MAKALAH
PENGELOLAN SUMBER DAYA HAYATI
OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
BAB III LAMPIRAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
A. Pertambangan
Teknik. penambangan batubara yang umum dilakukan di Kalimantan adalah teknik
penambangan terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi kembali (back filling methods).
Dampak yang ditimbulkan dari penambangan tersebut adalah lapisan penutup tanah yang sudah
tidak ada karena topsoil dan subsoil dibalik. dan digusur, sedangkan bahan induk muncul di
permukaan. Proses penggalian pada lahan bekas tambang batu bara mengakibatkan terangkatnya
bahan-bahan sulfidik ke permukaan sehingga menyebabkan teroksidasi, proses oksidasi terhadap
mineral sulfida seperti pirit, akan melepaskan asam asam sulfat yang berdampak pada
menurunnya pH tanah secara drastis. Nilai pH tanah yang asam ini akan mempengaruhi
kesetimbangan hara dalam tanah (Ginoga, 2009).
Penggusuran tersebut menyebabkan hilangnya bahan organik tanah sehingga tanah menjadi
kritis. Tanah yang miskin akan bahan organik kurang mampu dalam menyangga pupuk dan air,
karena bahan organik merupakan koloid tanah yang berfungsi dalam pembentukan agregat
mikrahan kritis merupakan lahan yang karena tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya telah
mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia dan biologi yang akhirnya membahayakan
fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari
daerah lingkungan pengaruhnya (Hardjowigeno, 1995).
Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan setiap pemegang IUP dan
IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan termasuk kegiatan
reklamasi dan pascatambang. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya Juna sesuai dengan peruntukannya. Pada prinsipnya kawasan atau
sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi
yang aman dan produktif melalui reklamasi dan rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat
diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah
disepakati (Perrow, 2002).
F. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat
dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa
dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.
2) Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan,
biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan
dilakukan terlalu dalam
3) Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Ketika
tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya
terdapat 34 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang
berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali.
Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan
ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2 (Pracaya,
1998).
G. Pemupukan
a. Pupuk organik
1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2. Umur tanaman 2,58 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang,
15 kg abu.
4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu (Pracaya,
1998).
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian
pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm) (Bambang,
1994).
b) Pupuk anorganik
1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman,
KCl 970 gram/tanaman.
5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl
1.940 gram/tanaman (Bambang, 1994).
I. Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun.
Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat
mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda
buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1
buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah
mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras
(Pracaya, 1998).
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah
dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya
terdapat pisau dan keranjang penampung buah.
Di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan pohon mangga berbunga satu tahun sekali
sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan
masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen. Pohon muda okulasi menghasilkan
50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur
15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun (Rismunandar,
1990).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah
1. Teknik tambang terbuka menyebabkan terjadinya lahan kritis karena hilangnya vegetasi
penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan langsung cahaya
matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat
2. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya
guna sesuai dengan peruntukannya
3. Dasar-dasar hukum reklamasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 75
Tahun 2001, dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008
tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.
4. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang khas diKalimantan
Selatan Khususnya di daerah Banjarmasin
5. Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan
mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat,
dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang,
dengan diameter sampai 10 m
6. Dengan menggunakan mangga untuk reklamasi lahan tambang dapat memperoleh manfaat
Komoditi Ekspor, Sebagai Bahan Makanan, Sebagai Tanaman Peneduh dan Penyelamat Lapisan
Tanah.
7. Pemeliharaan tanaman manga dapat menggunakan beberapa cara efektif yaitu Penyiangan,
Penggemburan dan Perempelan / Pemangkasan.
8. Reklamasi lahan dengan menggunakan pohon pohon yang khas pada daerah tersebut sangat
cocok karena pohon tersebut mempunyai kondisi fisik, kimia dan biologi yang mungkin tepat
pada tanah tersebut.
9. Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang gundul.
Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam, sehingga mampu
menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila musim penghujan tiba.
4.2 Saran
Untuk lahan pertambangan hendaknya segera melakukan reklamasi yang tepat dengan cara
mengidentifikasi tanah tersebut dan menentukan tanaman apa saja yang tepat pada wilayah
tersebut sehingga meminimalisir terjadinya degradasi tanah
DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. 2004. dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-6. Terjemahan dari Fundamental of Soil
Science. Erlangga. Jakarta.
Ginoga, K. dan N. Masripatin. 2009. Potensi Perdagangan Karbon pada Lahan Bekas Tambang.
Prosiding Workshop IPTEK Penyelamatan Hutan Melalui Rehabilitas5 Lahan Bekas Tambang
Batubara. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika. Pressindo. Jakarta. Hal.
126.
Bambang Marhijanto, Drs & Setiyo Wibowo. 1994. Bertanam Mangga. Arkola. Surabaya.