Anda di halaman 1dari 18

MATERI : ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN

A. Teknik Analisis

Gambar Kerangka pikir analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan

MODUL 6 : ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN 1


1. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan berdasarkan 2 pendekatan, yaitu Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2007 yang berorientasi untuk pengembangan wilayah menjadi
kawasan perkotaan, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 yang
berorientasi untuk pengembangan wilayah pertanian. Keduanya mengkaji karakter fisik lahan
yang dalam kajian ini menggunakan unit analisis sistem lahan yang dinilai berdasarkan
persyarakatan setiap kemampuan lahannya.
a. Analisis Kemampuan Lahan Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20
Tahun 2007
Kementerian Pekerjaan Umum No. 2 Tahun 2007 merumuskan analisis kemampuan dan
kesesuaian lahan dalam perencanaan dan pengembangan kawasan yang tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Kemampuan lahan didasarkan pada karakteristik fisik lahan seperti kemiringan lereng,
morfologi, elevasi, kondisi geologi, curah hujan, drainase, penggunaan lahan, kondisi
airtanah, dan lainnya untuk mengetahui 9 satuan kemampuan lahan (SKL). Setiap SKL
dihasilkan dari penjumlahan skor parameter yang mempengaruhi. Masing-masing
parameter diberi skor antara 1 sampai 5, dengan ketentuan skor 1 untuk kondisi lahan yang
tidak mendukung sedangkan skor 5 untuk kondisi lahan yang mendukung. Nilai skor akhir
SKL merupakan jumlah total skor seluruh parameter yang diklasifikasikan menjadi 5 kelas
dengan metode equal interval berdasarkan sebaran data di lokasi kajian. Berdasarkan
sembilan satuan kemampuan lahan diperoleh nilai dan kelas kemampuan lahan yang
dijadikan sebagai dasar analisis kesesuaian lahannya. Gambar 1. 2 menunjukkan kerangka
pikir kemampuan dan kesesuaian lahan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
(1) SKL Morfologi
Morfologi merupakan bentuk permukaan bumi, yang didasarkan pada kondisi
kelerengan suatu wilayah. Semakin datar, rendah, dan tidak kompleks morfologi suatu
wilayah, kemampuan lahannya semakin tinggi. Analisis SKL Morfologi ditunjukkan pada
Tabel 1. 1.

MODUL 6 : ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN 2


  Rendah 5
Data   Kurang 4
Morfologi SKL Morfologi Sedang 3
Kemiringan Lereng (%)   Cukup 2
  Tinggi 1

Tabel 1. 1 Parameter Analisis SKL Morfologi

Data Klasifikasi Nilai


Datar 5
Berombak 4
Morfologi Bergelombang 3
Berbukit 2
Bergunung 1
0-2 5
Kemiringan 3-15 4
Lereng (%) 16-25 3
26-40 2
> 40 1
(2) SKL Kemudahan Dikerjakan
Kemudahan lahan untuk dikerjakan menjadi salah satu aspek penting dalam
pengembangan kawasan. Kemudahan dikerjakan dikaji berdasarkan aspek morfologi,
kemiringan lereng, geologi, geologi permukaan, dan penggunaan lahan. Tabel 1. 2
menunjukkan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan.
Data
Morfologi   Tinggi 5
Kemiringan Lereng % SKL Cukup 4
Kemudahan
Geologi Dikerjakan
Sedang 3

Tanah   Kurang 2
Ketinggian Absolut   Rendah 1

Tabel 1. 2 Parameter Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan

Datar 5
Berombak 4
Morfologi Bergelombang 3
Berbukit 2
Bergunung 1
0-2 5
Kemiringan 3-15 4
Lereng 16-25 3
(%) 26-40 2
> 40 1
batu pasir, tufa kasar, batulanau, arkose, greywacke,
5
batugamping
aluvium, pasir lanau, batulumpur, napal, tufa halus,
4
Geologi serpih
Aglomerat, breksi sedimen, konglomerat 3
Andesit, granit, diorit, metamorf, breksi volkanik 2
Lempung, lumpur, lempung organik, gambut 1
Entisol 5
Inceptisol; Mollisol; Oxisol; Spodosol; Ultisol 4
Tanah Andisol; Non Cal 3
Vertisol; Inceptisol 2
Alfisol; Histosol 1
< 200 meter 5
200 - 500 meter 4
Ketinggian 500 - 1500 meter 3
Absolut
1500 - 3000 meter 2
> 3000 meter 1
(3) SKL Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng menunjukkan kondisi kemiringan lereng. Semakin besar kemiringan
lerengnya, semakin tidak stabil lereng tersebut. Tidak stabil, artinya mudah terjadi gerakan
tanah misalnya longsor, sehingga tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau
peruntukan lahan budidaya lain. Parameter Analisis SKL kestabilan lereng ditunjukkan
pada Tabel 1. 3.

Data/Parameter
Morfologi   Tinggi 5
Ketinggian Absolut SKL Cukup 4
Kemiringan Lereng (%) Kestabilan Lereng Sedang 3
Curah Hujan (mm/tahun   2
Kurang
Geologi   1
Penggunaan Lahan
Tanah

Tabel 1. 3 Parameter Analisis SKL Kestabilan Lereng


Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Datar 5 < 200 meter 5
Berombak 4 200 - 500 meter 4
Ketinggian
Morfologi Bergelombang 3 500 - 1500 meter 3
Berbukit 2 Absolut 1500 - 3000 meter 2
Bergunung 1 > 3000 meter 1
0-2 5 < 1000 5
3-15 4 Curah 1000-2000 4
Kemiringan 16-25 3 3
Hujan 2000-2500
Lereng (%)
26-40 2 (mm/tahun) 2500-3000 2
> 40 1 >3000 1
Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Andesit, granit,
diorit, metamorf, 5 Hutan 5
breksi volkanik
Aglomerat, breksi
sedimen, Kebun; Semak
4 4
konglomerat Belukar

batu pasir, tufa


kasar, batulanau,
arkose, greywacke, 3 Penggunaan Lahan Pertanian 3
Geologi
Lahan
batugamping

pasir lanau,
batulumpur, napal, 2 Pemukiman 2
tufa halus, serpih
lempung, lumpur, Lahan Kosong;
lempung organik, 1 Penambangan; 1
gambut Rawa
Ultisol; Mollisol;
Spodosol; 5

Oxisol 4
Tanah Vertisol; Alfisol; 3
Histosol
Entisol; Inceptisol 2
Andisol 1
(4) SKL Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi merupakan kondisi lahanyang mendukung stabol tidaknya suatu
bangunan dibangun. Dengan mengetahui SKL kestabilan pondasi, dapat diperkirakan jenis
pondasi bangunan. Semakin tinggi tingkat SKL kestabilan pondasi, semakin baik
kemampuan lahannya sehingga dapat dibangun untuk berbagai bangunan dengan berbagai
jenis pondasi. Tabel 1. 4 menunjukkan parameter Analisis SKL Kestabilan Pondasi.

Data   Tinggi 5
Kestabilan Lereng   Cukup 4
Curah Hujan
SKL Sedang 3
(mm/tahun)
Geologi Kestabilan Pondasi
Kurang 1
Penggunaan Lahan  
Tanah

Tabel 1. 4 Parameter Analisis SKL Kestabilan Pondasi


Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Tinggi 5 < 1000 5

Cukup 3 1000-2000 4
Kestabilan Curah Hujan
Lereng Sedang 2 (mm/tahun) 2000-2500 3

2500-3000 2
Kurang 1
>3000 1
Andesit, granit,
diorit, metamorf, 5 Hutan 5
breksi volkanik
Aglomerat, breksi
sedimen, Kebun; Semak
4 4
konglomerat Belukar
batu pasir, tufa
kasar, batulanau,
arkose, greywacke, 3 Penggunaan Lahan Pertanian 3
Geologi
batugamping Lahan

pasir lanau,
batulumpur, napal, 2 Pemukiman 2
tufa halus, serpih
lempung, lumpur, Lahan Kosong;
lempung organik, 1 Penambangan; 1
gambut Rawa
Data Klasifikasi Nilai
Ultisol; Mollisol;
5
Spodosol;
Oxisol 4
Tanah Vertisol; Alfisol; 3
Histosol
Entisol; Inceptisol 2
Andisol 1

(5) SKL Ketersediaan Air


Ketersediaan air dilihat berdasarkan kondisi morfologi, kemiringan lereng, geologi dan
geohidrologi, klimatologi, serta penggunaan lahan (Tabel 1.5). Ketersediaan air di suatu
wilah perlu dianalisis untuk memperkirakan pemenuhan kebutuhan air domestik, pertanian,
maupun industri di suatu wilayah yang akan dikembangkan.

Data
Morfologi   Tinggi 5
Ketinggian Absolut   Cukup 4
Kemiringan Lereng (%) SKL Sedang 3
Curah Hujan
Ketersediaan Air Kurang 2
(mm/tahun)
Geologi   Rendah 1
Penggunaan Lahan
Tanah
Tabel 1. 5 Parameter Analisis SKL Ketersediaan Air
Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Datar 5 < 200 meter 5
Berombak 4 200 - 500 meter 4
Bergelombang 3 Ketinggian 500 - 1500 meter
Morfologi 3
Absolut
Berbukit 2 1500 - 3000 meter 2
Bergunung 1 > 3000 meter 1
0-2 5 < 1000 5
3-15 4 Curah 1000-2000 4
Kemiringan 16-25 3 Hujan 2000-2500 3
Lereng (%)
26-40 2 (mm/tahun) 2500-3000 2
> 40 1 >3000 1
batu pasir, tufa
kasar, batulanau,
arkose, greywacke, 5 Hutan 5
batugamping

pasir lanau,
batulumpur, napal, Kebun; Semak
4 4
tufa halus, serpih Belukar

Aglomerat, breksi Penggunaan


Geologi sedimen, 3 Lahan Lahan Pertanian 3
konglomerat
Andesit, granit,
diorit, metamorf, 2 Pemukiman 2
breksi volkanik
lempung, lumpur, Lahan Kosong;
lempung organik, 1 Penambangan; 1
gambut Rawa
Andisol; Molisol;
Spodosol; Ultisol 5
Inceptisol (aquept) 4
Tanah Alfisol; Histosol 3
Oxisol 2
Entisol; Inceptisol 1
(6) SKL Drainase
Drainase menggambarkan kemudahan air mengalir dan diatuskan di suatu wilayah.
Semakin rendah SKL drainasenya, maka kemampuan lahan untuk mengatuskan aliran air
semakin rendah sehingga mudah tergenang. Drainase didasarkan pada morfologi, lereng,
ketinggian, geologi, hidrologi danklimatologi, serta penggunaan lahan (Tabel 1. 6).

Data
Morfologi   Tinggi 5
Ketinggian Absolut   Cukup 4
Kemiringan Lereng (%) SKL Sedang 3
Curah Hujan
Drainase Kurang 2
(mm/tahun)
Geologi   Rendah 1
Penggunaan Lahan
Tanah
Tabel 1. 6 Parameter Analisis SKL Drainase
Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Bergunung 5 > 3000 meter 5
Berbukit 4 1500 - 3000 meter 4
Morfologi Bergelombang 3 Ketinggian 500 - 1500 meter 3
Absolut
Berombak 2 200 - 500 meter 2
Datar 1 < 200 meter 1
> 40 5 < 1000 5
26-40 4 Curah 2500-3000 4
Kemiringan 16-25 3 Hujan
2000-2500 3
Lereng (%) (mm/tahun)
3-15 2 1000-2000 2
0-2 1 >3000 1
batu pasir, tufa
kasar, batulanau,
5 Hutan 5
arkose, greywacke,
batugamping
pasir lanau,
batulumpur, napal, 4 Kebun; Semak 4
tufa halus, serpih Belukar
Penggunaan
Geologi Aglomerat, breksi Lahan
sedimen, 3 Lahan Pertanian 3
konglomerat
Andesit, granit,
diorit, metamorf, 2 Pemukiman 2
breksi volkanik
lempung, lumpur, Lahan Kosong;
lempung organik, 1 Penambangan; 1
gambut Rawa
Andisol; Molisol;
Spodosol; Ultisol 5
Oxisol 4
Tanah
Alfisol 3
Inceptisol 2
Entisol; Histosol 1
(7) SKL Terhadap Erosi
Erosi dalam hal ini didefinisikan sebagai mudah tidaknya lapisan tanah yang terkikis
oleh angin atau air. SKL terhadap erosi didasarkan pada beberapa pareameter, yaitu
morfologi, kemiringan lereng, hidrologi dan klimatologi, geologi, dan penggunaan lahan
(Tabel 1. 7).
Data
Morfologi   Tidak ada 5
Kemiringan Lereng (%)   Rendah 4
Tanah SKL Sedang 3
Curah Hujan
terhadap Erosi Cukup 2
(mm/tahun)
Penggunaan Lahan   Tinggi 1

Tabel 1. 7 Parameter analisis SKL terhadap Erosi


Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Datar 5 < 1000 5
Berombak 4 Curah 1000-2000 4
Morfologi Bergelombang 3 Hujan 2000-2500 3
Berbukit 2 (mm/tahun) 2500-3000 2
Bergunung 1 >3000 1
0-2 5 Hutan 5
Kebun; Semak
3-15 4 Belukar 4
Kemiringan 16-25 3 Penggunaan Lahan Pertanian 3
Lereng (%) 26-40 2 Lahan Pemukiman 2
Lahan Kosong;
> 40 1 Penambangan; 1
Rawa
Entisol 5
Ultisol; Oxisol 4
Alfisol 3
Tanah
Andisol; Vertisol 2
Inceptisol;
Histosol 1

(8) SKL Pembuangan Limbah


SKL pembuangan limbah menunjukkan cocok tidaknya suatu wilayah diperuntukkan
sebagai lokasi pembuangan limbah. Analisis SKL pembuangan limbah didasarkan pada
morfologi, kemiringan lereng, ketinggian, jenis tanah, curah hujan, dan penggunaan lahan
(Tabel 1. 8).
Morfologi
Kemiringan Lereng (%)   Cukup 5
Tanah SKL
Ketinggian Absolut (m
Pembuangan Limbah Sedang 3
dpal)
Curah Hujan (mm/tahun)  
Kurang 1
Penggunaan Lahan  

Tabel 1. 8 Analisis SKL pembuangan limbah


Data Klasifikasi Nilai Data Klasifikasi Nilai
Datar 5 < 1000 5
Berombak 4 Curah 1000-2000 4
Morfologi Bergelombang 3 Hujan 2000-2500 3
Berbukit 2 (mm/tahun) 2500-3000 2
Bergunung 1 >3000 1
Lahan
Kosong;
0-2 5 5
Penambangan;
Rawa
Kemiringan 3-15 4 Penggunaan Pemukiman 4
Lereng (%) Lahan Lahan
16-25 3 3
Pertanian
Kebun; Semak
26-40 2 2
Belukar
> 40 1 Hutan 1
Entisol 5
Ultisol, Oxisol 4
Tanah Alfisol, Histosol 3
Andisol, Vertisol 2
Inceptisol 1
< 200 5
Ketinggia 200 - 500 4
n Absolut 500 - 1500 3
(m dpal) 1500 - 3000 2
> 3000 1

(9) SKL terhadap Bencana Alam


Kebencanaan menjadi hal sangat penting dalam pengembangan wilayah. SKL bencana
alam dalam kajian kesesuaian lahan alternatif lokasi pemindahan ibukota negara di
Kalimantan ini mempertimbangkan dua bencana utama, yaitu banjir dan longsorlahan yang
dominan terjadi pada wilayah ini. Peta kerawanan bencana banjir dan longsorlahan wilayah
kajian diperoleh dari hasil kajian BNPB tahun 2016. Peta multirawan bencana disusun
dengan menggabungkan kedua peta kerawanan bencana dengan kelas tertinggi sebagai
tingkat kerawanan bencananya. Tabel 1. 9 menunjukkan parameter dan pengkelasan SKL
Bencana Alam

Parameter   Kurang 5
SKL Bencana Alam Cukup 3
Kerawanan Bencana
  Tinggi 1

Tabel 1. 9 Parameter Analisis SKL terhadap bencana alam

Parameter Klasifikasi Nilai


Aman 5
Kerawanan Rendah 3
Bencana
Sedang 2
Tinggi 1

(10) Analisis Kemampuan Lahan


Teknik superimposed dilakukan terhadap kesembilan satuan kemampuan lahan yang
telah dianalisis sebelumnya. Hasil superimposed diberikan nilai berdasarkan skor masing2
karakteristik parameter dan bobor masing-masing SKL. Bobot SKL ditunjukkan pada
Tabel
1. 10. Total nilai kemampuan lahan diklasifikasikan dalam 5 kelas sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1. 11.

