Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah LOKASI DAN POLA RUANG

(RANGKUMAN MATERI)
Dosen : Dra. Bitta Pigawati, MT

LOKASI DAN POLA RUANG


(Pertemuan 1)

Disusun Oleh :
Panca Vincentius Situmorang
NIM21040120140162

PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Pendahuluan

Konsep Lokasi dan Pola Ruang menjadi bagian paling fundamental dalam
perencanaan wilayah dan kota.Secara umum,analisis lokasi dalam perencanaan bertujuan
untuk menentukan lokasi kegiatan,fasilitas,dan objek-objek lainnya dalam skala wilayah
dan kota sesuai dengan karakteristik normatifnya.Penempatan lokasi secara normatif ini
kemudian dideskriptifkan dengan realitas atau fakta-fakta lokasi yang sebenarnya
terjadi.Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,tempat manusia dan amkhlu
hidup lainnya,dalam hal melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidupnya.Sedangkan lokasi atau wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional(UU No.26 Tahun
2007)(Suharto, n.d.)

Review Literatur

Lahan Pertanian dan Guna Lahan Kota (Von Thunen)

Teori Von Thunen merupakan pelopor teori lokasi yang berasal dari Jerman yang
berkaitan dengan penggunaan lahan menggunakan beberapa asumsi.Von Thunen
mengemukakan bahwa beberapa tanaman niaga cenderung untuk berlokasi menurut pola
tertentu.Di sekeliling kota akan terbentuk berbagai tipe pertanian yang merupakan
beberapa lingkaran sepusat.Pola penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya
transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat barang dagangan khususnya hasil
pertanian.Teori Von Thunen ini memiliki kekeurangan,antara lain bahwa semua kota tidak
memiliki kondisi fisik lingkungan yang sama .Kota akan memiliki pola penggunaan lahan
yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayahnya.(Nurfatimah, 2020)

Lokasi Industri

Keberlangsungan suatu industri tergantung oleh beberapa faktor,faktor yang


dimaksud adalah sesuatu hal yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu.Faktor berdirinya
suatu industri meliputi bahan baku,sumber daya tenaga,pasar,dan fasilitas
transportasi,sedangkan dasar orientasi lokasi industri ditekankan pada biaya transportasi
yang rendah.Penentuan lokasi industri dengan orientasi biaya minimum juga dikemukakan
oleh teori Weber.Menurut Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri
didasarkan pada prisnip minimalis biaya.Artinya pemilihan lokasi-lokasi industri
berdasarkan tempat-tempat yang mempunyai biaya yang paling minimum dari bahan
mentah yang dibutuhkan,tenaga kerja serta konsumen yang semuanya ditimbang dengan
biaya transportasi.(PRASETYO, 2016)

Tempat Pusat

Kota kecil memiliki peranan yang strategis dalam konteks pengembangan wilayah.
Peranan kota kecil sangat erat kaitannya dengan konsep growth pole dan teori tempat pusat
Christaller. Selain sebagai pusat administrasi, kota kecil merupakan pusat koleksi dan
distribusi produk kawasan pedesaan khususnya komoditas pertanian untuk kemudian
disalurkan ke daerah lain. Secara umum peranan kota kecil dalam pengembangan daerah
perdesaan pada tiga peranan pokok yaitu sebagai pusat perdagangan, pusat penyerapan
tenaga kerja dan sebagai pusat pelayanan.Sedangkan dalam konteks sistem perkotaan,
peranan kota lebih dilihat dari segi skala pelayanan masing-masing kota. Kota kecil dapat
berkembang sebagai pusat pelayanan regional sedangkan lainnya merupakan pusat
pelayanan lokal. Pelayanan perkotaan yang diharapkan muncul pada kota-kota kecil ini
dapat berupa pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan atau perdagangan. Selain
pelayanan dasar, pada beberapa kota pelayanan ini dapat berupa penyerapan tenaga kerja
melalui aktivitas-aktivitas industri yang berkembang pada kota tersebut. Dalam hal
perdagangan, keberadaan kota kecil diharapkan mampu mendukung proses produksi pada
daerah perdaesaan. Dukungan ini dapat berupa suplai barang baku maupun sebagai pusat
penyerapan produk.(Susanto, 2005)

Alokasi Lokasi

Menurut Hakimi (1964) dan Swain (1970) dalam Ashar (2002) menyebutkan bahwa
salah satu dari model yang paling populer untuk masalah loaksi fasilitas publik adalah
metode P-Median. Masalah lokasi dapat disederhanakan dengan menghubungkan antara
lokasi fasilitas dengan lokasi demands yang dapat meminimalkan bobot total jarak tempuh
atau waktu tempuh sehingga dapat membantu pengguna untuk mendapatkan fasilitas
terdekat. P-Median merupakan salah satu jenis model optiamsi. Model ini pada dasarnya
bertujuan untuk menentukan lokasi fasilitas pelayanan atau pusat pelayanan (supply
center) agar tingkat pelayanan yang diberikan oleh fasilitas dan pusat tersebut kepada
penduduk (demand point) yang tersebar secara tidak merata dalam suatu area menjadi
optimal. Dasar dari metode P-median adalah teori yang menyatakan bahwa titik optimum
dari suatu jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan
bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpul pada jaringan.

Interaksi Keruangan

Perpindahan manusia, barang, dan informasi antar titik-titi (tempat) harus terdapat
jembatan dalam menjembatani jaraknya. Interaksi keruangan akan memantik beberapa hal,
meliputi sisitem keruangan lestari, muncul pusat-pusat interaksi baru, terjadinya persebaran
dari barang dan manusia. Persyaratan terjadinya interaksi keruangan berupa adanya
komplementaritas (saling melengkapi) yaitu keterikatan antar dua lokasi atau lebih didorong
oleh permintaan dan penawaran, adanya transferabilitas yang merupakan tata tertib dari
mekanisme alur distribusi barang atau manusia dengan mempertimbangkan biaya dan
waktu.

Kesimpulan

Berdasarkan review yang bersumber dari literatur yang ada, lokasi dan pola ruang sangat
erat kaitannya. Hal tersebut dikarenakan menjadi bahan dasar dalam menentukan suatu
kebijakan dalam pemilihan lokasi yang tepat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah juga
sangat dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah tersebut. Oleh karena itu,
harapannya terdapat kebijakan pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Nurfatimah, N. (2020). Teori Eksplanatoris Pola Penggunaan Lahan.
PRASETYO, K. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksistensi Industri
Kerajinan Marmer di Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
Swara Bhumi, 3(3).
Suharto, I. B. B. (n.d.). Pentingnya Analisis Lokasi dan Pola Keruangan di dalam
Perencanaan Wilayah dan Kota.
Susanto, R. (2005). Studi Evaluasi Peranan Kota Kecil Pada Sistem Perkotaan
Sepanjang Koridor Jalan Regional Kabupaten Semarang. Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai