Anda di halaman 1dari 9

REKLAMASI LAHAN TAMBANG PADA

PERTAMBANGAN TERBUKA DENGAN


PENGELOLAAN TANAMAN MANGGA
(Mangifera indica L.)
November 5, 2012

MAKALAH
PENGELOLAN SUMBER DAYA HAYATI

REKLAMASI LAHAN TAMBANG PADA


PERTAMBANGAN TERBUKA DENGAN PENGELOLAAN
TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.)

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD RIZKI


NIM : J1C111008
DOSEN : ANANG KADARSAH S. Si, M.Si

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya jualah penulis dapat
menyelesaikan Makalah Pengelolaan Sumber Daya Hayati ini tepat pada waktunya. Pada
kesempatan yang baik ini penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan dan penjelasan yang telah diberikan sehingga sangat
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan semua ini tidak lain
karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu biologi dan penerapannya.

Banjarbaru, Oktober 2012

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
BAB III LAMPIRAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik penambangan batubara yang umum dilakukan di Kalimantan adalah teknik penambangan
terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi kembali (back filling methods). Penggunaan
teknilk ini mengakibatkan terjadinya pembukaan areal bervegetasi dan mempunyai
kecenderungan untuk bertambah seiring dengan bertambah luasnya areal tambang (Djajakirana,
G. 2001).
Penggunaan teknik ini juga menyebabkan terjadinya lahan kritis karena hilangnya vegetasi
penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan langsung cahaya
matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat (Adisoemarto, S. 2004).
Untuk menanggu1angi dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan penambangan dengan
teknik penambangan terbuka, telah dilakukan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas
tambang untuk memperbaiki kondisi areal yang terbuka. Undang-undang pertambangan mineral
dan batubara mewajibkan setiap pemegng IUP dan IUPK melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan pertambangan termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang
(Djajakirana, G. 2001).
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya
guna sesuai dengan peruntukannya (Adisoemarto, S. 2004).

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa pengertian kegiatan tambang dan reklamasi?
2. Apa dasar hukum dan ketentuan dalam reklamasi lahan?
3. Manfaat menggunakan Mangifera indica serta pelestariannya dalam upaya reklamasi lahan
tambang?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah
1. Mengetahui pengertian kegiatan tambang dan reklamasi
2. Mengetahui dasar hukum dan ketentuan dalam reklamasi lahan
3. Mengetahui manfaat penggunaan Mangifera casturi serta pelestariannya dalam upaya
reklamasi lahan

BAB II
ISI
A. Pertambangan
Teknik. penambangan batubara yang umum dilakukan di Kalimantan adalah teknik
penambangan terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi kembali (back filling methods).
Dampak yang ditimbulkan dari penambangan tersebut adalah lapisan penutup tanah yang sudah
tidak ada karena topsoil dan subsoil dibalik. dan digusur, sedangkan bahan induk muncul di
permukaan. Proses penggalian pada lahan bekas tambang batu bara mengakibatkan terangkatnya
bahan-bahan sulfidik ke permukaan sehingga menyebabkan teroksidasi, proses oksidasi terhadap
mineral sulfida seperti pirit, akan melepaskan asam asam sulfat yang berdampak pada
menurunnya pH tanah secara drastis. Nilai pH tanah yang asam ini akan mempengaruhi
kesetimbangan hara dalam tanah (Ginoga, 2009).
Penggusuran tersebut menyebabkan hilangnya bahan organik tanah sehingga tanah menjadi
kritis. Tanah yang miskin akan bahan organik kurang mampu dalam menyangga pupuk dan air,
karena bahan organik merupakan koloid tanah yang berfungsi dalam pembentukan agregat
mikrahan kritis merupakan lahan yang karena tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya telah
mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia dan biologi yang akhirnya membahayakan
fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari
daerah lingkungan pengaruhnya (Hardjowigeno, 1995).
Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan setiap pemegang IUP dan
IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan termasuk kegiatan
reklamasi dan pascatambang. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya Juna sesuai dengan peruntukannya. Pada prinsipnya kawasan atau
sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi
yang aman dan produktif melalui reklamasi dan rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat
diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah
disepakati (Perrow, 2002).

B. Dasar Hukum Reklamasi


Kebijakan dasar pengelolaan sumber daya alam tercantum pada pasal 33 ayat (3) UUD 1945
yang berbunyi Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Keterkaitan dengan pasal tersebut,
pertambangan merupakan komponen atau sub-sistem dari sistem kekayaan alam, sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara terkoordinasi, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
maupun tahap pengendalian pemanfaatannya (Adisoemarto, S. 2004).
Kemudian untuk minimisasi dampak negatif dari aktivitas pertambangan, pada Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan Pasal 30 dituliskan
bahwa setiap pemegang kuasa pertambangan diwajibkan untuk mengembalikan tanah
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya, antara lain
melalui kegiatan reklamasi.
Perusahaan pertambangan juga wajib untuk melakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan
dan telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu:
1. Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan:
Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat pekerjaan, pemegang
Kuasa Pertambangan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitarnya.
2. Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969:
Sebelum meninggalkan bekas wilayah Kuasa Pertambangannya, baik karena pembatalan maupun
karena hal yang lain, pemegang Kuasa Pertambangan harus terlebih dahulu melakukan usaha-
usaha pengamanan terhadap benda-benda maupun bangunan-bangunan dan keadaan tanah di
sekitarnya yang dapat membahayakan keamanan umum.
Regulasi diatas menjadi pijakan untuk melakukan perbaikan lingkungan pasca tambang sehingga
dampak kerusakan lingkungan bahkan sosial dapat diminimisasi. Prosedur teknis reklamasi
tambang hingga penutupan tambang juga telah disiapkan secara jernih oleh pemerintah.
Ketentuan reklamasi diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang (Djajakirana, G. 2001).
Pada beberapa perusahaan tambang telah dilakukan rekonstruksi lahan dan manaiemen too soil
sebelum revegetasi dilakukan. Sebelum ditambana top soil dikupas sampai pada zona perakaran
tanaman dan dipindahkan ke lokasi penimbunan sementara (soil stockpile) atau segera digunakan
untuk pelapisan tanah didaerah timbunan batuan sisa yang telah diatur kemiringannya. Setelah
kegiatan penambangan selesai, top soil dihamparkan kembali secara merata hingga ketebalan
maksimum 10 cm atau dapat juga dilakukan secara lokal (perlubang). Setelah kegiatan
reklamasi, kemudian dilakukan revegetasi. Metode revegetasi lahan bekas tambang bermacam-
macam. Ginoga dan Masripatin (2009) menyebutkan beberapa metode revegetasi lahan yaitu
restorasi, reboisasi, agroforestri dan hydro seeding. Restorasi merupakan upaya untuk
memperbaiki atau memulihkan suatu ekosistem rusak atau menglami gangguan sehingga dapat
pulih atau mencapai suatu ekosistem yang mendekati kondisi aslinya (Perrow, 2002).

C. Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)