Tabel 1. 10 Bobot satuan kemampuan lahan


No. Keterangan Bobot
1 SKL Morfologi 5
2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1
3 SKL Kestabilan Lereng 5
4 SKL Kestabilan Pondasi 3
5 SKL Ketersediaan Air 5
6 SKL Drainase 5
7 SKL terhadap Erosi 3
8 SKL Pembuangan Limbah 0
9 SKL terhadap Bencana Alam 5

Tabel 1. 11 Kelas kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangan


Kelas
Klasifikasi
Total Nilai Kemampuan
Pengembangan
Lahan
32-58 Kelas A Sangat rendah
59-83 Kelas B Rendah
84-109 Kelas C Sedang
110-134 Kelas D Agak tinggi
135-160 Kelas E Sangat tinggi
2. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan dlakukan untk menghasilkan arahan pemanfaatan lahan . Dalam hal
ini, kesesuaian dan kemampuan lahan hanya mempertimbangkan faktor fisik. Arahan yang
dihasilkan melituti :
(1) Arahan Tata Ruang Pertanian
Arahan tata ruang pertanian yang dianalisis berdasarkan kemampuan lahan sbb:
Kelas
Kemampuan Arahan Tata Ruang
Kemampuan
Pengembangan Pertanian
Lahan
Kelas A Sangat Rendah Lindung
Kelas B Rendah Kawasan Penyangga
Kelas C Sedang Tanaman Tahunan
Kelas D Agak Tinggi Tanaman Setahun
Kelas E Sangat Tinggi Tanaman Setahun

(2) Arahan Rasio Tutupan

Rasio tutupan lahan dianalisis untuk mengetahui gambaran perbandingan antara


daerah yang bisa dikembangkan sebagai kawasan terbangun yang tertutup dan kedap air
( Luas lahan terbangun) dengan luas lahan keseluruhan wilayah. Arahanrasio tutupan
lahan berdasarkan kemampuan lahan sbb :
Kelas Klasifikasi Arahan Rasio
Total Nilai Kemampuan Pengembangan Tutupan
Lahan
32-58 Kelas A Sangat rendah Non Bangunan
59-83 Kelas B Rendah Maksimal 10%
84-109 Kelas C Sedang Maksimal 20%
110-134 Kelas D Agak tinggi Maksimal 30%
135-160 Kelas E Sangat tinggi Maksimal 50%
(3) Arahan Keinggian Bangunan

Arahan ketinggian bangunan berdasarkan kemampuan lahan merupakan gambaran


daerah-daerah yang dapat dikembangkan untuk bangunan tinggi , sbb :
Kelas Arahan
Klasifikasi
Total Nilai Kemampuan Ketinggian
Pengembangan
Lahan Bangunan
32-58 Kelas A Sangat rendah Non Bangunan
59-83 Kelas B Rendah Non Bangunan
84-109 Kelas C Sedang Bangunan < 4
110-134 Kelas D Agak tinggi lantai
Bangunan > 4
135-160 Kelas E Sangat tinggi
lantai

(3) Pemanfaatan Air Baku


Arahan Pemanfaatan air baku berdasarkan kemampuan lahan, untuk mengetahui
ketersediaan air pada wilayah pengembangan. Adalah sbb :

Kelas Arahan
Kemampuan
Kemampuan Pemanfaatan Air
Pengembangan
Lahan Baku
Kelas A Sangat Rendah Sangat Rendah
Kelas B Rendah Rendah
Kelas C Sedang Cukup
Kelas D Agak Tinggi Baik
Kelas E Sangat Tinggi Sangat Baik

Tabel 1. 12 Kesesuaian lahan berdasarkan kemampuan Lahan dan kemampuan


pengembangan
Kelas Kemampuan Arahan
Total
kemampuan pengembangan Ketinggian Rasio Tata Ruang Pemanfaatan
Nilai
lahan Bangunan Tutupan Pertanian Air baku
TABEL GEOLOGI
32-58 Kelas A Sangat rendah Non Bangunan Non Bangunan Lindung Sangat Rendah
59-83 Kelas B Rendah Non Bangunan Maksimal 10% Kawasan Penyangga Rendah
84-109 Kelas C Sedang Bangunan < 4 Maksimal 20% Tanaman Tahunan Cukup
110-134 Kelas D Agak tinggi lantai Maksimal 30% Tanaman Setahun Baik
135-160 Kelas E Sangat tinggi Bangunan > 4 Maksimal 50% Tanaman Setahun Sangat Baik

Anda mungkin juga menyukai