Anda di halaman 1dari 9

Tujuan

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan di atas,maka tujuan dari penelitian
ini adalaha sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan analisis interpretasi ruang wilayah dan kota pada kawasan
Puro Mangkunegaraan sebagai Kawasan Wisata Heritage Budaya.
2. Mengetahui kondisi dan permasalahan aksebilitas dan akomodasi di Kawasan Puro
Mangkunegaraan Kota Surakarta sebeagai kawasan Heritage.
3. Mengetahui kondisi dan permasalahan mengenai informasi dan promosi yang ada di
kawasan Puro Mangkunegaraan sebagai Kawasan Wisata Heritage Budaya.
TABEL
No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk
1 Laweyan 88.524 0,27
2 Serengan 47.778 0,88
3 Pasar Kliwon 78.517 0,54
4 Jebres 138.775 0,05
5 Banjarsari 168.770 0,68
Kota Surakarta 522.364 0,44

Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk Kota Surakarta tahun 2020 dapat diketahui bahwa Kota
Surakarta secara keseluruhan memiliki jumlah penduduk sebesar 522.364 jiwa .Kecamatan
Banjarsari memiliki jumlah pendudul terbesar dibandingkan kecamatan lainnya sebesar 168.770
jiwa,sedangkan penduduk dengan jumlah paling kecil berada di Kecamatan Serengan sebesar
47.778 jiwa.Untuk laju pertumbuhan sendiri,Kota Surakarta berada di angka 0,44 %,terbilang
cukup tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Jawa Timur tahun 2020
hanya sebesar 1,17 % dan laju pertumbuhan Indonesia sebesar 1,25%.

No Kecamatan Rasio Jenis Kelamin


1 Laweyan 95,3
2 Serengan 95,3
3 Pasar Kliwon 98,4
4 Jebres 97,9
5 Banjarsari 96,6
Kota Surakarta 96,9

Rasio jenis kelamin di Kota Surakarta berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 sebesar
96,9.Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk
laki-laki.Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk laki-laki dan untuk di tiap kecamatan sendiri juga sama,memiliki
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
1 Laweyan 87.783 9.167 5.554 105 139 14
2 Serengan 41.598 8.646 4.002 11 232 12
3 Pasar Kliwon 76.879 5.698 4.535 14 150 6
4 Jebres 105.751 27.993 14.333 100 508 91
5 Banjarsari 144.096 28.350 12.125 133 288 37
Kota Surakarta 456.107 79.854 40.549 363 1.317 160

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kota Surakarta adalah beragama
Islam dengan jumlah sebesar 456.107,diikuti Protestan sebanyak 79.854 jiwa,Katolik sebesar
40.549 jiwa,Budha sebesar 1.317 jiwa,Hindu sebesar 363 jiwa dan lainnya sebesar 160 jiwa.

Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah


Berusaha sendiri 33.048 30.324 63.372
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 10.709 8.164 18.873
Berusaha dibantu buruh tetap 8.881 4.009 12.890
Buruh/Karyawan/Pegawai 84.799 58.461 143.260
Pekerja Bebas 3.927 1.171 5.098
Pekerja Keluarga/tak dibayar 7.115 15.474 22.589
Jumlah 148.479 117.603 266.082

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah pekerja yang aktif bekerja di Kota Surakarta
sebesar 266.082 jiwa.Buruh/Karyawan/Pegawai menjadi mayoritas pekerjaan di Kota Surakarta
sebesar 143.260 jiwa dan yang paling sedikit jumlahnya adalah pekerja bebas dengan jumlah
sebesar 5.098 jiwa.

Jenjang Pendidikan Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Kasar


SD/MI 99,2 105,95
SMP/MTs 82,58 92,5
SMA/SMK/MA 67,88 81,43
Berdasarkan tabel di atas,dapat dilihat bahwa angka partisipasi murni terbesar berada di jenjang
SD/MI sebesar 99,2 dan yang paling kecil berada di jenjang SMA/SMK/MA sebesar
67,88.Sedangkan untuk angka partisipasi kasar terbesar berada di jenjang SD/MI juga dengan
angka sebesar 105,95 dan terkecil di jenjang SMA/SMK/MA sama seperti di angka partisipasi
murni.
PETA KOMIK PURA MANGKUNEGARAAN

