h = 127 mm
Kopling Tak Tetap dan Rem 85

3.8 Rem Blok Ganda


Telah disinggung di atas bahwa rem blok tunggal agak kurang menguntungkan
karena drum mendapat gaya tekan hanya dalam satu arah hingga menimbulkan
momen lentur yang besar pada poros serta gaya tambahan pada bantalan.
Kekurangan tersebut dapat diatasi jika dua blok rem yang menekan drum dari dua
arah yang berlawanan, baik dari sebelah dalam atau dari sebelah luar drum. Rem
semacam ini disebut rem blok ganda (gambar 3.17). Rem dengan blok yang
menekan dari luar dipergunakan untuk mesin-mesin industri dan kereta rel yang ada
pada umumnya digerakkan secara pneumatic, sedangkan yang menekan dari dalam
dipakai pada kendaraan jalan raya yang digerakkan secara hidrolik.

Gbr. 3.17 Rem blok ganda

dalam pembahasan berikut ini hanya akan ditinjau rem blok ganda yang
menekan dari luar, sedang yang menekan dari dalam akan dibicarakan pada pasal
3.9. Mengenai table-tabel dan rumus-rumus, disini dapat dipakai table dan rumus
dari rem blok tunggal.
Karena dipakai dua blok rem, maka momen T yang diserap oleh rem dapat
dinyatakan dengan rumus-rumus dibawah ini, dengan catatan bahwa besarnya gaya
rem dari kedua blok harus sama atau hampir sama. Dalam gambar 3.18, jika
masing-masing gaya rem adalah f dan f dan gaya pada tuas adalah Q dan Q, maka
f f ; Q = Q
T = f x (D/2) + f x (D/2) fD (3.45)
atau
T = Q(D/2) + Q(D/2) QD (3.46)

Gbr. 3.18 Notasi untuk rem blok ganda


Kopling Tak Tetap dan Rem 86

Jadi, dibandingkan dengan persamaan (3.37), besarnya momen T adalah dua kali
lipat.
Di dalam gambar 3.18, tuas A ditumpu oleh piston C dari silinder pneumatic.
Jika udara tekan B dibuang ke atmosfir, A akan jatuh karena pemberat F. Dengan
demikian B akan tertarik ke bawah dan memutar tuas C (disebut engkol bel).
Gerakan ini akan menarik D dan E ke kanan dan mendorong E ke kiri.
Disini dianggap bahwa gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama
dengan gaya Q pada E.
Q dapat dihitung dengan perbandingan tuas sebagai berikut
a + a ' c e + e'
Q=F x x x (3.47)
a' c' e'

Momen rem T (kg.mm) dapat diperoleh dari rumus di atas dan persamaan
(3.45), dan daya rem PB (kW) dapat dihitung dari putaran drum rem n1 (rpm).
Tn1 '
PB = (4.48)
9,74 x 10 5

Perhitungan kapasitas rem dan blok rem adalah sama seperti rem blok tunggal,
karena sederhananya perhitungan ini, maka di sini tidak akan dibuat diagram aliran.

[Contoh 3.6] Pada rem blok ganda seperti diperlihatkan gambar 3.18, dimisalkan a
= 520 mm, a = 80 mm, c = 80 mm, c = 160 mm, e = 300 mm, e =300 mm dan
D = 600 mm. Jika berat F adalah 60 kg dan putaran drum rem adalah 100 rpm,
berapakah besar daya (kW) yang dapat direm? Dalam hal ini ambil = 0,25

[Penyelesaian]
520 + 80 160 300 + 300
Q = 60 x x x = 1800 kg
80 80 300
T = 0,25 x 1800 x 600 = 170000 kg.mm
2,7 x 10 5 x 100
P= = 27,7 kW
9,74 x 10 5

