Anda di halaman 1dari 32

KERJA PRAKTEK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Dirgantara Indonesia (persero) adalah salah satu perusahaan penerbangan
nasional yang bergerak dalam pengembangan manufacturing pesawat terbang.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Dirgantara Indonesia adalah berbagai macam jenis
pesawat terbang, seperti: CN-235, Super Puma NAS-332, NC-212, NBO-105,
NBELL-412. Selain memproduksi pesawat-pesawat, PT. Dirgantara Indonesia juga
memproduksi komponen (spare part) yang diperuntukkan untuk PT. Dirgatara
Indonesia itu sendiri maupun perusahaan pesawat terbang lainnya.
Dalam kegiatan produksi yang ada di PT. Dirgantara Indonesia terbagi menjadi
beberapa bagian satuan usaha unit, antara lain bagian satuan usaha unit Aircraft untuk
mendesain pesawat terbang yang akan dibuat, satuan usaha unit Aerostructure untuk
melakukan pembuatan komponen (machined parts, sub assembly, assembly), satuan
usaha unit Aerostructure Service untuk menyediakan servis pemeliharaan pesawat
dan helikopter berbagai jenis, satuan usaha unit Engineering service untuk memenuhi
kebutuhan produk dan jasa bidang engineering serta satuan usaha unit Defence untuk
melakukan perbaikan, pengujian dan kalibrasi baik secara mekanik maupun secara
elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Salah satu kegiatan PT. Dirgantara Indonesia saat ini adalah memproduksi
pesawat terbaru yaitu pesawat terbang N219 yang menjadi bukti kebangkitan
kembali industri dirgantara nasional, setelah pesawat N250 buatan anak bangsa yang
terbang pertama kali di langit Indonesia 20 tahun yang lalu. Pesawat N219 ini adalah
hasil kerja sama antara PT DI dengan Lembaga Antaraiksa dan Penerbangan
Nasional (Lapan) sejak 2006. Program pengembangan pesawat N219 ini patut
dibanggakan karena murni dikembangkan oleh insinyur lokal, mulai dari rancang
bangun, sertifikasi, hingga produksi. Pesawat N219 dirancang khusus sesuai dengan
kondisi wilayah di Tanah Air. Pesawat ini masuk kategori perintis (light aircraft)

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 1
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

sehingga cocok untuk melayani daerah terpencil yang memiliki landasan pendek dan
topografi berbukit.
Dalam pelaksanaan produksi protipe pesawat N219 sampai saat ini masih
mengalami beberapa permasalahan antara lain terjadinya keterlambatan waktu untuk
penyelesaian produksi pesawat tersebut. Kendala terjadinya keterlambatan waktu
produksi diakibatkan oleh suplai part dari DPM ke divisi Assembly.
Keterlambatan suplai part dari DPM dikarenakan planning yang kurang tepat
dalam pembagian skala prioritas pembuatan part dari berbagai macam produk
pesawat. Oleh karena itu, diperlukan pembagian skala prioritas produksi di bagian
DPM pada masing-masing kegiatan produksi.

1.2 Rumusan Kerja Praktek


Agar lebih mengarah pada hasil laporan kerja praktek industri tentang
produksi prototipe pesawat N219, maka penulis mengemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
 Analisa keterlambatan produksi prototipe pesawat N219 pada proses perakitan.
 Analisa kurangnya motivasi kerja karyawan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan masalah yang ada dalam laporan
kerja praktek industri ini, maka perlu adanya pembatasan masalah yang di karenakan
terbatasnya ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek industri. Oleh karena itu penulis
melakukan pembatasan masalah pada hal-hal berikut:
1. Pengamatan produksi pesawat dilakukan sampai komponen pesawat bagian Outer
Wing.
2. Pengamatan masalah keterlambatan dilakukan pada divisi Assembly dan DPM.
3. Pengamatan kurangnya motasi kerja dilakukan pada divisi sub assembly.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan yang ingin di capai oleh penulis dari laporan kerja praktek industri ini
yaitu:

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 2
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah kerja praktek industri
di Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang.
2. Mengetahui proses produksi pesawat N219.
3. Mengetahui penyebab keterlambatan produksi prototipe pesawat N219.
4. Mengetahui penyebab menurunnya motivasi kerja karyawan.

1.5 Metode Kerja Praktek


Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini antara lain:
1. Observasi lapangan, dengan cara pencarian data di lapangan yang merupakan
bahan acuan, baik melalui pengamatan data langsung.
2. Mengadakan tanya jawab atau wawancara dengan pembimbing dan para pekerja
(operator).
3. Studi pustaka, dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang di bahas.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk dapat memberi gambaran mengenai apa saja yang di buat dalam menyusun
laporan ini akan dijelaskan secara singkat mengenai isi dari setiap bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang dari permasalahan, maksud dan
tujuan, rumusan masalah, batasan masalah, pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini berisikan tentang sejarah perusahaan dan juga profil dari PT
Dirgantara Indonesia.
BAB III DASAR TEORI
Pada bab ini berisikan referensi atau dasar teori yang akan digunakan, baik
yang berkaitan langsung maupun sebagai penunjang dari proses pemesinan.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 3
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV DIAGRAM ALIR, DATA, DAN LANGKAH PROSES PENGERJAAN


Pada bab ini berissikan data – data yang diperoleh dilapangan yaitu di PT
Dirgintara Indonesia, serta dari data yang kita dapatkan tersebut dilakukan
pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang dilakukan
pada proses pembuatan benda kerja.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 4
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II
TINJUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Perintisan perusahaan penerbangan ini dimulai dari sebuah badan yang
dinamakan Depot Penyelidikan, Percobaan, dan Pembuatan Pesawat Terbang (DPPP).
Badan ini diprakarsai oleh Nurtanio dan didirikan pada Agustus 1961.
Pada tahun 1962, nama DPPP diganti menjadi Lembaga Persiapan Industri
Penerbangan (Lapip). Kemudian pada tahun 1966 nama tersebut diubah kembali menjadi
Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur).
Pada tanggal 23 Agustus 1976, aset Lipnur (TNI AU) dilebur dengan Divisi
Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina menjadi PT. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio. Industri ini merupakan sejarah industri pesawat terbang modern selanjutnya.
Pada masa ini, segala aspek baik infrastruktur, fasilitas, sumber daya manusia, hukum
dan peraturan, beserta semua yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat
terbang diatur secara menyeluruh.
Setelah melakukan pengembangan di berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana,
pada tanggal 11 Oktober 1985 PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio diubah menjadi
PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Industri ini kemudian mengembangkan
teknologi canggih dan konsep transformasi teknologi yang memberikan hasil yang
optimal sebagai upaya untuk mengusai teknologi penerbangan dalam waktu yang relatif
singkat yaitu 20 tahun.
Dalam menjalankan kegiatannya, IPTN berpegangan pada filosofi transformasi
teknologi “Begin at the End and End at the Beginning”. Dengan filosofi tersebut,
perusahaan ini berhasil mentransfer teknologi penerbangan yang rumit dan terbaru,
dengan secara khusus menguasai desain pesawat terbang, rekayasa pengembangan serta
menufaktur pesawat komuter kecil dan sedang, IPTN juga bekerja sama dengan pihak
pabrikan melaksanakan pembuatan berbagai jenis pesawat terbang, seperti C212 Aviocar,
C235, NBO105, NBK117, BN109, SA330 Puma, NAS332 Super puma dan Nbell412.
Hal ini kemudian berlanjut pada keberhasilan membuat pesawat N250 dan N2130.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 5
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

IPTN kemudian memasuki masa-masa sulit ketika Indonesia tertimpa krisis


moneter pada pertengahan tahun 1997, yang meluas ke arah krisis melti dimensi yang
meliputi bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, akhlak, dan hankam. Krisis ini sangat
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan ini, yang memaksa pemerintah
mengurangi dukungan politis dan juga suntikan dana bagi IPTN. Hal ini ternyata tidak
dapat diantisipasi oleh perusahaan ini, sehingga kondisi internal yang mencakup finansial
dan menejerial pun memburuk.
Dalam keadaan ini, Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid pada tanggal 24
Agustus 2000 meresmikan perubahan nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI).
Hal ini bertujuan untuk memberi nafas dan paradigma baru bagi perusahaan. Perubahan
nama ini ternyata tidak memperbaiki keadaan, namun ternyata keadaan yang timbul
semakin rumit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh volume bisnis jauh lebih kecil dari
sumber daya yang tersedia, budaya organisasi tidak sehat, Direksi tidak berfungsi sebagai
mana mestinya, ketidakadaan modal kerja, beban gaji melebihi kemampuan, serta beban
utang yang masih besar.
Berdasarkan fakta bahwa PT. DI adalah aset nasional, industri strategis yang
mendukung kepentingan nasional dan memiliki kemampuan kedirgantaraan, maka
tindakan penyelamatan pun dilakukan. Strategi penyelamatan yang dilakukan diawali
dengan tahap Rescue (sampai dengan Desember 2003), Recovery (Januari-Desember
2004)dan kemudian dilanjutkan dengan tahap Pertumbuhan Bisnis.
Penyelamatan perusahaan dan penanganan karyawan diantaranya dilakukan
dengan:
1. Program perumahan sementara yang berlaku bagi seluruh karyawan selama 6
bulan untuk Stop-Bleeding, peningkatan produktivitas dan pemulihan
kepercayaan pelanggan.
2. RUPS luar biasa berupa peminjaman modal kerja senilai US $ 39 Juta untuk
PAF/TUDM/MPA-AU/Bae, restrukturasi keuangan PMS dan RDI/SLA,
pencabutan SKEP sistem pengupahan 15/10/02 kembali ke sistem sebelumnya,
seleksi ulang seluruh karyawan, rasionalisasi 6000 karyawan, jual aset non
produktif serta pengubahan susunan BOD & BOC.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 6
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

3. Program seleksi ulang karyawan oleh Konsultan SDM independen “Perso Data”.
4. Program Re-staffing (pemanggilan karyawan yang lulus seleksi ulang).
5. Program Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan dengan sosialisasi secara
cascade dan melalui media massa.
6. Program Re-deployment/Career Change Program berupa konversi kompetensi,
penyaluran ke BUMN lain, penyaluran ke perusahaan swasta lain, penyaluran ke
BUMN lain, Training Enterpreneurship dan Family Counseling.
7. Konsep PT. DI baru, Re-Fokus lini usaha (terbagi menjadi 4: Aircraft,
Aerostruktur, Maintenance dan Engineering Service), organisasi baru,
restrukturisasi sumber daya, bisnis proses baru dan budaya perusahaan baru.
Saat ini PT DI masih tetap berproduksi untuk usaha memenuhi kontrak kerja yang telah
disepakatinya. Meski dengan berbagai kendala dan kekurangan yang ada. Bagaimanapun
langkah-langkah yang telah diambil diharapkan cukup memadai memperbaiki kinerja,
efisiensi dan efektifitas perusahaan. Sehingga bukan hal yang mustahil PT DI nantinya
bangkit kembali sebagaimana yang diharapkan seluruh bangsa dan negara ini.

2.2 Visi dan Misi


2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan berkelas dunia dalam industri dirgantara berbasis pada
pengusaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global dengan
mengandalakan keunggulan biaya.
2.2.2 Misi
a. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan
dapat menghasilkan produksi dan jasa yang memiliki keunggulan bisnis.
b. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara terutama dalam rekayasa,
rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan
komersil dan militer dan juga untuk aplikasi di luar industri dirgantara.
c. Menjadikan perusahan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu
bersaing.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 7
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2.3 Satuan Usaha


2.3.1 Aircraft
Memproduksi beragam pesawat unntuk memnuhi berbagai misi sipil, militer, dan
juga misi khusus.

2.3.2 Aerostructure
Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai kemampuan
tinggi dalam manufaktur pesawat, dilengkapi pula dengan fasilitas manufaktur dengan
ketepatan tinggi (high precision), seperti: mesin-mesin canggih, bengkel sheet metal &
welding/pengelasan, composite & bonding center, jig & tool shop, calibration, testing
equipment & quality inspection (peralatan test & uji kualitas), pemeliharaan, dlsb. Bisnis
Satuan Usaha Aerostucture meliputi:
 Pembuatan komponen aerostructure (machined parts, Sub-assembly, Assembly)
 Pengembangan rekayasa (engineering package); pengembangan komponen
aerostructure yang baru
 Perancangan dan pembuatan alat-alat (tooling design & manufacturing)

2.3.3 Aircraft Services


Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun, Unit Usaha Aircraft Services
menyediakan servis pemeliharaan pesawat dan helikopter berbagai jenis, yang meliputi:
penyediaan suku cadang, pembaharuan dan modifikasi struktur pesawat, pembaharuan
interior, maintenance & overhaul.

2.3.4 Engineering Services


Dilengkapi dengan peralatan dan perancangan analisis yang canggih, fasilitas uji
berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman standard
internasional, Satuan Usaha Engineering Services siap memenuhi kebutuhan produk dan
jasa bidang engineering.

2.3.5 Defence

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 8
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Bisnis utama Satuan Usaha Defence, terdiri dari: produk-produk militer,


perawatan, perbaikan, pengujian dan kalibrasi baik secara mekanik maupun elektrik
dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang, produksi segala sistem
senjata, antara lain: FFAR 2.75” rocket, SUT Torpedo, dll.

2.4 Strategi
Dalam jangka panjang terdapat dua tahap sasaran perusahaan:
a. Tahap konsolidasi dan survival (2001-2003)
b. Tahap tumbuh dan sehat (2004 dan seterusnya)
Langkah-langkah strategis meliputi empat upaya:
a. Reorientasi bisnis.
b. Restrukturisasi sumber daya manusia dan organisasi.
c. Restrukturisasi keuangan dan permodalan.
d. Program peningkatan kinerja keuangan.

3.5 Makna Logo PT Dirgantara Indonesia

Gambar 2.1 Logo PT Dirgantara Indonesia


a. Warna Biru Angkasa melambangkan langit tempat pesawat terbang
b. Sayap pesawat terbang sebanyak 3 buah, yang melambangkan fase PT Dirgantara
Indonesia yaitu :
1. PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio
2. PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 9
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

3. PT Ditgantara Indonesia
c. Ukuran Pesawat terbang yang makin membesar melambangkan keinginan PT
Dirgantara Indonesia untuk menjadi perusahaan dirgantara yang semakin
membesar disetiap fasenya.
d. Lingkaran melambangkan bola dunia dimana PT Dirgantara Indonesia ingin
menjadi perusahaan kelas dunia.

3.6 Pengabdian Masyarakat


Sejak tahun 1995 PT Dirgantara Indonesia membentuk Tim Pembina Pabrik
Domestik (TP2D) yang bertujuan mendorong pertumbuhan industri nasional. Aktivitas
yang dilakukan adalah pelatihan-pelatihan teknologi dan peningkatan SDM kepada
industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi. Telah dibina 30 perusahaan yang
terdiri dari industri manufaktur, pemeliharaan, supplier, laboratorium dan perusahaan
penerbangan. Saat ini sedang disiapkan program yang sama untuk perusahaan yang
tergabung dalam ASPEP (Asosiasi Permesinan dan Pekerjaan Logam).

3.7 Budaya Perusahaan


Budaya perusahaan PT Dirgantara Indonesia dijargonkan sebagai SPEED, yakni:
a. Solid, kompak dan bersinergi sebagai tim, bersikap tulus dan terbuka untuk mencapai
tujuan perusahaan.
b. Professional, ahli dan kompeten sesuai dengan norma profesinya.
c. Excellent, tekad untuk memperoleh keunggulan dan standar kualitas tertinggi.
d. Enthusiast, semangat dan gairah dalam bekerja dan menghadapi tantangan.
e. Dignity, martabat berlandaskan iman dan takwa.

2.8 Produk dan Jasa


2.8.1 Produk
1. Pesawat sayap tetap (full development)
 N-250
 N-2130

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 10
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

 N-219
2. Pesawat sayap tetap (joint development & production)
 CN-235-110/220M
 CN-235-220MPA
3. Pesawat sayap tetap (under-license production)
 NC-212-200
 C-212-400
 CN-295M
4. Helikopter (under-license production)
 NBell-412HP/SP/EP
 NAS-330 Puma
 NAS-332Super Puma
 NBO-105CB/CBS
 EC-725 Cougar
 AS-365N3+ Dauphin
 AS-555/AS-350 Fennec
5. Program sub-kontrak manufaktur komponen:
 Boeing B737, B757, B767
 Airbus A320, A321, A330, A340, A350 dan A380
 Airbus Helicopter EC-725/EC-225 Cougar
6. Senjata:
 FFAR (Folding-Fin Aerial Rocket) 2.75 inch (di bawah lisensi Belgia)
 SUT (Surface & Underwater Target) Torpedo
 NDL-40 Ground-to-Ground Rocket Multi Launcher

2.5.2 Jasa
1. Jasa rekayasa, desain, pengembangan dan pengujian
2. Sistem simulasi pesawat
3. Integrasi sistem

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 11
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

4. Manufaktur komponen pesawat


5. Perawatan dan perbaikan pesawat (aircraft maintenance repair and overhaul) untuk
pesawat tipe:
 CN-235
 NBell-412
 NBO-105
 NC-212-100/200
 NAS-332 Super Puma
 Boeing B737-200/300/400/500
 Airbus A320
 Fokker F-100
 Fokker F-27
Aircraft industrial tooling & equipment manufacturing

2.9 Sturktur Organisasi


PT. Dirgantara Indonesia dipimpin oleh seorang direktur utama dibantu oleh
seorang asisten direktur utama dan sekretaris perusahaan. PT. Dirgantara Indonesia
memiliki lima direktorat dan satu unit bisnis strategis. Direktorat tersebut yaitu:
 Direktorat Keuangan
 Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia
 Direktorat Niaga dan Restrukturisasi
 Direktorat Teknologi dan Pengembangan
 Direktorat Produksi
 Unit Bisnis Stategis Aircraft Services.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 12
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

DIREKTUR
UTAMA

UNIT BISNIS STRATREGIS


SATUAN PENGAWASAN AIRCRAFT SERVICE
ASISTEN DIREKTUR UTAMA BIDANG SEKERTARIS PERUSAHAAN
HUBUNGAN PEMERINTAH INTERN

DIVISI PEMASARAN &


PENJUALAN AIRCRAFT
SERVICE
DIVISI PERENCANAAN DIVISI PENGAMANAN
PERUSAHAAN

DIVISI PERAWATAN &


MODIFIKASI

DIREKTORAT UMUM &


DIREKTORAT KEUANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIVISI MANAJEMEN
LOGISTIK AIRCRAFT SERVICE

DIVISI KEUANGAN DIVISI PENGEMBANGAN


PERUSAHAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIVISI KEUANGAN &
ADMINISTRASI AIRCRAFT
SERVICE

DIVISI DIVISI ADMINISTRASI


PEMBENDAHARAAN SUMBER DAYA MANUSIA

DIVISI AKUNTANSI DIVISI PENGADAAN


UMUM & JASA FASILITAS

DIVISI TEKNOLOGI
INFORMASI

DIREKTORAT TEKNOLOGI & DIREKTORAT PRODUKSI


DIREKTORAT NIAGA & PENGEMBANGAN
RESTRUKTURISASI

DIVISI DIVISI JAMINAN MUTU


POENGEMBANGAN DIVISI MANAJEMEN
USAHA PROGRAM

DIVISI REKAYASA
DIVISI PUSAT
DIVISI PEMASARAN MANUFAKTUR
TEKNOLOGI

DIVISI MANAJEMEN
DIVISI PENJUALAN DIVISI PUSAT
PROGRAM DAN
RANCANG BANGUN PERENCANAAN

DIVISI DIVISI PENGADAAN


DIVISI PUSAT UJI
RESTRUKTURISASI DAN LOGISTIK
TERBANG

DIVISI DETAIL PART


DIVISI SERTIFIKASI &
MANUFACTURING
KELANGSUNGAN LAIK
UDARA

DIVISI KOMPONEN DAN


PERAKITAN

DIVISI PERAKITAN
AKHIR DAN PUSAT
DELIVERI

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 13
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2.10 Manajemen Kualitas Direktorat Aerosructure


Sistem manajemen kualitas mengacu pada AS9100 : revisi C 2009 yang secara
matematik dapat dinyatakan sebagai ISO9001/2008 ditambah regulasi keselamatan
penerbangan.

2.10.1 General
AE telah menstabilkan dan mengimplementasikan sistem manajemen kualitas dan
manajemen akses pada karyawan AE, pelanggan, dan regulatory. Hal ini didasarkan pada
prinsip keempat pada kebijakan kualitas (quality policy) untuk memenuhi dan mengenali
pelanggan dan aplicable statutory dan regulatory dari kebutuhan sistem manajemen
kualitas dan ekspektasi ketika penyediaan produk sesuai harga ekonomisnya.
Requirement (kebutuhan) untuk setiap penggunaan standar dan regulasi dari peningkatan
berkelanjutan pada setiap level dalam AE (mengacu pada 10-AE-P401).

2.10.2 Control of Document


Procedure 10-AE-P403 disusun untuk mendefinisikan aturan yang dibutuhkan :
a. Pada approval document (dokumen yang disetujui) setelah isu yang terdahulu oleh
fungsi otoritas
b. Untuk melakukan review dan update yang diperlukan dan re-approve dokumen
c. Untuk memastikan bahwa perubahan dibuat pada suatu dokumen dilakukan setelah
pengajuan permintaan perubahan kepada fungsi otoritas dan status revisi dokumen
telah dikenali
d. Untuk memastikan bahwa versi dokumen yang dipakai tersebut tersedia sesuai point
of use dan dikendalikan dengan master list dari dokumen
e. Untuk memastikan dokumen tersebut legible dan readly identifiable (dapat dikenali
dan dimengerti)
f. Untuk memastikan bahwa document of external origin (dokumen eksternal asli)
ditentukan oleh AE yang dibutuhkan untuk planning dan pelaksanaan QMS dikenali
dan pendistribusiannya terkendali

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 14
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

g. Untuk mencegah penggunaan dokumen usang dan menggunakan proses identifikasi


yang cocok jika saja dokumen tersebut nantinya masih dapat digunakan untuk tujuan
tertentu.
Dokumentasi sistem manajemen kualitas dan perubahannya disediakan untuk
semua effeted function dan akses diberikan kepada semua karyawan AE, pelanggan
dan/atau perwakilan otoritas regulatory.

2.10.3 Control of Records


Record (dokumen) dalam bentuk hardcopy dan electronics media diatur menurut
10-AE-P402 untuk diidentifikasi, storage, protection, retrieval, retention, legible,
desposition dan readly identifiable.

2.11 Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan suatu bisnis
dalam industri, karena itu pengelolaan sumber daya manusia harus diarahkan kepada
peningkatan kompetensi da keterampilan. Berikut merupakan poin-poin untuk
manajemen sumber daya manusia.

2.11.1 General
Untuk kerja karyawan yang berpengaruh pada kualitas produk harus menjadi
komponen dasar menurut dasar pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman
yang tepat.

2.11.2 Competence, Awarness and Training


Menentukan kompetensi penting untuk unjuk kerja yang berdampak pada kualitas
produk,
a. Provide (menyediakan) pelatihan atau tindakan lainnya untuk memenuhii kebutuhan
tersebut
b. Evaluate (mengevaluasi) keefektifan dari tindakan yang diambil

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 15
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

c. Ensure (memastikan) bahwa setiap karyawan sadar tentang relevansi dan pentingnya
aktivitas mereka dan bagaimana hal tersebut dalam berkontribusi untuk mencapai
quality objective
d. Maintain (merawat) appropriate record pendidikan, pelatihan, skill dan experiance

2.12 Tata Kerja Perusahaan


Secara garis besar proses produksi pesawat mencakupi beberapa tahapan.
2.12.1 Gedung Penyimpanan
Sebelum bahan baku diproses menjadi komponen terlebih dahulu dilakukan
evaluasi dan pengujian Quality Assurance melalui destruction inspection maupun non-
destruction inspection. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dan adanya
korosi. Selanjutnya bahan baku tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan sesuai
dengan spesifikasinya.

2.12.2 Pre-cutting
Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting sesuai dengan
permintaan bagian produksi disertai job card yang tersedia. Proses ini dilaksanakan antara
lain untuk menghemat bahan yang diproses, memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan
bahan. Bahan yang telah dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance dan dilirim
ke fabrikasi untuk proses selanjutnya.

2.12.3 Fabrikasi
Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan helikopter serta
membuat dan menyiapkan tool dan jig sebagai alat bantu pembuatan komponen.
Pembuatan komponen dilakukan melalui proses pemesinan maupun tidak (di machining
shop maupun sheet metal forming). Perlakuan lain yang diterapkan oleh komponen
diatas:
a. Heat treatment
Suatu perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku sehingga lebih memudahkan
proses pembuatan komponen. Proses yang dilakukan antara lain : pengerasan,

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 16
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

pelunakkan, penormalan kembali. Ketiga hal tersebut diatas dilakukan dengan cara
pemanasan, pendinginan dan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan.
Komponen yang memerlukan perlakuan diatas adalah komponen yang dibuat dengan
cara pengepresan.
b. Surface treatment
Suatu perlakuan pelapisan komponen secara kimiawi sehingga komponen lebih tahan
korosi. Selain diatas terdapat perlakuan lain terhadap komponen dengan cara
chemical milling. Komponen yang mendapat perlakuan diatas antara lain yang dibuat
di sheet metal forming, machining shop juga komponen-komponen yang dibentuk
dengan cara stretch forming dan rubber press.
c. Pengecatan dasar
Suatu perlakuan lanjut agar komponen-komponen diatas lebih tahan korosi. Sebelum
komponen-komponen diatas dirakit di bagian fixed wing dan rotary wing diadakan
pengujian final oleh bagian oleh bagian Quality Assurance sesuai data yang tercantum
didalam dokumen.
d. Rotary wing
Bertugas merakit pesawat helikopter dari struktur awal sampai final, termasuk
didalamnya mesin, sistem elektrik, sistem avionik, interior dan sebagainya. Perakitan
yang disesuaikan dengan pesanan atau kebutuhan pemesan yang disesuaikan dengan
misi dan fungsi pesawat tersebut dalam operasi.
e. Fixed wing
Bertugas merakit pesawat bersayap tetap dan proses perakotannya sama seperti rotary
wing.

Gambar 2.3 Skematis Tata Kerja PT Dirgantara Indonesia

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 17
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Landasan Teori


3.1.1 Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang adaa diubah untuk
memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan barang atau jasa.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu
dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat definisi diatas, proses produksi dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih
bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
3.1.1.1 Jenis-Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi.
Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan
bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa
adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah
sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus
(Continous processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).
Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan
terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir.
Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari
bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari,
2002).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume atau jumlah
produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan, (3) peralatan yang

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 18
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai faktor-


faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi
produksi.
3.1.1.2 Macam tipe proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai
berikut (Yamit, 2002):
a. Proses produksi terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran
produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik
dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang
memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau
jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
b. Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus
dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat
sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk
diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
c. Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus
dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa
setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.

3.1.2 Perencaan (planning)


Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat
strategi digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari
semua fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan (planning) fungsi pengorganisasian,
pengontrolan maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan.
Rencana (planning) dapat berupa rencana informal ataupun rencana formal.
Rencana informal adalah rencana-rencana yang tak tertulis dan bukan merupakan dari
tujuan bersama anggota organisasi. Sedangkan definisi dari rencana formal adalah

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 19
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

rencana yang tertulis yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka waktu
tertentu. Rencana formal adalah rencana bersama anggota-anggota korporasi, artinya
setiap anggota harus mengetahui serta menjalankan rencana tersebut. Rencana formal
dibuat sbagai untuk mengurangi ambiguitas & menciptakan kesepahaman mengenai apa
yang harus dilakukan.
3.1.2.1 Macam-macam planning atau perencanaan
Perencanaan/rencana itu merupakan pusat atau inti dari kegiatan manajemen, dan
perencanaan memiliki banyak macamnya, diantaranya seperti di bawah ini:
Perencanaan jika dilihat berdasarkan jangka waktu berlakunya rencana, bisa di baca di
bawah ini:
 Rencana Jangka Panjang (long term planning) adalah perencanaan yang berlaku
antara 10 s/d 25 tahunan.
 Rencana Jangka Menengah (medium range planning) adalah perencanaan yang
berlaku di antara 5 s/d 7 tahunan.
 Rencana Jangka Pendek (short range planning) adalah perencanaan umumnya
berlakunya hanya untuk sekitar 1 tahun.
Perencanaan jika dilihat dari tingkatannya, bisa di baca di bawah ini:
 Rencana Induk (masterplan) adalah sebuah perencanaan yang menitik beratkan
uraian-uraian korporasikebijakan sebuah organisasi. Rencana tersebut memiliki
tujuan-tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.
 Rencana Operasional (operational planning) adalah sebuah perencanaan yang
lebih menitik beratkan kepada pedoman ataupun petunjuk dalam melaksanakan
program-program.
 Rencana Harian (day to day planning) adalah perencanaan harian yang sifatnya
rutin.
Perencanaan jika ditinjau berdasarkan dari ruang lingkupnya, bisa di baca di bawah ini:
 Rencana Strategis (strategic planning) adalah perencanaan yang berisikan uraian
tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama.
Model perencanaan ini sangat sulit untuk diubah.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 20
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

 Rencana Taktis (tatical planning) adalah rencana yang berisi uraian-uraian yang
sifatnya jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatannya, asalkan tujuannya tak
berubah.
 Rencana menyeluruh (comprehensive planning) adalah rencana yang memiliki
uraian-uraian secara menyeluruh serta lengkap.
 Rencana Terintegrasi (integrated planning) adalah rencana yang memiliki uraian-
uraian menyeluruh yang sifatnya terpadu.
3.1.3 Manajemen Proyek
Proyek adalah usaha temporary yang dilakukan untuk menciptakan produk,
layanan, atau hasil yang unik. Sifat temporary proyek menunjukkan bahwa proyek
memiliki awal dan akhir.
Manajemen proyek adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, peralatan, dan
teknik untuk memenuhi persyaratan proyek. Manajemen proyek dikategorikan menjadi
lima Proses. Kelima Proses tersebut adalah: Initiating, Planning, Executing, Monitoring
& Control, dan Closing.
Cakupan Pengelolaan sebuah proyek biasanya, tetapi tidak terbatas pada:
 Mengidentifikasi persyaratan;
 Menujukan berbagai kebutuhan, perhatian, dan harapan stakeholder dalam
perencanaan & pelaksanaan proyek;
 Menyiapkan, memelihara, dan melaksanakan komunikasi antar stakeholder secara
aktif, efektif, dan kolaboratif;
 Mengelola stakeholder dalam memenuhi persyaratan proyek dan menciptakan
deliverable proyek;
 Menyeimbangkan kendala proyek, yang terdiri, tetapi tidak terbatas pada: Ruang
Lingkup, Kualitas, Jadwal, Anggaran, Sumber daya, dan Risiko.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 21
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

3.1.3.1 Pemetaan Proses Manajemen Proyek

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 22
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

3.1.4 Motivasi Kerja


3.1.4.1 Pengertian Motivasi Kerja
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude)
karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif
terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja
maksimal”.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 23
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai


terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri
pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai
tercapai.

3.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja


Tentu saja ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan
di sebuah perusahaan.
Faktor kebijakan perusahaan. Melipui gaji, tunjangan, dan pensiun. Dampaknya
terhadap motivasi kerja biasanya hanya sekedar untuk bertahan. Tidak memberikan
dampak yang begitu besar dalam peningkatakn kinerja. Jadi, perusahaan tidak cukup
hanya mengandalkan masalah gaji, pensiun, dan tunjangan untuk memotivasi karyawan
untuk mendapatkan kinerja terbaik. Kecuali, jika perusahaan mampu memberikan gaji
selangit, jauh diatas rata-rata gaji, mungkin akan memiliki pengaruh. Saya katakan,
mungkin.
Faktor imbalan atau reward. Jika dikelola dengan baik, sistem imbalan atau
reward terhadap karyawan yang berprestasi akan memberikan dampak yang besar untuk
peningkatan motivasi.
Faktor kultur perusahaan. Nah, yang ini, jangan dianggap sepele. Meski terlihat
sederhana, tetapi masalah kultur perusahaan bisa memberikan dampak yang besar dalam
peningkatan motivasi kerja. Kultur-kultur yang mengedepankan rasa hormat,
kebersamaan, kejujuran, dan keakraban akan meningkatkan motivasi kerja cukup
signifikan.
Faktor kondisi mental karyawan itu sendiri. Ini yang terpenting. Jika seorang
karyawan yang memiliki mental yang kuat, dia akan tetap memiliki motivasi kerja meski
ketiga faktor diatas kurang mendukung. Mereka memiliki pikiran jauh ke depan.
Pandangannya tidak sempit hanya saat ini saja. Mereka memiliki jiwa besar untuk tetap
memberikan kontribusi sebaik mungkin. Sayangnya, faktor ini kadang terlewatkan baik
oleh karyawannya sendiri maupun oleh perusahaan.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 24
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

3.1.5 Proses Perakian


Assembling atau disebut juga dengan istilah perakitan adalh proses penggabungan
dari beberapa bagian komponen untk membentuk suatu kontruksi yang diinginkan. Proses
perakitan untuk komponen-komponen yang dopminan terbuat dari pelat tipis dan peelat
tebal ini membutuhkan teknik-teknik perakitan tertentu yang biasanya dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantatanya :
1. Jenis bahan yang akan dirakit
2. Kekuatan yang dibutuhkan untuk kontruksi
3. Pemilihan metode penyambungan
4. Pemilihan metode penguatan yang tepat
5. Penggunaan alat-alat bantu perakitan
6. Toleransi
7. Keindahan bentuk
8. Ergonomis kontruksi
9. Finishing

Faktor-faktor yang mempengaruhi perakitan


A. Jenis – jenis bahan dan lopgam yang di rakit
Setiap jenis bahan mempunyai sifat-sofat khusus dari bahan lainnya, sehingga sewaktu
dilakukan perakitan jenis bahan sebelumnya harus diketahui sifat-sifatnya. Sebab dengan
diketahuinya sifat-sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode
penyambungannya.
B. Kekuatan yang dibutuhkan
Pertimbangan kekuatan yang dibutuhkan untuk suatu kontruksi, sebaiknya telah dihitung
sewaktu merncanakan apa yang akan dijelaskan, dalam hal ini dengan
mempertimbangkan untuk apa kontruksi itu digunakan. Dengan dasar ini maka kita dapat
memilih metode penyambungan dalam proses perakitan dasar untuk kekuatan kontruksi
dari sambungan yang diminta.
C. Pemilhan metode penyambungan

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 25
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pemilihan metode penyambungan ini sangat erat hubungannya dengan jenis bahan dan
kekuatan sambungan yang dibutuhkan. Sebab setiap metode penyambungan mempunyai
keistemewaan tersendii. Apabila kita salah memilih metode penyambungan, maka
akibatnya komponen yang akan kita rakit kurang baik hasilnya, kemungklinan bisa terjadi
kerusakan akibat penyambungan yang tidak tepat. Komponen dari pelat baja tipis, jika
menggunakan sambungan las welding, pelat akan melengkung akibat pengaruh panas dari
hasil pengelasan. Metode penyambungan yang kuat bisa dilakukan salahsatunya dengan
cara metode pengelingan menggunakan paku keling.
D. Pemilihan metode penguatan
E. Toleransi
F. Ergonomis
Yang dimaksud Ergonomis dalam istilah perakitan ini adalah kesesuain antara produk
dengan penyamaran si pemakai (end user) artinya apabila produk ni digunakan tidak
menimbulkan cepat letih, membahayakan , membosankan, dan sebagainya.
G. Finishing
Merupakan bagian yang sangat penting dalam proses perakitan. Finishing ini akan
memberikan tampilan akhir terhadap suatui benda terhadap nilai jual

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 26
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Keterlambatan Produksi Pesawat N219


4.1.1 Keterlambatan produksi akibat keterlambatan suplai part dari DPM
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada karyawan-karyawan PT.
Dirgantara Indonesia, proses produksi prototipe pesawat N219 mengalami kendala akibat
keterlambatan suplai part dari DPM.
Setelah saya melakukan wawancara dengan Pak Arip sebagai Production
Planning (level 2), masalah keterlambatan suplai part dari DPM diakibatkan karena
kurang tepat dalam pembagian waktu kerja (manhour) sedangkan untuk mesin, alat dan
jumlah pekerja sudah memadahi. Serta belum adanya pembagian skala prioritas pekerja
di bagian DPM itu sendiri.
5 karyawan
25 karyawan
8 karyawan
Expert
12 karyawan

5 karyawan
Sheet Metal 50 karyawan

Medium 8 karyawan
150 karyawan

12 karyawan

5 karyawan
75 karyawan
8 karyawan
Beginer

12 karyawan

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 27
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2 karyawan
10 karyawan
3 karyawan
Expert
5 karyawan

4 karyawan
Machining 20 karyawan

60 karyawan Medium 6 karyawan

10 karyawan

5 karyawan
30 karyawan
10 karyawan
Beginer

15 karyawan

1 karyawan
8 karyawan
3 karyawan
Expert
4 karyawan

2 karyawan
Surface treatment 13 karyawan

40 karyawan Medium 4 karyawan

7 karyawan

4 karyawan
19 karyawan
6 karyawan
Beginer
9 karyawan

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 28
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Keterangan : : karyawan bagian sheet metal

: karyawan bagian machining

: karyawan bagian surface treatment

Seperti yang diketahui pada bagan diatas, terlihat bahwa jumlah pekerja pada
divisi DPM terdapat sekitar 250 karyawan dengan pembagian 150 karyawan pada bagian
sheet metal, 60 karyawan pada bagian machining, dan 40 karyawan pada bagian surface
treatment. Karena belum adanya pembagian skala prioritas pekerja dengan deadline
orderan pesawat yang begitu padat dan hampir berdekatan, penulis mencoba memberikan
solusi pembagian skala prioritas karyawan dengan permisalan pembagian di bagian DPM
sebagai berikut:
 Pekerja sheetmetal
1. Tenaga ahli expert dengan jumlah pekerja 25 orang
2. Tenaga ahli medium dengan jumlah pekerja 50 orang
3. Tenaga ahli beginer dengan jumlah pekerja 75 orang
 Pekerja machinig
1. Tenaga ahli expert dengan jumlah pekerja 10 orang
2. Tenaga ahli medium dengan jumlah pekerja 20 orang
3. Tenaga ahli beginer dengan jumlah pekerja 30 orang
 Pekerja surface treatment
1. Tenaga ahli expert dengan jumlah pekerja 8 orang
2. Tenaga ahli medium dengan jumlah pekerja 13 orang
3. Tenaga ahli beginer dengan jumlah pekerja 19 orang
Dengan permisalan perbandingan tingkatan tenaga ahli pada perusahaan dimana
expert, medium dan beginer memiliki perbandingan 1:2:3. Tenaga ahli expert adalah
tenaga ahli yang memang sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup lama di PT.
Dirgantara Indonesia, sedangkan tenaga ahli tingkat medium adalah tenaga ahli yang
memiliki pengalaman dan kemampuan cukup, dan tenaga ahli tingkat beginer merupakan
tenaga ahli baru yang belum banyak memiliki pengalaman tetapi memiliki keahlian.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 29
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jika pada satu bulan yang sama PT. Dirgantara Indonesia harus menerima orderan
3 pesawat yang berbeda, production planning dapat membuat skala prioritas pekerja
dengan membagi tenaga ahli yang ada berdasarkan tingkat keahliannya agar target
orderan bisa terpenuhi semua dengan tepat waktu. Setelah melakukan pembagian
prioritas pekerja production planning dapat menempatkan jumlah pekerja terbanyak dari
tingkat expert untuk mengerjakan deadline pesawat yang paling dekat, kemudian jumlah
terbanyak kedua di tempatkan untuk mengerjakan deadline pesawat yang paling dekat
berikutnya, dan jumlah pekerja expert paling sedikit ditempatkan untuk mengerjakan
pesawat dengan deadline orderan yang paling terakhir. Pembagian skala prioritas pekerja
tersebut berlaku pada ketiga bagian yang ada di divisi DPM yaitu sheet metal, machining,
dan surface treatment.

4.1.2 Keterlambatan produksi akibat desain part yang berubah


Faktor perubahan desain part dari engineer juga berpengaruh besar terhadap
keterlambatan produksi prototipe pesawat N219. Perubahan desain tersebut diakibatkan
karena mesin produksi di DPM yang kurang memadahi dengan keinginan desain dari
engineer, serta kurang koordinasinya para engineer dengan bagian DPM dan kurang
ketelitian dalam pembuatan desain. Perubahan tersebut sebenarnya wajar terjadi dalam
pembuatan desain pesawat prototipe, akan tetapi sangat berpengaruh besar terhadap
keterlambatan produksi pesawat terutama di bagian assembly atau perakitan pesawat.
Dengan adanya perubahan desain tersebut, part yang sudah dicetak dan sudah siap
dipasang mengalami keterlambatan penyelesaian perakitan karena part yang sudah siap
tidak bisa dipasang atau harus diganti dengan menuggu part yang baru datang dari DPM,
tetapi tidak semua part yang terjadi kesalahan harus diganti dengan yang baru. Terkadang
part yang salah juga bisa diakali atau diperbaiki di bagian assembly itu sendiri.
Sedangkan part yang harus diganti dan tidak bisa diperbaiki menjadi sia-sia karena
sudah tidak bisa digunakan lagi, sehingga hanya membuang-buang waktu dan biaya
karena pembuatan part yang salah dan sangat berpengaruh terhadap keterlambatan
produksi prototipe pesawat N219. Sehingga alangkah baiknya melakukan perbaikan
koordinasi tiap divisi atau tiap step pembuatan pesawat, bisa juga dengan pembuatan tim

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 30
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

khusus untuk koordinasi tiap bagian, tak lupa juga melakukan pengevaluasian tiap
menyelesaikan pekerjaan.

4.2 Kurangnya Motivasi Kerja Karyawan


Sebuah perusahaan akan berjalan dengan baik apabila memiliki tiga pondasi
utama, yaitu sumber daya fisik, modal dan sumber daya manusia. Ketiga hal tersebut
harus bersinergi agar dapat memperlancar laju operasional perusahaan dalam
mencapai setiap tujuan yang direncanakan. Sumber daya manusia terutama karyawan
membutuhkan stimulus berkelanjutan agar tetap bisa menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik. dalam hal ini, motivasi kerja sangat dibutuhkan.
Tanpa motivasi, seorang karyawan tidak akan merasa antusias menyelesaikan
pekerjaannya dan juga mudah putus asa apabila mengalami kegagalan. Kurangnya
motivasi kerja juga berpengaruh terhadap keterlambatan produksi. Salah satu faktor
penyebab motivasi kerja karyawan menurun di PT. Dirgantara Indonesia diakibatkan
karena sarana dan prasarana gedung yang kurang memadahi sebagai contoh kurang
nyamannya tempat istirahat bagi karyawan atau mekanik yang bekerja di hanggar.
Berdasarkan obsevasi penulis terhadap tempat istirahat karyawan, tempat istirahat
mekanik hanya disediakan ruangan kecil hanya bisa untuk duduk saja itupun sangat
tidak layak jika harus ditempati banyak mekanik. Dalam memulai pekerjaan pun
mekanik sering tidak sesuai jadwal, misalnya jam kerja setelah jam istirahat pukul
12.30 tetapi mekanik baru memulai kerja pukul 13.30. Alangkah baiknya jika sarana
prasaran di PT. Dirgantara Indonesia diperbaiki dan di tingkatkan agar lebih
memotivasi semua pekerja, sehingga dapat bekerja tepat waktu sesuai jadwal dan
dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai target.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 31
KERJA PRAKTEK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil kerja praktik di PT. Dirganta Indonesia bagian Produksi
Divisi Assembly, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Production planning sangat penting untuk mengerjakan suatu proyek agar dapat
selesai tepat waktu.
2. Pembagian skala prioritas pekerja dibutuhkan demi menunjang ketepatan waktu atau
deadline orderan suatu perusahaan disaat perusahaan memiliki tenaga ahli yang tidak
merata tingkat keahliannya.
3. Koordinasi antara bagian tiap step produksi pesawat sangat dibutuhkan, agar tidak
terjadi miss komunikasi atau kesalahan yang dapat menyebabkan keterlambatan
dalam mencapai target produksi.
4. Motivasi kerja karyawan berpengaruh terhadap efektivitas produksi.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada perusahaan, adalah sebagai berikut;

1. Membuat manajemen proses produksi yang baik setiap akan melakukan suatu proses
produksi, termasuk pembagian skala prioritas pekerja.
2. Membuat tim khusus koordinator tiap bagian produksi, juga melakukan evaluasi tiap
melakukan proses produksi.
3. Memperbaiki sarana prasana yang sudah ada ataupun menambah fasilitas yang belum
ada seperti ruang istirahat pekerja lapangan/mekanik.
4. Perusahaan perlu melakukan pengawasan pada kerja operator mesin dan juga
operator perakitan agar selalu dalam keadaan baik dan terkendali.

MECHANICAL ENGINEERING
DIPONEGORO UNIVERSITY
2016 32

Anda mungkin juga menyukai