Pada peta komik di atas, disebutkan bahwa Kawasan Pura Mangkunegaraan dikategorikan
menjadi 3 zona,yakni Zona Kawasan Transisi Gerbang Utama,Zona Pamedan dan Zona Inti
Kawasan Pusaka Keraton Mangkunegaraan yang terdiri dari:
1. Zona Kawasan Transisi; yakni zona Kawasan yang merupakan pintu Gerbang Utama
zona perpindahan Jl. Ronggowarsito yang merupakan, jalan lingkungan menuju ke
Kawasan Pusaka Keraton Mangkunegaran. Data ini untuk Perencanaan Penataan
Lingkungan sekitar Kawasan.
2. Zona Pamedan; Zona Pamedan yang ada dibagian depan Kawasan Mangkunegaran
sebelumnya adalah area untuk latihan berperang Legiun Mangkunegaran sekarang
lokasi ini untuk area parkir.
3. Zona Inti; Zona Inti terdiri dari 3 (tiga) bangunan utama yaitu Pendopo Ageng (Joglo
Pasoko Guru), Paringgitan (Kuthuk Ngambang), dan Ndalem Ageng (Limasan).
Selanjutnya dikelilingi oleh bangunan bangunan pendukung lainnya seperti
Songgobuwono, Panti Putro dan Bale Kencur dibagian belakang nDalem Ageng.
Dibagian sisi kiri terdapat Bangunan Prangwedanan (Joglo Pasoko Guru dan
Limasan) dan sederetan bangunan dua lantai untuk Perpustakaan Reksopustoko dan
Perkantoran (Pelana, atap Kampung).

PETA KOMIK KERATON YOGYAKARTA


Kawasan inti di Keraton Yogyakarta tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-Alun
Utara hingga Alun-Alun Selatan, sebagai berikut:
1. Pagelaran dan Sitihinggil Lor
Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat di sebelah selatan
Alun-Alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, di mana pada masa lampau berfungsi
sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam
memimpin upacara kerajaan, Sultan berada di Sitihinggil. Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa
“siti” yang artinya tanah atau area, serta “hinggil” yang artinya tinggi.
Sitihinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis penting
sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah kondisi dimana
Sultan beserta pengiringnya meninggalkan kediamannya sedangkan Siniwaka adalah ketika
Sultan Lenggah Dampar atau duduk di singgasana.
Pada plataran ini terdapat Regol Brajanala yang menghubungkan Plataran Sitihinggil
Lor dengan Plataran Kamandungan Lor.
2. Kamandungan Lor
Kamandungan Lor merupakan plataran kedua yang hanya terdiri dari beberapa bangunan.
Adapun bangunan yang terdapat di Kamandungan Lor adalah:
1.Bangsal Pancaniti
2.Bale Anti Wahana
3.Bangsal Pacaosan
Kamandungan Lor sering disebut Plataran Keben, karena terdapat beberapa pohon besar
bernama pohon keben. Regol penghubung dari Kamandungan Lor ke plataran selanjutnya
adalah Regol Kamandungan atau Regol Srimanganti.
3. Srimanganti
Plataran selanjutnya adalah Plataran Srimanganti. Pada plataran ini, terdapat bangunan utama
yang terletak di sisi barat yaitu Bangsal Srimanganti yang saat ini berfungsi untuk mementaskan
kesenian budaya Keraton Yogyakarta dan digunakan pula sebagai tempat Sultan menjamu tamu.
Di sisi timur Bangsal Srimanganti terdapat Bangsal Trajumas yang pada saat ini digunakan untuk
menyimpan beberapa benda pusaka milik Keraton Yogyakarta. Selain itu di Plataran
Srimanganti terdapat bangunan pendukung lainnya, yaitu:
1.Bangsal Pacaosan
2.Kantor Keamanan Kraton (security)
3.Kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura
Regol penghubung antara Plataran Srimanganti dengan plataran selanjutnya, atau Plataran
Kedhaton, adalah Regol Danapratapa.