3.9 Rem Drum


Rem untuk otomobil umumnya berbentuk rem drum (macam ekspansi) dan rem
cakram (disk). Rem drum mempunyai cirri lapisan rem yang terlindung, dapat
menghasilkan gaya rem yang besar untuk ukuran rem yang kecil dan umur lapiran
rem cukup panjang. Suatu kelemahan re mini adalah pemancaran panasnya buruk.
Blok rem dari re mini disebut sepatu rem karena bentuknya yang mirip sepatu. Gaya
rem tergantung pada letak engsel sepatu rem dan silinder hidrolik serta arah putaran
roda.
Biasanya, macam seperti ini yang diperlihatkan dalam gambar 3.19(a) adalah
yang terbanyak dipakai, yaitu yang memakai sepatu depan dan belakang. Pada rem
macam ini, meskipun roda berputar dalam arah yang berlawanan, gaya rem tetap
besarnya. Rem dalam gambar 3.19(b) memakai dua sepatu depan, dimana gaya rem
Kopling Tak Tetap dan Rem 87

dalam satu arah putaran jauh lebih besar daripada dalam arah yang berlawanan.
Juga terdapat macam yang diperlihatkan dalam gambar 3.19(c) yang disebut duo-
servo.

Gbr. 3.19 Macam-macam rem drum

Dalam hal sepatu rem seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3.20(a), disebut
sepatu berengsel dan sepatu yang menggelinding pada suatu permukaan seperti
dalam gambar 3.20(b), disebut sepatu mengambang. Macam yang terdahulu
memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dalam pembuatannya.
Untuk merencanakan rem drum, pada umumnya perhitungan yang sederhana
seperti diberikan dalam contoh di bawah ini dapat diikuti untuk memperoleh ukuran
bagian-bagian yang bersangkutan serta gaya untuk menekan sepatu.

Gbr. 3.20 Sepatu berengsel dan sepatu mengambang

[Contoh 3.7] Sebuah rem otomobil seperti diperlihatkan gambar 3.21, mempunyai
ukuran sebagai berikut : a = 162 mm, b = 77 mm, e = 86 mm, dengan = 0,38.
Tentukan gaya F (kg) untuk mengembangkan sepatu rem dan mendapatkan gaya f =
fl + ft = 647 kg. Gaya f diperoleh dengan perhitungan seperti di bawah ini.

Gbr. 3.21 Rem drum


Kopling Tak Tetap dan Rem 88

Berat seluruh kendaraan W = 1320 kg. Diameter ban efektif, D = 562 mm. Diameter
dalam drum rem, d = 228 mm. Kecepatan mobil, V = 50 km/h. = 13,9 m/s. Jarak
pengereman, S =12,4 m.
Atas dasar hal di atas, jika energi kecepatan yang harus dihabiskan sampai mobil
berhenti adalah sama dengan kerja rem pada 4 roda, maka
W2 /(2g) = (Fd/D) x S x 4
1320 x 13,92/19,6 = f x (228/562) x 12,4 x 4
f = 13012/20,1 = 647 kg

[Penyelesaian]
Untuk sepatu depan,
- F x 162 f1 x 86 + (f1/0,38) x 77 = 0
162
f1 = F = 1,389F
116,6
Untuk sepatu belakang,
F x 162 f1 x 86 + (f1/0,38) x 77 = 0
162
f1 = F = 0,516F
288,6
Gaya rem tiap roda adalah f = f1 + ft = 647 kg, atau 1,389F + 0,561F = 647,
sehingga gaya pada permukaan drum F = 332 kg.

Menurut perhitungan dari pabrik, gaya rem total adalah 1030 kg pada diameter
luar roda, untuk mobil yang sama. Harga ini hamper sama dengan 647 kg x 4 x
228/562 = 1050 kg, dengan dasar perhitungan di atas. Meskipun demikian gaya
untuk menekan sepatu satu roda belakang adalah 149 kg, yang ternyata sangat
berbeda dengan 332 kg yang didasarkan pada perhitungan di atas.
Jadi, memperlajari dara perhitungan biasa adalah sangat perlu.
Dalam keadaan darurat, pengereman dilakukan dengan perlambatan sebesar
= eg (m/s2) dimana e = 0,5 - 0,8, g = 9,8 m/s2.
Misalkan beban roda depan dalam keadaan jalan biasa adalah WD (kg), beban
roda balakang WB (kg), jarak sumbu roda depan dan belakang L (mm) dan tinggi
titik berat h (mm). (Gambar 3.22).
Jika pengereman dilakukan dalam keadaan darurat, gaya inersia sebesar W(/g)
akan timbul pada titik berat. Jika titik singgung antara roda belakang dengan
permukaan jalan diambil sebagai engsel, maka pertambahan gaya reaksi yang
timbul pada roda depan adalah
WD' L = W . e . h WD' = W . e . h/L

dengan demikian, beban dinamis roda depan WdD adalah


WdD = WD + W . e . (h/L) (3.49)
Kopling Tak Tetap dan Rem 89

Gbr. 3.22 Beban depan dan beban belakang

Jika titik singgung roda depan dengan jalanan diambil sebagai engsel, maka
pengurangan gaya reaksi pada roda belakang adalah WB' = W . e . h/L, sehingga
beban dinamis roda belakang WdB adalah
WdB = W - W . e . (h/L) (3.50)

Perlambatan yang terjadi pada masa mobil (W/g) adalah disebabkan oleh
gaya gesek W, sehingga menurut hokum Newton ke dua
W = (W/g)
= (/g) = e (3.51)

Gaya rem BID (kg) yang diperlukan untuk roda depan pada diameter luarnya
adalah
h
BID = eWD + W .e. (3.52)
L

Gaya rem BIB (kg) yang diperlukan untuk roda belakang pada diameter luarnya
adalah
h
B IB = eWB + W .e.
L
Disini, jika diameter piston silinder hidrolik adalah dwD dan dwB (mm), maka
luas penampangnya adalah AwD dan AwB (cm2) , dimana
2
AwD = (/4) d wD /100
2
AwB = (/4) d wB /100 (3.54)

Jika tekanan minyak adalah pw (kg/cm2), gaya tekan AwD.pw dan AwB.pw (kg)
akan dikenakan pada masing-masing roda depan dan roda belakang. Harga yang
diperoleh dengan membagi momen rem T (kg.mm) dengan hasil perkalian antara
gaya tekan P (kg) yang dikenakan pada ujung-ujung sepatu dan jari-jari drum (mm)
disebut faktor efektivitas rem, yang dinyatakan dengan (FER)D dan (FER)B,
berturut-turut untuk roda depan dan roda belakang.
Tekanan kontak pada lapisan rem tergantung pada letaknya, yaitu
Pl = Pmax cos (lmax - l) (3.55)
Kopling Tak Tetap dan Rem 90

Dimana Pl adalah tekanan kontak pada letak l dari sumbu Y, plmax adalah tekanan
kontak maksimum dan lmax adalah sudut untuk tekanan kontak maksimum.
Tekanan minyak di dalam silinder diperbesar atau diperkecil oleh gaya injakan
pada pedal rem yang menggerakkan piston silinder master rem, baik secara
langsung atau dengan penguat gaya. Pada pengereman dalam keadaan darurat,
untuk mencegah kenaikkan gaya rem yang terlalu melonjak, maka kenaikkan
tekanan minyak yang ditimbulkan oleh injakan di bawah 15 22 (kg). Gambar 3.23
menunjukkan suatu contoh pelunakkan gaya tersebut. Dalam hal demikian,
perbandingan gaya rem tetap sama. Namun demikian, pada konstruksi baru, untuk
menjaga agar pada waktu pemgereman tidak terjadi slip antaa telapak ban dan
permukaan jalanan, maka pengurangan kenaikkan tekanan minyak di atas gaya
pedal tertentu seperti dikemukakan di atas hanya dilakukan pada roda belakang saja,
sehingga dalam hal ini, perbandingan gaya rem sedikit berubah.
Untuk gaya rem yang diperlukan dalam persamaan (3.51) dan (3.52), gaya rem
yang sebenarnya per gandar BdD dan BdB dapat dinyatakan dengan rumus berikut ini
:

Gbr. 3.23 Gaya pedal dan tekanan minyak silinder roda

rD
BdD = 2(FER)D . pw . AwD . (3.56)
R
dan
rB
BdD = 2(FER)B . pw . AwB . (3.57)
R
BdD + BdB = eW (3.58)

Dengan harga e tersebut, jarak rem pada kecepatan V = 50 km/h atau = 13,9
m/s, dapat diperoleh dengan
2
S= (3.59)
2eg
Faktor efektivitas rem tergantung pada macam dan ukuran drum rem. Koefisien
gesek juga merupakan salah satu faktor penting, dimana hubungannya dengan
(FER) diperlihatkan dalam gambar 3.24. Harga ini adalah harga kasar dan untuk
memperoleh harga yang teliti harus dihitung dari ukuran yang sesungguhnya dengan
rumus atau diagram.
Kopling Tak Tetap dan Rem 91

Gbr. 3.24 Faktor efektivitas rem terhadap koefisien gesek lapisan

Selanjutnya, perbandingan didistribusi gaya rem (BD) adalah


BdB BdB
( BD) D = ; ( BD ) B = (3.60)
BdD + BdB BdD + BdB
Gaya rem sebenarnya dikenakan pada roda depan dan belakang adalah
BdD = W . e (BD)D ; BdB = W . e (BD)B (3.61)
Titik di mana BID = BdD dan BIB = BdB disebut titik kunci sinkron (Gambar
3.25). Jika pada titik ini e dinyatakan dengan es, maka
h
es WD + W .es . = es .W .e( BD) D
L
(BD )D (WD W )
es = (3.62)
h L
Harga es ini biasanya diambil sebesar 0,5 sampai 0,7.
Energi kinetis totoal dari mobil yang mempunyai kecepatan adalah
Ek = (W/2g)2 (3.63)
Jika waktu rem adalah te = / (s) dan luas bidang lapisan adalah ALD dan ALB
(mm2), besarnya kapasitas energi dari lapisan (yaitu energi kinetis per satuan luas
lapisan dan satuan waktu, yang berkaitan dengan p seperti diuraikan di muka)
KLD dan KLB [kg.m/(mm2.s)] masing-masing untuk roda depan dan roda belakang
dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
Kopling Tak Tetap dan Rem 92

Gbr. 3.25 Titik kunci sinkron

E k ( BD) D
KLD =
2 ALD t e
E ( BD ) B
KLB = k (3.64)
2 ALB t e
Harga-harga KLD dan KLB diusahakan dapat ditekan sampai sebesar 0,18
[kg.m/(mm2s)] atau kurang untuk rem drum dan untuk rem cakera yang sangat baik
radiasinya sampai 0,65 [kg.m/(mm2s)] atau kurang. Perhitungan di sini didasarkan
pada kecepatan kendaraan sebagai berikut :
Mobil penumpang 100 (km/h) = 27,8 (m/s)
Truk kecil 80 (km/h) = 22,8 (m/s)
Truk besar 60 (km/h) = 16,7 (m/s)

serta perlambatan sebesar 0,6 g.


disamping perhitungan untuk hal-hal di atas sebenarnya masih ada perhitungan
koefisien gesekan antara roda dan permukaan jalanan pada batas slip, dll. Namun,
perhitungan-perhitungan tersebut tidak akan dilakukan di sini. Adapun tata cara
perencanaan rem macam ini akan disusun bersama-sama dengan rem cakera.

3.10 Rem Cakera


Rem cakera terdiri atas sebuah cakera dari baja yang dijepit oleh lapisan rem
dari kedua sisinya pada waktu pengereman (Gambar 3.26). Re mini mempunyai
sifat-sifat yang baik seperti mudah dikendalikan, pengereman yang stabil, radiasi
panas yang baik, dll., sehingga sangat banyak dipakai untuk roda depan. adapun
kelemahannya adalah umur lapisan yang pendek, serta ukuran silinder rem yang
besar pada roda.
Jika lambang-lambang seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.27 dipakai, maka
momen rem T1 (kg.mm) dari satu sisi cakera adalah
Kopling Tak Tetap dan Rem 93

Gbr. 3.26 Rem cakera


Gbr. 3.27 Notasi untuk rem cakera

T1 = FK1Rm (3.66)

dimana adalah koefisien gesek lapisan, F (kg) adalah hasil perkalian antara luas
piston atau silinder roda Aw (cm2) dan tekanan minyak pw (kg/cm2), sedangkan K1
dan Rm dihitung dari rumus berikut :
2 R1 R2
K1 = 1 (3.66)
3 sin ( 2) (R1 + R2 )2
R + R2
Rm = 1 (3.67)
2

Perhitungan ini dilakukan untuk membuat keausan lapisan yang seragam baik di
dekat poros maupun di luar dengan jalan mengusahakan tekanan kontak yang
merata. Jika R2 = 1,5R1, maka
K1 = 1,021 untuk = 25
K2 = 1,04 untuk = 45

Satu cakera ditekan oleh gaya P (kg) x 2 dari kedua sisinya. Jika pusat tekanan
ada di K1Rm = r, maka faktor efektivitas rem (FER) adalah
(FER) = 2T/Fr = 2 (3.68)

Dalam hal otomobil, karena satu gandar mempunyai 2 roda dengan jari-jari R,
gaya rem pada diameter luar roda adalah
r
Bd = 2( FER). p w . Aw . (3.69)
R

Faktor efektivitas rem diberikan dalam gambar 3.24. Dibandingkan dengan


macam rem yang lain, rem cakera mempunyai harga FER terendah karena
pemancaran panas yang sangat baik, sehingga disusun bersama-sama dengan rem
drum.
Kopling Tak Tetap dan Rem 94

12. Diagram aliran untuk menghitung faktor efektivitas rem pada otomobil
Kopling Tak Tetap dan Rem 95

[Contoh 3.8] Diberikan sebuah mobil penumpang dengan berat total 1320 kg.
Beban roda depan 700 kg, beban roda belakang 620 kg, jarak gandar 2500 mm,
tinggi titik berat 550 mm, dan jari-jari efektif roda 281 mm. Rem cakera dengan
jari-jari cakera rata-rata 94 mm dipakai untuk roda depan dan rem drum macam
muka-belakang dengan jari-jari drum sebesar 114 mm dipakai untuk roda belakang.
Dimisalkan pada waktu pedal diinjak dengan gaya Q 30 (kg), akan menimbulkan
tekanan minyak pw (kg/cm2) sebagai berikut
untuk Q 21,3 (kg), pw = 2,37Q 4,49 dan
untuk Q > 21,3 (kg), pw = 0,92Q 26,4

Diameter silinder untuk roda depan 52,7 mm dan untuk roda belakang 19,05 mm.
Untuk merencanakan rem cakera dengan koefisien gesek lapisan D = 0,38,
sudut kontak lapisan roda belakang 250 , dan perlambatan pada titik kunci sinkron
0,6 g, berapakah besarnya faktor efektivitas rem (FER)B untuk roda belakang ?
Tentukan juga luas rem roda depan dan belakang serta lebar rem roda belakang.

[Penyelesaian]
(1) W = 1320 kg, WD = 700 kg, WB = 620 kg
L = 2500 mm, h = 550 mm, R = 281 mm
(2) Roda depan : Rem cakera
Roda belakang : Rem drum (macam mula-belakang)
Q = 28 kg < 30 kg
= 0,6 g (m/s)
(3) dwD = 57,1 mm, dwB = 19,05 mm, rD = 94 mm, rB = 114 mm
= 0,38
D + B = 250
(4) pw = 2,37Q 4,49 ( 21,3 kg)
pw = 0,92Q + 26,4 (Q > 21,3 kg)
(5) WdD = 700 + 0,6(550/2500) x 1320 = 874 kg
WdB = 620 - 0,6(550/2500) x 1320 = 446 kg
(6) BID = 0,6 x 874 = 524,4 kg, BIB = 0,6 x 446 = 267,6 kg
(7) AwD = (/4) x 5,722 = 25,7 (cm2), AwB = (/4) x 1,9052 = 2,85 cm2
(8) Q = 28 kg > 21,3 kg, pw = 0,92 x 28 + 26,4 = 52,2 kg/cm2
(9) (FER)D = 2D = 2 x 0,38 = 0,76
(10) BdD = 2 x 0,27 x 25,7 x 52,2 x (94/281) = 682 kg
( BD ) D (700 1320 )
0,6 = ( BD) D = 0,662, ( BD) B = 0,338
(550 2500)
682
(11) = 0,662 Bd = 348 kg
682 + BdB
(12) 348 = 2 x (FER)B x 2,85 x 52,2 x (114/281), (FER)B = 2,88
(13) V = 100 (km/h), = 100 x 100/3600 = 27,8 (m/s)
(14) Ek = (1/2)(1320/9,8) x 27,82 = 52050 (kg.m)
(15) 27,8 = 0,6 x 9,8 x te, te = 4,73 (s)
Kopling Tak Tetap dan Rem 96

kg.mm kg.mm
(16) KLD = 0,55 2 < 0,65 2
m .s m .s
kg.mm kg.mm
KLB = 0,12 2 < 0,18 2
m .s m .s
52050 x 0,662
(17) = 0,55 AAD = 6620 mm2
2 x ALD x 4,73
Satu sisi : ALD/2 = 3310 mm2
52050 x 0,338
= 0,12 AAB = 15500 mm2
2 x ALB x 4,73
(/180) x 250 x 114 x bB = 15500 bB = 31 mm 35 mm
(18) (FER)D = 0,76, (FER)B = 2,88
ALD = 3310 x 2 mm2, ALB = 15500 mm2, bB = 35 mm

3.11 Rem Pita


Rem pita pada dasarnya terdiri dari sebuah pita baja yang di sebelah dalamnya
dilapisi dengan bahan gesek, drum rem dan tuas, seperti diperlihatkan dalam
gambar 3.28. adapun macam-macamnya ditunjukkan dalam gambar 3.29. Gaya rem
akan timbul bila pita diikatkan pada drum dengan gaya tarik pada kedua ujung pita
tersebut. Jika gaya tarik pada kedua ujung pita adalah F1 dan F2 (kg), maka
besarnya gaya gesek adalah sama dengan (F1 F2).

Gbr. 3.28 Rem pita (tunggal)

Gbr. 3.29 Macam-macam rem pita


(a) Macam deferensial
(b) Untuk putaran dalam dua arah
(c) Untuk putaran dalam dua arah
Kopling Tak Tetap dan Rem 97

Jika DR (m) adalah diameter drum rem, maka besarnya momen rem adalah
T = (F1 - F2)DR/2 (kg) (3.70)

Perbandingan antara kedua gaya tarik pada ujung pita adalh


F1/F2 = e (3.71)

Dimana e = 2,718 (bilangan dasar logaritma natural), dan adalah koefisien gesek,
dan sudut kontak (rad).
Selanjutnya,
F1 = bRta (3.72)
F1 bR(DR/2)pa (3.73)
Dimana :
bR : lebar pita rem (mm)
pa : tekanan permukaan yang diizinkan pada bahan gesek (kg/mm2)
a : kekuatan tarik pita rem (kg/mm2)
t : tebal plat pita rem (mm)
Salah satu atau kedua ujung pita diikatkan pada tuas.

