Anda di halaman 1dari 6

WATER SOFTENER

A. Pengertian Water Softener

Sumber : indiamart.com
Water softener filter merupakan sistem penyaringan yang menghilangkan mineral
kalsium dan magnesium. Mineral kapur dan magnesium sering disebut dengan istilah
“hardness”. Dengan adanya water softener filter, permasalahan terhadap kerak yang
menempel pada pipa menjadi mudah teratasi. Hampir sebagian besar sifat air tanah yang
biasa digunakan untuk sehari-hari mengandung hardness. Pada beberapa kasus, air yang
hardnessnya tinggi, akan merusak pemanas air, kran, bahkan perabotan rumah tangga.
Dengan water softener filter, maka efek air berkapur mudah di atasi.

Kerak atau “scale” yang menumpuk di pipa, akan menyumbat diameter


pipa. Untuk pipa yang terbuat dari baja, terkadang menutupi hampir sebagian besar
permukaannya. Sedangkan untuk pipa dengan diameter yang semakin kecil, maka akan
mengurangi tekanan air. Jumlah kerak yang menempel pada beberapa perabotan yang
menggunakan air, akan memperpendek umur peralatan. Serta semakin tinggi suhu air,
semakin banyak kalsium dan magnesium yang akan menempel dan akan mengeras
menjadi endapan padat di dalam pipa.

B. Fungsi Water Softener


Menurunkan kapur, juga berfungsi sebagai pretreatment pada sistem reverse
osmosis komersial dan reverse osmosis industri. Kandungan hardness yang tinggi adalah
faktor penghambat utama dalam teknologi membrane reverse osmosis dan nanofiltrasi.
Pemasangan softener water ini tidak bisa sendiri, pastinya harus ada filter multimedia
sebelumnya. Tujuannya adalah agar permukaan media resin tidak tertutup oleh
sedimentasi.
C. Cara Kerja Water Softener

Sumber : kent.ca
Water softener menghilangkan unsur kalsium dan magnesium dalam air melalui
proses pertukaran ion. Ketika air yang mengandung hardness masuk ke dalam tangki
water softener filter, maka air hardness tersebut mengalir melalui lapisan media resin.

Media resin adalah anion, yang berarti memiliki muatan negatif. Sedangkan
mineral kalsium dan magnesium memiliki muatan positif, menjadikannya kation.
Karena jenis muatan ion yang berlawanan ini, maka muatan negatif mineral akan tertarik
pada muatan positif resin. Saat air hardness melewati media resin, akan mengambil ion
mineral dan mengeluarkannya dari air. Saat media resin menarik ion mineral, maka akan
melepaskan ion natrium. Media resin pada softener water akan menghilangkan semua
hardness calcium dan magnesium dari air dan setelah proses ini akan memperoleh air
yang soft.

Pada sistem ion exchange lainnya, yaitu demineralisasi mixed bed resin
penggunaan jenis resin cationnya agak berbeda. Walaupun sama cation, namun jenis
cation untuk media harus untuk mixbed, begitu juga jenis resin anionnya

D. Komponen Water Softener


Water softener terdiri dari tiga komponen: Tangki Media, Control Valve dan
Tangki Garam. Ketiganya adalah bagian utama yang tidak bisa terpisah. Ketiga
komponen tersebut harus ada dan berfungsi baik, agar fungsi water softener filter
terjamin. Dalam pemasangan water softener biasanya tidak bisa berdiri sendiri secara
tunggal. Sistem ini membutuhkan sistem lainnya seperti multimedia filter dan carbon
filter. Tujuannya adalah air yang mengandung suspended (endapan) akan tertahan di
filter sebelumnya

1. Tangki Media Water Softener Filter


Tangki media water softener filter ini adalah tempat media resin, tidak semua
ruang tangki terisi media resin. Pada tangki ini, air hardness akan melewati
lapisan cation resin, dan akhirnya memperoleh air yang soft. Jenis material tangki
water softener bisa menggunakan FRP, Steel atau Stainless.
Water softener untuk perumahan umumnya menggunakan tangki FRP (fiber
glass). Tangki jenis ini mempunyai ukuran dari 8 – 48 inch. Material FRP ini
sangat cocok untuk tangki water softener filter, mengingat anti korosif.
Pentingnya menggunakan bahan anti korosif, mengingat menggunakan bahan
garam regenerasi.
Material tangki softener water dari baja (steel), umumnya untuk kapasitas
besar atau sistem water treatment mempunyai tekanan tinggi. Kapasitas besar
dalam hal ini adalah ketika kapasitasnya sudah melebihi 20 m³/Jam. Karena
material baja tidak tahan korosif, maka umumnya tangki softener water ini harus
terlapisi dengan FRP. Sementara material Stainless steel, umumnya pada aplikasi
pharmacy atau beverage, dimana material yang hygienis menjadi kewajiban.

2. Control Valve
Control valve pada water softener berfungsi untuk mengatur aliran pada
sistem pemipaan. Pada sistem water softener sama dengan sistem filtrasi lainnya,
yaitu mengenal istilah Operational, Backwash dan Pembilasan. Namun untuk
system water softener filter, ada satu tambahan proses yaitu regenerasi. Sistem
control valve pada softener water , mempunyai dua jenis control yaitu Automatic
dan Manual.
 System Control Automatic
Pada tangki water softener filter yang kecil dan medium (misalnya
diameter <75 cm), umumnya menggunakan control automatic jenis
“timer”. Beberapa produk seperti Autotrol dan Fleck, kontraktor water
treatment lebih sering menggunakan kedua merk ini.
Letak automatic valve ini biasanya ada bagian atas (top mounted) atau
pada sisi tengah body (side mounted). System water softener yang
mempunyai kapasitas besar dengan diameter tangki yang sudah besar,
tidak bisa lagi menggunakan system control automatic seperti ini. Control
automatic biasanya menggunakan beberapa valve yang terhubung dengan
electronic panel control.
Jenis valve yang digunakan biasanya butterfly valve atau diaphragm
valve dengan pneumatic system. Jumlah valve yang terpasang umumnya
sekitar 4 – 5 per tangki, namun bisa lebih sesuai desain water treatment.

 System Control Manual


System control manual water softener system lebih banyak kontraktor
memilihnya, karena biaya investasi serta pemeliharaan yang mudah.
Berbeda dengan system automatic, biayanya pasti lebih tinggi. Serta
ketika ada trouble terkadang membutuhkan tim khusus, misalnya program
PLC.
Penggunaan control manual pada tangki FRP yang kapasitas kecil
sampai medium, umumnya menggunakan “Head Valve”. Valve ini sudah
mempunyai port pemipaan lengkap, yaitu INLET, OUTLET dan DRAIN.
Khusus Head Valve untuk softener water, sudah mempunyai koneksi port
untuk menyedot garam.
Sementara system manual valve pada kapasitas besar, umumnya
menggunakan sejumlah valve. Jenis valve yang umum adalah “butterfly
valve”, dengan jumlah 4 – 5 unit per tangki. Valve dengan kualitas bagus,
umumnya jarang mengalami kerusakan, bahkan pengalaman mapurna bisa
lebih dari 10 tahun.

3. Tangki Garam
Tangki garam pada water softener berfungsi menyediakan air garam untuk
proses regenerasi. Tangki garam tidak berfungsi saat system softener water
berkerja, melainkan hanya sewaktu regenerasi saja. Regenerasi sangat perlu,
ketika terjadi kejenuhan media, maka pemberian garam akan mengaktifasi media
resin.
Ukuran tangki garam biasanya lebih pendek dari tangki filter, dan posisinya
ada di sebelah tangki softener water. Tangki air garam menyimpan larutan garam
yang sangat pekat, untuk mengembalikan muatan positif resin. Garam di
tambahkan secara manual ke tangki garam dalam bentuk “granular”.
Garam ini akan larut dalam air, pada sisi bawah tangki garam. Sehingga,
ketika sistem automatic atau manual melakukan regenerasi sudah siap dengan air
yang berkonsentrasi garam tinggi.

Sumber : completewater.com

E. Teknologi Water Softener


Ada 2 jenis peralatan yakni Tangki Softener untuk penyimpanan resin serta Brine
Tank sebagai tempat penyimpanan garam atau NaCl. Dalam hal ini resin kation pada
softener berfungsi menyerap kapur dan setelah resin jenuh atau dipenuhi oleh zat kapur
maka bisa dilakukan aktivasi ulang hanya memakai garam NaCl. Adapun tangki softener
ini bisa dioperasikan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis valvenya itu sendiri. Bila
digunakan manual, operator akan membuka dan menutup kran untuk mengendalikan
tingkat, frekuensi serta waktu regenerasi.
Sementara bila Filter Softener tersebut dipakai dengan semi automatic, operator
pun hanya melihat siklus regenerasi, dan tombol pun akan ditekan ketika softener harus
diregenerasi, lalu unit yang nantinya mengendalikan proses regenerasi. Tanki Softener
ini pun dapat dioperasikan otomatis melalui kelengkapan pengatur waktu mengawali
regenerasi serta tiap tahapan proses itu sendiri. Di mana operator itu sendiri hanya perlu
melakukan pengaturan waktu serta penambahan garam berdasarkan kebutuhan. Adapun
cara pengoperasian unit dari Water Softener yaitu :

 Proses Filtrasi
Dalam proses ini, air terfiltrasi lalu menyaring dari bagian atas menuju bagian
bawah lewat pertukaran ion kaion. Dalam proses tersebut unit pada softener filter
bisa mengikat beberapa kadar kapur pada kandungan air.

 Proses Backwashing
Dalam proses ini, terjadi proses pencucian sebuah media filter, di mana sudah
tersumbat maupun sudah banyak tersumbat oleh kotoran didalam media filter
dengan begitu mengurangi aliran air yang telah dihasilkan. Untuk itulah diperlukan
metode backwashing.
Biasanya proses backwashing sendiri perlu dilakukan sekitar 3-6 hari sekali
tergantung pada kualitas air sumber yang ada, selain itu jika kondisi pada debit air
menurun atau berkurang juga diperlukan proses backwashing. Dengan begitu hal
tersebut mesti dilakukan backwashing dengan kontinu supaya kondisi dan kualitas
air pun menjadi baik. Proses backwashing ini harus dilakukan hingga air output
pada buangan tampak lancar dan bersih, kira-kira memerlukan waktu 30 menit
untuk proses ini.

 Proses Regenerasi
Proses regenerasi yaitu proses pengaktifan dari media resin kation dan media
garam NaCl murni yang dialirkan. Caranya siapkan garam dapur atau NaCl murni
sekitar 20% kemudian larutkan dalam air menggunakan tabung khusus lalu proses
regenerasi pun dapat dilakukan.

 Proses Fast Rinse


Merupakan proses akhir dari backwashing atau regenerasi. Untuk melakukan
proses ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit hingga air buangan
pun lancar. Dan biasanya merupakan proses pembilasan agar sisa garam dalam air
dapat terbuang sempurna.
Referensi :

https://www.academia.edu/9548121/PENGERTIAN_WATER_SOFTENER_DAN_CARA_
KERJANYA

Water Softener - Berfungsi untuk Menghilangkan Kesadahan dalam Air (viscochemical.com)

Gabrielli, C., Maurin, G., Francy-Chausson, H., Thery, P., Tran, T. T. M., & Tlili, M. (2006).
Electrochemical water softening: principle and application. Desalination, 201(1-3),
150-163.

Loiola, A. R., Andrade, J. C. R. A., Sasaki, J. M., & Da Silva, L. R. D. (2012). Structural
analysis of zeolite NaA synthesized by a cost-effective hydrothermal method using
kaolin and its use as water softener. Journal of colloid and interface science, 367(1), 34-
39.

Stamm, J. M., Engelhard, W. E., & Parsons, J. E. (1969). Microbiological study of water-
softener resins. Applied microbiology, 18(3), 376-386.

Anda mungkin juga menyukai