4. Kedhaton
Kedhaton merupakan plataran utama yang memiliki tataran hirarki
tertinggi. Kedhaton merupakan pusat dari kawasan Keraton Yogyakarta. Pada area ini terdapat
dua bangunan utama yaitu Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa. Kedua bangunan ini
merupakan bangunan yang dianggap paling sakral. Bangsal Kencana merupakan bangunan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara penting, sedangkan Gedhong
Prabayeksa digunakan untuk menyimpan pusaka-pusaka utama Keraton Yogyakarta.
Regol penghubung yang ada di Plataran Kedhaton dengan bagian berikutnya bernama Regol
Kemagangan. Regol ini menghubungkan Plataran Kedhaton dengan Plataran Kemagangan.
5. Kemagangan
Pada plataran ini terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan, Panti
Pareden dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi sebagai tempat berlatih
para Abdi Dalem. Pada saat ini Bangsal Kemagangan digunakan untuk pementasan wayang kulit
maupun beberapa kegiatan lainnya. Pada sisi barat dan timur terdapat Panti Pareden yang
berfungsi sebagai tempat pembuatan gunungan untuk upacara Garebeg. Sedangkan Bangsal
Pacaosan digunakan sebagai tempat penjagaan (caos) Abdi Dalem untuk menjaga
keamanan. Regol yang menghubungkan Plataran Kemagangan dengan plataran selanjutnya
(Kamandungan Kidul) bernama Regol Gadhung Mlati.
6. Kamandungan Kidul
Pada plataran ini terdapat dua bangsal yaitu Bangsal Kamandungan dan Bangsal
Pacaosan. Bangsal Kamandungan merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan
keraton. Bangsal ini diboyong oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko,
Sragen atau yang dahulu bernama Sukowati. Dahulu bangunan tersebut merupakan tempat
tinggal beliau pada saat perang melawan VOC. Pada plataran ini juga terdapat regol yang
menghubungkan dengan Sitihinggil Kidul yaitu Regol Kamandungan Kidul.
7. Sitihinggil Kidul
Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum
upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di lokasi tempat Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana
Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
Analisis Interpretasi Ruang
1.Analisa 2 Dimensi

 Unsur Titik
Titik merupakan unsur yang menunjukkan suatu letak di dalam ruang atau dapat diartikan
sebagai persilangan dari 2 garis yang ada.Di kawasan Pura Mangkunegaraan unsur titik
yang ada adalah sebagai berikut:
1.Pendopo Pura Mangkunegaraan

Pendopo biasa digunakan untuk pertunjukkan tari dan wayangyang biasanya diiringi
dengan satu set gamelan bernama Kyai Kanyut Mesem. 
Sedangkan untuk di Kawasan Keraton Yogyakarta,unsur titik dapat ditemukan sebagai
berikut:
1.Pagelaran dan Sitihinggil
Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat di sebelah
selatan Alun-Alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, di mana pada masa
lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-
upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan, Sultan berada
di Sitihinggil. Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa “siti” yang artinya tanah atau area,
serta “hinggil” yang artinya tinggi.
Sitihinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis
penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah
kondisi dimana Sultan beserta pengiringnya meninggalkan kediamannya
sedangkan Siniwaka adalah ketika Sultan Lenggah Dampar atau duduk di singgasana.

 Unsur Garis
Garis merupakan kumpulan titik-titik yang beraturan kemudian diperpanjang sampai
membentuk garis.
1.Jaringan Jalan
Kawasan Pura Mangkunegaraan terdapat jalan untuk menuju kawasan tersebut seperti
Jalan Ronggowarsito yang merupakan jalan utama menuju Pura Mangkunegaraan
kemudian ada Jalan Teuku Umar di sekitaran Pura Mangkunegaraan.Untuk Kawasan
Keraton Yogyakarta sendiri terdapat Jalan Alun-Alun Kota Yogyakarta.

Jalan Teuku Umar Jalan Alun-Alun Kota Yogyakarta

2.Sumbu/Persimpangan
Kemudian untuk persimpangan di Kawasan Keraton Yogyakarta terdapat Jalan Ahmad Yani yang
merupakan persimpangan empat dan titik pertemuan banyak kendaraan yang berlalu
lalang.Sedangkan di Kawasan Pura Mangkunegaraan,Jalan Teuku Umar menjadi jalan
persimpangan yang cukup ramai di sekitaran Pura Mangkunegaraan.
 Unsur Bidang
Bidang merupakan kumpulan dari garis-garis yang terdiri dari dua garis atau lebih yang
mempunyai panjang dan lebar serta berada pada dua dimensi.Unsur bidang di Kawasan Pura
Mangkunegaraan adalah adalah Kawasan Pura Mangkunegaraan itu sendiri dan untuk Keraton
Yogyakarta yang merupakan unsur bidang adalah Kawasan Keraton Yogyakarta dari Alun-Alun
Utara sampai Alun-Alun Selatan Yogyakarta.