Dalam hal rem tunggal seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.28, besarnya gaya
yang dikenakan pada ujung tuas dapat dinyatakan dengan rumus berikut ini.
F = (b/a)Fa (3.74)

Jika celah antara drum rem dan lapisan rem adalah (mm), maka ujung F2 harus
membuat langkah sebesar
DR D
+ R =
2 2

untuk dapat mengikatkan pita pada drum. Untuk membuat langkah ini, ujung tuas
harus digerakkan sebesar
s = . . (a/b) (3.75)

Gbr. 3.30 Gerakan ujung tuas


Kopling Tak Tetap dan Rem 98

13. Diagram aliran untuk merencanakan rem pita


Kopling Tak Tetap dan Rem 99

Pada rem differensial seperti dalam gambar 3.29(a), persamaan keseimbangan


momennya adalah
F . a F2 . c + F1 . b = 0
F . c F1 . b
F= 2 (3.76)
a

dalam persamaan (3.76), jika F2c = F1b maka F = 0. Karena itu, sekalipun tidak ada
gaya yang dikenakan, rem dapat bekerja sendiri menghentikan putaran. Juga dalam
hal F2c < F1b dimana rem dapat mengunci sendiri, pengereman harus dilakukan
dengan hati-hati.
Rem pita mempunyai beberapa keuntungan seperti luas permukaan lapisan
dapat dibuat besar, pembuatan mudah, pemasangan tidak sukar, gaya rem besar dalam
keadaan berhenti, dll. Tetapi karena sukar dikendalikan, rem ini tidak cocok untuk
putaran tinggi. Karena pita dapat putus, dll., maka dalam penggunaan diperlukan
ketelitian. Rem semacam ini dipandang tidak cocok untuk alat-alat pengangkut
manusia. Rem pita banyak dipakai pada derek, standar gaya rem dan sebagainya ,
terdapt dalam JIS A8001, yang mencakup
1) Kapasitas rem tidak boleh kurang dari 150 % kapasitas angkat.
2) Untuk rem dengan pedal kaki, gaya pedal tidak boleh lebih dari 30 kg dan
langkah pedal tidak lebih dari 300 mm.
3) Untuk rem tangan, besarnya gaya tarik tangan tidak boleh lebih dari 20 kg,
dan langkah tuas tidak lebih dari 600 mm.
Rem sebuah Derek dimaksud untuk menghentikan putaran drum penggulung
kabel dan mencegah beban turun sendiri.
Jika beban angkat derek adalah W (kg), putaran drum nD (rpm), diameter drum
D (mm), efisiensi mekanis (besarnya kurang lebih antara 0,75 sampai 0,85), dan
diameter drum yang dikoreksi (terhadap jumlah lapis lilitan kabel pada drum) D (m),
maka daya angkat P (kW) adalah
W (D' n D 60) Wn D D'
P= = (3.77)
102 6120
Untuk penggeraknya, diambil motor standar dengan daya nominal dekat di atas
daya angkat tersebut. Jika kapasitasnya adalah PM (kW), maka momen yang diberikan
kepada drum adalah
T = 974 x (PM/nD) (3.78)

Pada diameter drum rem DR (m), maka kecepatan kelilingnya, R (m/s) adalah
R = DR.nD/60 (3.79)

Tarikan efektif rem pada kabel Fe (kg) adalah


Fe = T/((DR/2) (3.80)

Gaya rem Fn (kg) menurut standar adalah


FN = W(D/DR) x 1,5 (3.81)

Bandingkan Fe dan FN dan ambillah harga yang lebih besar.


Kopling Tak Tetap dan Rem 100

Pilihlah bahan lapisan rem, dan tetapkan koefisien gesek serta tekanan
permukaannya menurut Tabel 3.6.
Tentukan sudut kontak (), dan celah (mm) antara permukaan lapisan dan
drum rem. Kemudian hitung e .
Gaya tarik F1 (kg) pada sisi tarik pita dan gaya tarik F2 (kg) pada sisi lain adalah
F0 = F1 F2 ; F1/F2 = e
Maka
e
F1 = Fe
e 1
1
F2 = Fe (3.82)
e 1

Lebar rem untuk derek kecil diperlihatkan dalam tabel 3.7. Untuk drum rem
dengan diameter yang lebih besar terdapat lebar rem sampai 150 mm atau pita dapat
dililitkan dua kali.

Tabel 3.7. Tebal dan lebar rem

Pilihlah lebar rem, dan tentukan tekenan rem maksimum pmax (kg/mm2), tekanan
rem minimum pmin (kg/mm2) dan tekanan rem rata-rata pm (kg/mm2) dari rumus-
rumus berikut ini :
pmax = F1/(DRbR/2) (3.83)
pmin = F2/(DRbR/2) (3.84)
pm = (pmax + pmin) 2 (3.85)

Periksalah apakah pmax terletak dalam daerah tekanan rem menurut Tabel 3.6, dan jika
ternyata terlalu besar, perbesar lebar rem bR.
Hitunglah kapasitas rem pm [kg.m/(mm2s)] dan periksalah apakah harga ini
lebih rendah daripada harga batas yang diberikan di dalam bagian rem blok tunggal.
Hitunglah panjang dan langkah tuas, dan periksalah apakah hasilnya sesuai
dengan ketentuan yang diberikan.
Jika hasi-hasil di atas dipandang cukup memuaskan, selanjutnya rencanakan pita
dan kelingan.
Pilihlah baha-bahan dan masing-masing kekuatan tariknya. Sebagai faktor
keamanan, ambillah dasar 75 % dari batas kelelahan atau batas mulur (B x 0,45)
untuk tegangan tarik dan 40 % dari (B x 0,45) untuk tegangan geser. Besarnya
Kopling Tak Tetap dan Rem 101

faktor keamanan adalah 1/(0,45 x 0,75) 3 dan 1/(0,45 x 0,4) 5,6. Tetapkan
faktor keamanan akhir dengan mengalikan harga di atas dengan mengalikan harga di
atas dengan 1,2 sampai 2,0 sesuai dengan kondisi masing-masing.
Setelah tegangan tarik yang diizinkan a (kg/mm2) dari pita dan tegangan geser
yang diizinkan dari paku keling a (kg/mm2) ditentukan, tetapkan diameter dan
susunan paku keling sedemikian rupa hingga tidak terlalu banyak mengurangi luas
penampang efektif pita. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa lubang paku sedikit
lebih besar dari pada diameter paku. Pita dp adalah diameter paku (mm) dan z adalah
jumlah paku, maka
F1 = a (/4) d p2 z (3.86)
Karena gaya tidak terlalu dapat dikenakan pada z paku keling secara merata,
maka perlu diperhitungkan efisiensi sambungan keling p (Tabel 3.8).

Tabel 3.8 Efisiensi kelingan (Diameter paku keling


10 30 mm, tebal plat dalam mm)
z = z/p (3.87)
F1 = a(bR - d p' z)t (3.88)
Dimana d p' adalah diameter lubang paku (mm). Dari persamaan di atas tebal plat t
(mm) dapat dihitung. Tebal plat ini terletak antara 2 sampai 4 (mm) ; jika kurang tebal
dapat dipakai dua plat yang ditumbuk.
Untuk pita dapat dipakai bahan dari baja konstruksi umum yang luwes (SS41)
atau baja pegas (SUP). Dalam hal ini tebal plat juga terletak antara 2 sampai 4 mm.
Untuk paku, dipakai baja rol untuk paku (SV).
Perhitungan yang sama dapat pula dilakukan untuk sisi F2.

[Contoh 3.9] Rencanakan sebuah rem pita untuk sebuah derek dengan beban angkat
2000 kg, putaran drum 29 rpm, diameter drum 400 mm, diameter drum dengan lilitan
kabel 3 lapis 470 mm dan diameter drum rem 720 mm.

[Penyelesaian]
(1) W = 2000 kg, D = 400 mm = 0,4 m
D = 470 mm 0,47 m, np = 29 rpm
(2) Jika = 0,8, maka
Kopling Tak Tetap dan Rem 102
Kopling Tak Tetap dan Rem 103

Anda mungkin juga menyukai