BAB II
PELUMASAN
Pelumasan / Lubrication adalah cara yang dilakukan untuk mengurangi gaya
gesek yang terjadi antara dua permukaan yang saling bergesekan dengan cara memberi
minyak pelumas atau oil. Pelumas didefinisikan sebagai zat yang disisipkan diantara dua
permukaan yang saling bergesekan untuk mengurangi besarnya gaya yang terjadi karena
gesekan tersebut. Gaya gesek merupakan gaya perlawanan yang terjadi akibat adanya dua
permukaan yang bergesekan.
Problem besar yang dihadapi dalam perencanaan Elemen Mesin adalah
bagaimana menjaga atau menghindari kehilangan daya atau energi selama terjadinya
gesekan antara elemen-elemen mesin yang saling bergerak satu terhadap yang lainnya.
Secara estimasi berdasarkan pengujian, kehilangan daya akibat gesekan dapat mencapai
sepertiga sampai setengah dari produk daya yang dihasilkan.
Pelumasan juga diperlukan untuk menjaga / memelihara : tingkat keausan,
timbulnya panas, timbulnya pemuaian, kebersihan dan sebagainya. Yang sangat penting
tentang pelumasan adalah mendapatkan ketebalan tertentu (ketebalan minimal dari
lapisan pelumas yang diperlukan), disamping itu juga harus diperhatikan viskositas
minyak pelumasnya.
1. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan atau viskositas minyak pelumas harus sesuai dengan kondisi mesin agar
dapat berfungsi dengan baik, yaitu untuk memperlambat keausan permukaan yang
bergesekan, terutama pada beban yang besar dan pada putaran rendah. Minyak
pelumas yang terlalu kental sulit mengalir melalui salurannya, sehingga menyebabkan
kerugian daya mesin yang lebih besar.
2. Titik Tuang.
1
Pelumasan
Titik tuang adalah temperatur minyak pelumas, pada saat minyak pelumas sulit
mengalir karena minyak pelumas membentuk jaringan kristal.
3. Kelumasan.
Kelumasan merupakan sifat melumasi dari minyak pelumas. Minyak pelumas harus
memiliki sifat melumasi yang cukup baik, yaitu dapat membasahi seluruh permukaan
logam yang bergesekan. Hal ini berarti dalam segala keadaan selalu terdapat lapisan
minyak pelumas pada permukaan bagian mesin yang bersentuhan.
4. Stabilitas.
Stabilitas merupakan kesetabilan susunan kimia dari minyak pelumas. Beberapa
minyak pelumas pada temperatur tinggi akan berubah susunan kimianya sehingga
terjadilah endapan yang menyebabkan cincin torak melekat pada alurnya
5. Indeks Kekentalan / Viscositas Index
Kekentalan minyak pelumas berubah-ubah menurut perubahan temperatur, semakin
tinggi temperatur kekentalan akan menurun. Minyak pelumas yang baik adalah
minyak pelumas yang tidak banyak berubah viskositasnya ketika temperaturnya
berubah, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya, baik dalam keadaan dingin,
pada waktu mesin mulai berputar (start) maupun dalam keadaan panas, pada
temperatur kerja.
u
F
Benda A
h
Benda B
2
Pelumasan
Untuk menerangkan hal ini dilakukan dengan analisis yang menggunakan suatu
cairan minyak pelumas yang ditempatkan diantara dua bidang A dan B. Bidang A
didorong dengan gaya F sehingga bidang A bergerak dengan kecepatan u, bidang A tidak
slip terhadap minyak pelumasnya, tetapi lapisan pelumas yang menempel pada bidang B
ikut bergerak dengan kecepatan yang sama ( u ), sedangkan lapisan minyak pelumas yang
menempel pada bidang B mempunyai kecepatan nol. Akibat gerakan-gerakan pada
bagian pelumasnya, maka terjadilah gesekan-gesekan diantara molekul-molekul minyak
pelumas.
Sesuai dengan Hukum Newton, tegangan geser ( ) berbanding lurus dengan
viskositas () dan perubahan kecepatan ( du ), secara matematis dapat ditulis :
du du U
dan (2-1)
dy dy h
F
dimana A = luas penampang bidang A , sehingga :
A
F U A.U
atau F
A h h
F .h
dimana : h = tebal lapisan minyak pelumas. (2-2)
A.U
Untuk menentukan unit atau satuan viskositas dapat menggunakan persamaan (2-2).
1. Satuan British (English System)
lbf . in
lbf . sec
reyn
F .h
= 2 in in 2
A.U in .
sec
F .h
dyne. cm dyne. sec poise
A.U
cm 2 . cm cm 2
sec
Satuan reyn biasa dikenal dengan satuan Reynold sesuai dengan nama penemunya.
Demikian juga dengan poise , satuan ini ditemukan oleh ahli Fisika Perancis yang
bernama Poisenille. Konversi dari kedua satuan tersebut adalah :
1 reyn = 6,9 x 106 poise
3
Pelumasan
Viskositas ada dua macam, yaitu viskositas absolut dan viskositas kinematik,
hubungan antara keduanya dapat dinyatakan dengan persamaan :
4
Pelumasan
Fb f .V f .g
Fb f .Vb .g (2-6)
dimana : Fb = Gaya Apung atau Gaya Buoyancy pada bola , kg.m/s2
f = Massa jenis fluida , kg/m3
Vf = Volume fluida yang dipindahkan, m3
Besarnya sama dengan Volume bola, karena bola tercelup
seluruhnya di dalam fluida. Vf = Vb
g = Percepatan gravitasi, m/s2
5
Pelumasan
Fr 6..rv (2.7)
Dimana : r = jari-jari bola, m
v = kecepatan bola di dalam fluida, m/s
= viskositas, N.s / m2
Bola kelereng yang dijatuhkan vertikal dalam fluida, mula-mula akan bergerak lurus
berubah beraturan (glbb), kemudian karena adanya hambatan dari fluida, kelereng akan
bergerak lurus beraturan (glb), atau gerak lurus dengan kecepatan konstan. Pada saat
gerak lurus beraturan inilah terjadi kesetimbangan gaya, kearah atas ada Fa dan Ft
sedangkan kearah bawah ada berat kelereng (W). Sehingga sesuai dengan hukum Stokes
maka keadaan tersebut dapat dinayatakan dengan rumus :
Fr W Fb
Dari persamaan persamma tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
4
Volume bola = . .r 3 disubtitusikan ke persamaan di atas menjadi :
3
4 4
6..rv . . .r 3 .g fluida . . .r 3 .g
3 3
4
Variabel . .r 3 .g dikumpulkan menjadi satu, sehingga didapat didapat :
3
6..rv b f . . .r 3 .g
4
3
Besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan rumus :
6
Pelumasan
. .r 3 .g . b f
4
3
6. .r.v
2.r 2 .g . b f
(2-8)
9.v
x
Kecepatan konstan , dimasukkan ke dalam rumus diatas
t
2.r 2 .g . bola fluida
x
9.
t
Hasil dari persamaan (2-9) masih kurang tepat, oleh karena itu perlu dimasukkan
faktor koreksi tersebut belum memasukkan faktor koreksi (correction factor), yang
nilainya ditentukan oleh besarnya diameter kelereng dan diameter pipa.
3 5
d d d
f 1 2,104. 2,09 0,9 (2-10)
D D D
2.r .g. b f . f
2
.t (2.11)
9 . x
7
Pelumasan
L U
VI x100% (2-6)
LH
dimana :
VI = Index viskositas, %
L = viskositas pelumas standar, yang mempunyai nilai VI = 0 % pada 100oF
H = viskositas pelumas standar, yang mempunyai nilai VI = 100 % pada 100oF
U = viskositas pelumas yang diukur VI nya dengan dipanaskan 100oF
1. Arti nilai VI
VI = 100 %, berarti minyak pelumas yang mempunyai perubahan viskositas yang
kecil dengan terjadinya kenaikan temperatur.
8
Pelumasan
SUS
U
H
o
F
100 F 210 F
9
Pelumasan
Contoh :
1. Suatu minyak pelumas mempunyai viskositas 400 sec.SUS pada 100oF , dan 55
sec.SUS pada 210oF. Carilah viskositas absolut pada temperatur 170oF, bila
spesifc gravity pada suhu 60oF sebesar 0,93.
2. Carilah VI minyak pelumas yang setelah diadakan pengukuran dengan Saybolt
Universal Viscometer diketahui viskositasnya : 98 sec.SUS pada 210 oF dan 1400
sec.SUS pada 100oF.
Selain menggunakan rumus di atas, nilai L dan L-H dapat dicari dengan
menggunakan tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Nilai L dan L-H untuk menghitung VI dari Saybolt Universal Viscosity
Saybolt Universal L D Saybolt Universal L D
Viscosity (SUS) (L-H) Viscosity (SUS) (L-H)
10
Pelumasan
11
Pelumasan
12
Pelumasan
2. Pelumasan Hidrodinamik
Secara sederhana tipe pelumasan hidrodinamik dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem pelumasan diantara dua bidang yang saling bergerak relatif, yang akan
menghasilkan daya angkat bagi kedua bidang tersebut yang cukup mampu untuk
mendukung beban yang terdapat pada kedua bidang tersebut, sehingga kedua bidang
yang terdiri dari metal tidak saling bergesekan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Pelumasan Hidrodinamik
- Pelumasnya harus dapat memenuhi Hukum Newton dalam hal aliran fluida yang viscos
(viscous flow).
- Aliran harus laminer
- Pelumasnya harus bersifat tidak termampatkan (in compressible)
- Viskositas pelumas harus sama sepanjang lapisan film pelumas
- Gaya inersian dari gerakan percepatan harus kecil
- Lapisan pelumas harus tipis, sehingga efek dari kelengkungan bantalan (bearing
curvature) dapat diabaikan.
- Bearing diasumsikan mempunyai kelebaran yang terbatas, dan juga bebas dari
kebocoran pada ujung-ujung bearing
- Mempunyai daya adhesive yang baik antara pelumas dengan permukaan bearing.
13
Pelumasan
3. Pelumasan Sumbu
Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak,
sehingga minyak terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti
pelumasan tetes.
4. Pelumasan Percik
Dari suatu bak-penampung, minyak pelumas dipercikkan, cara ini dipergunakan
untuk melumasi torak dan silinder motor bakar torak.
5. Pelumasan Cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros, sehingga cincin
berputar bersama poroas sambil mengangkat minyak pelumas dari bawah. Cara ini
dipakai untuk beban sedang.
6. Pelumasan Pompa
Pompa dipergunakan untuk mengalirkan minyak ke dalam bearing. Cara ini dipakai
untuk melumasi bearing yang sulit letaknya seperti bearing utama motor yang
berputar tinggi. Cara pelumasan ini cocok untuk beban besar dengan kecepatan
tinggi.
14
Pelumasan
15
Pelumasan
7. Pelumasan Gravitasi
Sebuah tangki diletakkan di atas bearing, minyak dialirkan oleh gaya gravitasi. Cara
ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi dengan kecepatan keliling sebesar 10
15 m/s..
8. Pelumasan Celup
Sebagian dari bantalan dicelupkan dalam minyak. Cara ini cocok untuk bearing
dengan poros tegak, seperti pada turbin air. Pada kasus ini perlu diberikan perhatian
pada besarnya daya gesekan karena tahanan minyak, kenaikan temperatur dan
kemungkinan masuknya kotoran atau benda asing.
16
Pelumasan
U
h
Gaya gesek yang terjadi :
U
F . A . A
h
Torsi gesek yang terjadi :
U
T f F .r j . A rj
h
17
Pelumasan
2 . .L.r j3 .n
Tf (2-7)
15.h
Daya yang ditimbulkan akibat gesekan tersebut (Friction HP) dapat dinyatakan dengan
rumus :
T f .n
FHP (2-8)
63.000
18
Pelumasan
19
Pelumasan
Soal :
Suatu journal bearing parsial dengan sudut kontak = 180o yang beroperasi dalam
kondisi putaran 3600 rpm, beban W = 1600 lbf, viskositas absolute pelumas = 2 x 10 -7
reyns, radial clearance c = 0,002 in, radius poros r j = 2 in dan panjang bearing L = 4 in.
Hitung :
a. Faktor karakteristik bearing (S)
b. Ketabalan Minimum Lapisan Minyak Pelumas (ho)
c. Daya yang Hilang akibat Gesekan (FHP)
d. Kapasitas Aliran Minyak Pelumas Melalui Bearing (Q)
e. Kapasitas Aliran Minyak Pelumas Melalui Ujung-ujung Bearing (Qs)
f. Kenaikan Temperatur Minyak Pelumas (T)
Penyelesaian :
a. Besarnya faktor karakteristik bearing adalah sebagai berikut :
2
r .n'
S ' j .
c P
W 1600
dimana : P 2.r . 2.2.4 100 Psi
j
2
2 2.10 7.60
Jadi : S ' . 0,12
0,002 100
20
Pelumasan
ho
0,39
c
ho = 0,39 . c = 0,39 . 0,002 in = 0,00078 in
Gambar 2.5. Hubungan antara (S) dengan ketebalan minium minyak pelumas.
21
Pelumasan
22
Pelumasan
in 3
Q 3,2.rj .c.n'.L 3,2 x 2 x 0,002 x 60 x 4 3,07
s
e. Kapasitas aliran minyak pelumas melalui ujung-ujung bearing (Qs)
Dengan menggunakan grafik pada Gambar 12.8, maka diperolah nilai :
Qs
0,58
Q
Gambar 2.8. Hubungan (S) dengan kapasitas aliran yang keluar dari ujung bearing (Qs)
in 3
Jadi : Qs 0,58.Q 0,58 x3,07 1,78
s
23
Pelumasan
12.P 12.100
T 10,2o F
J . .Co 788 x12 x0,03x 0,42
Gambar 2.9. Hubungan (S) dengan kenaikan temperatur minyak pelumas (T)
24
Pelumasan
Pelumas yang dapat dipakai untuk rolling bearing adalah : fet (grease) dan oli.
Pelumasan dengan fet baik digunakan untuk putaran yang rendah, tidak membutuhkan
sistem sealing yang rendah dan dapat pula dilakukan dengan prepacked.
Metode pelumasan dengan oli sangat banyak variasinya tergantung dari pembuat
yang merencanakannya. Salah satu cara yang sederhana adalah berdasarkan
viskositasnya, berapa besarnya viskositas yang diperlukan, kemudian tipe pelumas
dengan SAE berapa?. Untuk memahami hal tersebut berikut ini akan diberikan contah
penggunaannya.
Soal :
Diketahui diameter bearing (D) = 50 mm, putaran poros (n) = 5000 rpm, temperature
operasi/kerja (T) = 150 oF. Berapa viscositas minyak pelumas yang dipakai, dan tipe
pelumas dengan SAE berapa ?
Penyelesaian :
- Harga D.N = 50 x 5000 = 250.000
- Masukkan harga D.N tersebut dalam grafik (Gambar 12.10). pada koordinat D.N
value, kemudian tarik garis ke atas sejajar dengan ordinat operating
temperature, selanjutnya tarik garis sejajar dengan garis titik-titik pada bidang
lengkung.
- Dari ordinat operating temperature , ambil titik berdasarkan temperatur 150 oF,
tarik garis titik-titik pada bidang lengkung, sehingga diperoleh perpotongan
dengan garis D.N di titik A.
- Dari titik A tarik garis ke koordinat viscosity SUS 100 oF , sehingga diperoleh
harga viskositas pelumas 170 SUS dengan dasar/basis 100oF.
- Selanjutnya masukkan ke grafik SUS vs temperature ( Gambar 12.11) sehingga
diperoleh tipe pelumas dengan SAE tertentu.
25
Pelumasan
26