Kegiatan penanaman kembali (reklamasi) di lahan tambang selama ini menggunakan tanaman
pohon cepat tumbuh dan besar, seperti pohon sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen.)
memang memberikan wujud yang cepat terlihat menghijaukan kembali lahan. Karena itu pohon
sengon atau jenis pohon lainnya yang sifatnya bisa tumbuh dan besar dengan cepat menjadi
pilihan semua perusahaan tambang dalam kegiatan reklamasinya, keunggulan sengon merupakan
jenis yang paling cepat pertumbuhannya di antara jenis-jenis yang dikenal di dunia saat ini.
Setelah berumur 1 tahun tingginya 7 m dan setelah 12 tahun mencapai 39 m dengan diameter
batang 60 cm. Eloknya lagi tinggi bebas cabangnya sekitar 10-30 m. Batangnya lurus tidak
berbanir dengan kayu berwarna putih. Berat jenis kayu sekitar 0,3. Namun dengan pohon sengon
dan sejenisnya itu tidak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat selain lahan yang
kembali hijau (Rismunandar, 1990).
Akan lebih baik apabila reklamasi lahan dengan menggunakan pohon- pohon yang khas pada
daerah tersebut, hal ini dikarenakan pohon tersebut mempunyai kondisi fisik, kimia dan biologi
yang mungkin tepat pada tanah tersebut. Selain lahan kembali hijau, tanaman buah khas
Kalimantan Selatan sudah mulai punah dan ditinggalkan masyarakat sehingga bukan hanya
sekedar reklamasi lahan tapi juga memiliki manfaat lain yaitu upaya konservasi. Buah-buahan
khas Kalimantan Selatan seperti ramania (Bouea macrophylla Griff.), pampaken (Durio
kutejensis (Hassk.) Becc.), kuini (Mangifera odorata Griff.), hampalam (Mangifera sp.), dan
kasturi (Mangifera casturi) lebih memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar dari pada
hanya sekedar penghijaun belaka.
Mangga (Mangifera indica) merupakan tanaman yang khas dan sering kita temui didaerah
Kalimantan selatan khususnya Banjarmasin, namun keberadaan manga saat ini mulai sulit untuk
ditemukan dan jarang terdapat dipasaran, padahal ketika musimnya tiba manga sangant banyak
ditemukan dikalimantan selatan bahkan ada yang sampai menjualnya dipinggiran jalan. Mangga
merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari Negara India. Tanaman ini
kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia Mangga
merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri dari 35 spesies pokok buah tropika dalam famili
Anacardiaceae (Pracaya, 1998).
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua)
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L (Rismunandar, 1990).
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan
mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat,
dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang,
dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil
dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat
keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam (Pracaya, 1998).

D. Manfaat Tanaman Mangga


1. Komoditi Ekspor dan Bisa Menambah Pendapatan
Mangga sebagai komoditas ekspor telah dimulai sejak tahun 1930 hingga sekarang. Namun nilai
ekspor mangga Indonesia khususnya dikalimantan selatan mengalami ketidakstabilan, hal ini
dapat dilihat dengan turun naiknya jumlah mangga yang diekspor dan pemasukan devisa.
2. Sebagai Bahan Makanan
Hasil yang diperoleh dan dimanfaatkan dari pohon mangga ternyata bukan hanyabuah segar saja,
tetapi buah mangga dapat diolah secara khusus menjadi bahan makanan yang berguna bagi tubuh
manusia. Komposisi buah mangga terdiri dari 80% air dan 15%-20% gula, serta berbagai macam
vitamin, antara lain vitamin A,B.C. Kegunaan Vitamin A dari buah mangga adalah untuk
mencegah kerusakan mata, Vitamin B mencegah penyakit beri beri, dan Vitamin C menjaga
kesehatan gigi dan mencegah penyakit gusi berdarah serta kulit pecah.
3. Sebagai Tanaman Peneduh dan Penyelamat Lapisan Tanah
Dikota kota besar dekat pantai yang berudara panas, banyak sekali halaman depan rumah atau
sekelilingnya ditanami pohon mangga yang tidak terlalu tinggi dan besar. Tanaman ini berasal
dari bibit okulasi atau cangkokan. Disamping berfungsi sebagai penghias tanaman dan penyejuk
halaman, maka buahnya dapat dinikmati sendiri (Rismunandar, 1990).
Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang gundul.
Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam, sehingga mampu
menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila musim penghujan tiba. Mahkota
daunnya rimbun dan luas, dapat mengurangi laju penguapan air tanah, sehingga lapisan tanah
disekitarnya tidak mudah rusak (pecah-pecah). Pada padang penggembalan ternak yang luas,
tanaman mangga dapat dipergunakan sebagai peneduh, sehingga ternak bias beristirahat dengan
tenang. Disamping itu, tanaman mangga juga dapat digunakan untuk penguat tanggul jalan dan
melindungi aspal dari terpaan sinar matahari (Rismunandar, 1990).
E. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian,
galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm.
Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa
hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang
tanam dilakukan pada musim kemarau.
2) Cara Penanaman
Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60 cm pada
kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit digunting sampai ke
bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali tanah galian sampai membentuk
guludan. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.
3) Penanaman Pohon Pelindung
Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai
adalah pohon asam atau trembesi (Rismunandar, 1990).

F. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat
dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa
dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.
2) Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan,
biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan
dilakukan terlalu dalam
3) Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Ketika
tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya
terdapat 34 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang
berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali.
Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan
ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2 (Pracaya,
1998).

G. Pemupukan
a. Pupuk organik
1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2. Umur tanaman 2,58 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang,
15 kg abu.
4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu (Pracaya,
1998).
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian
pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm) (Bambang,
1994).
b) Pupuk anorganik
1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman,
KCl 970 gram/tanaman.
5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl
1.940 gram/tanaman (Bambang, 1994).

H. Peningkatan Kuantitas Buah


Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang dapat
dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau
menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini,
persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3% (Bambang,
1994).

I. Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun.
Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat
mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda
buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1
buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah
mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras
(Pracaya, 1998).
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah
dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya
terdapat pisau dan keranjang penampung buah.
Di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan pohon mangga berbunga satu tahun sekali
sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan
masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen. Pohon muda okulasi menghasilkan
50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur
15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun (Rismunandar,
1990).

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah
1. Teknik tambang terbuka menyebabkan terjadinya lahan kritis karena hilangnya vegetasi
penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan langsung cahaya
matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat
2. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya
guna sesuai dengan peruntukannya
3. Dasar-dasar hukum reklamasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 75
Tahun 2001, dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008
tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.
4. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang khas diKalimantan
Selatan Khususnya di daerah Banjarmasin
5. Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan
mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat,
dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang,
dengan diameter sampai 10 m
6. Dengan menggunakan mangga untuk reklamasi lahan tambang dapat memperoleh manfaat
Komoditi Ekspor, Sebagai Bahan Makanan, Sebagai Tanaman Peneduh dan Penyelamat Lapisan
Tanah.
7. Pemeliharaan tanaman manga dapat menggunakan beberapa cara efektif yaitu Penyiangan,
Penggemburan dan Perempelan / Pemangkasan.
8. Reklamasi lahan dengan menggunakan pohon pohon yang khas pada daerah tersebut sangat
cocok karena pohon tersebut mempunyai kondisi fisik, kimia dan biologi yang mungkin tepat
pada tanah tersebut.
9. Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang gundul.
Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam, sehingga mampu
menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila musim penghujan tiba.

4.2 Saran
Untuk lahan pertambangan hendaknya segera melakukan reklamasi yang tepat dengan cara
mengidentifikasi tanah tersebut dan menentukan tanaman apa saja yang tepat pada wilayah
tersebut sehingga meminimalisir terjadinya degradasi tanah

DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S. 2004. dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-6. Terjemahan dari Fundamental of Soil
Science. Erlangga. Jakarta.

Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan Pertanian. Jurusan


Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ginoga, K. dan N. Masripatin. 2009. Potensi Perdagangan Karbon pada Lahan Bekas Tambang.
Prosiding Workshop IPTEK Penyelamatan Hutan Melalui Rehabilitas5 Lahan Bekas Tambang
Batubara. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika. Pressindo. Jakarta. Hal.
126.

Perrow, M. R. and A. J. Davy. 2002. Handbook of Ecological Restoration. Volume i Principles of


Restoration. Cambridge University Press. Cambridge.

Bambang Marhijanto, Drs & Setiyo Wibowo. 1994. Bertanam Mangga. Arkola. Surabaya.

Pracaya, Ir. 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta


Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru Bandung

Anda mungkin juga menyukai