3 DIMENSI
1.Komposisi

Dilihat dari segi komposisi Pura Mangkunegaraan memiliki bangunan yang berada dalam satu
wilayah khusus ,dimana bangunan tersebut berkumpul berbentuk memanjang di samping kiri
kanan yang membentuk kotak,dan ada satu bangunan pendopo di tengah-tengah kawasan sebagai
bangunan inti Pura Mangkunegaraan tersebut.Untuk Kawasan Keraton Yogyakarta terdiri dari
beberapa bangunan yang berada di satu kawasan juga namun memanjang membentuk wilayah
dari Alun-Alun Utara sampai Alun-Alun Selatan Yogyakarta.

2.Proporsi dan Skala


Untuk Kawasan Pura Mangkunegaraan sendiri terdiri dari bangunan yang membentuk satu
kawasan khusus dimana di tengah-tengah berada bangunan inti yakni Pendopo Pura
Mangkunegaraan.Bangunan inti yaitu Pendopo Pura Mangkunegearaan memiliki proporsi yang
seimbang dengan bangunan-bangunan yang mengelilinginya,dengan ditambah pohon-pohon di
sekitaran Kawasan Pura Mangkunegaraan tersebut.Sedangkan untuk Kawasan Keraton
Yogyakarta memiliki cukup banyak bangunan yang yang terletak sepanjang kurang lebih 1
km,yang dimulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan dan peletakan bangunan yang
tepat sepanjang garis lurus dari alun-alaun utara hingga alun-alun selatan.

3.Sumbu
Kawasan Pura Mangkunegaraan memiliki elemen pembentuk garis yaitu jalan yang mengelilingi
kawasan tersebut.Sedangkan untuk Keraton Yogyakarta sendiri elemen pembentuk garisnya
adalah jalan yang tebentang dari alun-alun utara hingga alun-alun selatan Yogyakarta.
4.Simetri
Jika diihat dari segi simetrisitas pembentuk ruang 3D,Kawasan Pura Mangkunegaraan dan
Keraton Yogyakarta disusun secara seimbang dalam hal peletakan bangunan-bangunan di
kawasan tersebut.Pura Mangkunegaraan memiliki bangunan yang mengelilingi satu bangunan inti
yakni Pendopo Pura Mangkunegaraan,dan di Keraton Yogyakarta bangunan-bangunannya
tersusun seimbang jika ditarik garis lurus dari alun-alun utara hingga alun-alun selatan.
5.Hierarki
Jika dilihat dari segi hierarki,Kawasan Pura Mangkunegaraan dan Keraton Yogyakarta bisa
dibilang sama karena bangunan-bangunan di Keraton Yogyakarta memiliki ketinggian bangunan
yang hampir sama dengan bentuk bangunan yang mirip juga,dan di Pura Mangkunegaraan juga
memiliki bangunan dengan ketinggian yang sama dan bentuk bangunan yang sama
pula.Bangunan yang sedikit berbeda di Pura Mangkunegaran adalah bangunan pendopo yang
berada di tengah-tengah kawasan Pura Mangkunegaraan.
6.Irama
Untuk kawasan Pura Mangkunegaraan bentuk bangunannya hampir sama kecuali bangunan
pendopo yang sedikit berbeda dan ukuran yang lebih besar dibandingkan bangunan-bangunan di
sekitarnya. Puro Mangkunegaran memiliki bagian-bagian yang menyerupai kraton, yaitu
memiliki pamedan, pendhopo, pringgitan, ndalem, dan keputren, yang dikelilingi oleh tembok
tinggi yang kokoh.Sedangkan di Kawasan Keraton Yogyakarta,bangunannya memiliki bentuk
yang hampir sama namun ukuran yang berbeda-beda.Setiap bangunannya terdiri dari serangkaian
ruang dan bangunan yang memiliki nama, fungsi, pelingkup serta vegetasi tertentu. Serangkaian
ruang-ruang terbuka di dalam keraton disebut plataran. Setiap plataran dihubungkan
dengan regol atau gerbang yang merupakan pembatas antara plataran satu dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai